Anda di halaman 1dari 12

The Pasific Ring of Fire (cincin api Pasifik) merupakan daerah atau zona yang sering

mengalami aktivitas seismik, berupa gempa bumi dan letusan gunung berapi yang terjadi
di sepanjang cekungan Samudra Pasifik.

Daerah ring of fire berbentuk seperti tapal kuda dan mencakup wilayah sepanjang
40.000 km, membentang dari Chile di Belahan Bumi Barat (Western Hemisphere) lalu ke
Jepang dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Daerah cincin api ini juga sering disebut
sebagai sabuk gempa Pasifik.

Badan Survei Geologi Amerika Serikat (USGS) menyebut, Pacific Ring of Fire atau yang
secara teknis disebut sebagai sabuk Circum-Pacific adalah sabuk gempa terhebat di
dunia.

Sekitar 90 persen dari semua gempa bumi yang terjadi di dunia 80 persen dari gempa
bumi terbesar di dunia, terjadi di sepanjang Ring of Fire ini.

Sedangkan, sekitar 17 persen dari gempa bumi terbesar di dunia, 5 sampai denngan 6
persen dari seluruh gempa terjadi di sepanjang sabuk Alpide, yang membentang dari
Jawa ke Sumatra, Himalaya, Mediterania hingga ke Atlantika

Fakta
tentang Ring of Fire dan Dampaknya Bagi Negara Indonesia
Teori Lempeng Tektonik dan Terbentuknya Ring of Fire

Teori “lempeng tekonik” diperkenalkan pada tahun 1960. Teori ini menjelaskan tentang
lokasi gunung berapi dan gejala-gejala geologinya. Sesuai teori tersebut, maka
permukaan bumi terbentuk dari rangkaian-rangkaian lempeng tektonik dengan tebal
sekitar 80 km. Lempeng-lempeng tersebut akan terus bergerak dengan kecepatan 1 – 10
cm per tahun atau setara dengan pertumbuhan kuku manusia.
Sedangkan di bawah laut juga akan terus terjadi pembentukan kerak bumi karena lava
yang keluar dari gunung berapi bawah laut yang bertemu dengan air laut sehingga
mengeras.

Untuk memberikan ruang kerak bumi yang terbentuk pada dasar laut tersebut, maka
semua lempeng bumi aan bergerak. Pada saat lempeng bumi bergerak inilah terjadi
aktivitas geologis di tepian lempeng tersebut. Ring of fire terbentuk akibat adanya
pergesekan dari lempeng-lempeng tektonik.

Dampak Ring of Fire Bagi Negara Indonesia

Karena terletak dalam zona ring of fire, maka Indonesia memiliki jumlah gunung berapi
terbanyak di dunia. Indonesia memiliki 130 gunung berapi (10% dari jumlah keseluruhan
gunung berapi dunia) dan 17 di antaranya masih merupakan gunung yang aktif. Gunung
berapi di Indonesia terbentuk dalam zona subduksi lempeng Eurasia dan lempeng Indo-
Australia.

Lebih tepatnya, Indonesia terletak diantara Cincin Api dan Sabuk Alpide yang
membentang dari Nusa Tenggara, Bali, Jawa, Sumatra, terus ke Himalaya, Mediterania
dan berujung di Samudra Atlantik.

Indonesia secara histografi merupakan wilayah yang sering terjadi gempa bumi dan
tsunami. Setelah meletusnya Gunung Krakatau yang menimbulkan tsunami besar pada
tahun 1883, telah terjadi setidaknya 17 bencana tsunami besar di Indonesia selama kurun
waktu antara tahun 1900 sampai 1996.

Bencana gempa dan tsunami besar yang terakhir terjadi adalah pada Desember 2004 di
Aceh dan sebagian Sumatera Utara. Bencana dahsyat tersebut telah menelan korban
jiwa lebih dari 200.000 orang dan kerugian harta benda yang tidak terhitung banyaknya.

