Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

TERBENTUKNYA GUNUNG BERAPI DAN POTENSI GEMPA


TEKTONIK DI BALI, FLORES, ALOR, WETER, DAN BANDA AKIBAT
PERGERAKAN LEMPENG TEKTONIK

OLEH

NAMA : Joannes Roberto Nahak

NIM : 2206100077

JURUSAN : TEKNIK PERTAMBANGAN

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karunia-Nya
kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah tepat waktu. Adapun judul dari makalah ini
adalah “Terbentuknya Gunung Berapi dan potensi Gempa Tektonik Di BALI, FLORES,
ALOR, WETER, DAN BANDA Akibat Pergerakan Lempeng Tektonik”.
Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas Individu diharapkan dapat menambah
wawasan penulis serta pembaca.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak,
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Kami juga menyadari bahwa makalah ini masih memerlukan penyempurnaan, terutama pada
bagian isi. Oleh karena itu, kami menerima segala bentuk kritik dan saran yang membangun dari
berbagai pihak. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, kami memohon maaf.
Demikian yang dapat kami sampaikan.
Akhir kata, semoga makalah Geologi Fisik ini dapat bermanfaat bagi perkembangan dunia
pendidikan.

Penulis

Joannes Roberto Nahak


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kata gunung berapi berasal dari nama vulcano, sebuah pulau vulkanik di Kepulauan
Aeolian di Italia yang pada gilirannya berasal dari Vulcan, Dewa Api dalam mitologi Romawi.
Oleh karena itulah gunung berapi sejatinya menjadi lubang di kerak planet bumi atau planet atau
satelit lain yang dapat mengeluarkan letusan batuan cair, pecahan batu panas, dan gas panas.
Letusan gunung berapi adalah tampilan luar biasa dari kekuatan Bumi. Meskipun letusan itu
spektakuler untuk ditonton, letusan itu dapat menyebabkan hilangnya nyawa dan harta benda,
terutama di daerah padat penduduk di dunia.

Letusan kadang-kadang dimulai dengan akumulasi magma yang kaya gas (batuan bawah
tanah cair) di reservoir dekat permukaan bumi, mereka dapat didahului oleh emisi uap dan gas
dari ventilasi kecil di tanah. Segerombolan gempa kecil, yang mungkin disebabkan oleh
meningkatnya pasang magma padat dan kental yang berosilasi terhadap selubung magma yang
lebih permeabel, juga dapat menandakan letusan gunung berapi, terutama yang eksplosif.

Gempa bumi tektonik disebabkan oleh pelepasan tenaga yang terjadi karena pergeseran
lempengan plat tektonik seperti layaknya gelang karet ditarik dan dilepaskan dengan tiba-
tiba. Gempa Bumi ini biasanya terjadi pada daerah kapur ataupun pada daerah pertambangan,
gempa bumi ini jarang terjadi dan bersifat lokal.
1.2. Perumusan Masalah

Bagaimana Terbentuknya Terbentuknya Gunung Berapi dan potensi Gempa Tektonik Di


BALI, FLORES, ALOR, WETER, DAN BANDA Akibat Pergerakan Lempeng Tektonik ?

1.3. Tujuan Masalah

Untuk mengetahui Terbentuknya Terbentuknya Gunung Berapi dan potensi Gempa


Tektonik Di BALI, FLORES, ALOR, WETER, DAN BANDA Akibat Pergerakan Lempeng
Tektonik ?
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Terbentuknya Gunung Api


Bencana ialah suatu kejadian alam, buatan manusia, atau perpaduan antar keduanya yang
terjadi secara tiba-tiba yang dapat menimbulkan dampak negatif yang dahsyat bagi kelangsungan
hidup. Kejadian bencana memiliki dampak yang buruk berupa dampak fisik dan sosial(1). Pada
dampak fisik yaitu mencakup korban jiwa yang tewas dan cidera/luka-luka. Selain itu, kerusakan
atau kehancuran material juga termasuk ke dalam dampak fisik bencana. Sementara itu, dampak
sosial dapat berupa dampak psikologis, demografis dan potilik(5) .

