Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN TUGAS RINGKASAN PERISTIWA

GEMPA BUMI SELAT SUNDA – BANTEN 2 AGUSTUS 2019

MATA KULIAH REKAYASA GEMPA

KELOMPOK 4
Angga Karnawan 1222914003
Erlangga Marlinto Putra 1222914014
Kelvin Wangsa Suryana 1192004005
Muhammad Daffa Fachrur Reza 1192004006
Reihan Alfarel 1182004015

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS BAKRIE
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. ii

BAB I ...................................................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah .................................................................................... 2

1.3. Tujuan Penulisan ...................................................................................... 2

1.4. Sistematika Penulisan ............................................................................... 3

BAB II ..................................................................................................................... 4

2.1. Gempa Bumi............................................................................................. 4

2.2. Kronologi Gempa Bumi Selat Sunda, Banten .......................................... 6

2.3. Penyebab Gempa Bumi Selat Sunda, Banten ........................................... 7

2.4. Dampak Gempa Bumi Selat Sunda, Banten ............................................. 9

BAB III ................................................................................................................. 11

3.1. Kesimpulan ............................................................................................. 11

3.2. Saran ....................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 12

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Peta Lempeng di Indonesia ................................................................... 5

Gambar 2 Peta Epicenter Gempa Bumi Banten .................................................... 6

Gambar 3 Peta Seismic Gap Gempa Bumi Banten ............................................... 8

Gambar 4 Dampak Kerusakan Rumah Warga Akibat Gempa Bumi Banten ........ 9

Gambar 5 Dampak Kerusakan Rumah Warga Akibat Gempa Bumi Banten ...... 10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bencana alam yang datang secara tiba-tiba dapat menyebabkan kerusakan


secara material, korban jiwa, serta kondisi alam sekitar. Gempa bumi merupakan
salah satu bencana alam yang sering terjadi di Indonesia saat ini, gempa dapat
menyebabkan perubahan bentuk dari permukaan bumi, menyebabkan runtuhnya
struktur bangunan, atau menyebabkan terjadinya gelombang pasang yang besar
yang memicu terjadinya tsunami.

Indonesia terletak pada pertemuan 3 lempeng tektonik, yaitu Lempeng


Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan Lempeng Pasifik. Pada daerah sekitar batas
lempeng tersebut umumnya aktifitas tektonik utama berlangsung, seperti misalnya
subduksi, tumbukan (collision), pemekaran punggung tengah samudra, dan sesar
transform. Akibatnya gempa bumi dan letusan gunung api akan sering terjadi
tidak jauh dari batas-batas lempeng tersebut. Pulau sumatra merupakan salah satu
pulau dengan aktivitas tektonik yang paling aktif di dunia.

Pulau Sumatra terletak pada lempeng Eurasia yang bergerak dan


berinteraksi secara konvergen dengan lempeng Indo-Australia. Tumbukan miring
antara kedua lempeng tersebut membentuk zona subduksi di bagian barat pulau
Sumatra dengan kecepatan 50 mm/yr sampai dengan 70 mm/yr dan membentuk
sejumlah segmen sesar yang membentang sepanjang pulau Sumatra dari Aceh di
utara sampai dengan palung sunda di selatan dengan total panjang sekitar 1900
km. Sesar Sumatra merupakan sesar strike - slip berarah dekstral dengan
kecepatan berkisar dari 2.5 mm sampai dengan 30 mm pertahun. Akibat dari
kondisi ini menyebabkan wilayah sumatra rawan terhadap gempabumi, terlihat
dari catatan sejarah selama kurun 200 tahun tercatat telah terjadi puluhan gempa
besar pada zona sesar Sumatra.

1
Selat sunda yang merupakan salah satu penghubung antara kepulauan
Sumatra dan kepulauan jawa yang diawali dengan banten, menjadi salah satu
tempat yang juga sering mengalami peristiwa gempa bumi. Pada 2 Agustus 2019,
telah terjadi bencana alam gempa bumi yang berlangsung pada malam hari.
Peristiwa ini terasa hingga Lampung, Jakarta, Pangandaran, Bandung, serta Bogor
sehingga menyebabkan 5 orang korban jiwa, 4 orang luka-luka, dan lebih dari
1.000 orang mengungsi.