Beberapa daerah di Indonesia merupakan titik rawan bencana gempa bumi, tsunami,
banjir, dan letusan gunung berapi. Wilayah Indonesia telah dikepung oleh tiga lempeng
sekaligus, yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia, dan lempeng Pasifik. Sewaktu-
waktu ketiga lempeng ini akan bergeser dan patah sehingga menimbulkan gempa bumi.

Catatan dari Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (DVMBG) Departemen
Energi dan Sumber Daya Mineral menunjukan bahwa terdapat 28 wilayah di Indonesia
yang dinyatakan rawan gempa dan tsunami, antara lain wilayah NAD, Sumatra Utara,
Sumatra Barat, Bengkulu, Lampung, Banten, Jateng dan DIY bagian Selatan, Jatim
bagian Selatan, Bali, NTB dan NTT. Kemudian Sulut, Sulteng, Sulsel, Maluku Utara,
Maluku Selatan, Biak, Yapen dan Fak-Fak (Papua), dan Balikpapan (Kalimantan Timur).

Sekitar 12 lokasi di Indonesia termasuk dalam kawasan Cincin Api Pasifik, dengan
rincian lokasi sebagai berikut.

 Gunung Tambora (Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat)


 Toba-Sibayak-Sinabung-Tarutung (Gunung api dan sesar tektonik di Sumatera
Utara)
 Gunung Krakatau (Gunung api bawah laut di Selat Sunda)
 Gunung Agung-Batur-Rinjani (Bali, Lombok)
 Gunung Semeru-Penanggungan-Bromo-Ijen-Kelud (Jawa Timur)
 Gunung Merapi-Merbabu-Lawu-Sindoro-Sumbing-Dieng (Jawa Tengah)
 Gunung Tangkuban Perahu-Salak-Papandayan-Galunggung (Jawa Barat)
 Gunung Kerinci-Dempo-Sorik Merapi (Sumatera)
 Gunung Rokatenda-Egon-Lewo-Tobi-Ende-Larantuka (Nusa Tenggara Timur)
 Sangihe-Ambon-Ibu-Saputan (Kepulauan Ambon)
 Liwang-Padang-Aceh-Palu (Sesar Darat)
 Mentawai-Nias-Simeulue (Pulau di batas benua)

Selain dikepung tiga lempeng tektonik dunia, Indonesia juga sebagai jalur The Pasicif
Ring of Fire (Cincin Api Pasifik), sebagai jalur rangkaian gunung api aktif di dunia.

Cincin api Pasifik membentang diantara subduksi maupun pemisahan lempeng Pasifik
dengan lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia, lempeng Amerika Utara dan lempeng
Nazca yang bertabrakan dengan lempeng Amerika

Zone kegempaan dan gunung api aktif di Circum Pasifik sangat terkenal, karena setiap
gempa atau tsunami dahsyat di kawasan itu, pasti akan menelan korban jiwa dalam
jumlah yang besar.

Pada tahun 1960-an para ahli mengemukakan sebuah teori yang


dinamakan “lempeng tektonik” yang menjelaskan tentang lokasi gunung
berapi dan gejala-gejala geologi.
Menurut teori tersebut, permukaan bumi terbentuk dari rangkaian lempeng-
lempeng tektonik dengan ketebalan lebih kurang 80 km, dimana lempeng-
lempeng tersebut bergerak, berubah posisi dan ukuran dengan kecepatan
1-10 cm per tahun atau bisa disamakan dengan pertumbuhan kuku
jari manusia.Di bawah laut terus menerus terjadi pembentukan kerak bumi
akibat lava yang keluar dari gunung berapi bawah laut yang langsung
bertemu dengan air laut sehingga mengeras.
Maka untuk memberi ruang pada dasar laut yang baru jadi tadi semua
lempeng bumi bergerak, dan saat mereka bergerak terjadilah aktifitas
geologi pada tepian lempeng tersebut.
Ketika lempeng bumi bergerak dapat terjadi tiga kemungkinan :
 lempeng-lempeng bergerak saling menjauhi sehingga memberikan
ruang untuk dasar laut yang baru.
 lempeng saling bertumbukan yang menyebabkan salah satu lempeng
terdesak kebawah dari lempeng yang lain.
 tepian lempeng meluncur tanpa pergesekan yang berarti.
Ring of Fire terbentuk akibat pergesekan lempeng tektonik seperti terlihat
pada gambar di bawah.

