Anda di halaman 1dari 27

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas Keperawatan Bencana III
dengan judul “BENCANA TSUNAMI”. Kami berterima kasih kepada seluruh pihak yang telah
membantu kami sehingga makalah ini dapat terselesaikan pada waktunya.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan. Kami menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu
yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Jakarta, 30 September 2019.

Kelompok 1

i
Daftar Isi

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... i


Daftar Isi ......................................................................................................................................... ii
BAB 1 ............................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 1
1.3 Tujuan............................................................................................................................... 2
BAB II............................................................................................................................................. 3
TINJAUAN TEORI ........................................................................................................................ 3
2.1 Pengertian Bencana Tsunami ........................................................................................... 3
2.2 Daerah-Daerah yang Mengalami Bencana Tsunami ........................................................ 3
2.3 Karakteristik Bencana Tsunami di Setiap Daerah ............................................................ 4
2.4 Program Pemerintah dalam Penanggulangan Bencana Tsunami di Setiap Daerah ....... 11
2.5 Kelebihan dan Kekurangan dari Program Pemerintah ................................................... 18
2.6 Saran dan Rekomendasi untuk Perbaikan Program Penanggulangan Bencana ............. 20
BAB III ......................................................................................................................................... 23
PENUTUP..................................................................................................................................... 23
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................... 23
3.2 Saran ............................................................................................................................... 23
Daftar Pustaka ............................................................................................................................... 24

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gelombang tsunami merupakan salah satu bencana alam yang menimbulkan kerusakan yang
dahsyat hinga korban jiwa pada tempat yang dilalui gelombang pasang tersebut. Tsunami
terjadi setelah terjadi gempa sangat besar yang diakibatkan oleh aktivitas lempeng kerak
bumi dibawah laut yang bertabrakan antar lempeng.
Gelombang tsunami telah terjadi di berbagai benua seperti Asia, Afrika, Australia, Eropa dan
Amerika. Tempat yang terkenal mengalami kerusakan yang sangat parah khususnya dipesisir
pantai serta menimbulkan korban jiwa yang begitu besar. Bencana gelombang pasang yang
terjadi selama 1 tahun kebelakangan ini banyak menimbulkan korban jiwa disetiap negara
misalnya tsunami tahun 204 terjadi di propinsi Aceh dimana korban berjumlah sekitar 280
ribu jiwa lebih (Helmi Ade Saputra, 2014). Selain terjadi di Provinsi Aceh, Tsunami juga
terjadi di Yogyakarta, Banten, dan Palu.
Bencana Tsunami di berbagai Daerah menimbulkan korban jiwa yang begitu besar.
Penanggulangan Bencana Tsunami yang baik diperlukan untuk membangun kembali daerah
yang terkena Tsunami. Penanggulangan bencana Tsunami di setiap daerah yaitu dilakukan
oleh Pemerintah dengan berbagai program-programnya.
Makalah ini akan membahas mengenai Bencana Tsunami yang terjadi di 4 daerah yaitu
Aceh, Yogyakarta, Pandeglang Banten, Palu, dan Mentawai. Serta membahas Program
Pemerintah dalam penanggulangan Bencana Tsunami di 5 daerah tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Bencana Tsunami?
2. Daerah-daerah saja yang pernah Mengalami Bencana Tsunami?
3. Bagaimana Karakteristik Bencana Tsunami di Setiap Daerah?
4. Apa saja Program Pemerintah dalam Penanggulangan Bencana Tsunami di Setiap
Daerah?
5. Apa saja Kelebihan dan Kekurangan dari Program Pemerintah?
6. Berilah Saran dan Rekomendasi untuk Perbaikan Program Penanggulangan Bencana!

1
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui karakteristik Bencana Tsunami di berbagai daerah serta Program
Pemerintah dalam Penanggulangan Bencana Tsunami.

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Bencana Tsunami


Tsunami berasal dari bahasa Jepang yang berarti gelombang ombak lautan “tsu” berarti
lautan, “nami” berarti gelombang ombak. Tsunami adalah serangkaian gelombang ombak
laut raksasa yang timbul karena adanya pergeseran di dasar laut akibat gempa bumi (BNPB
No.8 Tahun 2011).
Menurut Bakornas PB (2007), Tsunami dapat diartikan sebagai gelombang laut dengan
periode panjang yang ditimbulkan oleh gangguan impulsif dari dasar laut. Gangguan
impulsive tersebut bisa berupa gempabumi tektonik, erupsi vulkanik atau longsoran.
Kecepatan tsunami bergantung pada kedalaman perairan, akibatnya gelombang tersebut
mengalami percepatan atau perlambatan sesuai dengan bertambah atau berkurangnya
kedalaman perairan, dengan proses ini arah pergerakan arah gelombang juga berubah dan
energi gelombang bias menjadi terfokus atau juga menyebar. Di perairan dalam tsunami
mampu bergerak dengan kecepatan 500 sampai 1000 kilometer per jam sedangkan di
perairan dangkal kecepatannya melambat hingga beberapa puluh kilometer per jam,
demikian juga ketinggian tsunami juga bergantung pada kedalaman perairan. Amplitudo
tsunami yang hanya memiliki ketinggian satu meter di perairan dalam bias meninggi hingga
puluhan meter di garis pantai (Puspito, 2010).

