Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH GEOGRAFI BENCANA

“PROSES TERJADINYA GEMPA BUMI, DAMPAK DAN


MITIGASI GEMPA BUMI”

DosenPengampu:

Yulia Asyura, M.Pd


Oleh:

Mhd Zainuddin : 12111311099

Winda Asmarani : 12111321962

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU


PEKANBARU 1444 H / 2023 M
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya sehingga Makalah Proses Terjadinya Gempa Bumi, Dampak Dan
Mitigasi Gempa Bumi ini dapat diselesaikan dengan baik. Tidak lupa pula shalawat dan
salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya,
dan kepada kita selaku umatnya.
Makalah ini kami buat untuk melengkapi tugas mata kuliah Geografi Bencana yang
di bimbing oleh Ibu Yulia Asyura, M.Pd Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Dan kami juga menyadari pentingnya
akan sumber bacaan dan referensi internet yang telah membantu dalam memberikan
informasi yang akan menjadi bahan makalah.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah dapat dibuat dengan
sebaik-baiknya. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan Proses
Terjadinya Gempa Bumi, Dampak Dan Mitigasi Gempa Bumi ini sehingga kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini.

Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT, dan
kekurangan pasti milik kita Proses Terjadinya Gempa Bumi, Dampak Dan Mitigasi
Gempa Bumi ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya.

Pekanbaru, 11 September 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i

DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................................1


B. Rumusan Masalah .......................................................................................2
C. Tujuan Penulisan Makalah ..........................................................................2
BAB II PEMBAHASAN

A. Kondisi Fisik Dan Masyarakat Di Wilayah Bencana Gempa Bumi............3


B. Kejadian Bencana Gempa Bumi Serta Dampaknya ....................................5
C. Pencegahan Dan Mitigasi Bencana Gempa .................................................8
D. Kesiapsiagaan Bencana Gempa Bumi .........................................................10
E. Tanggap Darurat Bencana Gempa Bumi .....................................................12
F. Rehabilitasi Dan Rekonstruksi Bencana Gempa Bumi ...............................14
BAB III PENUTUP

KESIMPULAN……………………………………………………………………16

SARAN…………………………………………………………………………….16

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………...17
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara geologis dan hidrologis, Indonesia merupakan wilayah rawan bencana alam.
Salah satunya adalah gempa bumi dan potensi tsunami. Hal ini dikarenakan wilayah
Indonesia berada pada pertemuan tiga lempeng tektonik aktif yaitu Lempeng Indo-Australia
di bagian selatan, Lempeng Eurasia di bagian utara dan Lempeng Pasifik di bagian Timur.
Ketiga lempengan tersebut bergerak dan saling bertumbukan sehingga Lempeng Indo-
Australia menunjam ke bawah lempeng Eurasia dan menimbulkan gempa bumi, jalur gunung
api, dan sesar atau patahan. Penunjaman (Subduction) Lempeng Indo-Australia yang
bergerak relatif ke utara dengan Lempeng Eurasia yang bergerak ke selatan menimbulkan
jalur gempa bumi dan rangkaian gunung api aktif sepanjang Pulau Sumatera, Pulau Jawa,
Bali dan Nusa Tenggara sejajar dengan jalur penunjaman kedua lempeng tersebut.
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor
alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya
korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
Definisi tersebut menyebutkan bahwa bencana disebabkan oleh faktor alam, non alam, dan
manusia. Oleh karena itu, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tersebut juga
mendefinisikan mengenai bencana alam, bencana nonalam, dan bencana sosial.
Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung
meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor. Bencana nonalam adalah
bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain
berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.
Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antarkelompok atau
antarkomunitas masyarakat, dan teror. Kejadian Bencana adalah peristiwa bencana yang
terjadi dan dicatat berdasarkan tanggal kejadian, lokasi, jenis bencana, korban dan/atau pun
kerusakan. Jika terjadi bencana pada tanggal yang sama dan melanda lebih dari satu wilayah,
maka dihitung sebagai satu kejadian.
Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi yang
disebabkan oleh tumbukan antar lempeng bumi, patahan aktif, akitivitas gunung api atau

1
runtuhan batuan. Letusan gunung api merupakan bagian dari aktivitas vulkanik yang dikenal
dengan istilah "erupsi". Bahaya letusan gunung api dapat berupa awan panas, lontaran
material (pijar), hujan abu lebat, lava, gas racun, tsunami dan banjir lahar. Tsunami berasal
dari bahasa Jepang yang berarti gelombang ombak lautan ("tsu" berarti lautan, "nami" berarti
gelombang ombak). Tsunami adalah serangkaian gelombang ombak laut raksasa yang timbul
karena adanya pergeseran di dasar laut akibat gempa bumi.
Salah satu bencana alam yang banyak mengakibatkan kesengsaraan bagi manusia
adalah bencana alam berupa gempa bumi. Gempa bumi dapat menyebatkan rusaknya tata
guna lahan, struktur masyarakat dan dapat menghilangkan ribuan bahkan puluahan ribu
nyama umat manusia. Kondisi-kondisi masyarakat yang tinggal di wilayah gempa bumi
harus dapat menyesuaikan diri agar dapat mengantisipasi terjadinya gempa bumi yang lebih
dasyat lagi.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Kondisi Fisik Dan Masyarakat Di Wilayah Bencana Gempa Bumi?
2. Bagaimana Kejadian Bencana Gempa Bumi Serta Dampaknya?
3. Bagaimana Pencegahan Dan Mitigasi Bencana Gempa?
4. Bagaimana Kesiapsiagaan Bencana Gempa Bumi?
5. Bagaimana Tanggap Darurat Bencana Gempa Bumi?
6. Bagaimana Rehabilitasi Dan Rekonstruksi Bencana Gempa Bumi?