Dilihat dari kondisi geografisnya , Indonesia merupakan wilayah dengan


ancaman bencana gempa bumi dan tsunami dengan intensitas yang cukup
tinggi. Banyaknya gunung aktif serta bentuknya yang berupa negara
kepulauan adalah sebagian faktor yang mempengaruhi seringnya terjadi
bencana di Indonesia. Tercatat sebanyak 17 bencana tsunami besar di
Indonesia selama hampir satu abad, setelah kejadian tsunami besar
Gunung Krakatau yang menewaskan sekitar 36.000 jiwa pada tahun 1883.
Gempa dan tsunami besar yang terakhir adalah tsunami Aceh dan
sebagian Sumatera Utara yang menewaskan kurang lebih 150.000 orang
pada tahun 2004. Kemudian disusul gempa 2005 pada Pulau Nias dan
sekitarnya yang menelan korban sekitar 1000 jiwa, serta gempa yang
terjadi pada akhir 2006 yang menimpa Yogyakarta dan sebagian Jawa
Tengah yang menelan korban sekitar 5000 jiwa dan bencana Gunung
Merapi dan tsunami Mentawai pada akhir 2010. Namun selain semua itu,
terjadi banyak sekali gempa-gempa lain di Indonesia pada setiap tahunnya.
Hal ini dikarenakan posisi Indonesia yang dikepung oleh tiga lempeng
tektonik dunia yakni Lempeng Indo-Australian, Eurasia dan Lempeng
Pasific yang apabila bertemu dapat menghasilkan tumpukan energi yang
memiliki ambang batas tertentu. Selain itu, Indonesia juga berada pada
Pasific Ring Of Fire yang merupakan jalur rangkaian gunung api aktif di
dunia yang setiap saat dapat meletus dan mengakibatkan datangnya
bencana. Catatan Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi
(DVMBG) Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral menunjukan
bahwa ada 28 wilayah di Indonesia yang dinyatakan rawan gempa dan
tsunami. Di antaranya NAD, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Bengkulu,
Lampung, Banten, Jateng dan DIY bagian selatan, Jatim bagian selatan,
Bali, NTB dan NTT, kemudian Sulut, Sulteng, Sulsel, Maluku Utara, Maluku
Selatan, Biak, Yapen dan Fak-Fak di Papua serta Balikpapan Kaltim.
Indonesia merupakan daerah pertemuan tiga lempeng tektonik besar, yaitu
Lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Lempeng Pasific. Lempeng Indo-
Australia bertabrakan dengan Lempeng Eurasia di lepas pantai Sumatra,
Jawa dan Nusa Tenggara, sedangkan dengan Pasific di utara Irian dan
Maluku Utara. Di sekitar lokasi pertemuan lempeng inilah terjadi akumulasi
energi tabrakan hingga sampai suatu titik lapisan bumi tidak lagi sanggup
menahan tumpukan energi dan akhirnya energi tersebut akan dilepas
dalam bentuk gempa bumi. Pelepasan energi sesaat ini menimbulkan
berbagai dampak terhadap bangunan akibat percepatan gelombang
seismik, tsunami, longsor, dan liquefaction. Besarnya dampak gempa bumi
terhadap bangunan bergantung pada beberapa hal di antaranya adalah
skala gempa, jarak epicenter, mekanisme sumber, jenis lapisan tanah di
lokasi bangunan dan kualitas bangunan. Indonesia juga merupakan negara
yang secara geologis memiliki posisi yang unik karena berada pada pusat
tumbukan Lempeng Tektonik Hindia Australia di bagian selatan, Lempeng
Eurasia di bagian Utara dan Lempeng Pasifik di bagian timur laut. Hal ini
mengakibatkan Indonesia mempunyai tatanan tektonik yang kompleks dari
arah zona tumbukan yaitu Fore arc, Volcanic arc dan Back arc. Fore arc
merupakan daerah yang berbatasan langsung dengan zona tumbukan atau
sering disebut sebagai zona aktif akibat patahan yang biasa terdapat di
