7.1 MAKSUD
Maksud dari percobaan ini adalah untuk menentukan kadar air optimum dan
kepadatan kering maksimum apabila dipadatkan dengan tenaga pemadatan
tertentu. Kadar air dan kepadatan maksimum ini dapat digunakan untuk
menentukan syarat yang harus di capai pada pekerjaan pemadatan tanah di
lapangan. Berdasarkan besarnya tenaga pemadatan yang dilaksanakan ada dua
macam cara pemadatan, yaitu pemadatan ringan dan pemadatan berat. (Sumber :
SNI 03-1742-1989). Maka percobaan ini bertujuan untuk menentukan hubungan
antara kadar air dan kepadatan tanah yang dipadatkan di dalam sebuah cetakan
berukuran tertentu dengan penumbuk 2,5 kg yang dijatuhkan secara bebas dari
ketinggian 305 mm. Cara uji ini mencakup ketentuan-ketentuan mengenai
peralatan, cara pengujian dan contoh uji, cara pengerjaan, perhitungan, dan
pelaporan. (Sumber : SNI 03-1742-1989).
7.2 PERALATAN
a. Cawan kosong
b. Plat perata
c. Jangka sorong
d. Pelumas
e. Air
f. Penumbuk
g. Cetok (sekop)
h. Tanah
i. Plat (alas)
j. Cetakan mold dan lehernya
k. Timbangan
l. Oven
m. Alat desikator
a. Bila contoh tanah yang diterima dari lapangan masih dalam keadaan basah
atau lembab, contoh tanah tersebut harus dikeringkan terlebih dahulu
sehingga menjadi gembur. Pengeringan dapat dilakukan di udara atau
dengan alat pengering lain dengan temperature tidak lebih dari 60°C.
Kemudian gumpalan-gumpalan tanah tersebut ditumbuk sedemikian rupa
untuk menghindari pengurangan ukuran butiran aslinya atau pecah.
CATATAN : Tanah vulkanik tidak boleh dikeringkan dengan
menggunakan alat pengering.
b. Saring sejumlah tanah yang mewakili dengan saringan 4,75 mm untuk
cara A dan cara B, dan dengan saringan 19,00 mm untuk cara C dan cara
D.
c. Contoh tanah yang telah disaring dipersiapkan dengan jumlah yang sesuai
dengan cara ujinya ( Tabel 7.1 dan Tabel 7.2).
d. Masing-masing contoh tanah ditambahkan air dan diaduk sampai merata.
Perbedaan kadar air pada masing-masing contoh sekitar 1% sampai
dengan 3%.
e. Masing-masing contoh uji dimasukkan ke dalam kantong plastik atau
wadah lain yang tertutup rapat, kemudian didiamkan selama 3 jam untuk
contoh uji berupa lanau dan 24 jam untuk contoh uji berupa lempung,
sedangkan untuk contoh uji kerikil dan pasir tidak perlu didiamkan.
7.4 PELAKSANAAN
a. Melakukan pengukuran diameter dan tinggi mold, kemudian mencatat
hasilnya lalu menimbangkan cetakan dan keping alas, kemudian mencatat
hasilnya juga.
b. Menimbang benda yang akan diujikan yaitu tanah sebanyak 6,8 kg
kemudian mencatat hasilnya, lalu mencampurkan tanah dengan air sesuai
jumlah yang di tentukan besarannya.
c. Melakukan pelumasan pada mold/cetakan sebelum memasukkan tanah
agar nantinya tidak lengket. Kemudian memasukkan benda uji/tanah
sebanyak 1/5 setiap lapisan dan menumbuknya sebanyak 65 sesuai pola
yang ditentukan dan melakukannya sampai lapisan terakhir dan cetakan
terisi penuh lalu meratakannya.
d. Membuka kuping cetakan/mold lalu melakukan penimbangan dan
mencatat hasilnya pada kolom berat cetakan + keping alas + tanah basah.
e. Menimbang cawan kosong dan mencatat hasilnya, kemudian mengambil
sampel tanah atas dan tanah bawah lalu memasukkannya kedalam cawan
kosong untuk kemudian menimbangnya dan menguji kadar airnya.
f. Setelah menimbang dan mencatat hasilnya, kemudian memasukkan benda
uji kedalam oven.
g. Mendinginkan benda uji menggunakan alat desikator, kemudian
melakukan penimbangan dan mencatat hasilnya kembali.
h.
