Anda di halaman 1dari 18

BAB II

PEMBAHASAN

A. Tanah

Tanah, pada kondisi alam, terdiri dari campuran butiran-butiran mineral

dengan atau tanpa kandungan bahan organik. Butiran-butiran tersebut dapat

dengan mudah dipisahkan satu sama lain dengan kocokan ai. Mineral ini

berasal dari hasil pelapukan batuan, baik secara fisik maupun kimia. Sifat-

sifat teknis tanah, kecuali dipengaruhi oleh sifat batuan induk yang

merupakan material asalnya, juga dipengaruhi oleh unsur-unsur luar yang

menjadi penyebab terjadinya pelapukan batuan tersebut (Hardiyatmo,1996)

Tanah didefinisikan secara umum adalah kumpulan dari bagian-bagian yang

padat dan tidak terikat antara satu dengan yang lain (diantaranya mungkin

material organik) rongga-rongga diantara material tersebut berisi udara dan

air (Verhoef,1994).

Proses penghancuran dalam pembentukan tanah dari batuan terjadi

secara fisis atau kimiawi. Proses fisis antara lain berupa erosi akibat tiupan

angin, pengikisan oleh air dan gletsyer, atau perpecahan akibat pembekuan

dan pencairan es dalam batuan sedangkan proses kimiawi menghasilkan

perubahan pada susunan mineral batuan asalnya. Salah satu


4

penyebabnya adalah air yang mengandung asam alkali, oksigen dan

karbondioksida (Wesley, 1977).

Sedangkan pengertian tanah menurut Bowles (1984), tanah adalah campuran

partikel-partikel yang terdiri dari salah satu atau seluruh jenis:

a. Berangkal (boulders) adalah potongan batuan yang besar, biasanya

lebih besar dari 250 sampai 300 mm dan untuk ukuran 150 mm

sampai 250 mm, fragmen batuan ini disebut kerakal (cobbles/pebbles).

b. Kerikil (gravel) adalah partikel batuan yang berukuran 5 mm sampai

150 mm.

c. Pasir (sand) adalah partikel batuan yang berukuran 0,074 mm sampai 5

mm, yang berkisar dari kasar dengan ukuran 3 mm sampai 5 mm

sampai bahan halus yang berukuran < 1 mm.

d. Lanau (silt) adalah partikel batuan yang berukuran dari 0,002 mm

sampai 0,0074 mm.

e. Lempung (clay) adalah partikel mineral yang berukuran lebih kecil

dari 0,002 mm yang merupakan sumber utama dari kohesi pada tanah

yang kohesif.

f. Koloid (colloids) adalah partikel mineral yang diam dan berukuran

lebih kecil dari 0,001 mm.

B. Pemadatan

Pemadatan adalah suatu proses dimana udara pada pori-pori tanah

dikeluarkan dengan salah satu cara mekanis (menggilas / memukul /


5

mengolah). Tanah yang dipakai untuk pembuatan tanah dasar pada jalan,

tanggul / bendungan , tanahnya harus dipadatkan, hal ini dilakukan untuk :

1. Menaikan kekuatannya.

2. Memperkecil daya rembesan airnya.

3. Memperkecil pengaruh air terhadap tanah tersebut

Tujuan dari pemadatan adalah untuk mempertinggi kuat geser tanah,

mengurangi sifat mudah mampat (kompresibilitas), mengurangi permeabilitas

dan mengurangi perubahan volume sebagai akibat perubahan kadar air dan

lain-lain. Maksud tersebut dapat tercapai dengan pemilihan tanah bahan

timbunan, cara pemadatan, pemilihan mesin pemadat dan jumlah lintasan

yang sesuai. Untuk pemadatan tanah dibagi menjadi 2 yaitu:

1. Pemadatan Tanah di Laboratorium

Uji laboratorium sebaiknya di sesuaikan dengan cara yang nanti akan di

terapkan di lapangan, tetapi pada umumnya di Indonesia di gunakan cara

uji kompaksi dengan enersi mekanis dalam bentuk pukulan palu yang di

jatuhkan dari suatu ketinggian tertentu.