darat maupun di laut. Pada daerah ini, material batuan penyusun utama
lingkungan juga sangat spesifik serta mengandung potensi sumberdaya
alam bahan tambang yang cukup besar. Volcanic arc merupakan jalur
pegunungan aktif di Indonesia yang memiliki topografi khas dengan
sumberdaya alam yang khas juga. Back arc merupakan bagian paling
belakang dari rangkaian busur tektonik yang relatif paling stabil dengan
topografi yang hampir seragam berfungsi sebagai tempat sedimentasi.
Semua daerah tersebut memiliki kekhasan dan keunikan yang jarang
ditemui di daerah lain baik keanegaragaman hayatinya maupun
keanekaragaman geologinya.
Indonesia merupakan Jalur Pasific Ring of Fire yang merupakan jalur
rangkaian gunung api aktif di dunia. Cincin Api Pasifik ini membentang di
antara subduksi maupun pemisahan Lempeng Pasifik dengan Lempeng
Indo-Australia, Lempeng Eurasia, Lempeng Amerika Utara dan Lempeng
Nazca yang bertabrakan dengan lempeng Amerika Selatan. Jalur ini
membentang mulai dari pantai barat Amerika Selatan, terus ke pantai barat
Amerika Utara, lalu melingkar ke Kanada, semenanjung Kamsatschka,
Jepang, melewati Indonesia, Selandia baru dan kepulauan di Pasifik
Selatan. Indonesia memiliki gunung berapi dengan jumlah kurang lebih 240
buah, dimana hampir 70 di antaranya masih aktif. Zona kegempaan dan
gunung api aktif Circum Pasifik amat terkenal, karena setiap gempa hebat
atau tsunami dahsyat di kawasan itu, dipastikan menelan korban jiwa
manusia amat banyak.w Sekitar 90% dari gempa bumi di dunia dan 80%
dari gempa bumi terbesar di dunia terjadi di sepanjang Cincin Api.
Berikutnya wilayah paling seismik (5-6% dari gempa bumi dan 17% dari
gempa bumi terbesar di dunia) adalah sabuk Alpide, yang membentang
dari Jawa ke Sumatera melalui Himalaya, Mediterania, dan keluar ke
Atlantik. Mid-Atlantic Ridge adalah sabuk ketiga tempat sering terjadinya
gempa. Indonesia terletak di antara Cincin Api sepanjang kepulauan timur
laut berbatasan langsung dengan New Guinea dan di sepanjang sabuk
Alpide Selatan dan barat dari Sumatera, Jawa, Bali, Flores, dan Timor
yang terkenal dan sangat aktif. Gunung berapi di Indonesia adalah yang
teraktif di antara tempat lainnya yang termasuk dalam Ring Api Pasifik.
Mereka terbentuk dari daerah subbagian antara Lempeng Eurasia dan
Lempeng Indo-Australia. Beberapa gunung berapi yang tercatat
Kenyataannya keadaan geografis Indonesia ini tidak diantisipasi oleh
masyarakatnya. Akibatnya, bencana selalu menimbulkan korban jiwa
dalam jumlah besar. Untuk menyiasati hal tersebut, yang perlu dilakukan
pemerintah adalah membangun dan mendidik masyarakat yang sadar dan
tanggap terhadap bencana yang akan dan yang sedang terjadi. Adapun
beberapa hal yang dapat disosialisasikan dan dilatihkan ke masyarakat
antara lain adalah :Pemerintah sebaiknya menyediakan sistem peringatan
dini (misalnya sirine, detektor, alat komunikasi, dan lain-lain) yang dapat
diandalkan terutama di daerah rawan bencana. Sehingga saat bencana
terjadi, masyarakat langsung tahu apa yang harus dilakukan. Hal ini sudah
dilakukan pemerintah, khususnya yang terkait dengan bencana tsunami,
melalui TEWS (Tsunami Early Warning System). Penyebab timbulnya
korban dengan jumlah yang cukup banyak adalah ketidaksiapan saat
terjadi bencana sehingga muncul kepanikan.