1.2. Rumusan Masalah

Dari pemaparan latar belakang di atas, terdapat beberapa permasalahan yang


dikaji dalam laporan ini yang diantaranya :
1. Apa yang diketahui tentang gempa bumi di Selat Sunda, Banten pada 2
Agustus 2019 ?
2. Bagaimana kronologi kejadian gempa bumi di Selat Sunda, Banten pada 2
Agustus 2019 ?
3. Apa penyebab terjadinya gempa bumi di Selat Sunda, Banten pada 2
Agustus 2019 ?
4. Bagaimana dampak yang terjadi akibat gempa bumi di Selat Sunda, Banten
pada 2 Agustus 2019 ?

1.3. Tujuan Penulisan

Sesuai dengan rumusan masalah yang disampaikan di atas, tujuan dari


penulisan laporan ini adalah, sebagai berikut :

1. Mengetahui secara teori tentang gempa bumi yang terjadi di Selat Sunda,
Banten pada 2 Agustus 2019.
2. Memaparkan kronologi kejadian gempa bumi di Selat Sunda, Banten pada 2
Agustus 2019.
3. Menjelaskan penyebab terjadinya gempa bumi di Selat Sunda, Banten pada
2 Agustus 2019.

2
4. Menjabarkan dampak yang terjadi akibat gempa bumi di Selat Sunda,
Banten pada 2 Agustus 2019.

1.4. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini membahas tentang latar belakang dilakukannya


penulisan laporan, rumusan masalah, tujuan dari penulisan
laporan, dan sistematika penulisan.

BAB II ISI DAN PEMBAHASAN

Bab ini membahas tentang teori daripada Gempa Bumi yang


terjadi, kronologi kejadian gempa bumi di Selat Sunda, Banten
pada 2 Agustus 2019, penyebab terjadinya gempa bumi tersebut,
dan dampak yang ditimbulkan.

BAB III PENUTUP

Bab ini membahas tentang kesimpulan yang didapatkan dalam


penulisan laporan dan saran yang dapat dikembangkan untuk
penulisan selanjutnya.

3
BAB II
ISI DAN PEMBAHASAN

2.1. Gempa Bumi

Gempa bumi adalah berguncangnya bumi yang disebabkan oleh tumbukan


antar lempeng bumi, patahan aktif aktivitas gunungapi atau runtuhan batuan.
Kekuatan gempabumi akibat aktivitas gunung api dan runtuhan batuan relatif
kecil sehingga kita akan memusatkan pembahasan pada gempa bumi akibat
tumbukan antar lempeng bumi dan patahan aktif.

Lempeng samudera yang rapat massanya lebih besar ketika bertumbukkan


dengan lempeng benua di zona tumbukan (subduksi) akan menyusup ke bawah.
Gerakan lempeng itu akan mengalami perlambatan akibat gesekan dari selubung
bumi. Perlambatan gerak itu menyebabkan penumpukkan energi di zona subduksi
dan zona patahan. Akibatnya di zona-zona itu terjadi tekanan, tarikan, dan
geseran. Pada saat batas elastisitas lempeng terlampaui, maka terjadilah patahan
batuan yang diikuti oleh lepasnya energi secara tiba-tiba. Proses ini menimbukan
getaran partikel ke segala arah yang disebut gelombang gempabumi.

Kepulauan Indonesia terletak pada pertemuan 3 lempeng utama dunia yaitu


lempeng Australia, Eurasia, dan Pasifik. Lempeng Eurasia dan Australia
bertumbukan di lepas pantai barat Pulau Sumatera, lepas pantai selatan pulau
Jawa, lepas pantai Selatan kepulauan Nusatenggara, dan berbelok ke arah utara ke
perairan Maluku sebelah selatan. Antara lempeng Australia dan Pasifik terjadi
tumbukan di sekitar Pulau Papua. Sementara pertemuan antara ketiga lempeng itu
terjadi di sekitar Sulawesi. Itulah sebabnya mengapa di pulau-pulau sekitar
pertemuan 3 lempeng itu sering terjadi gempabumi.