Beberapa uji kompaksi yang telah di lakukan di laboratorium untuk

menentukan parameter tanah kompaksi, antara lain adalah sebagai

berikut:

a. Standar Proctor (Sandard Proctor Compaction Test)

Alat untuk Pengujian Proctor Standar adalah sebagai berikut:


6

Metode pemadatan yang digunakan adalah pemadatan standar Proctor

dengan acuan ASTM D698. Ukuran dan bentuk palu, jumlah pukulan,

jumlah lapisan, dan volume cetakan dilihat pada Tabel di bawah ini:

Tabel 1. Ukuran standar pemadatan Proctor (ASTM D 698)

Standar ASTM D 698


Berat palu 24,5 N ( 5,5 lb )
Tinggi jatuh palu 305 mm (12 in)
Jumlah lapisan 3 lapis
Jumlah tumbukan per lapisan 25 kali
Tanah saringan lolos No. 4

Alat yang digunakan:

1) Cawan aluminium

2) Timbangan

3) Oven

4) Pisau

5) Sekop

6) Alat Uji Modified Proctor

Bahan yang digunakan:

1) Tanah 3 Kg

Gambar 1. Peralatan Proctor (Yeol et al. 2000)


7

Gambar 2. Langkah Proses Pemadatan ( digambar ulang atas seizin Prof.

Yeol, yeol et al. 2000)

b. Modified Proctore

Alat untuk Pengujian Modified Proctore adalah sebagai berikut:

Metode pemadatan Modified Proctor dengan dengan acuan ASTM

D1557. Ukuran dan bentuk palu, jumlah pukulan, jumlah lapisan, dan

volume cetakan dilihat pada Tabel beikut:

Tabel 2. Ukuran pemadatan Modified Proctor (ASTM D1557)

Standar ASTM D1557

Berat palu 4,5 kg ( 10 lb )


Tinggi jatuh palu 45,8 cm (18 in)
Jumlah lapisan 5 lapis
Jumlah tumbukan per lapisan 25 kali
Tanah saringan lolos No. 4 (4,75 mm)

Alat-alat dan bahan pengujian Modified Proctore secara umum,

pengujian pemadatan dengan Modified Proctor sama dengan

pengujian Standart Proctor. Perbedaannya hanya terletak pada energi

yang digunakan dan jumlah lapisan,


8

Langkah pemadatan pada Modified Proctor diperlihatkan pada

gambar 3, mulai dari 3a sampai dengan 3f.

Gambar 3. Prosedur Pengujian Modified Proctor

c. Cara Pengujian dan Perhitungan Standart Proctore dan Modified

Proctore

1. Pemadatan Tanah

a) Timbangan mold standart diameter 4 beserta lasnya (tanpa

collar atau leher penahan pada mold) dengan ketelitian 1 gr.

b) Memasang collar pada mold, kencangkan mur penjepit dan

letakkan pada tempat yang kokoh (mold datas papan atau

balok agar lantai tidak pecah).

c) Mengambil salah satu sampel tanah dari dalam plastik yang

telah disiapkan (dimulai dari sampel tanah dengan kadar air

terendah). Meletakkan diatas talam dan dibagi menurut metode

pemadatan.

Bila digunakan standart proctor, tanah dibagi 3 bagian.

Bagian pertama dimasukkan kedalam mold lebih kurang

setinggi 2/3 dari tinggi mold (tanpa collar), ditumbuk 25 kali


9

secara merata. Memasukkan tanah bagian kedua setinggi

mold (tanpa collar) ditumbuk 25 kali secara merata.

Memasukkan tanah bagian ketiga setinggi collar, ditumbuk

25 kali secara merata.

Bila digunakan modified procotr, tanah dibagi 5 bagian.