Masyarakat perlu diberikan pelatihan mengenai caracara menyelamatkan


diri saat bencana terjadi. Sebenarnya di Indonesia banyak perusahaan
tambang dan minyak yang selalu menekankan pentingnya keselamatan
pekerjanya. Tentu saja hal ini dapat dimanfaatkan oleh pemerintah sebagai
mitra kerjasama.Pengetahuan tentang teknik pertolongan pertama pada
korban bencana (P3K/First Aid) juga perlu diberikan kepada masyarakat.
Ketika bencana terjadi, tenaga medis adalah suatu kebutuhan yang bersifat
mendesak. Sering kali ketika didapati korban dalam jumlah yang cukup
besar dan butuh penanganan secepatnya, rumah sakit tidak mampu
menampung dan merawat seluruhnya dengan cepat karena terbatasnya
fasiltas dan tenaga medis disana. Hal ini pernah dirasakan saat gempa
Yogyakarta tahun 2006 silam yang menelan korban lebih dari 5000 jiwa.
Karena banyaknya korban yang membutuhkan pertolongan, semua rumah
sakit menjadi overload sehingga banyak korban-korban tersebut yang
terpaksa diletakkan di halaman sampai ke lapangan parkir rumah sakit.
Maka dari itu, Jika masyarakat sudah terlatih untuk memberikan
pertolongan pertama, diharapkan dapat meminimalisir jumlah korban
meninggal, misalnya dengan menghentikan pendarahan yang terjadi dan
sebagainya.Ketika bencana terjadi, bantuan logistik pangan baru
berdatangan sekitar 12 jam pasca bencana terjadi dan ini belum
terdistribusi ke seluruh wilayah bencana. Ada baiknya jika setiap desa yang
rentan bencana memiliki semacam tempat penyimpanan logistik bencana,
yang dapat dipakai untuk bertahan ketika bencana terjadi, sambil
menunggu datangnya bantuan logistik dari pemerintah.Untuk meminimalisir
kerusakan pasca terjadinya bencana, pengetahuan mengenai struktur
bangunan tahan bencana juga perlu diberikan kepada masyarakat yang
berada pada daerah rentan bencana. Harapan ke depan adalah
menurunnya jumlah kerusakan bangunan dan korban jiwa akibat
kerusakankerusakan tersebut. (eq) letusannya antara lain Krakatau yang
memberikan efek global pada 1883, Danau Toba dengan letusan
supervolcanic yang diperkirakan terjadi pada 74000SM yang bertanggung
jawab atas enam tahun musim dingin, dan Gunung Tambora yang
merupakan letusan tersadis yang tercatat dalam sejarah di tahun 1815.
Gunung berapi paling aktif saat ini adalah Gunung Kelud dan Merapi di
Pulau Jawa yang telah membunuh ribuan penduduk di sekitarnya. Sejak
tahun 1000, Gunung Kelud telah meletus 30 kali, dengan letusan terbesar
berskala lima dalam indeks Letusan Gunung Berapi, sementara itu Gunung
Merapi meletus lebih dari 80 kali. The International Association of
Volcanology and Chemistry menjuluki Merapi sebagai gunung berapi 10
tahunan sejak 1995 karena aktivitasnya yang tinggi dan banyaknya korban
yang berjatuhan akibat letusan dengan intensitas kejadian yang cukup
tinggi. Terakhir kali, Gunung Merapi meletus di Yogyakarta pada akhir
2010 lalu memakan cukup banyak korban.Dengan adanya kejadian seperti
itu pemerintah dan aparat Negara diharapkan agar cepat tanggap dalam
evakuasi dan pertolongan pada korban bila terjadi bencana seperti itu.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN :

