Anda di halaman 1dari 7

= Proses Tektonik dan Pembentukan

Gunung Api
By Admin | 25/05/2014
0 Comment

Kerak bumi terbagi menjadi lempeng-lempeng tektonik yang besar dan kecil. Di beberapa
tempat, lempeng-lempeng tersebut bergerak saling menjauh dan di beberapa tempat lain
bergerak saling mendekat dan bertabrakan.

Di daerah yang lempengnya saling menjauh akan menimbulkan bahan lelehan dari dalam
bumi melalui retakan-retakan, kemudian mendingin dan membentuk batuan basalt.
Berpisahnya lempeng-lempeng bumi ini terjadi jauh di bawah laut, batuan basalt yang timbul
kemudian membentuk punggungan tengah samudra.

Semakin banyak lelehan yang membentuk basalt, lempeng-lempeng tektonik semakin jauh
terpisah, hal ini menyebabkan melebarnya dasar samudra. Diantara benua Australia dan
Antartika terdapat punggungan tengah samudra. Punggungan ini melebar sebesar 6 – 7,5 cm
pertahun. Pelebaran dasar samudra ini mendorong lempeng india-Australia ke arah utara
sehingga bertabrakan dengan lempeng Eurasia.

Peristiwa ini dimulai sekitar 25 juta tahun yang lalu dan terus berlanjut hingga sekarang.

Lempeng India-Australia menunjam kebawah lempeng Eurasia membentuk pegunungan


himalaya, busur gunung api di indonesia, parit Sunda dan Jawa, serta dataran tinggi Papua
Nugini. Australia bagian utara condong ke arah bawah sehingga membentuk teluk
Carpentaria, laut Timor, serta laut arafuru.

Bitcoin telah memberi hasil Rp11 juta per hari!

Ketika pinggiran lempeng India-australia bertabrakan dengan lempeng Eurasia, lempeng


tesebut menunjam jauh ke dalam bumi di bawah indonesia. Suhu yang sangat tinggi telah
meledakan  pinggiran lempeng sehingga menghasilkan magma. Di banyak tempat magma ini
kemudian muncul melalui retakan di permukaan bumi dan membetuk gunung-gunung api.
Busur gunung api di indonesia terbentuk dengan cara tersebut. Gempa bumi sering terjadi
pada kawasan ini karena lempeng samudra mengeluarkan tekanan saat menunjam ke bawah
lempeng benua. Gunung api yang terbentuk akibat proses itu di sebut gunung api andesit.
Gunung api andesit bersifat mudah meletus secara tak terduga.

Pegunungan dibentuk oleh lempeng tektonik. Rantai pegunungan besar dapat mempengaruhi
sirkulasi udara rentang gunung yang dibentuk oleh lempeng tektonik.

Di indonesia terdapat 142 gunung api, tetapi yang aktif kira-kira 76 gunung. Gunung-gunung
tersebut digolongkan atas tiga rangkaian yaitu.

1. Sumatra – Jawa – Nusa Tenggara – sekitar laut Banda


2. Halmahera dan pulau-pulau di sebelah baratnya
3. Sulawesi Utara – pulau Sangihe – pulau Mindanao

Beberapa gunung api di indonesia yang sangat berbahaya letusannya adalah gunung Tambora
di pulau Sumbawa yang meletus tahun 1815, gunung Krakatau yang meletustahun 1883,
gunung Kelud yang meletus tahun 1919, gunung Merapi yang meletus tahun 1930, gunung
Agung yang meletus tahun 1962 dan 1963, serta gunung Galunggung yang meletus tahun
1982.