4
Gambar 1 Peta Lempeng di Indonesia

Gempa bumi memiliki beberapa klasifikasi yang dikelompokkan berdasrkan


penyebab terjadinya gempa bumi itu sendiri, berikut jenis gempa bumi
berdasarkan penyebabnya :

1. Gempa Vulkanik, yaitu getaran tanah yang disebabkan oleh aktivitas


desakan magma ke permukaan bumi atau meletusnya gunung berapi.
2. Gempa Tektonik, getaran tanah yang disebabkan oleh gerakan atau
benturan antara lempeng-lempeng tektonik yang terdapat di dalam
lapisan permukaan bumi.
3. Gempa Runtuhan, disebabkan oleh runtuhannya tanah di daerah
pegunungan, sehingga akan terjadi getaran disekitar runtuhan tersebut.
4. Gempa Imbasan, biasanya terjadi di sekitar dam karena fluktuasi air
dam.
5. Gempa Buatan, adalah gempa yang disengaja dibuat oleh manusia
seperti ledakan nuklir atau ledakan untuk mencari bahan mineral.

Gempa bumi secara langsung tidak begitu membahayakan manusia. Ini


berarti korban jiwa tidak disebabkan karena adanya goncangan tanah yang
disebabkan oleh gempa. Kebanyakan dari bencana gempa bumi yang
menimbulkan korban jiwa dan kerugian materi diakibatkan oleh struktur
bangunan yang dibuat oleh manusia. Bahaya yang sesungguhnya disebabkan oleh
keruntuhan dari struktur bangunan, korban banjir yang disebabkan oleh jebolnya
suatu bendungan atau tanggul, longsoran batuan dan tanah pada tebing yang
curam, dan kebakaran.

5
2.2. Kronologi Gempa Bumi Selat Sunda, Banten

Telah terjadi gempa bumi pada hari Jum’at tanggal 02 Agustus 2019 jam
19:03:25 WIB dengan magnitude 6.9. Pusat Gempa bumi (epicenter) terletak
dilaut pada koordinat 7.32°LS-104.75°BT terletak dilepas pantai bagian ujung
barat dari pulau Jawa, Indonesia dengan kedalaman dangkal sekitar 48 km. Hal ini
terjadi akibat tumbukan antara dua buah lempeng yaitu lempeng Indo—Australia
dan lempeng Sunda (bagian dari lempeng Eurasia). Pergerakan lempeng Indo-
Australia yang perlahan tapi pasti dengan kecepatan 60 mm/tahun ke arah timur
laut terhadap lempeng Sunda, telah menyebabkan lempeng Indo-Australia
menunjam ke bagian bawah lempeng Sunda. Kejadian gempa bumi ini terjadi
pada bagian litosfer dari lempeng Indo-Australia. Gempa bumi tersebut
mempunyai mekanisme sumber pada pusat gempanya berjenis sesar naik yang
berputar (Oblique Thrust Fault). Mekanisme fokus pada sumber gempa bumi
tersebut mengindikasikan adanya pecahan (rupture) yang terjadi pada daerah
patahan (fault) dengan kemiringan sedang berarah selatan-barat daya (SSW) atau
berarah timur-timur laut (ENE).

Gambar 2 Peta Epicenter Gempa Bumi Banten

6
2.3. Penyebab Gempa Bumi Selat Sunda, Banten

Hasil Analisa Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG)


meknisme sumber menunjukkan bahwa gempa ini dipicu penyesaran oblique
yaitu kobinasi gerakan mendatar dan naik, demikian yang disampaikan oleh
Kepala BMKG Dwikorita beberapa saat setelah gempa terjadi, sementara Pusat
Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) bahwa wilayah yang
berdekatan dengan pusat gempa adalah pesisir selatan Banten, Jawa Barat dan
Lampung.