Cincin Api Pasifik atau Lingkaran Api Pasifik (bahasa Inggris: Ring of Fire)
adalah daerah yang sering mengalami gempa bumi dan letusan gunung
berapi yang mengelilingi cekungan Samudra Pasifik. Daerah ini berbentuk
seperti tapal kuda dan mencakup wilayah sepanjang 40.000 km. Daerah ini
juga sering disebut sebagai sabuk gempa Pasifik.
Dilihat dari kondisi geografisnya , Indonesia merupakan wilayah dengan
ancaman bencana gempa bumi dan tsunami dengan intensitas yang cukup
tinggi. Indonesia merupakan daerah pertemuan tiga lempeng tektonik
besar, yaitu Lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Lempeng Pasific.
Lempeng Indo-Australia bertabrakan dengan Lempeng Eurasia di lepas
pantai Sumatra, Jawa dan Nusa Tenggara, sedangkan dengan Pasific di
utara Irian dan Maluku Utara. Di sekitar lokasi pertemuan lempeng inilah
terjadi akumulasi energi tabrakan hingga sampai suatu titik lapisan bumi
tidak lagi sanggup menahan tumpukan energi dan akhirnya energi tersebut
akan dilepas dalam bentuk gempa bumi.

Dengan mengetahui bahwa kondisi geografis Indonesia berada pada area


Ring of Fire,maka yang perlu dilakukan pemerintah adalah membangun
dan mendidik masyarakat yang sadar dan tanggap terhadap bencana yang
akan dan yang sedang terjadi. Adapun beberapa hal yang dapat
disosialisasikan dan dilatihkan ke masyarakat antara lain adalah :
Pemerintah sebaiknya menyediakan sistem peringatan dini (misalnya
sirine, detektor, alat komunikasi, dan lain-lain) yang dapat diandalkan
terutama di daerah rawan bencana. Sehingga saat bencana terjadi,
masyarakat langsung tahu apa yang harus dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Cincin_Api_Pasifik ( diakses pada hari senin 24
Februari 2014 pada pukul 20.00 WITA)
http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Master-14343-4108205001-
Chapter1.pdf (diakses pada hari senin 24 Februari 2014 pada pukul
20.00 WITA)
http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRAFI/1959010119890
11-YAKUB_MALIK/HANDOUT_GEMPABUMI.pdf (diakses pada hari senin 24
Februari 2014 pada pukul 20.00 WITA)
http://mountmag.com/wp-
content/uploads/downloads/2012/08/MountMag-09.pdf(diakses pada hari
senin 24 Februari 2014 pada pukul 20.00 WITA)
http://endrosambodo1984.wordpress.com/2012/04/19/ring-of-fire-apakah-
itu/(diakses pada hari senin 24 Februari 2014 pada pukul 20.00 WITA)
http://bulletin.penataanruang.net/index.asp?mod=_fullart&idart=329 (diaks
es pada hari senin 24 Februari 2014 pada pukul 20.00 WITA)

ing of Fire atau Cincin Api Pasifik atau Lingkaran Api Pasifik adalah daerah yang sering
mengalami gempa bumi dan letusan gunung berapi yang mengelilingi cekungan
Samudra Pasifik. Daerah ini berbentuk seperti tapal kuda dan mencakup wilayah
sepanjang 40.000 km. Daerah ini juga sering disebut sebagai sabuk gempa Pasifik.