Manfaat dari tatanan lempeng tektonik Indonesia


Penyebaran mineral ekonomis di Indonesia ini tidak merata. Seperti halnya penyebaran batuan,
penyebaran mineral ekonomis sangat dipengaruhi oleh tatanan geologi Indonesia yang rumit.
Berkenaan dengan hal tersebut, maka usaha-usaha penelusuran keberadaan mineral ekonomis telah
dilakukan oleh banyak orang. Mineral ekonomis adalah mineral bahan galian dan energi yang
mempunyai nilai ekonomis. Mineral logam yang termasuk golongan ini adalah tembaga, besi, emas,
perak, timah, nikel dan aluminium. Mineral non logam yang termasuk golongan ini adalah fosfat,
mika, belerang, fluorit, mangan. Mineral industri adalah mineral bahan baku dan bahan penolong
dalam industri, misalnya felspar, ziolit, diatomea. Mineral energi adalah minyak, gas dan batubara
atau bituminus lainnya. Belakangan panas bumi dan uranium juga masuk dalam golongan ini
walaupun cara pembentukannya berbeda. (Sudradjat, 1999) 3 sistem pegunungan di negara
Indonesia. Indonesia memiliki banyak gunung terutama gunung berapi. Kumpulan gunung-gunung
berapi yang ada di Indonesia merupakan rangkaian pegunungan di seluruh dunia yang berujung di
negara Indonesia. Gunung berapi atau pegunungan termasuk salah satu gejala alam yang ada di
muka bumi ini. Gunung berapi yang masih aktif sewaktu-waktu dapat meletus dan dapat merusak
semua yang ada di sekitarnya. Fenomena tersebut sangat tidak diharapkan oleh manusia atau
makhluk hidup lainnya sebab dapat merugikan. Tetapi sebagai makhluk hidup hanya bisa
menerimanya karena hal tersebut di luar kuasa kita. Gejala alam dalam hal pembentukan
pegunungan dapat memakan waktu jutaan tahun lamanya. Nah, untuk lebih jelasnya tentang sistem
pegunungan di negara Indonesia maka simaklah artikel di bawah ini dengan baik.

Sistem Pegunungan di Indonesia


Kerak bumi terbagi menjadi lempengan-lempengan, yang terdiri atas lempengan benua yang
besar dan yang kecil. Lempengan-lempengan tersebut bergerak perlahan-lahan ke arah
permukaan bumi, dan di antara lempengan-lempengan tersebut terdapat retakan-retakan besar
di kerak bumi. Lempengan-lempengan tersebut ada yang bergerak saling menjauh dan ada
pula yang bergerak saling mendekat dan saling bertabrakan.

Pada wilayah dengan kondisi lempengan yang saling menjauh, timbul bahan lelehan dari
dalam bumi melalui retakan-retakan, kemudian menjadi dingin dan membentuk batuan yang
disebut basal yang terjadi jauh di bawah lautan. Timbulnya basal akan membentuk deretan
pematang bawah samudra yang biasa disebut pematang tengah samudra.

Pegunungan Himalaya terbentuk oleh penunjaman akibat tabrakan antara Lempengan India-
Australia yang didorong ke bawah oleh Lempengan Eurasia, yang menimbulkan  busur
gunung api di Indonesia, parit Sunda dan Jawa serta tanah tinggi Nugini, demikian juga
Australia bagian utara yang telah didorong ke arah bawah yang kemudian membentuk Teluk
Carpentaria dan Laut Timor serta Laut Arafuru.

Gambar lempeng bumi

Busur gunung-gunung api Indonesia terbentuk karena ketika pinggiran lempengan India-
Australia bertabrakan dengan lempengan Eurasia, lempengan tersebut longsor jauh ke dalam
bumi, dan temperatur yang sangat tinggi telah melelehkan pinggiran lempengan sehingga
menghasilkan magma. Magma ini kemudian muncul melalui retakan-retakan di banyak
tempat pada permukaan bumi yang membentuk jajaran gunung api. Gunung-gunung api yang
terbentuk dengan cara ini disebut gunung api andesit. Gunung api andesit bersifat mudah
meledak dan tak terduga, dan lava yang dikeluarkan membentuk batuan andesit.

Terdapat 80 buah gunung berapi yang masih aktif dari 400 gunung berapi yang ada di
Indonesia. Gunung berapi tersebut terbagi menjadi tiga barisan, yaitu:
Sumatra – Jawa – Nusa Tenggara – Laut Banda;
Halmahera dan pulau-pulau di sebelah baratnya;
Sulawesi Utara – Sangihe – Mindanao.
Berikut uraian tentang tiga sistem pokok penyebaran pegunungan yang bertemu di Indonesia.