GAMBAR SKEMA ALAT PENGUJIAN KEPADATAN TANAH
7.5 BAGAN ALIR KEPADATAN TANAH
Mulai
A
A
Mengambil sampel tanah atas dan bawah lalu masukan kedalam cawan
kosong
Selesai
7.6 HITUNGAN
ρ
ρ d= . 100%
(100+ ω)
Keterangan:
𝜌𝑑 = kepadatan kering, gram/cm3
𝜌 = kepadatan basah, gram/cm3
w = kadar air %
c. Hitung kepadatan (berat isi) kering untuk derajat kejenuhan 100% dengan
rumus berikut :
ρzaf ¿ G s. ρu
(100+G s .ω ) . 100%
Keterangan :
𝜌𝑧𝑎𝑓 = kepadatan kering untuk derajat kejenuhan100%, gram/cm3
Gs = berat jenis tanah
𝜌𝑢 = kepadatan air,gram/cm3
w = kadar air,%
d. Penggambaran grafik
1. Gambarkan titik-titik hubungan antara kepadatan kering (sumbu X)
dan kadar air (sumbu Y) dari hasil uji pada sebuah grafik, kemudian
gambarkan sebuah kurva yang halus yang menghubungkan titik-titik
tersebut. Dari kurva yang telah digambarkan, tentukan kepadatan
kering maksimum pada puncak kurva dan kadar air optimum.
2. Gambarkan grafik hubungan antara kepadatan kering dan kadar air
pada derajat kejenuhan 100% (garis jenuh). Grafik pemadatan tidak
boleh memotong garis jenuh dan pada harga kadar air yang tinggi
grafik pemadatan menjadi sejajar dengan garis jenuh tersebut.
1 2
V = 4 x π xr xh
1
a. Percobaan no. 1 = x 3,14 x 15,212 x 17,797
4
1
= x 3,14 x 231,34 x 17,797
4
1
= x 12.927,88
4
= 3.232,03 cm3
1 2
b. Percobaan no. 2 = x 3,14 x 15,21 x 17,797
4
1
= x 3,14 x 231,34 x 17,797
4
1
= x 12.927,88
4
= 3.232,03 cm3
1 2
c. Percobaan no. 3 = x 3,14 x 15,21 x 17,797
4
1
= x 3,14 x 231,34 x 17,797
4
1
= x 12.927,88
4
= 3.232,03 cm3
1 2
d. Percobaan no. 4 = x 3,14 x 15,21 x 17,797
4
1
= x 3,14 x 231,34 x 17,797
4
1
= x 12.927,88
4
= 3.232,03 cm3
1 2
e. Percobaan no. 5 = x 3,14 x 15,21 x 17,797
4
1
= x 3,14 x 231,34 x 17,797
4
1
= x 12.927,88
4
= 3.232,03 cm3
b. Kepadatan tanah
1. Perhitungan kepadatan tanah (gr/cm3)
(B 2−B1)
ρ¿
V
(13000−7722)
a. Percobaan no. 1 =
3232,03
5278
=
3232,03
= 1,63 gr/cm3
(13450−7722)
b. Percobaan no. 2 =
3232,03
5728
=
3232,03
= 1,77 gr/cm3
(14266−7722)
c. Percobaan no. 3 =
3232,03
6544
=
3232,03
= 2,02 gr/cm3
(14040−7722)
d. Percobaan no. 4 =
3232,03
6318
=
3232,03
= 1,95 gr/cm3
(13789−7722)
e. Percobaan no. 5 =
3232,03
6067
=
3232,03
= 1,88 gr/cm3