2.2 Daerah-Daerah yang Mengalami Bencana Tsunami


Ini adalah wilayah yang pernah mengalami Bencana Tsunami :
1. Tsunami di Banda Aceh (26 Desember 2004).
2. Daerah Istimewa Yogyakarta (Daerah Istimewa Yogyakarta)
Secara geografis Daerah Istimewa Yogyakarta (Daerah Istimewa Yogyakarta) terletak di
bagian selatan Pulau Jawa yang dibatasi oleh Samudra Hindia di bagian selatan dan
Provinsi Jawa Tengah di bagian utara yang terletak pada 7033’ LS – 8012’ LS dan
110000’ BT – 110050’BT, dengan luas 3.185,80 km2. .
3. Tsunami di daerah Pandeglang 2018

3
4. Tsunami berada di Provinsi Sulawesi Tengah Kota Palu Pada tanggal 28 September 2018
lalu pukul 18.02 WITA.
5. Tsunami Mentawai pada tanggal 25 oktober 2010.

2.3 Karakteristik Bencana Tsunami di Setiap Daerah


2.3.1 Aceh
Sebelum terjadinya bencana Tsunami, sebagian besar terjadi kejadian gempa bumi
berkekuatan. Karena pada dasarnya, Tsunami terjadi karena adanya suatu aktivitas
baik dari dasar lautan maupun akibat meteor laut. Tsunami Aceh yang terjadi karena
adanya aktivitas yang ada didasar luatan. Aktivitas yang terjadi di dasar laut
merupakan pergeseran antara Lempeng Benua dan Lempeng Samudra. Dalam
pergeseran lempeng ini terjadi benturan yang dimana, Lempeng Samudra yang
menurun. Hal ini menyebabkan getaran bumi yang sangat kuat di Aceh, mencapai 9.3
Mw (8.9 SR). Setelah kejadian turunnya Lempeng Samudra mengakibatkan naiknya
Lembeng Benua dan menyebabkan surutnya air pasang laut yang secara tiba-tiba,
sekitar 15-20 menit mengakibatkan gelombang laut yang tinggi (Tsunami). Dengan
ketinggian 15-20 m, pada kedalaman 30km dasar laut.
Mekanisme Terjadinya Tsunami

Sumber: Oman Abdurahman, “10 Tahun Tsunami Aceh”, Geomagz, Desember


2014, hlm. 31

4
Tsunami yang terjadi pada 26 Desember 2004 tidak hanya merugikan di daerah Aceh,
namun di kota Nias, Sumatera Utara dan beberapa negara pulau kecil juga terkena
dampaknya yang khususnya berada di kawasan pesisir pantai. Berikut negara yang
terkena dampak dari Tsunami:

Kawasan Samudra Hindia yang terkena dampak Tsunami

Sumber : Across Pacific Magazine, Tsunami Disasters,


http://across.co.nz/TsunamiDisaster04.html diakses pada 30 September 2019.

Bencana Tsunami di Aceh menimbulkan kerusakan dari segi infrastruktur Pemerintah


memperkirakan total kerusakan yang diantaranya:

Kerugian Infrastruktur Pasca Tsunami Aceh

No Jenis Kerugian Jumlah Kerugian


1. Usaha UMKM 104.500
2. Perumahan 139.195
3. Lahan Pertanian 73.869 ha
4. Tenaga Guru 1.927
5. Perahu Nelayan 13.828
6. Kerusakan Jalanan 2.618 km
7. Sekolah 3.415

5
8. Fasilitas Kesehatan 517
9. Gedung Pemerintahan 669
10. Jembatan 119
11. Pelabuhan Rusak 22
12. Landasan Udara 8
Sumber: Recovery Platform, BRR Breakthrough

Dampak dari nilai kerusakan awal dan pencemaran lingkungan mencapai US$ 127,5 -
$476,22 juta menurut Menteri Lingkungan Hidup, Rachmat Witoelar Dalam kerusakan
dan pencemaran lingkungan diantaranya meliputi pencemaran air yang mengalami
kerusakan dan pencemaran sebesar US$ 2,5-4 juta, perbaikan sungai US$ 1,5-3 juta,
pencemaran air tanah sekitar US$ 1 juta, pencemaran dan kerusakan terumbu karang
dan mangrove US$9,4-245 juta per tahun, kerusakan pertanian, hutan dan ekosistem
darat lainnya US$86,24-172,68 juta per tahun, kehilangan potensi dan kegunaaan
lahan mencapai US$ 23,5-47,1 Juta.

Kejadian Tsunami ini telah mengakibatkan banyak sebagian besar masyarakat


kehilangan anggota keluarganya. Selain itu juga berpengaruh pada psikis penduduk
dan kehidupan sosial ekonomi Berikut data jumlah korban Tsunami di Kawasan
Samudera Hindia.

Jumlah Korban Tsunami Aceh di Kawasan Samudera Hindia

Sumber: Recovery Platform, Indian Ocean Tsunami 2004.