Banten memang memiliki sejarah bencana gempa yang cukup panjang, di


buku yang berjudul Indonesia’s Historical Earthquake dalam Geoscience
Australia (2015) yang disusun oleh Jonathan Griffin, dkk, menyebutkan gempa
pada tahun 1699 merupakan gempa bumi bersejarah yang paling signifikan yang
terjadi di abad ke -17. Dari catatan Anthony Reid melalui bukunya Historical
Evidence for Major Tsunamis in the Java Subduction Zone (2012) menyebutkan
bahwa guncangan saat itu lebih kuat dirasakan dibandingkan dengan gempa bumi
yang pernah terjadi.

Banten memang tercatat memiliki ancaman gempa, tsunami, tanah bergerak


dan likuifaksi, hal ini juga disampaikan oleh Deri Dariawan, Kepala Bidang
Geologi dan Air Tanah, Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Prov. Banten
sekaligus ketua IAGI Pengda Banten. Lebih jauh Deri menjelaskan bahwa gempa
diakibatkan karena kondisi geologi Banten, yang merupakan sistem sesar yang
dipengaruhi oleh daya yang mendorong dari lempeng Indo-Austalia ke arah utara,
kemudian dipengaruhi juga oleh sesar Sumatera atau disebut sesar Semangko,
yang menerus ke arah utara sampai dengan Lampung dan menerus ke Ujung
Kulon. Struktur geologi yang berkembang selain mengakibatkan kegiatan tektonik
juga kegiatan vulkanik, dengan munculnya gunung api di sekitar Banten, baik
yang aktif atau pun tidak. Kondisi ini juga memperkaya wilayah Banten dengan
sumber mineral.

Dalam penjelasan pada sesi diskusi yang diselenggarakan oleh tim penulis,
Deri Dariawan menjelaskan bahwa pada gambar peta di bawah terdapat bintang
berwarna merah menunjukkan bahwa di Selat Sunda serta wilayah Banten lainnya

7
cukup sering mengalami gempa. Di daerah Ujung Kulon ada sesar aktif, yang
dikenal dengan sesar Ujung Kulon, bagian barat di pengaruhi oleh tektonik
Sumatera, yaitu sesar mendatar dari pegunungan bukit barisan sampai ke Ujung
Kulon.

Gambar 3 Peta Seismic Gap Gempa Bumi Banten

Bicara soal Megathrust, berdasarkan analisa para ahli, terdapat istilah yang
disebut seismic gap. Seismic gap, adalah kawasan yang aktif secara tektonik
namun sangat jarang mengalami gempa dalam jangka waktu yang lama. Gempa
besar jarang tercatat di wilayah seismic gap, menurut Deri hal ini dapat
mengakibatkan gempa dengan potensi kekuatan sebesar 8.4 SR menurut BMKG,
atau 9 SR menurut hasil penelitian lainnya.

Selain seismic gap, area yang berpotensi dan pernah terjadi gempa, juga
harus menjadi perhatian, dikhawatirkan suatu saat terjadi pelepasan energi yang
besar, karena daerah ini adalah daerah rotasi sesar Sumatera dan ada pula
dorongan dari subduksi dari bagian Selatan Jawa. Hal ini juga harus menjadi
perhatian, karena aktivitas sesar juga dimungkinkan dapat mengakibatkan
timbulnya aktivitas Anak Gunung Krakatau atau gunung api lainnya.

8
2.4. Dampak Gempa Bumi Selat Sunda, Banten

Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Banten mencatat hingga


hari keempat pasca gempa Banten sebanyak 430 bangunan rusak dan jumlah
korban meninggal 5 orang. Menurut Kusmayadi, wilayah paling parah terkena
dampak adalah Kabupaten Pandeglang, Lebak dan Serang. Berdasarkan data
sementata BPBD Banten, di Kabupaten Pandeglang jumlah kerusakan bangunan
181 rusak ringan, 76 rusak sedang dan 102 rusak berat. Kabupaten Lebak, 55
bangunan rusak ringan dan 2 bangunan rusak berat. Di Kabupaten Serang tercatat
13 bangunan rusak ringan dan satu bangunan rusak sedang.