c. Kadar air
1. Perhitungan kadar air (%)
W 2−W 3
ω ¿ W 3−W 1 x 100%
40,1−38,1
a. No. cawan 29 = x 100%
38,1−11,5
2
= x 100%
26,6
= 7,52 %
41,3−38,7
b. No. cawan 33 = x 100%
38,7−11,2
2,6
= x 100%
27,5
= 9,45 %
37,1−34,3
c. No. cawan 5 = x 100%
34,3−11,4
2,8
= x 100%
22,9
= 12,2 %
35,8−33,5
d. No. cawan 8 = x 100%
33,5−11,1
2,3
= x 100%
22,4
= 10,3 %
43,3−38,4
e. No. cawan 37 = x 100%
38,4−11,2
4,9
= x 100%
27,2
= 18 %
42,1−37,7
f. No. cawan 57 = x 100%
37,7−11,2
4,4
= x 100%
26,5
= 16,6 %
44−37,5
g. No. cawan 9 = x 100%
37,5−11,3
6,5
= x 100%
26,2
= 24,8 %
44,3−38,1
h. No. cawan 19 = x 100%
38,1−11,1
6,2
= x 100%
27
= 23 %
44,9−38
i. No. cawan 18 = x 100%
38−11,2
6,9
= x 100%
26,8
= 25,7 %
44,3−37
j. No. cawan 19 = x 100%
37−10,9
7,3
= x 100%
26,1
= 28 %
2. Kadar air rata-rata (%)
7,52+ 9,45
a. Cawan no. (29+33)/2 =
2
= 8,49 %
12,2+10,3
b. Cawan no. (5+8)/2 =
2
= 11,25 %
18+16,6
c. Cawan no. (37+57)/2 =
2
= 17,31 %
24,8+23
d. Cawan no. (9+19)/2 =
2
= 23,89 %
25,7+28
e. Cawan no. (18+15)/2 =
2
= 26,86 %
d. Kepadatan kering
1. Perhitungan kepadatan kering (gr/cm3)
ρ
ρd ¿ (100+ω ) x 100
1,63
a. Cawan no. 29,33 = x 100
(100+8,49)
1,63
= x 100
91,51
= 1,51 gr/cm3
1,77
b. Cawan no. 5,8 = x 100
(100+11,25)
1,77
= x 100
88,75
= 1,59 gr/cm3
2,02
c. Cawan no. 37,57 = x 100
(100+17,31)
2,02
= x 100
82,9
= 1,73 gr/cm3
1,95
d. Cawan no. 9,19 = x 100
(100+23,89)
1,95
= x 100
76,11
= 1,58 gr/cm3
1,88
e. Cawan no. 18,15 = x 100
(100+26,86)
1,88
= x 100
73,14
= 1,48 gr/cm3
2. Kepadatan kering, S = 1 (gr/cm3)
G s . ρ w
ρzav ¿ (100+G s . ω) x 100
2, 54 . 1
a. Cawan no. 29,33 = x 100
¿¿
2,54
= x 100
121,56
= 2,09 gr/cm3
7.9 PEMBAHASAN
7.9 KESIMPULAN
PERCOBAAN VIII
PENGUJIAN CBR LABORATORIUM
(ASTM D 1883-99; SNI 1744:2012)
8.1 MAKSUD
Maksud dari percobaan ini adalah menentukan nilai CBR pada bahan uji
tertentu seperti tanah, agregat atau campuran dari keduanya yang dipadatkan di
laboratorium dengan kadar air sesuai yang ditentukan. CBR (California Bearing
Ratio) adalah perbandingan beban penetrasi atau jenis material dna beban standar
pada kedalaman dan kecepatan penetrasi yang sama. Maka pengujian CBR ini
bertujuan untuk mengetahui nilai CBR pada variasi kadar air pemadatan.