C. Tujuan penulisan
1. Untuk Mengetahui Kondisi Fisik Dan Masyarakat Di Wilayah Bencana Gempa Bumi.
2. Untuk Mengetahui Kejadian Bencana Gempa Bumi Serta Dampaknya.
3. Untuk Mengetahui Pencegahan Dan Mitigasi Bencana Gempa.
4. Untuk Mengetahui Kesiapsiagaan Bencana Gempa Bumi.
5. Untuk Mengetahui Tanggap Darurat Bencana Gempa Bumi.
6. Untuk Mengetahui Rehabilitasi Dan Rekonstruksi Bencana Gempa Bumi.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kondisi Fisik Dan Masyarakat Di Wilayah Bencana Gempa Bumi
Secara geografis Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada
pertemuan empat lempeng tektonik yaitu lempeng Benua Asia, Benua Australia, lempeng
Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Pada bagian selatan dan timur Indonesia terdapat
sabuk vulkanik (Volcanic Arc) yang memanjang dari Pulau Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara
dan Sulawesi, yang sisinya berupa pegunungan vulkanik tua dan dataran rendah yang
sebagian didominasi oleh rawa-rawa. Kondisi tersebut sangat berpotensi sekaligus rawan
bencana seperti letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami, banjir dan tanah longsor. Data
menunjukkan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki tingkat
kegempaan yang tinggi di dunia, lebih dari 10 kali lipat tingkat kegempaan di Amerika
Serikat (Arnold, 1986).
Gempa bumi yang disebabkan karena interaksi lempeng tektonik dapat menimbulkan
gelombang pasang apabila terjadi di samudera. Dengan wilayah yang sangat dipengaruhi
oleh pergerakan lempeng tektonik ini, Indonesia sering mengalami tsunami. Tsunami yang
terjadi di Indonesia sebagian besar disebabkan oleh gempa-gempa tektonik di sepanjang
daerah subduksi dan daerah seismik aktif lainnya (Puspito, 1994). Selama kurun waktu 1600-
2000 terdapat 105 kejadian tsunami yang 90 persen di antaranya disebabkan oleh gempa
tektonik, 9 persen oleh letusan gunung berapi dan 1 persen oleh tanah longsor (Latief dkk,
2000).
Kondisi fisik di wilayah yang baru mengalami bencana gempa bumi dapat sangat
beragam tergantung pada seberapa besar gempa tersebut, kepadatan penduduk di wilayah
tersebut, tingkat kesiapsiagaan masyarakat, dan respon pemerintah setempat. Berikut adalah
beberapa faktor yang dapat memengaruhi kondisi fisik di wilayah bencana gempa bumi:
1. Kerusakan Bangunan: Gempa bumi seringkali menyebabkan kerusakan bangunan.
Bangunan yang lebih tua atau yang tidak memenuhi standar konstruksi yang kuat rentan
terhadap kerusakan parah. Bangunan-bangunan ini dapat roboh atau mengalami
kerusakan struktural serius.
2. Longsor dan Tanah Runtuh: Gempa bumi dapat memicu longsor dan tanah runtuh,
terutama di daerah pegunungan atau dengan tanah yang longgar. Ini dapat mengubur
bangunan, jalan, dan infrastruktur lainnya.

3
3. Kerusakan Infrastruktur: Gempa bumi dapat merusak jalan raya, jembatan, rel kereta api,
dan fasilitas infrastruktur lainnya. Ini dapat mengganggu transportasi dan pemulihan
pasca-bencana.
4. Kekurangan Listrik dan Air: Gempa sering kali menyebabkan pemadaman listrik dan
kerusakan sistem pasokan air. Kekurangan ini dapat membuat kehidupan sehari-hari sulit
bagi penduduk setempat.
5. Pengungsian dan Kerugian Properti: Orang-orang yang tinggal di wilayah yang terkena
dampak gempa bumi mungkin harus mengungsi ke tempat-tempat yang lebih aman.
Properti pribadi mereka bisa rusak atau hilang seluruhnya.
6. Kerusakan pada Fasilitas Kesehatan: Rumah sakit dan pusat kesehatan dapat mengalami
kerusakan serius selama gempa bumi. Ini bisa menyulitkan penyediaan perawatan medis
bagi mereka yang terluka.
7. Kerusakan pada Sekolah dan Pendidikan: Sekolah dan fasilitas pendidikan lainnya juga
dapat mengalami kerusakan, yang dapat menghentikan pendidikan bagi anak-anak di
wilayah tersebut.
8. Potensi Tsunami: Gempa bumi di bawah laut dapat memicu tsunami, yang dapat
menyapu pantai dan wilayah pesisir, menyebabkan kerusakan yang parah.
9. Kekurangan Pasokan Makanan: Gempa bumi dapat mengganggu pasokan makanan dan
air bersih, menyebabkan kekurangan pangan dan air minum.
10. Kerusakan pada Fasilitas Industri: Jika wilayah tersebut memiliki fasilitas industri seperti
pabrik atau gudang berbahaya, gempa bumi dapat menyebabkan kebocoran atau
kerusakan yang dapat mengancam lingkungan dan kesehatan masyarakat.
Penting untuk dicatat bahwa respons pasca-gempa sangat penting dalam membantu
memulihkan kondisi fisik di wilayah bencana. Upaya penyelamatan dan bantuan
kemanusiaan, termasuk penyediaan perawatan medis, makanan, air bersih, tempat tinggal
darurat, dan perbaikan infrastruktur, sangat diperlukan untuk membantu komunitas yang
terkena dampak gempa bumi.
Kondisi masyarakat di wilayah yang terkena bencana gempa bumi dapat sangat
beragam tergantung pada sejumlah faktor, termasuk tingkat kesiapsiagaan mereka, ukuran
gempa, tingkat kerusakan fisik, dan respon pemerintah serta organisasi kemanusiaan.
Banyaknya bencana alam yang terjadi di Indonesia memberikan dampak dan pengaruh
terhadap kualitas hidup masyarakat yang dapat dirasakan baik secara langsung maupun tidak
langsung. Salah satu dampak langsung dari tetjadinya bencana alam terhadap masyarakat
adalah jatuhnya korban jiwa, hilang dan luka-luka. Sedangkan dampak tidak langsung