Bagian pertama dimasukkan kedalam mold, ditumbuk 25

kali secara merata. Melakukan untuk bagian kedua, ketiga,

keempat dan kelima, sehingga bagian kelima mengisi

sebagian collar (berada sedikit diatas tinggi mold).

d) Melepaskan collar dan ratakan pemukaan tanah pada mold

dengan pisau pemotong. Bila ada rongga tanah yang kosong,

ratakan dengan tanah yang kelebihan hingga mold menjadi

rata.

e) Menimbang mold berikut alas dan tanah yang berada di

dalamnya dengan ketelitian 1 gr.

f) Mengeluarkan tanah dari mold dengan dongkrak. Kemudian

ambil bagian tanah (atas, tengah dan bawah) dengan

menggunakan 2 kontainer untuk pemeriksaan kadar air.

Digunakan untuk perhitungan hanya 1 kontainer, satu lagi

untuk mengecek bila ada kesalahan, lakukan pengujian seperti

pengujian kadar air.

g) Mengulangi langkah kerja b2 sampai langkah kerja b6 untuk

sampel tanah yang lain (5 sampel tanah lagi). Maka akan

didapatkan 6 data pemadatan tanah.


10

2. Perhitungan :

a) Berat mold = Wm (gr)

b) Berat mold + tanah = Wms (gr)

c) Barat tanah (W) = Wms Wm

d) Volume mold = Tinggi sampel tanah x



..d2

e) Berat volume ( ) = W/V (gr/cm3)

f) Kadar air ()

g) Berat volume kering :d = x 100 (gr/cm3)
1 w
h) Berat volume zero air void (zav) : zav = Gs x w(gr/cm3)
1 Gs.w

Gambar 4. Hubungan antara Kadar air (Wc) dan Berat Volume kering d

2. Pemadatan Tanah di Lapangan

Tujuan pemadatan tanah di lapangan adalah untuk memperoleh stabilitas

tanah dan memperbaiki sifat-sifat teknisnya. Oleh karna itu, sifat teknis

timbunan sangat penting di perhatikan, tidak hanya kadar air dan berat

volume keringnya.
11

Terdapat dua kategori spesifikasi atau parameter untuk pekerjaan tanah :

1. Spesifikasi hasil akhir dari pemadatan

2. Spesifikasi untuk cara pemadatan

Untuk spesifikasi hasil akhir, kepadatan relative atau persen kepadatan

tertentu dispsifikasikan (Kepadatan Relatif : adalah nilai banding dari

berat volume kering dilapangan dengan berat volume kering maksimum

dilaboratorium menurut percobaan standar, seperti Percobaan Standar

Proctor atau Modeifikasi Proctor). Dalam spesifikasi hasil akhir ( Banyak

digunakanpada proek-proyek jalan raya dan pondasi bangunan).

Untuk spesifikasi cara pemadatan, macam dan berat mesin pemadat,

jumlah lintasan serta ketebalan setiap lapisan juga ditentukan. Hal ini

banyak dipakai untuk proyek pengerjaan tanah yang besar seperti

bendungan

Alat alat Pemadat dan Prosedur Pemadatan. Macam-macam peralatan

yang dipergunakan sehubungan dengan pekerjaan pemadatan lapis

pondasi jalan dan gedung umumnya ada dua jenis yaitu yang

dilaksanakan secara mekanik dan manual dimana keduanya diuraikan

sebagi berikut:

a. Peralatan Mekanik

Jenis peralatan ini digerakkan oleh tenaga mesin sehingga pekerjaan

pemadatan dapat dilaksanakan lebih cepat dan lebih baik.

Adapun macam-macam type dari alat ini adalah sebagai berikut :


12

1) Three Wheel Roller.

Penggilas type ini juga sering disebut penggilas Mac Adam,

karena jenis ini sering dipergunakan dalam usaha-usaha

pemadatan material berbutir kasar. Pemadat ini mempunyai 3

buah silinder baja, untuk menambah bobot dari pemadat jenis ini

maka roda silinder dapat diisi dengan zat cair (minyak/air)

ataupun pasir. Pada umunya berat penggilas ini berkisar antara 6

s/d 12 ton.