Pengujian CBR juga digunakan untuk mengevaluasi potensi kekuatan material
lapis tanah dasar, fondasi bawah dan fondasi, termasuk material yang didaur ulang
untuk perkerasan jalan dan lapangan terbang.
8.2 PERALATAN
a. Jangka sorong
b. Mold
c. Keping alas
d. Kuping
e. Plat perata
f. Cawan kosong
g. Penumbuk
h. Centong
i. Air
j. Pelumas
k. Contoh tanah (benda uji)
l. Alas (plat)
m. Oven
n. Desikator
8.3 BENDA UJI
a. Mengambil contoh tanah kering, udara seperti yang digunakan pada
percobaan pengujian kepadatan tanah, sebanyak 3 contoh dengan berat
masing-masing ± 6,8 kg.
b. Bila kadar air tanah ωo > ωopt maka contoh tanah boleh dikeringkan oleh
udara. Bila kadar air telah dicapai maka kadar air telah sesuai dan berat
tanah menjadi:100 + ωopt
Keterangan :
Wbaru = berat contoh tanah yang disiapkan, gr.
W = berat contoh tanah yang disiapkan pada pengujian
kepadatan tanah, gr.
ωopt = kadar air optimum, %
ωo = kadar air asli, %
Ww = berat penambahan air, gr.
Campur material tanah dengan air tersebut agar mencapai kadar air
optimum.
CATATAN : jumlah air yang ditambahkan boleh sedikit lebih besar (0,5 %
atau 1 %) untuk mengantisipasi penguapan.
c. Masukan contoh tersebut ke dalam kantong plastik dan tutup agar tidak
terjadi penguapan. Diamkan selama 3 jam untuk contoh berupa krikil dan
pasir kelanauan/kelempungan 12 jam untuk contoh uji berupa lanau dan 24
jam untuk contoh uji berupa lempung, sedangkan untuk contoh uji berupa
krikil dan pasir tidak perlu didiamkan.
8.4 PELAKSANAAN
a. Mengukur diameter cetakan, tinggi cetakan, dan berat cetakan lalu
mencatat hasilnya di laporan sementara kemudian menimbang tanah
sebanyak 6,8 kg dan mencatat hasilnya kembali di laporan sementara.
b. Menambahkan air sesuai dengan grafik kepadatan, setelah di tambahkan
air lalu membagi tanah menjadi 3 bagian kemudian melakukan pelumasan
pada mold seperti pada video.
c. Memasukkan benda uji sebanyak 1/3 lapisan dengan pola yang ditentukan
dan menumbuk sebanyak 10 kali tumbuhkkan pada setiap lapisan
kemudian melakukan hal yang sama terhadap benda uji 2 dan 3 dengan
tumbukkan 30 dan 65 kali tumbukkan.
d. Membuka kuping cetakan lalu meratakan benda uji setelah kuping cetakan
dibuka, kemudian melepaskan benda uji untuk dilakukan pengujian CBR.
e. Meletakkan benda uji pada CBR kemudian menambahkan 2 plat penekan
dan menurunkan alat sampai arloji pembaca menyentuh plat penekan.
f. Mensetting alat atau memutar jarum ke arah nol, dan menyalakan alat lalu
melakukan pembacaan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan serta
mencatat di laporan sementara, lalu menghentikan pembacaan setelah
beban menunjukkan mengalami 3 kali penurunan.
g. Menimbang cawan kosong, kemudian mencatat hasilnya lalu mengambil
sampel tanah bagian atas, bagian bawah dan menyimpannya ke dalam
cawan selanjutnya menimbang sampel benda uji, lalu mencatat hasil
penimbangan di laporan sementara.
h. Mengeringkan sampel tanah di dalam oven selama 12 jam, lalu mengambil
benda uji setelah dioven dan memasukkan ke dalam desikator untuk
mendinginkan suhunya, lalu menimbang sempel tanah tadi kemudian
mencatat hasilnya di laporan sementara.