4
terhadap masyarakat antara lain adalah tetjadinya banyak kerusakan-kerusakan bangunan
perumahan masyarakat, sarana sosial seperti bangunan sekolah, rumah sakit dan sarana
kesehatan lainnya, perkantoran dan infrastruktur jalan, jembatan, jaringan listrik dan
telekomunikasi. Selain itu, terjadinya bencana alam juga mengakibatkan adanya kerugian
ekonomi bagi penduduk, seperti kerusakan lahan pertanian dan kehilangan mata
pencaharian, terutama bagi masyarakat yang bekerja disektor in formal.
Salah satu bencana banjir dan tanah longsor yang cukup banyak menelan korban jiwa
dan harta benda adalah bencana banjir bandang di Wasior pada tanggal 4 Oktober 2010.
Bencana ini telah mengakibatkan sekitar 162 orang meninggal, 146 orang hilang, 91 luka
berat dan sekitar 9.016 jiwa mengungsi. Kerugian akibat bencana banjir bandang ini ditaksir
mencapai 700 rnilyar (Pemerintah RI, 2007; BNPB, 2012; Pemerintah Kabupaten Teluk
Wondama, 2010). Pada tahun yang sama, letusan Gunung Merapi telah mengakibatkan
banyak korban jiwa. Menurut data Pusat Pengendalian dan Operasi BNPB yang dirilis pada
tanggal 11 Nopember 2010 jurnlah korban jiwa mencapai sekitar 194 jiwa meninggal.
Dampak hencana terhadap kesehatan masyarakat relatif berbeda-beda, antara lain
tergantung dari jenis dan hesaran hencana yang terjadi. Kasus cedera yang memerlukan
perawatan medis, misalnya, relatif lehih hanyak dijumpai pada hencana gempa humi
dihandingkan dengan kasus cedera akihat hanjir dan gelomhang pasang. Sehaliknya, hencana
hanjir yang terjadi dalam waktu relatif lama dapat menyehahkan kerusakan sistem sanitasi
dan air bersih, serta menimhulkan potensi kejadian luar biasa (KLB) penyakit-penyakit yang
ditularkan melalui media air (water-borne diseases) seperti diare dan leptospirosis. Terkait
dengan hencana gempa humi, selain dipengaruhi kekuatan gempa, ada tiga faktor yang dapat
mempengaruhi hanyak sedikitnya korhan meninggal dan cedera akihat hencana ini, yakni:
tipe rumah, waktu pada hari terjadinya gempa dan kepadatan penduduk (Pan American
Health Organization, 2006).
B. Kejadian Bencana Gempa Bumi Serta Dampaknya
Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi akibat
pelepasan energi dari bawah permukaan secara tiba-tiba yang menciptakan gelombang
seismik. Gempa bumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak bumi atau lempeng bumi.
Selain itu gempa bumi juga bisa disebabkan oleh letusan gunung api. Gempa bumi juga bisa
diartikan sebagai suatu peristiwa bergetarnya bumi akibat pelepasan energi di dalam bumi
secara tiba-tiba yang ditandai dengan patahnya lapisan batuan pada kerak bumi. Frekuensi
gempa bumi di suatu wilayah mengacu pada jenis dan ukuran gempa bumi yang di alami
selama periode waktu.