6
Menurut Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) dalam ‘Recovery Platform Book
Breakthrough’ bahwa:

“Kejadian tsunami telah menelan 127,720 orang meninggal dunia, 93.285 orang yang
hilang dan 635.384 jiwa yang mengungsi di shelter darurat”

Menurut Dirjen Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Umar


Fahmi Ahmadi, hingga kini ada 2.332 kasus diare atas korban tsunami namun tak
ditemukan kolera. Kasus penyakit tetanus ada 91 buah dan 11 orang diantaranya
meninggal dunia. Kasus yang dicurigai demam berdarah (DB) ada dua buah semua di
RS Kesdam Banda Aceh tetapi kemudian dipastikan ia bukan DB. Ditemukan pula 59
kasus malaria klinis yang tersebar secara sporadis dan bukan kejadian luar biasa.

2.3.2 Yogyakarta
Wilayah pantai Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan pantai yang memiliki potensi
Tsunami tinggi. Pantai di DIY merupakan pantai yang menghadap ke Samudera Hindia
dengan jarak 12 mil dari laut, sejajar dengan Megatrust Jawa di sebelah selatan. Pantai
yang berpotensi Tsunami ini melintang sepanjang Lebih dari 113 Km.

Catatan kejadian tsunami yang pernah terjadi di wilayah pesisir selatan Jawa ini
berkisar antara 3-10 meter. Permukiman/bangunan yang berada di depan bentukan ini
jelas mempunyai risiko yang tinggi terhantam oleh gelombang tsunami secara
langsung.

Data yang tercatat pada DIBI tahun 2011, bencana tsunami pernah terjadi pada tahun
2006 di Kabupaten Bantul dan Gunung Kidul mengakibatkan 3 orang meninggal.

Berdasarkan Pedoman Nasional Pengkajian Risiko Bencana, ancaman bencana tsunami


dapat dibagi menjadi 3 (tiga) kelas Indeks Ancaman:

 Kelas Indeks Rendah Ancaman Bencana Tsunami dengan tinggi genangan kurang
dari 1 meter.
 Kelas Indeks Ancaman Sedang Bencana Tsunami dengan tinggi genangan antara 1-3
meter.

7
 kelas Indeks Tinggi Ancaman Bencana Tsunami dengan ketinggian genangan lebih
dari 3 meter.

Perhitungan untuk mendapatkan kelas Indeks Ancaman dari luas kawasan terpapar
dilaksanakan dalam pengkajian risiko bencana dalam Dokumen Kajian Risiko Bencana
Daerah.

Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki indeks ancaman tsunami TINGGI dan memiliki
indeks penduduk terpapar SEDANG. Dengan demikian maka Daerah Istimewa
Yogyakarta memiliki tingkat ancaman tsunami TINGGI.

2.3.3 Pandeglang
Pada tanggal 22 desember 2018 pukul 21.27 di daerah Pandeglang jawa barat terjadi
peristiwa tsunami, yang disebabkan oleh pasang tinggi dan longsor bawah laut karena
letusan anak Krakatau. Pada tsunami ini terdapat korban sedikitnya 437 orang yang
meninggal dunia, 1.485 orang cedera dan 154 orang lainnya hilang tidak diketahui
keberadaannya akibat peristiwa ini., menurut data BNPB, lebih dari 90 persen korban
jiwa tsunami Pandeglang, Banten adalah wisatawan. dan tinggi ombak tsunami tersebut
mencapai 3 meter. Masalah kesehatan yang terjadi pasca tsunami di pandeglang
diantaranya diare, thypoid, dan influenza.

8
2.3.4 Palu

Pada tanggal 28 September 2018 lalu pukul 18.02 WITA bencana gempa dan Tsunami
terjadi di Donggala dan Sigi. Lokasi bencana berada di Provinsi Sulawesi Tengah Kota
Palu, Menurut BNPB, tsunami ini sebabnya adalah adanya kelongsoran sedimen dalam
laut yang mencapai 200-300 meter. Pihak Humas BNPB lebih lanjut menyatakan
bahwa sendimen tersebut belum terkonsolidasi dengan kuat sehingga ketika diguncang
gempa terjadi longsor bawah laut. Tsunami diperkirakan memiliki ketinggian 7 meter
dari permukaan laut dan bahkan ada yang menyebut bahwa sampai 11,31 meter. Data
juga mengonfirmasi, bahwa tsunami terjadi kurang sebelum 10 menit. Dalam kejadian
bencana tersebut banyak masyarakat kota Palu yang tewas, luka-luka, dan bahkan
masih ada warga yang hilang. Jumlah korban tewas ada (2.970) orang, korban luka luka
(632), orang hilang (1.373), pengungsi ada (173.525) orang. Banyak pengungsi yang
timbul penyakit sebagai dampak negative dari bencana tersebut, di Kota Palu penyakit
ISPA (2.194) dan diare akut (1.300) orang, di Kabupaten Donggala penyakit ISPA
(2.110) orang dan diare akut ada (1.463) orang, sedangkan di Kabupaten Sigi penyakit
ISPA (1.665) orang dan hipertensi (793) orang.