Indonesia adalah negara yang sangat berpotensi untuk terjadinya bencana seperti gempa
bumi, tsunami, letusan gunung api, dan jenis-jenis bencana geologi lain. Secara geografis
Indonesia merupakan Negara kepulauan yang terletak pada pertemuan 3 lempeng tektonik besar,
yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan lempeng Pasifik(6) . Zona pertemuan antara lempeng
Indo Australia dengan lempeng Eurasia terletak pada lepas pantai barat Sumatera, selatan Jawa
dan Nusatenggara, sedangkan dengan lempeng Pasifik berada di bagian utara pulau Papua dan
Halmahera(7) . Aktifitas tektonik yang terjadi menyebabkan terbentuknya deretan gunung api
(volcanic arc) di sepanjang pulau Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku,
hingga Papua. Deret gunung berapi di Indonesia merupakan bagian dari deret gunung api yang
berada di sepanjang Asia-Pasifik yang sering di sebut sebagai Ring of Fire atau deret sirkum
pasifik. Zona atau wilayah yang berada diantara pertemuan lempeng dan deretan gunung api
sering di sebut sebagai zona aktif atau dikenal dengan istilah busur depan (fore arc), diwilayah
ini umumnya banyak terdapat patahan aktif dan sering terjadi gempa bumi(7) .

Gempa bumi adalah gejala alamiah yang berupa gerakan, goncangan atau getaran tanah
yang mengakibatkan terjadinya patahan atau sesar akibat aktivitas tektonik, letusan gunung api
akibat aktivitas vulkanik, hantaman benda langit, dan/atau ledakan bom akibat ulah manusia
yang ditimbulkan oleh adanya sumber-sumber getaran tanah(8). Fenomena gempa bumi
merupakan kejadian yang dapat dihindari dan dikurangi bahaya dan resiko yang diakibatkannya,
namun tidak dapat diprediksi kapan terjadinya. Pergerakan tektonik dari lempeng bumi ini akan
menimbulkan patahan-patahan baru yang aktif di area daratan dan di area dasar laut yang
merupakan sumber timbulnya gempa bumi tektonik(9) . Data menunjukan bahwa kejadian
gempa di Indonesia lebih dari 10 kali lipat dari tingkat kegempaan di Amerika Serikat yang
menjadikan Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki tingkat kegempaan yang tinggi
di dunia. Dilihat dari sejarah terjadinya gempa di Indonesia, pada tahun 2004 tanggal 26
Desember terjadi gempa besar berkekuatan 9,3Skala Richter (SR) yang disertai tsunami di
Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Bencana tersebut mengakibatkan 130 ribu lebih korban
jiwa, dan 37 ribu orang hilang. Gempa dan tsunami di Aceh merupakan bencana paling besar
dalam sejarah Indonesia. Ratusan ribu korban jiwa hilang sia-sia. Rakyat Aceh terutama yang
berada di pinggir pantai, tidak mengetahui bahwa setelah gempa dahsyat akan menimbulkan
gelombang tsunami. Mereka justru berlarian ke pantai karena air laut turun dan banyaknya ikan
yang menggelepar(10) .