5
Gempa bumi diukur dengan menggunakan alat Seismometer. Moment magnitudo
adalah skala yang paling umum di mana gempa bumi terjadi untuk seluruh dunia. Skala
Rickter adalah skala yang di laporkan oleh observatorium seismologi nasional yang di ukur
pada skala besarnya lokal 5 magnitudo. Kedua skala yang sama selama rentang angka
mereka valid. Gempa 3 magnitudo atau lebih sebagian besar hampir tidak terlihat dan
besarnya 7 kali lebih berpotensi menyebabkan kerusakan serius di daerah yang luas,
tergantung pada kedalaman gempa. Gempa Bumi terbesar bersejarah besarnya telah lebih
dari 9 skala rickter, meskipun tidak ada batasan besarnya. Gempa Bumi besar terakhir
besarnya 9,0 atau lebih besar adalah 9,0 magnitudo yaitu gempa di Jepang pada tahun 2011
, dan itu adalah gempa Jepang terbesar sejak pencatatan dimulai. Intensitas getaran diukur
pada modifikasi Skala Mercalli.
Jenis-jenis gempa bumi dibedakan menjadi 2 yaitu berdasarkan penyebab dan
kedalamannya. Berikut ini merupakan penjelasannya :
1. Berdasarkan Penyebabnya
Menurut penyebab terjadinya, gempa bumi dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu :
a) Gempa Vulkanik
Gempa bumi vulkanik adalah gempa bumi yang disebabkan oleh letusan
gunung berapi. Contoh : gempa G. Bromo, gempa G. Una-Una, gempa G. Krakatau.
b) Gempa Tektonik
Gempa tektonik adalah gempa bumi yang terjadi karena pergeseran lapisan
kulit bumi akibat lepasnya energi di zone penunjaman. Gempa bumi tektonik
memiliki kekuatan yang cukup dahsyat. Contoh : gempa Aceh, Bengkulu,
Pangandaran.
c) Gempa runtuhan atau terban
Gempa runtuhan atau terban adalah gempa bumi yang disebabkan oleh tanah
longsor, gua-gua yang runtuh, dan sejenisnya. Tipe gempa seperti ini hanya
berdampak kecil dan wilayahnya sempit.
2. Berdasarkan Kedalamannya
Berdasarkan kedalamannya, jenis-jenis gempa bumi juga dibedakan menjadi 3, yaitu:
a) Gempa bumi dalam
Gempa bumi dalam adalah gempa bumi yang hiposentrumnya (pusat gempa)
berada lebih dari 300 km di bawah permukaan bumi (di dalam kerak bumi). Gempa
bumi dalam pada umumnya tidak terlalu berbahaya.
b) Gempa bumi menengah

6
Gempa bumi menengah adalah gempa bumi yang hiposentrumnya berada
antara 60 km sampai 300 km di bawah permukaan bumi.gempa bumi menengah pada
umumnya menimbulkan kerusakan ringan dan getarannya lebih terasa.
c) Gempa bumi dangkal
Gempa bumi dangkal adalah gempa bumi yang hiposentrumnya berada
kurang dari 60 km dari permukaan bumi. Gempa bumi ini biasanya menimbulkan
kerusakan yang besar.
Kejadian gempa bumi adalah peristiwa alam yang terjadi ketika terjadi pelepasan
energi di dalam kerak bumi, yang mengakibatkan getaran atau goncangan di permukaan
bumi. Gempa bumi dapat memiliki berbagai dampak yang sangat merusak dan bervariasi,
tergantung pada sejumlah faktor, termasuk kedalaman gempa, kekuatan gempa, jarak dari
pusat gempa, jenis tanah di wilayah tersebut, serta tingkat kesiapsiagaan dan infrastruktur
yang ada. Berikut adalah beberapa dampak utama dari gempa bumi:
1. Kerusakan Fisik Bangunan: Gempa bumi dapat merusak atau menghancurkan bangunan,
termasuk rumah, gedung-gedung, dan infrastruktur seperti jembatan dan jalan raya.
Bangunan yang tidak dirancang untuk tahan gempa biasanya lebih rentan terhadap
kerusakan parah.
2. Korban Jiwa dan Luka-Luka: Gempa bumi dapat menyebabkan korban jiwa dan luka-
luka. Orang-orang yang terjebak dalam reruntuhan bangunan atau terkena benda yang
jatuh dapat mengalami cedera serius atau kematian.
3. Kerugian Ekonomi: Kerusakan fisik dan kerugian bisnis akibat gempa bumi dapat
memiliki dampak ekonomi yang signifikan. Biaya pemulihan dan perbaikan infrastruktur
bisa sangat tinggi.
4. Longsor dan Tanah Runtuh: Gempa bumi dapat memicu longsor dan tanah runtuh,
terutama di daerah pegunungan atau dengan tanah yang longgar. Ini dapat mengubur
bangunan, jalan, dan infrastruktur lainnya.
5. Tsunami: Gempa bumi di bawah laut dapat memicu tsunami, yang merupakan
gelombang besar yang dapat mencapai pantai dan menyapu daratan. Tsunami dapat
mengakibatkan kerusakan parah di wilayah pesisir.
6. Gangguan Infrastruktur: Gempa bumi sering mengganggu infrastruktur kunci seperti
sistem listrik, telekomunikasi, dan pasokan air bersih. Ini dapat membuat sulitnya
pemulihan dan bantuan pasca-bencana.