9
2.3.5 Mentawai

Tsunami mentawai terjadi pada tanggal 25 oktober 2010. Tsunami ini di awalin dengan
gempa berkekuatan 7,7 skala richter bertepat di wilayah pantai sumatra. Korbanpun
banyak yang berjatuhan. Korban meninggal terdapat 286 orang, hilang terdapat 252
orang, dan luka terdapat 200 orang. Tsunami yang terjadi ini memiliki ketinggian air 3
sampi 10 meter dari permukaan air laut. Fasilitas yang rusak adalah sekolah sebanyak
15 unit, gereja 10 unit, jembatan 10 unit. Dari tsunami ini 77 desa di wilayah mentawai
hancur. Kerugian yang terjadi didapat dari infrastruktur, transportasi, dan
perekonomian sebesar 348,92 miliar.

10
2.4 Program Pemerintah dalam Penanggulangan Bencana Tsunami di Setiap Daerah
2.4.1 Aceh
Kejadian tsunami mengakibatkan banyak kerugian dalam fasilitas infrastruktur dan
memakan banyak korban. Menurut Bappenas, kegiatan tanggap darurat yang
dilakukan seperti; evakuasi dan pemakaman jenazah korban, penanganan pengungsi,
pemberian bantuan darurat, pelayanan kesehatan, sanitasi dan air bersih, pembersihan
kota dan membangun shelter sementara.
Program pemerintah dalam penanggulangan bencana Tsunami Aceh :
1. Pembangunan dan perbaikan infrastruktur.
2. Rekonstruksi pada sektor pertanian misalnya lahan pertanian, peralatan pertanian
yang memadai, dan irigasi sungai.
3. Rekonstruksi pada sektor perikanan.
4. Penggalakkan hutan mangrove.
Hutan bakau memiliki perlindungan dan pengamanan kawasan pesisir yang
sangat baik. Setiap gelombang pasang yang datang mampu diredakan melalui
hutan yang lebat. Manfaat utama hutan mangrove di kawasan pesisir dan estuaria
adalah untuk mencegah erosi, penahan ombak. penahan angin. perangkap sedimen
dan penahan intrusi air asin dari laut. Sistem perakarannya dapat berperan sebagai
perangkap sediment dan pemecah gelombang.

Hutan bakau Sebagai Peredam Ombak

11
5. Konstruksi tahan gempa.
Dengan membangun rumah tahan gempa yang terbuat dari kayu.
6. Rencana tata ruang ramah bencana
Upaya lainnya yang tidak kalah pentingnya adalah dengan membuat tata ruang
yang ramah bencana. Ditempat-tempat yang berpotensi terkena tsunami harus
ditata ulang. Tempat-tempat perlindungan (shelter) perlu dibangun untuk
evakuasi jika tsunami terjadi di pesisir yang penduduknya padat.

Pola Tata Ruang Rumah Bencana Tsunami

12
Kementerian Lingkungan Hidup menyiapkan desain lingkungan kota Banda Aceh.
Desain itu akan dihadikan model ideal untuk membangun kota-kota pesisir agar
terlindung dari hantaman gelombang tsunami dan lingkungannya tetap terjaga.

Teknik Perancanaan Wilayah Dasar Dalam Proyek Pengurangan Risiko


Tsunami

Dalam penanggulangan bencana tsunami Aceh Pemerintahan Indonesia membentuk


BRR (Badan Pelaksana Rekonstruksi dan Rehabilitasi) sebagai lembaga yang
mengawasi aktivitas pembangunan di Aceh dan Nias. BRR telah diberikan mandat
sebagai memberdayakan dan membangun kembali birokrasi serta aparat
pemerintahan daerah di Aceh dan Nias.

2.4.2 Yogyakarta
1. BPBD Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki kekuatan dan kapasitas dalam
menjalankan fungsi koordinasi, komando dan pelaksana kegiatan penanggulangan

13
bencana secara terencana dan menyeluruh. Sudah ada usaha secara vegetatif
membuat green belt yaitu dengan menanam jenis cemara di bantaran pantai pada
jarak 200 meter dari bibir pantai
2. Program desa siaga bencana dan sekolah siaga bencana

2.4.3 Pandeglang
 Tim Penanganan Terpadu
Tim penanganan terpadu bertugas melakukan proses pendampingan dan verifikasi
data korban, pengerahan personel Tagana dan relawan lain dari kabupaten dan
provinsi lain untuk membantu Tagana lokal yang telah beraktivitas lebih awal, dan
mengaktivasi klaster nasional bidang pengungsian dan perlindungan.
 Pemenuhan kebutuhan tempat tinggal sementara dan perlengkapan
pemerintah mendistribusikan Tenda Serba Guna Keluarga & Tenda Gulung
sebanyak 332 unit, Velbed, Selimut dan Kasur Busa sebanyak 1.600 Unit,
Pembagian perlengkapan keluarga & anak-anak sebanyak 400 paket.
 Pemberian santunan
Untuk Pemberian santunan ahli waris telah diberikan kepada ahli waris korban
meninggal sebanyak 5 jiwa di Banten. Selebihnya masih proses pendataan dan
verifikasi untuk disalurkan kepada ahli waris korban meninggal.
 Kendaraan siaga bencana
Pada saat terjadi bencana tsunami di pandeglang banten di butuhkan sebuah
kendaraan Siaga Bencana yang wajib siap 24 jam sewaktu-waktu diperlukan.
Misalnya Mobil Dapur Umum Lapangan, Mobil Rescue Tactical Unit (RTU),
Truck Bak Kayu. Mobil Tangki Air, Motor Trail. Kendaraan ini disediakan untuk
membantu para warga dan relawan untuk melakukan sebuah kegiatan atau
keperluan korban bencana.
 Rehabilitas Sosial
Rehabilitas Sosial adalah proses refungsionalisasi dan pengembangan untuk
memungkinkan seseorang mampu melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar
dalam kehidupan masyarakat. Korban bencana harus dibantu untuk bisa secara
perlahan beradaptasi kembali dan menerima apa yang terjadi.