GAMBAR SKEMA ALAT PENGUJIAN CBR LABORATORIUM
8.5 BAGAN ALIR PENGUJIAN CBR LABORATORIUM
MULAI
Pasang mold
A
A
Meletakan cetakan benda uji pada CBR dan tambahkan 2 plat penekan
B
B
Masukkan ke desikator
Timbang cawan
SELESAI
8.6 HITUNGAN
a. Beban penetrasi
Beban penetrasi didapat dari :
P=a.k
Keterangan :
a = Pembacaan arloji ukur beban , div
k = Kalibrasi proving ring, lbs/div
b. Grafik hubungan antara beban dan penetrasi
Menggambar grafik hubungan antara beban dan penetrasi setiap benda uji,
dengan penetrasi sebagai absis dan beban penetrasi sebagai ordinat. Ada
kemungkinan grafik yang diperoleh, pada bagian awalnya tidak berupa
garis lurus, maka dalam hal ini diadakan koreksi titik nolnya.
c. Nilai CBR
Nilai beban terkoreksi harus ditentukan untuk setiap benda uji pada
penetrasi 2,54 mm (0,10 inch) dan 5.08 mm (0,20 inch). Nilai CBR
dinyatakan dalam persen, diperoleh dengan membagi nilai beban
terkoreksi pada enetrasi 2,54 mm (0,10 inch) dan 5,0 mm (0,20 inch)
dengan beban standard.
'
P1
CBR0,1” = . 100
Ps 1
'
P2
CBR0,2” = . 100
Ps 2
Keterangan :
CBR0,1” = nilai CBR pada penetrasi 0,1” (%)
CBR0,2” = nilai CBR pada penetrasi 0,2” (%)
'
P1 = nilai beban terkoreksi pada penetrasi 0,1” (lbs)
P' 2 = nilai beban terkoreksi pada penetrasi 0,2” (lbs)
Ps 1 = beban standar pada penetrasi 0,1” (3000 lbs)
Ps 2 = beban standar pada penetrasi 0,2” (4500 lbs)
CBR umumnya dipilih pada penetrasi 2,54 mm (0,10 inch). Jika CBR
pada penetrasi 5,08 mm (0,20 inch) lebih besar dari CBR pada penetrasi
2,54 m (0,10 inch), pengujian CBR harus diulang. Jika setelah diulang,
tetap memberikan hasil yang serupa, CBR pada penetrasi 5,08 mm (0,20
inch) harus digunakan.
d. CBR desain
Data hasil pengujian dari 3 benda uji digambarkan dalam bentuk grafik
hubungan nilai CBR dengan densitas kering / kepadatan kering. CBR
desain di tentukan pada persentase desnsitas kering maksimum yang
diperlukan, umumnya pada persentase minimum yang disyaratkan sesuai
spesifikasi (± 95%).
e. Pengembangan
Pengembangan dinyatakan sebagai persentase tinggi benda uji awal.
Dihitung dengan rumus :
h 1−h 2
Δ h=
h0
Keterangan :
Δh = pengembangan (%)
Δ0 = tinggi awal benda uji ( 116,43 mm)
Δ1 = tinggi akhir benda uji setealah perendaman (mm)
(7552−4168)
=
2093,240
= 1,617 gr/cm3
1,617
= . 100
¿¿
= 1,415 gr/cm3
(7973−4167)
=
2155,124
= 1,766 gr/cm3
1,766
= . 100
¿¿
= 1,527 gr/cm3
(8267−4169)
=
2056,465
= 1,993 gr/cm3
1,993
= . 100
¿¿
= 1,762 gr/cm3
8.9 PEMBAHASAN
8.10 KESIMPULAN