7
7. Pengungsian dan Kehilangan Tempat Tinggal: Orang-orang yang tinggal di wilayah yang
terkena dampak gempa bumi mungkin harus mengungsi ke tempat-tempat yang lebih
aman. Banyak orang bisa kehilangan tempat tinggal mereka.
8. Kekurangan Pangan dan Air Bersih: Gempa bumi dapat mengganggu pasokan makanan
dan air bersih, menyebabkan kekurangan pangan dan air minum bagi masyarakat di
wilayah tersebut.
9. Dampak Lingkungan: Gempa bumi dapat memiliki dampak lingkungan seperti
pencemaran air dan tanah akibat kebocoran bahan berbahaya dari fasilitas industri yang
rusak.
10. Dampak Psikologis: Gempa bumi dapat menyebabkan dampak psikologis yang serius
pada korban dan saksi mata, termasuk trauma, kecemasan, dan stres.
11. Gangguan Sosial dan Ekonomi Jangka Panjang: Gempa bumi dapat mengganggu struktur
sosial dan ekonomi komunitas dalam jangka panjang. Ini dapat mempengaruhi mata
pencaharian, pendidikan, dan kesejahteraan masyarakat.
Penting untuk memiliki rencana kesiapsiagaan bencana, infrastruktur tahan gempa, dan
sistem peringatan dini yang efektif untuk mengurangi dampak buruk gempa bumi dan
membantu komunitas pulih setelahnya. Dalam banyak kasus, kolaborasi antara pemerintah,
organisasi kemanusiaan, dan masyarakat umum sangat penting untuk mengatasi bencana
ini dengan efektif.
C. Pencegahan Dan Mitigasi Bencana Gempa
Pencegahan dan mitigasi bencana gempa adalah upaya yang dilakukan sebelum
terjadinya gempa bumi atau dalam upaya untuk mengurangi dampaknya. Langkah-langkah
ini melibatkan perencanaan, konstruksi yang tahan gempa, pendidikan masyarakat, dan
upaya-upaya lainnya untuk meminimalkan risiko dan kerugian yang dapat diakibatkan oleh
gempa bumi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), mitigasi adalah kata benda
yang memiliki dua makna tergantung konteks penggunaannya. Makna pertama, mitigasi
adalah upaya menjadikan berkurang kekasaran atau atau kesuburannya (tentang tanah dan
sebagainya). Sedangkan makna kedua, mitigasi adalah tindakan mengurangi dampak
bencana. Mitigasi adalah kata yang memiliki padanan kata dalam bahasa Inggris, mitigation.
Definisi mitigation bahasa Inggris, mitigasi adalah tindakan mengurangi keparahan,
keseriusan, atau rasa sakit dari sesuatu.
Menurut Cambridge Dictionary, mitigasi adalah tindakan mengurangi seberapa
berbahaya, tidak menyenangkan, atau buruknya sesuatu. Sementara itu menurut Merriam-
Webster, mitigasi adalah tindakan mengurangi sesuatu atau keadaan yang dikurangi: proses

8
atau hasil membuat sesuatu yang kurang parah, berbahaya, menyakitkan, keras, atau
merusak. Dari sejumlah definisi tersebut ada kesamaan komponen makna, yakni mengurangi
sesuatu yang terkait dengan risiko, dampak, buruk, atau hal-hal yang tidak diinginkan.
Dengan kata lain, bisa dikatakan bahwa mitigasi adalah serangkaian upaya yang dilakukan
untuk mengurangi risiko, dampak buruk atau hal lain yang tidak diinginkan, akibat dari suatu
peristiwa, yang umumnya adalah bencana.Mitigasi adalah upaya yang bertujuan untuk
menurunkan risiko dan dampak dari bencana. Bencana sendiri memiliki tiga kelompok
kategori, yakni bencana alam, bencana nonalam , dan bencana sosial.
Tahap pencegahan dan mitigasi bencana dilakukan untuk mengurangi serta
menanggulangi resiko bencana. Rangkaian upaya yang dilakukan dapat berupa perbaikan
dan modifikasi lingkungan fisik maupun penyadaran serta peningkatan kemampuan
menghadapi ancaman bencana. Tahap pencegahan dan mitigasi bencana dapat dilakukan
secara struktural maupun kultural (Non Struktural). Secara struktural upaya yang dilakukan
untuk mengurangi kerentanan (Vulnerability) terhadap bencana adalah rekayasa teknis
bangunan tahan bencana. Sedangkan secara kultural upaya untuk mengurangi kerentanan
(Vulnerability) terhadap bencana adalah dengan cara mengubah paradigma, meningkatkan
pengetahuan dan sikap sehingga terbangun masyarakat yang tangguh. Mitigasi kultural
termasuk di dalamnya adalah membuat masyarakat peduli terhadap lingkungannya untuk
meminimalkan terjadinya bencana.
Kegiatan yang secara umum dapat dilakukan pada tahapan ini adalah:
1. Membuat peta atau denah wilayah yang sangat rawan terhadap bencana.
2. Pembuatan alarm bencana.
3. Membuat bangunan tahan terhadap bencana tertentu.
4. Memberi penyuluhan serta pendidikan yang mendalam terhadap masyarakat yang
berada di wilayah rawan bencana.
Berikut adalah beberapa langkah pencegahan dan mitigasi bencana gempa dan Tahap-
Tahap Penanganan Bencana gempa bumi:
1. Mitigasi adalah langkah yang memiliki tahap awal penanggulangan bencana alam untuk
mengurangi dan memperkecil dampak bencana. Mitigasi adalah langkah yang juga
dilakukan sebelum bencana terjadi. Contoh kegiatannya antara lain membuat peta
wilayah rawan bencana, pembuatan bangunan tahan gempa, penanaman pohon bakau,
penghijauan hutan, serta memberikan penyuluhan dan meningkatkan kesadaran
masyarakat yang tinggal di wilayah rawan bencana.