14
Selain pemenuhan kebutuhan dasar, Kementerian Sosial memberikan perlindungan
sosial dan rehabilitasi sosial untuk kelompok rentan, yakni anak-anak, lanjut usia
dan penyandang disabilitas yang terdampak bencana tsunami Selat Sunda.
Rehabilitasi Sosial juga dilaksanakan dalam bentuk Layanan Dukungan
Psikososial (LDP) yang dilakukan 56 petugas di 7 Pos LDP dan menyebar ke titik
pengungsian lainnya.
Adapun Bentuk kegiatannya adalah:
Phsyco Therapy (Katarsis Mental, Trauma Healing, Konseling, Intervensi Krisis,
Motivasi Hidup), Play Therapy (Sulap, Game), Spiritual Therapy (Pengajian,
Istighosah), Hypno Therapy (Meditasi), Psiko Edukasi (Motivasi Belajar
Kembali).
 Dapur Umum
Pada bencana tsunami di pandeglang tahun 2018, kemensos menyediakan 6 dapur
umum untuk para korban. Dapur umum tersebut kemudian di antaranya akan
mendistribusikan 400 paket makanan siap saji, 500 paket lauk pauk, 100 paket
makanan khusus anak-anak, 2.500 bungkus mie instan, cadangan beras pemerintah
sebanyak 100 ton, dan jenis kebutuhan lainnya.

2.4.4 Palu
Program pemerintah yang dilakukan dalam penanggulangan bencana di Palu
1. Sub Klaster Pelayanan Kesehatan
 Mengirimkan tim pendampingan dan memobilisasi sumberdaya kesehatan
dari pusat hingga daerah untuk percepatan penanganan korban
 Melaksanakan pelayanan kegawatdaruratan dan tindakan operasi bedah
 Melakukan penilaian cepat kerusakan faskes dan perbaikan alkes
 Membantu dan melakukan evakuasi korban
 Mendirikan Posko Kesehatan di berbagai wilayah pengungsian
 Menyiapkan 12 ruang operasi untuk penanganan korban yang membutuhkan
tindakan operasi
 Korban di layani di 12 Rumah Sakit di Palu, 2 Rumah Sakit di Donggala
(termasuk Kapal RS Terapung Airlangga) dan 1 Rumah Sakit di Sigi

15
 13 Puskesmas di Palu, 19 Puskesmas di Donggala, 18 Puskesmas di Sigi, telah
berfungsi dalam pelayanan kesehatan
2. Sub Klaster Pengendalian Penyakit dan Kesling
 Memantau perkembangan penyakit pasca gempa (surveilans)
 Mendistribusikan logistik kesling seperti Polybag Sampah, Kaporit, PAC
(Penjernih Air Cepat)
 Melakukan penyehatan air dan pengendalian vektor penyakit dengan
melakukan disinfektasi
 Pembagian logistik kesling ke pos kesehatan, pos pengungsian dan faskes
 Melakukan disinfeksi di 6 RS (5 RS di Palu dan 1 RS di Sigi)
 Pemantauan sanitasi dan keamanan pangan di 6 dapur PMBA (Pemberian
Makanan Bayi dan Anak)
 Menata ulang pengawasan malaria, kusta dan kecacingan
3. Sub Klaster Gizi
 Melakukan pengamanan makanan dapur umum
 Membantu penyediaan makanan di dapur umum untuk pengungsi, terutama
bayi dan anak
 Mobilisasi dan distribusi Makanan Tambahan balita dan bumil
 Kolaborasi dengan Kemensos untuk pendirian dapur umum PMBA
(Pemberian Makanan Bayi dan Anak) pada 6 titik
 Penyelenggaraan dapur PMBA dan edukasi gizi di 4 titik pengungsian (Masjid
Agung Darussalam, Dinsos, Tondo dan Petobo Atas)
 Melakukan screening status gizi balita dengan pita LiLA
 Berkoordinasi dengan koordinator pengungsi di depan Kantor Bupati
Donggala terkait pendataan dan pendirian dapur PMBA
 Mensosialisasikan surat Dirjen Kesmas terkait kebijakan pemberian susu
formula pada Balita terdampak bencana pada Dinkes Donggala
 Pengawasan dan kontrol makanan pengganti ASI dari donator
Logistik yang sudah dikirimkan:
 PMT Balita: 3 ton