Sekitar 90% dari gempa bumi yang terjadi dan 81% dari gempa bumi terbesar terjadi di
sepanjang Cincin Api ini. Daerah gempa berikutnya (5–6% dari seluruh gempa dan 17%
dari gempa terbesar) adalah sabuk Alpide yang membentang dari Jawa ke Sumatra,
Himalaya, Mediterania hingga ke Atlantika.
Secara histografi, Indonesia merupakan wilayah yang sering terjadi gempa bumi dan
tsunami. Pasca meletusnya Gunung Krakatau yang menimbulkan tsunami besar di
tahun 1883, setidaknya telah terjadi 17 bencana tsunami besar di Indonesia selama
hampir satu abad (1900-1996).
Bencana gempa dan tsunami besar yang terakhir terjadi pada akhir 2004 di Aceh dan
sebagian Sumatera Utara. Lebih dari 150.000 orang meninggal dunia. Tapi gempa bumi
terjadi hampir di setiap tahun di Indonesia. Setelah gempa Aceh di akhir 2004, pada
2005 Pulau Nias dan sekitarnya juga dilanda gempa. Sekitar 1000 orang menjadi
korban. Akhir Mei 2006 ini, giliran Yogyakarta dan sebagian Jawa Tengah
diporakporandakan gempa bumi. Korban meningggal mencapai 5.000 orang lebih.
Berbagai daerah di Indonesia merupakan titik rawan bencana, terutama bencana gempa
bumi, tsunami, banjir, dan letusan gunung berapi. Wilayah Indonesia dikepung oleh
lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia, dan lempeng Pasifik. Sewaktu-waktu
lempeng ini akan bergeser patah menimbulkan gempa bumi. Selanjutnya jika terjadi
tumbukan antarlempeng tektonik dapat menghasilkan tsunami, seperti yang terjadi di
Aceh dan Sumatera Utara. Catatan dari Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana
Geologi (DVMBG) Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral menunjukan bahwa
ada 28 wilayah di Indonesia yang dinyatakan rawan gempa dan tsunami. Di antaranya
NAD, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Bengkulu, Lampung, Banten, Jateng dan DIY bagian
Selatan, Jatim bagian Selatan, Bali, NTB dan NTT. Kemudian Sulut, Sulteng, Sulsel,
Maluku Utara, Maluku Selatan, Biak, Yapen dan Fak-Fak di Papua serta Balikpapan
Kaltim.
Selain dikepung tiga lempeng tektonik dunia, Indonesia juga merupakan jalur The
Pasicif Ring of Fire (Cincin Api Pasifik), yang merupakan jalur rangkaian gunung api
aktif di dunia. Cincin api Pasifik membentang diantara subduksi maupun pemisahan
lempeng Pasifik dengan lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia, lempeng Amerika
Utara dan lempeng Nazca yang bertabrakan dengan lempeng Amerika Selatan. Ia
membentang dari mulai pantai barat Amerika Selatan, berlanjut ke pantai barat
Amerika Utara, melingkar ke Kanada, semenanjung Kamsatschka, Jepang, Indonesia,
Selandia baru dan kepulauan di Pasifik Selatan. Indonesia memiliki gunung berapi
dengan jumlah kurang lebih 240 buah, di mana hampir 70 di antaranya masih aktif.
Zone kegempaan dan gunung api aktif Circum Pasifik amat terkenal, karena setiap
gempa hebat atau tsunami dahsyat di kawasan itu, dipastikan menelan korban jiwa
manusia amat banyak.
Untuk mengetahui kapan gempa bumi akan terjadi merupakan pekerjaan yang sulit. Hal
ini dikarenakan gempa dapat terjadi secara tiba-tiba di manapun asalkan masih berada
dalam zona kegempaan bumi. Maka dari itu yang masih mungkin dilakukan adalah
melakukan sistem peringatan dini (early warning sytem) yang berfungsi sebagai
"alarm" darurat jika sewaktu-waktu datang gempa secara tak terduga. Implementasi
sistem ini bisa diterapkan dengan memasang rangkain seismograph yang tersambung
dengan satelit. National Ocean and Atmospheric Administration (NOAA) USA misalnya,
telah menggunakan sensor bernama DART (Deep Oceaan Assesment and Reporting)
yang mampu mengukur perubahan gelombang laut akibat gempa bumi tektonik.
Alat-alat pendeteksi gempa langsung harus diletakkan pada daerah-daerah rawan
gempa seperti Aceh, Nabire, Alor, Bengukulu, pantai selatan Jawa, dan sejumlah daerah
rawan gempa lainnya. Alat-alat pendeteksi dipasang dipantau setiap hari oleh petugas
teknis yang berada di daerah bersangkutan, yang lalu mengirimkannya ke pusat untuk
diolah dan dianalisis lebih lanjut oleh para pakar yang memang ahli di bidangnya
Apa itu 'Cincin Api'? 01:13
(CNN) Gunung berapi paling aktif di dunia terletak di sepanjang apa yang disebut Cincin
Api.