9
2. Berikutnya, langkah dari mitigasi adalah perencanaan. Perencanaan dibuat berdasarkan
bencana yang pernah terjadi dan bencana lain yang mungkin akan terjadi. Tujuannya
adalah untuk meminimalkan korban jiwa dan kerusakan sarana-sarana pelayanan umum
yang meliputi upaya mengurangi tingkat risiko, pengelolaan sumber-sumber daya
masyarakat, serta pelatihan warga di wilayah rawan bencana.
3. Langkah ketiga mitigasi adalah respons, yang merupakan upaya meminimalkan bahaya
yang diakibatkan bencana. Tahap ini berlangsung sesaat setelah terjadi bencana. Rencana
penanggulangan bencana dilaksanakan dengan fokus pada upaya pertolongan korban
bencana dan antisipasi kerusakan yang terjadi akibat bencana.
4. Hal yang tak kalah penting dari upaya mitigasi adalah pemulihan. Langkah ini
merupakan langkah yang perlu diambil setelah bencana terjadi guna mengembalikan
kondisi masyarakat seperti semula.Pada tahap ini, fokus diarahkan pada penyediaan
tempat tinggal sementara bagi korban serta membangun kembali saran dan prasarana
yang rusak. Selain itu, juga perlu dilakukan evaluasi terhadap langkah penanggulangan
bencana yang dilakukan.
Berdasarkan siklus waktunya, kegiatan penanganan bencana dapat dibagi 4 kategori:
a) Kegiatan sebelum bencana terjadi.
b) Kegiatan saat bencana terjadi.
c) Kegiatan tepat setelah bencana terjadi.
d) Kegiatan pasca bencana yang meliputi pemulihan, penyembuhan, perbaikan, dan
rehabilitasi.
D. Kesiapsiagaan Bencana Gempa Bumi
Kesiapsiagaan bencana gempa bumi adalah serangkaian tindakan yang diambil
sebelum, selama, dan setelah gempa bumi terjadi untuk melindungi keselamatan manusia,
melindungi properti, dan memfasilitasi pemulihan pasca-bencana. Tahap kesiapsiagaan
dilakukan menjelang sebuah bencana akan terjadi. Pada tahap ini alam menunjukkan tanda
atau signal bahwa bencana akan segera terjadi. Maka pada tahapan ini, seluruh elemen
terutama masyarakat perlu memiliki kesiapan dan selalu siaga untuk menghadapi bencana
tersebut.
Pada tahap ini terdapat proses Renkon yang merupakan singkatan dari Rencana
Kontinjensi. Kontinjensi adalah suatu keadaan atau situasi yang diperkirakan akan segera
terjadi, tetapi mungkin juga tidak akan terjadi. Rencana Kontinjensi berarti suatu proses
identifikasi dan penyusunan rencana yang didasarkan pada keadaan kontinjensi atau yang
belum tentu tersebut. Suatu rencana kontinjensi mungkin tidak selalu pernah diaktifkan, jika

10
keadaan yang diperkirakan tidak terjadi. Secara umum, kegiatan pada tahap kesiapsiagaan
antara lain:
1. Menyusun rencana pengembangan sistem peringatan, pemeliharaan persediaan dan
pelatihan personil.
2. Menyusun langkah-langkah pencarian dan penyelamatan serta rencana evakuasi untuk
daerah yang mungkin menghadapi risiko dari bencana berulang.
3. Melakukan langkah-langkah kesiapan tersebut dilakukan sebelum peristiwa bencana
terjadi dan ditujukan untuk meminimalkan korban jiwa, gangguan layanan, dan
kerusakan saat bencana terjadi.
Berikut adalah beberapa langkah yang harus diambil dalam kesiapsiagaan bencana gempa
bumi:
1. Pendidikan dan Kesadaran Masyarakat: Edukasi masyarakat tentang gempa bumi, risiko,
dan tindakan yang harus diambil dalam situasi darurat.
Sosialisasi peran dan tanggung jawab setiap individu dalam keluarga dan komunitas
dalam rencana darurat.
2. Perencanaan Keluarga: Membuat rencana darurat keluarga yang mencakup lokasi aman
di dalam dan di luar rumah, titik pertemuan, dan kontak darurat.
Menyusun peralatan darurat seperti senter, baterai, obat-obatan penting, dan persediaan
makanan dan air bersih.
3. Perencanaan Komunitas: Komunitas seharusnya memiliki rencana darurat yang
mencakup evakuasi, pusat pengungsian, dan distribusi bantuan.
Mengidentifikasi dan melatih tim tanggap darurat lokal.
4. Sistem Peringatan Dini: Menggunakan sistem peringatan dini gempa bumi yang ada
untuk memberi peringatan kepada masyarakat sebelum gempa besar
terjadi.Mempromosikan aplikasi peringatan gempa bumi di ponsel pintar dan radio
darurat.
5. Latihan Darurat: Melakukan latihan evakuasi dan simulasi tanggapan darurat secara
berkala.Melibatkan masyarakat, sekolah, dan tempat kerja dalam latihan ini.
6. Pemeliharaan Bangunan Tahan Gempa: Memeriksa dan merawat bangunan agar tetap
memenuhi standar bangunan tahan gempa. Memasang perangkat pengaman seperti
pengunci lemari dan gantungan yang aman untuk menghindari cedera akibat barang
jatuh.