16
 PMT Ibu Hamil: 2,81 ton
4. Sub Klaster Kesehatan Reproduksi
 Pelayanan terhadap kelompok rentan (ibu hamil, anak bayi, balita dan lansia)
 Pelayanan bergerak Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana
 Memobilisasi bidan serta peralatan pendukung untuk kesehatan ibu
 Penguatan koordinasi perlindungan perempuan dan anak termasuk disabilitas
 Membantu pertolongan persalinan
 Penguatan pelayanan kesehatan dan persalinan di puskesmas dan RS
 Mendirikan tenda pelayanan Kespro di 5 lokasi yaitu di Lapangan Bola Desa
Beka Kab Sigi, di Lapangan Wombo Desa Wombo Kalongga Kab Donggala,
di Desa Donggala Kodi Kota palu – penduduk Balaroa, di Lapangan Vatulemo
Kota Palu dan di lapangan masjid Agung Kota Palu
5. Sub Klaster Kesehatan Jiwa
 Psikososial support bagi masyarakat yang terdampak
 Melaksanaan trauma healing terpadu dengan dinsos setempat
 Memberikan pengarahan kepada tim MSF Belgia terkait program, sistim
rujukan, dan pelaporan pada kejadian bencana ini
 Melaksanakan Rapat Koordinasi Dukungan Kesehatan Jiwa dan Psikososial
(DKJPS) yang dihadiri oleh IPK Sulsel, Himpsi Sulsel, PMI, Yayasan Pulih –
UNFPA, MSF Belgium, Tim ESDM, RSCM, RS Sardjito, WHO, Kemenkes,
dan Dinkes Sulsel
 SDM kesehatan jiwa di Posko DKJPS: 1 psikiater di RS Madani; 1 psikiater di
RS Sis Al Jufri; 2 psikiater di posko penyintas; psikologis klinis HIMSI / IPK
Sulteng, dan 6 orang Tim Pusat Krisis Fakultas Psikologi Universitas
Indonesia.

2.4.5 Mentawai
Melalui kemitraan bersama lembaga teknis dari Indonesia, AusAID dan Badan
Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB) menyediakan peta rendaman tsunami
terbaru, untuk mendukung Pemerintah Kabupaten mempersiapkan masyarakat
bersiaga saat evakuasi tsunami.

17
Peta-peta ini menggabungkan hasil penelitian sains selama lebih dari 15 tahun,
dengan pemetaan partisipatif melalui OpenStreetMap untuk mengidentifikasi daerah
aman untuk evakuasi di tingkat masyarakat.
AusAID dan BNPB juga mendukung tim dari beberapa yang dipimpin oleh
Community Preparedness Unit – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) untuk
memfasilitasi penggunaan informasi pengurangan risiko bencana dalam
pengembangan dan perencanaan kesiapsiagaan bencana di Kepulauan Mentawai.

2.5 Kelebihan dan Kekurangan dari Program Pemerintah


2.5.1 Aceh
Dari penjelasan program pemerintah dalam penanggulangan bencana Tsunami di Aceh
terdapat kelebihan dan kekurangan diantaranya adalah :
1. Kelebihan
Kelebihannya yaitu pemerintah memiliki perencanaan tata ruang ramah bencana.
Perencanaan tata ruang ramah bencana ini sangat baik dilakukan mengingat Aceh
merupakan wilayah berisiko Tsunami. Dengan adanya perencanaan tata ruang
ramah bencana akan mengurangi dampak resiko bencana yang akan terjadi terutama
pada bencana Tsunami.
2. Kekurangan
Kekurangan dari program pemerintah yaitu belum menerapkannya sistem
peringatan dini bencana di Aceh. Serta kurangnya sosialisasi tentang bencana
meyebabkan informasi kebencanaan belum tertanam. Kurangnya upaya mitigasi
bencana ini tidak dapat dibiarkan, mengingat Indonesia berpotensi mengalami
berbagai jenis bencana alam yang membawa korban jiwa.

2.5.2 Yogyakarta
1. Kelebihan
 Mampu mengedukasi masyarakat supaya tahu tentang resiko bencana,
penanggulangan bencana,apa yang harus dilakukan ketika terjadi bencana
 Mampu menjembatani dan menembus birokrasi untuk mempercepat upaya-
upaya pengurangan risiko bencana

18
 Untuk pengurangan risiko bencana perlu diprioritaskan agar BPBD maupun
institusi pemerintah lain terkait penanggulangan bencana mampu mempercepat
upaya-upaya pengurangan risiko bencana dalam lingkup Daerah Istimewa
Yogyakarta.
2. Kekurangan
 Kurang berhasil dalam pengembangannya, tetapi usaha secara vegetatif bisa
dilanjutkan lagi dengan merapatkan jarak tanam atau mencari jenis tanaman
yang dapat bertahan hidup pada kondisi pantai.
 Dalam Program desa siaga bencana dan sekolah siaga bencana masih belum
biasa berjalan sesuai program yang telah dibuat oleh pemerintah.