Adapun korban meninggal sebanyak 5 orang, menurut Kusmayadi,


penyebab kematiannya bukan terdampak langsung karena gempa. Dua korban
meninggal di desa Wanasalam dan Cigemblong, kecamatan Malimping
Kabupaten Lebak karena serangan jantung, 1 korban meninggal di desa Bayah,
Kecamatan Bayah, Lebak dikarenakan kelelahan saat proses evakuasi mandiri.
Sementara 2 korban meninggal di desa Ujung Jaya, kecamatan Sumur,
Pandeglang karena panik saat evakuasi mandiri ketika gempa terjadi.

Gambar 4 Dampak Kerusakan Rumah Warga Akibat Gempa Bumi Banten

Guncangan gempa bumi ini, kata dia, dirasakan di daerah Liwa Tanggamus,
Bandar Lampung, Krui, Surade, Sukabumi, Pandeglang mengalami guncangan
dengan intensitas skala IV-V MMI yang artinya getaran dirasakan hampir semua

9
penduduk dan barang besar bergoyang. Kemudian daerah Kebumen, Banyumas,
Tanjung Sakti, Kabupaten Lahat, Ciputat, Serpong, Kota Tangerang, Cilacap,
Bengkulu Selatan mengalami guncangan gempa skala III MMI yang artinya
getaran dirasakan banyak orang jendela atau pintu berderit.

Kemudian juga dirasakan guncangan di Klaten, Yogyakarta, Serang,


Kotabumi, Pasar Sukadana, Karawang, Purworejo dengan intensitas II-III MMI
artinya getaran dirasakan banyak orang seperti ada truk berlalu seperti ada truk
melaju. Selain itu, getaran juga dirasakan di Seluma, Bengkulu, Kepahiang
Parung, Bogor Barat, Bandung, Kediri, Kabupaten Buleleng, Lombok Barat,
Mataram, dan Sumbawa Barat dengan tingkat guncangan II MMI artinya getaran
dirasakan beberapa orang dan benda ringan bergoyang.

Gambar 5 Dampak Kerusakan Rumah Warga Akibat Gempa Bumi Banten

10
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Berdasarkan penjabaran sebelumnya dapat disimpulkan beberapa hal,


diantaranya :
a. Pusat Gempabumi (epicenter) terletak dilaut pada koordinat 7.32°LS-
104.75°BT terletak dilepas pantai bagian ujung barat dari pulau Jawa,
Indonesia dengan kedalaman dangkal 48 km. Melihat lokasi serta
kedalamannya, dapat dikategorikan gempa di Banten merupakan gempa
dangkal yang terjadi akibat adanya deformasi batuan dalam Lempeng Indo-
Australia.
b. Gempa bumi tersebut mempunyai mekanisme sumber pada pusat gempanya
berjenis sesar naik yang berputar (Oblique Thrust Fault).
c. Selain mempunyai sejarah bencana gempa yang cukup besar, wilayah
Banten didukung dengan kondisi geologis yang merupakan faktor kegiatan
tektonik dan vulkanik yang cukup masif.
d. Kerugian dari gempa banten yang terjadi diantaranya ialah kerugian materiil
dan korban jiwa akibat kerusakan serta keruntuhan bangunan yang ada di
sekitar wilayah gempa. Wilayah paling parah terkena dampak adalah
Kabupaten Pandeglang, Lebak, dan Serang.