Wilayah barat pulau Sumatera adalah suatu kawasan yang terletak di pinggir lempeng
aktif dunia. Hal ini dapat dilihat pada tingginya kejadian gempa bumi di wilayah ini karena
merupakan daerah pertemuan lempeng tektonik Indo-Australia dengan lempeng tektonik Eurasia.
Sumber gempa di Sumatera Barat tidak hanya bersumber dari pertemuan lempeng tektonik
tersebut tetapi juga dikarenakan adanya sesar Mentawai (Mentawai Fault System) dan sesar
Sumatera (Sumatera Fault System). Dengan adanya 3 (tiga) sumber gempa bumi tersebut yang
menambah kompleknya tektonik wilayah Sumatera dan menyebabkan wilayah Sumatera
merupakan daerah yang rawan terhadap gempa bumi(11) . Sumatera Barat dalam peta Kawasan
Rawan Bencana (KRB) didominasi dengan warna merah muda (kawasan rawan bencana gempa
bumi tinggi), yang berarti berpontensi untuk terjadi goncangan gempa bumi dengan skala
intensitas yang lebih besar dari VII MMI(12) . Berdasarkan kondisi geologi, wilayah Sumatera
Barat di bagian Barat terdapat zona subduksi di sepanjang palung sunda di Barat Kepulauan
Mentawai yang memanjang hingga Selatan Jawa. Salah satu faktor sering terjadinya gempa bumi
pada bidang batas kontak lempeng samudra dan lempeng kerak kepulauan pada zona subduksi
adalah lempeng samudera yang bergerak ke Utara relatif tegak lurus terhadap bentuk Pulau
Sumatera dengan kecepatan 6 – 7 cm/tahun (13) . Gempa besar juga menerpa masyarakat
Sumatera Barat pada tanggal 30 September 2009 sekitar pukul 17.16 WIB yang memporak-
porandakan Kota Padang dan Padang Pariaman, Agam, Pesisir Selatan hingga Pasaman Barat.
Gempa yang terjadi berkekuatan 7,9SR yang mengakibatkan gedung pemerintahan, swasta,
maupun rumah penduduk banyak yang runtuh sehingga banyaknya korban yang tertimbun
reruntuhan bangunan. Tercatat 1.195 orang yang menjadi korban tewas dan sebanyak 249.833
unit rumah penduduk yang mengalami kerusakan (10.

Pada Undang-undang No.24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana menyebutkan


bahwa pada situasi lingkungan yang berpotensi terjadinya bencana, dapat dilakukan
penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi, kesiapsiagaan, peringatan dini, dan mitigasi
bencana. Kesiapsiagaan dilaksanakan dalam menghadapi kejadian bencana untuk memastikan
upaya yang cepat dan tepat(2).

2.2 Potensi Gempa Tektonik Di Bali, Flores, Alor, Weter, Dan Banda Akibat
Pergerakan Lempeng Tektonik

Gempa bumi tektonik adalah jenis gempa Bumi yang disebabkan oleh pergeseran


lempeng plat tektonik. Gempa ini terjadi karena besarnya tenaga yang dihasilkan akibat adanya
tekanan antar lempeng batuan dalam perut Bumi. Gempa Bumi ini adalah jenis gempa yang
paling sering dirasakan, terutama di Indonesia.

Gempa tektonik yang kuat sering terjadi di sekitar tapal batas lempengan-lempengan


tektonik. Lempengan-lempengan tektonik ini selalu bergerak dan saling mendesak satu sama
lain. Pergerakan lempengan-lempengan tektonik ini menyebabkan terjadinya penimbunan energi
secara perlahan-lahan. Gempa tektonik kemudian terjadi karena adanya pelepasan energi yang
telah lama tertimbun tersebut. Gempa tektonik biasanya jauh lebih kuat getarannya dibandingkan
dengan gempa vulkanik, maka getaran gempa yang merusak bangunan kebanyakan disebabkan
oleh gempa tektonik. Tenaga yang dihasilkan oleh tekanan antara batuan dikenal sebagai
kecacatan tektonik. Teori dari tectonic plate (lempeng tektonik) menjelaskan bahwa bumi terdiri
dari beberapa lapisan batuan, sebagian besar area dari lapisan kerak itu akan hanyut dan
mengapung di lapisan seperti salju.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Adanya magma, adalah lelehan batuan dibawah permukaan Bumi; Oleh karena magma
cair tidak sepejal (dense) batuan disekitarnya yang padat (solid), dan kenyataannya lebih
mudah bergerak, begitu terbentuk, naik ke permukaan; Adanya pertemuan lempeng samudera
dengan lempeng benua, dimana lempeng samudera menunjam di bawah lempeng benua
(zone subduksi); Geseken lempeng menimbulkan energi yang tinggi sehingga terjadi
peleburan (melting) litosfer membentuk magma. Magma yang kemudian menkena dan
menyusup masuk ke celah-celah batuan di atasnya dan keluar membentuk gunung api
(volcano).

3.2. Saran

Gunung adalah cipataan Tuhan yang perlu disukuri keberadaanya, karena di balik
kerugian yang terjadi akibat meletusnya gunung, banyak pula keuntungannya oleh karena itu
sebagai manusia hendaknya bersikap bijak dalam menyikapi bencana gunung meletus.

Anda mungkin juga menyukai