2.5.3 Pandeglang
Pada tsunami di pandeglang tahun 2018 banyak sekali program pemerintah yang
dilakukan dalam penanggulangan bencana pada saat itu dan banyak sekali kelebihan
serta kekurangan yang dilakukan pada program tersebut diantaranya yaitu
1. Kelebihan
Pada program pemerintah yang di alokasikan cukup bagus yaitu banyaknya dapur
umum yang di dirikan sehingga korban bencana tidak lama dan langsung dapat
mendapat bantuan dalam kebutuhan pangannya. Selain itu relawan yang siap siaga
didalam rehabilitas sosial untuk membantu membangkitkan korban-korban
bencana yang telah kehilangan harta dan benda serta keluarganya. Dan
tanggapnya pemerintah dalam membuat program penanggulangan pada bencana
tsunami tersebut
2. Kekurangan
Kekurangan pada program pemerintah tsunami pandeglang 2018 yaitu masih
kurangnya fasilitas seperti alat komunikasi yang sehingga membuat warga bingung
untuk melapor kejadian yang terjadi, dan masih banyaknya pemda yang kurang
paham tentang wawasan mitigasi. Dan kurangnya dalam membangun
kesiapsiagaan masyarakat atas bencana, menyiapkan tempat evakuasi sementara
dan membangun jalur evakuasi. serta, membuat rambu-rambu evakuasi.

19
2.5.4 Palu
1. Kelebihan
 Program pemerintah yang di adakan cukup bagus terutama mengenai
kesehatan korban dari kesehatan fisik sampei kesehatan jiwa sudah lengkap
sehingga pemulihan korban dapat segara ditangani oleh tim medis. Selain itu
dapur umum dan kesehatan gizi sudah ditanganin dengan baik, banyak
relawan dari luar daerah berbondong-bondong mengirimkan bantuan pangan
untuk pengungsi.
2. Kekurangan
 Pemetaan risiko dengan skenario ancaman yang berbeda-beda. Sehingga
diperoleh perbandingan risiko antara beberapa skenario ancaman.
 Pendetailan dalam penyusunan kerentanan ekonomi, seperti data kerugian
material yang bisa dikonversi dalam satuan mata uang.
 Kurangnya tim logistic kesehatan, seperti obat-obatan.

2.5.5 Mentawai
1. Kelebihan :
a. Untuk perencanaan kesiapsiagaan bencana yang di lakukan untuk melihat
daerah yang akan terkena sangat baik.
b. Mengetahui batasan daerah yang akan terkena bencana.
c. Dapat mengurangi korban lebih banyak.
2. Kekurangan :
a. Hanya berfokus pada pemetaan daerah
b. Mengesampingkan pengetahuan masyarakat terhadap early warning yang
sangat penting diketahui masyarakat

2.6 Saran dan Rekomendasi untuk Perbaikan Program Penanggulangan Bencana


2.6.1 Aceh
1. Pemerintah Propinsi Sumatera Barat melalui BPBD Provinsi Sumatera Barat perlu
mengeluarkan instruksi/edaran kepada lembaga/instansi yang bertanggungjawab

20
dalam pelaksanaan penanggulangan bencana baik ditingkat propinsi maupun
daerah kabupaten/kota, agar tim komunikasi dimasingmasing lembaga/instansi
untuk memaksimalkan pemamfaatan media sosial sebagai sarana komunikasi dan
sosialisasi kepada masyarakat, terkait dengan masalah kebencanaan.
2. Pemerintah melalui lembaga/instansi yang berwenangan disetiap tingkatan
pemerintahan dalam pelaksanaan penanggulangan bencana, perlu segera
melakukan peningkatan pelaksanaa kegiatan-kegiatan mitigasi non fisik baik
dalam bentuk sosialisasi, pendidikan, pelatihan dan lain sebagainya, dalam rangka
merubah sikap dan meningkatkan pengetahuan masyarakat maupun aparat
pelaksana dalam kesiapsiagaan penanggulangan bencana Tsunami.

2.6.2 Yogyakarta
Kebijakan Prioritas Penanggulangan Bencana Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai
berikut:
1. Membentuk dan memberdayakan forum/jaringan daerah khusus untuk
pengurangan risiko bencana
2. Menyelenggarakan sistem-sistem yang siap untuk memantau, mengarsipkan dan
menyebarluaskan data potensi bencana dan kerentanan-kerentanan utama
3. Menyediakan informasi yang relevan mengenai bencana dan dapat diakses di
semua tingkat oleh seluruh pemangku kepentingan (melalui jejaring,
pengembangan sistem untuk berbagi informasi, dst)
4. Menyusun rencana kontinjensi bencana yang berpotensi terjadi yang siap di semua
jenjang pemerintahan, latihan reguler diadakan untuk menguji dan
mengembangkan program-program tanggap darurat bencana
5. Menyediakan cadangan finansial dan logistik serta mekanisme antisipasi yang siap
untuk mendukung upaya penanganan darurat yang efektif dan pemulihan pasca
bencana

21
2.6.3 Pandeglang
Sarannya yaitu lebih meningkatkan lagi dan memperluas program penanggulangan
bencana serta lebih efektif dalam penanggulangan bencana agar lebih berjalan dengan
baik dan masalah dapat teratasi dengan benar.

