Anda di halaman 1dari 9

COMPACTION

7.1 STANDAR ACUAN


ASTM D 698 "Standard Test Methods for Laboratory Compaction
Characteristics of Soil Using Standard Effort"
ASTM D 1557 "Standard Test Methods for Laboratory Compaction
Characteristics of Soil Using Modified Effort"
AASHTO T 99 "The Moisture-Density Relations of Soils Using a 2.5-kg (5.5- lb)
Rammer and a 305-mm (12-in) Drop"
AASHTO T 180 "The Moisture-Density Relations of Soils Using a 4.54-kg (10-
lb) Rammer and 457-mm (18-in) Drop"
SNI 03-2832-1992 "Metode pengujian untuk mendapatkan kepadatan tanah
maksimum dengan kadar air optimum"

7.2 MAKSUD DAN TUJUAN PERCOBAAN

Mencari nilai kerapatan kering (γ dry) maksimum pada kadar air optimum (Wopt)
dari suatu sampel tanah yang dipadatkan.

Uji pemadatan laboratorium digunakan sebagai dasar dalam menentukan


presentase pemadatan dan kadar air yang dibutuhkan untuk mencapai kondisi
pemadatan yang sesuai di lapangan.

7.3 ALAT ALAT DAN BAHAN


Adapun alat dan bahan yang digunakan sebagai berikut :
a) Alat
 Mould, lengkap dengan collar dan base plate
 Hammer seberat 5.5 lbs, dengan tinggi jatuh 12 inch
 Hydraulic extruder
 Pelat baja pemotong
 Gelas ukur
 Wadah untuk mencampur tanah dengan air
 Pelat besi/penggaris untuk mengukur tinggi tanah
 Timbangan
 Oven
 Jangka sorong

b) Bahan
 Sampel tanah lolos saringan No. 4 ASTM sebanyak minimal 5 kantong @ 2kg
(lebih baik digunakan 6 kantong)

gambar 7. 1 Peralatan praktikum compaction: a) Mould (lengkap); b) Hammer; c) Pelat


besi/penggaris; d) Jangka sorong
7.4 TEORI DAN RUMUS YANG DIGUNAKAN
Compaction (pemadatan tanah) adalah suatu proses dimana pori-pori tanah
diperkecil dan kandungan udara dikeluarkan secara mekanis. Suatu pemadatan
tanah adalah juga merupakan usaha (energi) yang dilakukan Laboratorium
Mekanika Tanah Program Studi Teknik Sipil Universitas Bakrie

Pada massa tana, suatu pemadatan (Compactive Effort = CE) yang dilakukan
tersebut adalah fungsi dari variabel-variabel berikut:
W.H.L.B
𝐶𝐸 = V

Dimana :
CE = Compactive Effort (lb/ft2)
W = berat hammer (lb)
H = tinggi jatuh (inch)
L = jumlah layer
B = jumlah pukulan per-layer
V = volume tanah (ft3)
Pemadatan tanah yang dilakukan di laboratorium pada umumnya terdiri dari dua
macam, yaitu:
1. Standard Proctor - AASHTO T 99 (ASTM D 698)
2. Modified Proctor - AASHTO T 180 (ASTM D 1557)
Perbedaan mengenai dua metode tersebut dirangkum pada tabel di bawah ini:

Tabel 7. 1 Perbedaan Modified Proctor dan Standard Proctor pada uji pemadatan

Standard Modified Proctor


Test Identification Proctor AASHTO T 180
AASHTO T 99 (ASTM D 1557)
(ASTM D 698)
Diameter Mould (inch) 4 6 4 6
Berat Hammer (lbs) 5.5 5.5 10 10
Tinggi Jatuh Hammer
12 12 18 18
(Inch)
Jumlah Layer 3 3 5 5
Jumlah Pukulan Per-
25 56 25 56
Layer

C.E (ft-lb/ft3) 12.400 12.400 56.000 56.000

Ukuran Butiran
No.4 No.4 No.4 No.4
Maksimum Yang Lolos (3/4)" (3/4)" (3/4)" (3/4)"

Kepadatan tanah bergantung pada kadar airnya. Untuk membuat suatu hubungan tersebut
dibuat beberapa sampel tanah minimal empat contoh dengan kadar air yang berbeda-
beda, dengan perbedaan kurang lebih 4% antara setiap sampel.

Dari percobaan tersebut kemudian dibuat grafik yang menggambarkan hubungan antara
kepadatan dan kadar air, sehingga dari grafik tersebut diperoleh γdry maksimum pada
kadar air optimumnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa suatu tanah yang
dipadatkan dengan kadar air tanah lebih dari Wopt akan diperoleh nilai kepadatan yang
lebih kecil dari γdry maksimum.
gambar 7. 2 Perbedaan grafik pemadatan Modified Proctor dan Standard Proctor

Gambar 5.1. menunjukkan perbedaan dari energi pemadatan antara metode


standard proctor dan juga menggunakan modified proctor. Penggunaan modified
proctor yang memiliki energi pemadatan yang hampir 5 kali lebih besar dari
standard proctor menghasilkan γdry maksimum yang lebih tinggi dibanding
standard proctor namun menghasilkan kadar air optimum (wopt) yang lebih
rendah dibandingkan standard proctor.