Gambar 5. Alat Three Wheel Roller.

2) Tandem Roller

Penggunaan dari alat ini umumnya untuk mendapatkan

permukaan yang agak halus. Alat ini mempunyai 2 buah roda

silinder baja dengan bobot 8 s/d 14 ton. Penambahan bobot dapat

dilakukan dengan menambahkan zat cair.


13

Gambar 6. Alat Tandem Roller

3) Pneumatik Tired Roller (PTR).

Roda-roda penggilas ini terdiri dari roda-roda ban karet. Susunan

dari roda muka dan belakang berselang-seling sehingga bagian

dari roda yang tidak tergilas oleh roda bagian muka akan tergilas

oleh roda bagian belakang. Tekanan yang diberikan roda terhadap

permukaan tanah dapat diatur dengan cara mengubah tekanan

ban. PTR ini sesuai digunakan untuk pekerjaan penggilasan bahan

yang granular; juga baik digunakan pada tanah lempung dan

pasir.

Gambar 7. Alat Pneumatik Tired Roller


14

b. Peralatan Manual

Jenis peralatan ini digerakkan dengan tenaga manusia / hewan

sehingga pekerjaan pemadatan ditaksanakan lebih lambat dan hasil

pemadatan kurang memuaskan tetapi sangat berguna untuk

pelaksanaan pemadatan didaerah terpencil / pedesaan dimana sulit

untuk mendatangkan peralatan pemadat mekanik karena biaya yang

mahal. Ada 2 jenis alat pemadat manual :

1) Alat Pemadat Tangan

Alat pemadat ini dibuat dari beton cor yang diberi tangkai untuk

menumbukkan beban tersebut ke tanah yang akan dipadatkan

Gambar 8. Alat Pemadat Tangan Manual

2) Alat Pemadat Silinder Beton

Alat ini berupa roda yang berbentuk silinder terbuat dari beton cor.

Cara melakukan pemadatannya adalah ditarik dengan hewan seperti

kerbau atau lembu dan dapat juga mempergunakan kendaraan bermotor

sebagai penariknya
15

Gambar 9. Alat Pemadat Silinder Beton

3) Metode kerucut pasir/Sand Cone

Tes sand cone / kerucut pasir pada tanah dilakukan untuk menentukan

kepadatan di tempat dari lapisan tanah atau perkerasan yang telah

dipadatkan. Alat yang diuraikan disini hanya terbatas untuk tanah yang

mengandung butiran kasar tidak lebih dari 5 cm. Kepadatan lapangan

ialah berat kering persatuan isi.

1) Alat yang digunakan:

a) Botol transpasan untuk tempat pasir dengan isi lebih kurang 4

liter.

b) Corong kalibrasi pasir dengan diameter 16,51 cm.

c) Plat untuk corong pasir ukuran 30,48 cm x 30,48 cm dengan

lubang bergaris tengah 16,51 cm.

d) Peralatan kecil yaitu :

Palu, sendok, kuas, pahat,,dan peralatan untuk mencari kadar

air.

e) Satu buah timbangan dengan kapasitas 10 kg ketelitian sampai

1,0 gram.
16

f) Satu buah timbangan kapasitas 500 gram ketelitian sampai 0,1

gram.

g) Pasir :

Pasir bersih keras, kering dan bisa mengalir bebas tidak

mengandung bahan pengikat dan bergradasi lewat saringan no.10

(2 mm) dan tertahan pada saringan no.200 (0,075 mm)

Gambar 10. Alat Kerucut Pasir

2) Prosedur Pengujian Sand Cone/Kerucut Pasir


Prosedur langkah pengujian dan perhitungan, secara umum adalah

sebagai berikut :

a) Penentuan volume/isi botol yang digunakan

Yang dimanfaatkan adalah air, yang sudah diketahui massa

jenisnya adalah 1 kg/lt atau 1 kg/dm atau 1 g/cm atau 1 ton/m

Untuk keperluan praktis dianggap berat isi air = massa jenis air,
17

dengan mengabaikan faktor percepatan gravitasi yang berbeda

antar lokasi. Untuk mendapatkan volume/isi botol yang

digunakan, timbang berat :