3.2. Saran

Adapun saran yang dapat kami berikan adalah :


a. Penelitian ini semoga menjadi referensi tambahan dan batu loncatan untuk
penelitian yang selanjutnya, karena masih banyak hal yang perlu dikaji
dan diteliti untuk kesempurnaan dan kebaikan.
b. Untuk daerah dengan tingkat kerentanan tinggi, perlu mendapat perhatian
lebih secara preventif, baik dalam pengembangan infrastruktur daerah
tersebut maupun dalam merancang proses mitigasi yang tepat untuk
mengurangi kerugian yang mungkin terjadi menjadi seminimal mungkin.

11
DAFTAR PUSTAKA

Permana, Adi. (2019). Pakar ITB Mengupas Peristiwa Gempa 2 Agustus di Selat
Sunda. Bandung: Institut Teknologi Bandung.

Bidang Seismologi Teknik. Ulasan Guncangan Tanah Akibat Gempa Bumi


Banten 02 Agustus 2019. Jakarta : Badan Meteorologi Klimatologi dan
Geofisika.

Anggara,Ongky, Meilano, Irwan dan Alif, Satrio Muhammad. (2020). Studi Slip
Gempa Selat Sunda 2 Agustus 2019 Dengan Magnitude 6.9 Berdasarkan
Data GNSS. Lampung : Institut Teknologi Sumatera.

Sururoh, Lien dkk. (2020). Banten Memori dan Pengetahuan Lokal tentang
Bencana. Jakarta : Perkumpulan Skala Indonesia.

Mohtar, Omar. (2020). Gempa Bumi Batavia 1699 dan 1780 : Memori Kolektif
Kebencanaan. Jakarta : Direktorat Perlindungan Kebudayaan.

Gunawan, Endra dkk. (2022). The 2019 Mw 7.0 Banten, Indonesia, Intraslab
Earthquake : Investigation of the Coseismic Slip, Tsunami Modelling and
Coulomb Stress Change. Jakarta : Geonvironmental Disasters.

Darilaut.id. 3 Agustus 2019. Penyebab Gempa Banten Karena Penunjaman


Lempeng Indo-Australia. Diakses pada 4 November 2022, dari
https://darilaut.id/berita/penyebab-gempa-banten-karena-penunjaman-
lempeng-indo-australia.

Kompas.com. 3 Agustus 2019. Data Lengkap Kerusakan Dampak Gempa Banten.


Diakses pada 4 November 2022, dari
https://nasional.kompas.com/read/2019/08/03/09173201/data-lengkap-
kerusakan-dampak-gempa-banten

Tirto.id. 3 Agustus 2019. Dampak Gempa Banten BNPB 1050 Jiwa Mengungsi 4
Luka 1 Tewas. Diakses pada 4 Agustus 2022, dari https://tirto.id/dampak-
gempa-banten-bnpb-1050-jiwa-mengungsi-4-luka-1-tewas-efye

12
Antaranews.com. 2 Agustus 2019. BPBD Evakuasi Warga di Sepanjang Pantai
Pelabuhan Ratu Sukabumi. Diakses pada 4 Agustus 2022, dari
https://www.antaranews.com/berita/990902/bpbd-evakuasi-warga-di-
sepanjang-pantai-pelabuhan-ratu-sukabumi

CNCB Indonesia. 3 Agustus 2019. Bantuan Gempa dari 500 Tenda hingga 20000
Mie Instan. Diakses pada 4 November 2022, dari
https://www.cnbcindonesia.com/news/20190803133520-4-89629/bantuan-
gempa-banten-dari-500-tenda-hingga-20000-mie-instan

Liputan 6.com. 3 Agustus 2019. Fakta-Fakta Gempa Banten M 6,9 yang


Berpotensi Tsunami. Diakses pada 4 November 2022, dari
https://www.liputan6.com/news/read/4029007/fakta-fakta-gempa-banten-m-
69-yang-berpotensi-tsunami

Viva.co.id. 2 Agustus 2019. Gempa Banten Terasa Hingga Lombok. Diakses pada
4 November 2022, dari https://www.viva.co.id/berita/nasional/1171872-
gempa-banten-terasa-hingga-lombok

13

Anda mungkin juga menyukai