Penentuan kadar air :

Wwet
𝑊𝑑𝑟𝑦 =
(1 + 𝑊)

𝑊𝑤𝑒𝑡 = Wdry (1 + W)
Wwater
𝑊= 𝑋 100%
𝑊𝑑𝑟𝑦

Dimana :

W = kadar air

Wwater = berat air (gram)

Wdry = berat tanah kering (gram) wwet = berat tanah basah (gram)

Penentuan penambahan volume air :

Wx − Wo
𝑉𝑎𝑑𝑑 = 𝑋𝑊
1 + 𝑊𝑜

Dimana :

Vadd = volume air yang akan ditambahkan

Wx = kadar air yang akan dibuat

Wo = kadar air awal

w = berat sampel tanah (gram)

perhitungan nilain Vwet dan Vdry :

Wwet
𝛾𝑤𝑒𝑡 =
𝑉

Wdry Wwet 𝛾wet


𝛾𝑑𝑟𝑦 = = =
𝑉 (1 + 𝑊)𝑉 (1 + 𝑊)
Dimana :

γwet = berat isi tanah dalam keadaan basah (gr/cm3)

Wwet = berat tanah basah (gr)

V = volume sampel tanah yang telah dipadatkan (cm3)

γdry = berat isi tanah dalam keadaan kering (gr/cm3)

Wdry = berat tanah kering(gr)

W = kadar air (%)

Perhitungan nilai Zero Air Void Line (ZAV-line) :

ZAV-line adalah garis yang menggambarkan hubungan antara berat isi kering
dengan kadar air dalam kondisi derajat kejenuhan (Sr) 100%.

Gs. γw
𝑍𝐴𝑉 =
1 + (𝑊. 𝐺𝑠)/𝑆𝑟

Dimana :

GS = nilai specific gravity

Γw = berat jenis air (gr/cm3)

W = kadar air (%)

Sr = derajat kejenuhan

Perhitungan nilai Compaction Effort (CE) :

W. H. L. B
𝐶𝐸 =
𝑉
7.5 PROSEDUR PRAKTIKUM
7.5.1 Persiapan
1. Menyiapkan 6 kantong sampel tanah masing-masing 2 kg, lolos
saringan No. 4 ASTM.
2. Menyampur seluruh sampel dalam kantong dengan rata dalam satu
wadah, menilai kadar air awal dalam hal ini dianggap sama.
3. Mengambil sebagian sampel yang dianggap mewakili nilai kadar air
seluruhnya, dan mencari nilai kadar air sampel tersebut.
4. Mengembalikan sampel tanah ke kantongnya masing-masing.
5. Menghitung kadar air pada keesokan harinya, lalu menambahkan air
pada masing- masing kantong agar mencapai kadar air yang berbeda-
beda.
6. Memasukkan sampel tanah ke dalam kantong plastik dan mendiamkan
selama 18- 24 jam (diperam) agar kadar airnya merata.

7.5.2 Jalannya praktikum


1. Menyiapkan mould, collar, dan base plate.
2. Menimbang dan mengukur dimensinya untuk mengetahui volume
tanah hasil pemadatan.
3. Memasukkan sampel tanah ke dalam mould, memperkirakan
jumlahnya sedemikian rupa sehingga setelah dipadatkan tingginya
mencapai 1/3 tinggi mould (karena total lapisan pemadatan sebanyak 3
lapis).
4. Menumbuk 25 kali pada setiap lapisan secara merata dengan hammer
seberat 5.5 lb dan tinggi jatuh 12 inch (Standard Proctor ASTM).
5. Pada lapisan ketiga, memasang collar dan menambahkan tanah hingga
melebihi batas mould.
6. Setelah pemadatan lapis ketiga selesai, membuka collar dan meratakan
kelebihan tanah pada mould dengan pelat pemotong.
7. Menimbang berat tanah beserta mould.
8. Mengeluarkan sampel tanah dari mould dengan bantuan extruder.
9. Mengambil sebagian dari bagian atas, tengah, bawah dari sampel
tanah tersebut untuk diperiksa kadar airnya, dengan demikian akan
memperoleh kadar air rata-rata dari sampel tanah setelah dipadatkan.

7.6 PENGOLAHAN DATA (terlampir)


7.6.1 DATA HASIL PRAKTIKUM (terlampir)
7.6.2 PERHITUNGAN (terlampir)

Anda mungkin juga menyukai