- W1 = botol + corong (kosong) (gram)

- W2 = botol + corong + air (gram)

Lalu hitung volume/isi botol dengan rumus:

V = W2 W1 (cm3)

b) Penentuan berat isi pasir yang digunakan

Untuk menentukan berat pasir dalam corong saja :

1) Isi pasir secukupnya pada botol

2) Tutup kran dan bersihkan sisa pasir di atas kran

3) Timbang botol + corong + pasir

4) Balikkan botol dan corong pada alas yang rata

5) Buka kran sampai pasir berhenti mengalir (memenuhi

corong)

6) Tutup kran kembali, timbang kembali botol + corong + sisa

pasir

Hitung berat pasir dalam corong dengan rumus di bawah ini:

Wc = W4 W5

Dengan :

Wc = Berat pasir dalam corong (gram)

W4 = Berat botol + corong + pasir secukupnya (gram)

W5 = Berat botol + corong + sisa pasir (gram)


18

c) Pengambilan tanah/lapis dasar pondasi yang diuji

Pelaksanaan pengambilan tanah/lapis dasar pondasi yang diuji

adalah sebagai berikut :

1) Ratakan permukaan tanah atau lapis dasar pondasi yang diuji

2) Tempatkan plat untuk dudukan corong pasir ukuran 30,48 cm

x 30,48 cm dengan lubang berdiameter 16,51 cm pada

permukaan tanah

3) Kokohkan kedudukan plat dudukan corong dengan pasak

atau paku pada keempat sisinya

4) Gali lubang dengan kedalaman 10 cm - 15 cm pada lubang

plat corong

5) Pastikan seluruh partikel lepas hasil penggalian tidak ada

yang tertinggal dalam lubang

6) Masukkan semua tanah atau bahan lapis dasar pondasi yang

digali dalam wadah/kaleng tertutup yang sudah diketahui

beratnya, lalu ditimbang.

Ambil contoh tanah atau material lapis dasar pondasi untuk

dihitung kadar airnya

d) Pengukuran dengan pasir uji

Pelaksanaan pengukuran dengan pasir uji yang sudah diketahui

parameternya pada lubang yang telah disiapkan di titik uji

seperti di atas, adalah sebagai berikut :

1) Isi botol dengan pasir (boleh sampai penuh atau secukupnya

melebihi isi lubang dan corong)


19

2) Timbang botol dengan corong dan pasir

3) Tempatkan pada plat dudukan corong dengan lubang tepat

pada corong menghadap ke bawah dan botol di atas

4) Buka kran dan biarkan pasir mengalir mengisi lubang dan

corong sampai penuh

5) Setelah pasir berhenti mengalir, tutup kran dan timbang

kembali botol + corong + sisa pasi

Perhitungan volume lubang:

W10 = W6 W7 Wc

Dengan :

W10 = Berat pasir dalam lubang (gram)

W6 = Berat botol + corong + pasir secukupnya (gram)

W7 = Berat botol + corong + sisa pasir (gram)

Wc = Berat pasir dalam corong (gram)

Gs x w
1 Gs.w 10
Ve =

Dengan :

Ve = Volume lubang (cm3)

= Berat isi pasir (gram/cm3)

W10 = Berat pasir dalam lubang (gram)


20

e) Perhitungan berat isi kering (Kepadatan lapangan) tanah/lapis

dasar pondasi

89
=
Gs x w
1 Gs.w

Dengan :

= Berat isi tanah (gram/cm3)

Ve = Volume lubang (cm3)

W8 = Berat wadah + tanah (gram)

W9 = Berat wadah (gram)

89
=

Dengan :

= Berat isi kering tanah (gram/cm3)

= Berat isi tanah (gram/cm3)

Wc = Kadar air tanah (%)

Anda mungkin juga menyukai