Ini juga di mana sebagian besar gempa bumi terjadi karena lempeng tektonik saling
mendorong satu sama lain, menyebabkan tremor.
"Cincin" itu membentang sepanjang 25.000 mil (40.000 kilometer) busur dari batas
Lempeng Pasifik, ke lempengan-lempengan yang lebih kecil seperti lempeng Laut
Filipina, ke Pelat Cocos dan Nazca yang melapisi tepi Samudra Pasifik.
Orang yang paling berisiko dari letusan gunung berapi dan gempa bumi tinggal di
negara-negara yang terletak di sepanjang Ring of Fire, termasuk Chile, Jepang, pantai
barat AS, dan negara-negara pulau lainnya termasuk Kepulauan Solomon ke pesisir
barat Amerika Utara dan Selatan.
Bagaimana Cincin Api itu terbentuk?
Pelat tektonik adalah lempengan besar dari kerak Bumi. Ini bergerak terus di atas
mantel - lapisan batuan padat dan cair di bawah kerak Bumi.
Cincin Api terbentuk saat lempeng samudera meluncur di bawah lempeng benua.
Gunung api di sepanjang Cincin Api terbentuk ketika satu lempeng didorong di bawah
yang lain ke dalam mantel - tubuh padat batu antara kerak Bumi dan inti besi cair -
melalui proses yang disebut subduksi.
Gempa besar - yang berisiko memicu tsunami - juga terjadi di zona subduksi.
Bagaimana gunung berapi terbentuk?
Gunung berapi terbentuk ketika magma, atau batuan cair panas, naik melalui retakan di
kerak bumi, menyebabkan tekanan untuk membangun.
Ketika lempeng tektonik ditarik atau disatukan, tekanannya terlepas, membuat magma
meletus dalam bentuk abu dan atau lava. Begitu lahar mendingin, ia membentuk kerak
baru.
Gunung berapi perlahan terbentuk seiring waktu sebagai lapisan kerak yang terbentuk
setelah beberapa letusan.
Setidaknya 450 gunung berapi aktif dan tidak aktif melapisi Ring of Fire.
Bagaimana gempa bumi dipicu?
Gempa bumi mewakili pelepasan energi dari bagian dalam Bumi, tempat sejumlah besar
panas disimpan.
Panas mendorong lempengan bergerak. Ketika dua lempeng bergerak melawan satu
sama lain dan menghasilkan gesekan, itu menyebabkan energi menumpuk. Ketika
energi dilepaskan itu memicu gempa bumi.
"Dibutuhkan puluhan ribu tahun untuk energi untuk membangun, tetapi hanya hitungan
detik untuk itu akan dirilis," kata Hongfeng Yang, seorang ahli gempa di Chinese
University of Hong Kong.
Lempeng tektonik biasanya bergerak rata-rata beberapa sentimeter setiap tahun, tetapi
ketika gempa bumi menyerang, mereka dapat bergerak beberapa meter per detik.
Dapatkah gempa bumi diprediksi di sepanjang Cincin Api?
Seismolog belum dapat memprediksi kapan atau di mana gempa bumi akan
menyerang, atau seberapa besar mereka akan terjadi.
Beberapa peneliti berpendapat bahwa ada kondisi tertentu - seperti rekah hidrolik ketika
kita mengebor jauh ke dalam laut untuk mengekstrak sumber daya energi - menginduksi
gempa bumi. Tetapi tidak ada bukti ilmiah yang kuat untuk mendukung hal ini.

Anda mungkin juga menyukai