11
7. Komunikasi Darurat: Memiliki rencana komunikasi darurat yang mencakup alat
komunikasi cadangan, seperti radio baterai atau sumber daya lainnya. Mempelajari cara
mengakses informasi darurat dari pihak berwenang setelah terjadi gempa.
8. Pemulihan Pasca-Bencana: Menyediakan peralatan pertolongan pertama dan perawatan
medis darurat. Menyusun rencana pemulihan jangka pendek dan jangka panjang untuk
memperbaiki kerusakan dan mengembalikan normalitas.
9. Koordinasi dengan Otoritas Lokal: Berkolaborasi dengan pihak berwenang setempat,
termasuk pemerintah daerah, badan penanggulangan bencana, dan penyedia layanan
medis. Melibatkan organisasi kemanusiaan dan relawan dalam upaya kesiapsiagaan.
10. Pemantauan Aktivitas Seismik: Mengikuti informasi dan peringatan dari lembaga
pemantau gempa bumi. Berpartisipasi dalam program pemantauan gempa bumi melalui
partisipasi dalam program partisipasi masyarakat.
Kesiapsiagaan bencana gempa bumi adalah usaha berkelanjutan yang harus
diadopsi oleh individu, keluarga, dan komunitas. Ini memiliki peran yang krusial dalam
melindungi nyawa dan harta benda serta memfasilitasi pemulihan yang lebih cepat setelah
terjadi gempa bumi. Semakin baik kesiapsiagaan yang diterapkan, semakin besar
kemungkinan untuk mengurangi dampak negatif dari gempa bumi.
E. Tanggap Darurat Bencana Gempa Bumi
Tanggap darurat dalam konteks bencana gempa bumi adalah fase penting yang
dilakukan segera setelah terjadi gempa bumi. Tahap ini bertujuan untuk menyelamatkan
nyawa, memberikan bantuan medis darurat, memberikan bantuan pertolongan pertama, dan
memulai upaya penyelamatan. Tahap tanggap darurat dilakukan saat kejadian bencana
terjadi. Kegiatan pada tahap tanggap darurat yang secara umum berlaku pada semua jenis
bencana antara lain:

1. Menyelamatkan diri dan orang terdekat.


2. Jangan panik.
3. Untuk bisa menyelamatkan orang lain, anda harus dalam kondisi selamat.
4. Lari atau menjauh dari pusat bencana tidak perlu membawa barang-barang apa pun.
5. Lindungi diri dari benda-benda yang mungkin melukai diri.
Berikut adalah langkah-langkah yang umumnya diambil selama tahap tanggap
darurat bencana gempa bumi:

12
1. Evaluasi Keselamatan Pribadi: Jika Anda berada di dalam gedung, cari perlindungan di
bawah meja atau bangunan berstruktur yang kuat. Jangan berada di dekat jendela, cermin,
atau benda-benda berbahaya lainnya yang dapat pecah.
2. Penghentian Aktivitas Saat Terjadi Gempa: Hentikan aktivitas apa pun yang sedang
Anda lakukan dan coba untuk tetap tenang. Jangan panik dan hindari berlari ke luar
gedung atau area terbuka, terutama jika Anda berada di dalam gedung tinggi.
3. Perlindungan Saat Terjadi Gempa: Jika Anda berada di dalam gedung, berlindunglah di
bawah meja atau bangunan berstruktur yang kuat. Jika Anda berada di luar gedung,
hindari bangunan, tiang listrik, dan pohon tinggi. Carilah tempat yang aman jauh dari
bahaya potensial.
4. Setelah Gempa Berakhir: Setelah getaran gempa berakhir, tetap tenang dan periksa diri
Anda sendiri dan orang lain di sekitar Anda untuk cedera. Berikan pertolongan pertama
sebisa mungkin. Jangan mengakses lift setelah gempa bumi.
5. Cari Informasi Darurat: Cobalah untuk mengakses informasi darurat dari radio baterai
atau perangkat komunikasi lainnya jika Anda memiliki akses. Perhatikan peringatan
tsunami jika gempa terjadi di dekat pantai.
6. Evakuasi Aman (Jika Diperlukan): Jika Anda berada di daerah yang berisiko tsunami
atau jika gedung tempat Anda tinggal atau bekerja rusak parah, pertimbangkan untuk
mengikuti prosedur evakuasi yang telah ditentukan. Ikuti instruksi dari pihak berwenang
setempat.
7. Pemulihan Pertolongan Pertama: Berikan perawatan medis pertolongan pertama kepada
mereka yang terluka sebisa mungkin. Jika Anda tidak terlatih dalam pertolongan
pertama, bantu mereka untuk mencari perawatan medis secepat mungkin.
8. Komunikasi Darurat: Jika Anda memiliki alat komunikasi yang berfungsi, gunakan
untuk memberi tahu keluarga atau teman-teman bahwa Anda aman. Hindari
menggunakannya untuk panggilan tidak penting sehingga jalur komunikasi tetap terbuka
bagi pihak berwenang.
9. Waspadai Aftershock: Setelah gempa utama, seringkali ada gempa susulan atau
aftershock yang dapat menyebabkan lebih banyak kerusakan. Tetap waspada terhadap
aftershock dan cari tempat perlindungan yang aman.
10. Mengikuti Petunjuk Pihak Berwenang: Patuhi petunjuk dari pihak berwenang setempat,
termasuk petugas penyelamat, polisi, dan petugas pemadam kebakaran. Jika Anda
diminta untuk mengungsi, lakukan dengan cepat dan aman.