2.6.4 Palu
1. Menambah beberapa unit sirine peringatan dini bencana tsunami
2. Bantuan merancang rumah dan sekolah terbuka
3. Melakukan sosialisasi atau penyuluhan mengenai ancaman tsunami, serta cara
menghadapi tsunami kepada masyarakat
4. Membangun shelter yang terpilih sebagai bangunan evakuasi berada di wilayah
yang tidak beresiko tsunami.
5. Merekomendasikan agar pesisir Palu tidak menjadi tempat hunian. Melain kan
menjadi ruang terbuka

2.6.5 Mentawai
1. Meningkatkan sosialisasi dan simulasi terpadu secara efisien dan efektif,
melibatkan masyarakat, dikombinasikan dengan pelatihan penanganan bencana
secara darurat.
2. Membuat bangunan baru dengan klasifikasi struktur bangunan yang dapat
digunakan untuk evakuasi vertikal minimal dua lantai, mampu menahan getaran
dan kekuatan terjangan gelombang tsunami sesuai dengan SNI 1726:2012.
3. Mengoptimalkan bangunan yang sudah ada dengan menentukan dan memastikan
bahwa bangunan dapat berfungsi sebagai bangunan evakuasi vertikal, tergantung
pada struktur bangunan dengan mempertimbangkan aspek kedalaman genangan
dan kecepatan air tiba dilokasi. Jika diperlukan, bangunan dapat dilakukan
penguatan tambahan (retrofitting) agar memadai untuk evakuasi vertikal tsunami.

22
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tsunami berasal dari bahasa Jepang yang berarti gelombang ombak lautan “tsu” berarti
lautan, “nami” berarti gelombang ombak. Tsunami adalah serangkaian gelombang ombak
laut raksasa yang timbul karena adanya pergeseran di dasar laut akibat gempa bumi (BNPB
No.8 Tahun 2011).
Terjadinya Tsunami diakibatkan oleh adanya gangguan yang menyebabkan perpindahan
sejumlah besar air meluap ke daratan, seperti letusan gunung api, gempa
bumi, longsor maupun meteor yang jatuh ke bumi. Namun, 90% tsunami adalah akibat
gempa bumi bawah laut. Dampak Tsunami sebagian besar mengakibatkan kerusakan parah
dan banyak menelan korban jiwa dan harta benda sehingga perlu adanya upaya untuk
menghadapi tsunami baik dalam keadaan waspada, persiapan, saat terjadi tsunami dan
setelah terjadi tsunami. Dalam hal penanggulangan bencana sebaiknya pemerintah
memperkuat dalam pencegahan risiko bencana, mitigasi, tanggap darurat, rehabilitasi, dan
rekonstruksi.

3.2 Saran
Setelah pemulihan korban maupun pengobatan pasca bencana tsunami. Barulah sebaiknya
dilakukan perencanaan rehabilitasi yang komprehensif dan terintegrasi. Artinya pemulihan
itu bisa dimulai dari pemetaan, analisis kerusakan, analisis risiko, rencana restrukturisasi, dan
perbaikan lingkungan. Maka dalam tahap rehabilitasi harus dibuat sedemikian rupa agar
mampu meredam Tsunami di kemudian hari sehingga dampaknya bisa diminimalkan.
Serta daerah yang rawan Bencana seharusnya dirancang sebagai kota yang multi bahaya.
Perencanaan kota harus dirancang sebagai alat mitigasi atau alat memperkecil dampak
bencana. Tata ruang yang baik membentu memperkecil jumlah korban saat bencana terjadi
dimasa mendatang. Upaya lainnya yang tidak kalah pentingnya adalah dengan membuat tata
ruang yang ramah bencana.

23
Daftar Pustaka

Abdurrahman, Oman. 2011. Hidup di Antara Tiga Lempeng: Gunung Api dan Bencana Geologi.
Di akses pada tanggal 30 September 2019.

Across Pacific Magazine, Tsunami Disasters, http://across.co.nz/TsunamiDisaster04.html


diakses pada 30 September 2019.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) 22-23 Des 2018.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana. 2014. Rencana Nasional Penanggulangan Bencana


2015-2019. Jakarta: Renas PB.

Badan Nasional Penanggulangan Risiko Bencana, 2012, Pedoman UmumPengkajian Risiko


Bencana.

Badan Nasional Penaggulangan Bencana. 2013. Di akses pada tanggal 2 Oktober 2019 di
https://www.bnpb.go.id/mengurangi-risiko-tsunami-di-kepulauan-mentawai

BAPPENAS, Rehabilitasi dan Rekonstruksi NAD-Nias dan Pascabencana,

BRR, Book Series 3 Breakthrough, hlm xiii, Aceh 2009.

http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/GravitasiFisika/article/download/5307/4051 diakses
pada Tanggal 30 September 2019

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Tsunami_Selat_Sunda_2018 diakses pada Tanggal 30 September


2019.

https://m.tribunnews.com/amp/nasional/2018/12/31/upaya-yang-dilakukan-kementerian-sosial-
dalam-penanganan-bencana-tsunami-di-banten-dan-lampung?page=4 diakses pada
Tanggal 30 September 2019.

Kompas Media Nusantara. 2005. Bencana Gempa Dan Tsunami Nanggroe Aceh Darussalam &
Sumatera Utara. Jakarta : Penerbit Buku Kompas.

Kompas Media Nusantara 28 Januari 2005. Depkes Waspadai Wabah Lima Penyakit Pasca
Tsunam. POKJA AMPL.

24
Oman Abdurahman, “10 Tahun Tsunami Aceh”, Geomagz, Desember 2014, hlm. 31.

Perencanaan Pembangunan Penanganan Bencana Tahun 2013– BAPPEDA DIY.

25

Anda mungkin juga menyukai