13
Tahap tanggap darurat sangat penting dalam menjaga keselamatan dan kesejahteraan
selama bencana gempa bumi. Selalu prioritaskan keselamatan pribadi dan orang lain, dan
ikuti petunjuk dari pihak berwenang serta prosedur yang telah ditetapkan.
F. Rehabilitasi Dan Rekonstruksi Bencana Gempa Bumi
Rehabilitasi dan rekonstruksi adalah fase penting dalam penanganan bencana gempa
bumi yang datang setelah tahap tanggap darurat. Tujuannya adalah untuk memulihkan
kondisi sosial, ekonomi, dan fisik wilayah yang terkena dampak gempa bumi. Tahapan
rehabilitasi dan rekonstruksi biasa dilakukan setelah terjadinya bencana. Kegiatan inti pada
tahapan ini adalah:
1. Bantuan Darurat
a) Mendirikan pos komando bantuan.
b) Berkoordinasi dengan Satuan Koordinator Pelaksana Penanggulangan Bencana
(SATKORLAK PBP) dan pemberi bantuan yang lain.
c) Mendirikan tenda-tenda penampungan, dapur umum, pos kesehatan dan pos
koordinasi.
d) Mendistribusikan obat-obatan, bahan makanan dan pakaian.
e) Mencari dan menempatkan para korban di tenda atau pos pengungsian.
f) Membantu petugas medis untuk pengobatan dan mengelompokan korban.
g) Mencari, mengevakuasi, dan makamkan korban meninggal.
2. Inventarisasi kerusakan
Pada tahapan ini dilakukan pendataan terhadap berbagai kerusakan yang terjadi, baik
bangunan, fasilitas umum, lahan pertanian, dan sebagainya.
3. Evaluasi kerusakan
Pada tahapan ini dilakukan pembahasan mengenai kekurangan dan kelebihan dalam
penanggulangan bencana yang telah dilakukan. Perbaikan dalam penanggulangan
bencana diharapkan dapat dicapai pada tahapan ini.
4. Pemulihan (Recovery)
Pada tahapan ini dilakukan pemulihan atau mengembalikan kondisi lingkungan yang
rusak atau kacau akibat bencana seperti pada mulanya. Pemulihan ini tidak hanya
dilakukan pada lingkungan fisik saja tetapi korban yang terkena bencana juga diberikan
pemulihan baik secara fisik maupun mental.

14
5. Rehabilitasi (Rehabilitation)
a) Mulai dirancang tata ruang daerah (master plan) idealnya dengan memberi
kepercayaan dan melibatkan seluruh komponen masyarakat utamanya korban
bencana. Termasuk dalam kegiatan ini adalah pemetaan wilayah bencana.
b) Mulai disusun sistem pengelolaan bencana yang menjadi bagian dari sistem
pengelolaan lingkungan.
c) Pencarian dan penyiapan lahan untuk permukiman tetap.
d) Relokasi korban dari tenda penampungan.
e) Mulai dilakukan perbaikan atau pembangunan rumah korban bencana
.Pada tahap ini mulai dilakukan perbaikan fisik fasilitas umum dalam jangka
menengah.
f) Mulai dilakukan pelatihan kerja praktis dan diciptakan lapangan kerja
Perbaikan atau pembangunan sekolah, sarana ibadah, perkantoran, rumah sakit dan
pasar mulai dilakukan.
g) Fungsi pos komando mulai dititikberatkan pada kegiatan fasilitasi atau
pendampingan.
6. Rekonstruksi
Kegiatan rekonstruksi dilakukan dengan program jangka menengah dan jangka
panjang guna perbaikan fisik, sosial dan ekonomi untuk mengembalikan kehidupan
masyarakat pada kondisi yang lebih baik dari sebelumnya.
7. Melanjutkan pemantauan
Wilayah yang pernah mengalami sebuah bencana memiliki kemungkinan besar akan
mengalami kejadian yang sama kembali. Oleh karena itu perlu dilakukan pemantauan
terus-menerus untuk meminimalisir dampak bencana tersebut.

15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa bencana alam berupa
gempa bumi merupakan suatu bencana yang terjadi akibat dari faktor geologis wilayah itu
sendiri. Misalnya, di Indonesia sering sekali terjadi bencana gempa bumi. Hal ini
dikarenakan Indonesia secara geologis terletak di antara 3 lempeng tektonik aktif yaitu
lempeng Indo-Australia, Lempeng Pasifik dan Lempeng Eurasia. Ketika salah satu lempeng
tersebut bertubrukan atau saling bertemu, maka terjadilah gempa bumi. Banyak hal yang
dapat dilakukan dalam penanganan bencana gempa bumi. Dimulai dari pra bencana, terjadi
bencana dan pasca bencana.
B. Saran
Saran yang dapat pemakalah sampaikan kepada pembaca adalah bahwasanya
pembaca harus dapat mempelajari dan menerapkan mitigasi bencana sedini mungkin, agar
dapat bersiap-siap ketika bencana alam datang secara tiba-tiba.

16
DAFTAR PUSTAKA

Arnold, 1986, Tingkat Kegempaan Di Indonesia, Diakses Pada Tanggal 11 September 2023.

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). 2008. Report On Two Years Of

Monitoring And Evaluation Of The Post Earthquake, May 27, 2006, In The

Province Of DI Yogyakarta And Central Java. Jakarta: Bappenas.

Https://Simantu.Pu.Go.Id/Epel/Edok/C8fb5_MDL_Penanggulangan_Bencana.Pdf, Diakses

Pada Tanggal 11 September 2023.

Https://Bpbd.Ntbprov.Go.Id/Pages/Penanganan-Bencana. Diakses Pada Tanggal 11

September 2023.

Http://Bpbd.Jogjaprov.Go.Id/Berita/Mitigasi-Bencana-Gempa-Bumi. Diakses Pada Tanggal

11 September 2023.

Latief Dkk, 2000, Dampak Gempa, Diakses Pada Tanggal 11 September 2023.

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007, Diakses Pada Tanggal 11 September 2023.

17

Anda mungkin juga menyukai