1. Sistem Sunda
Sistem Sunda dimulai dari Arakan Yoma di Myanmar, sampai ke Kepulauan Banda di
Maluku. Panjangnya ± 7.000 km.
Sistem Sunda terdiri atas dua busur, yaitu: busur dalam yang vulkanis dan busur luar
yang tidak vulkanis, yang terletak di bawah permukaan laut.

Gambar busur vulkanis

2. Sistem Busur Tepi Asia


Sistem Busur Tepi Asia dimulai dari Kamsyatku melalui Jepang, Filipina, Kalimantan, dan
Sulawesi. Setelah sampai Filipina, Busur Tepi Asia terbagi menjadi tiga cabang, yaitu:
Cabang pertama dimulai dari Pulau Luzon melewati Pulau Palawan dan Kalimantan Utara.
Cabang kedua dimulai dari Pulau Luzon melewati Pulau Samar, Mindanau, dan Kalimantan
Utara.
Cabang ketiga dimulai dari Pulau Samar, Mindanau, Sangihe, dan Sulawesi.

3. Sistem Sirkum Australia


Sistem Sirkum Australia dimulai dari Selandia Baru melalui Kaledonia Baru ke Irian.

Ketiga sistem pegunungan tersebut bertemu di sekitar Kepulauan Sulu dan Banggai.
Indonesia juga merupakan daerah pertemuan rangkaian Sirkum Mediterania dan rangkaian
Sirkum Pasifik, dengan proses pembentukan pegunungan yang masih berlangsung sampai
saat ini. Hal inilah yang menyebabkan di Indonesia banyak terjadi gempa bumi.

Pusat gempa di dalam bumi disebut hiposentrum, sedangkan gempa di permukaan bumi di
atas hiposentrum disebut episentrum. Daerah di sekitar episentrum merupakan daerah paling
besar kerusakannya. Episentrum di Indonesia kebanyakan terdapat di bawah permukaan laut
sehingga kerusakan yang terjadi di daratan tidak begitu besar, tetapi bahaya yang lebih besar
disebabkan oleh terjadinya tsunami akibat episentrum di tengah laut. Gempa bumi dapat
dipetakan berdasarkan pusat gempa dan skala gempanya, tetapi tidak dapat diperkirakan
kapan gempa bumi akan terjadi.

Berikut beberapa macam garis pada peta gempa:


Homoseista, adalah garis yang menghubungkan tempat-tempat yang dilalui gempa pada
waktu yang sama.
Isoseista, adalah garis yang menghubungkan tempat-tempat yang dilalui oleh gempa dengan
intensitas yang sama.
Pleistoseista, adalah garis yang mengelilingi daerah yang mengalami kerusakan terhebat
akibat gempa bumi. Pleistoseista ini mengelilingi episentrum karena kerusakan yang terhebat
di sekitar episentrum. Isoseista yang pertama juga merupakan pleistoseista.

Gempa bumi itu merambat melalui tiga macam getaran, sebagai berikut.

a. Getaran longitudinal (merapat-merenggang)


Getaran berasal dari hiposentrum dan bergerak melalui dalam bumi dengan kecepatan tinggi,
yaitu 7–14 km per jam. Getaran ini terjadi paling awal dan merupakan getaran pendahuluan
yang pertama sehingga disebut getaran primer (P). Getaran ini belum menimbulkan
kerusakan.

b. Getaran transversal (naik turun)


Getaran transversal atau naik turun berasal dari hiposentrum dan juga bergerak melalui dalam
bumi dengan kecepatan antara 4–7 km per jam. Getaran ini datang setelah getaran
longitudinal dan merupakan getaran pendahuluan kedua sehingga disebut getaran sekunder
(S). Getaran ini juga belum menimbulkan kerusakan.

c. Getaran gelombang panjang


Getaran ini berasal dari episentrum dan bergerak melalui permukaan bumi dengan kecepatan
antara 3,8–3,9 km per jam. Getaran ini datangnya paling akhir, tetapi merupakan getaran
pokok yang sering menimbulkan kerusakan.

Ada dua macam gempa dilihat dari intensitasnya, yaitu:


makroseisme, yaitu gempa yang dapat diketahui tanpa alat karena intensitasnya yang besar;
mikroseisme, yaitu gempa yang hanya dapat diketahui dengan meng- gunakan alat karena
intensitasnya yang kecil sekali.

Ada tiga macam gempa berdasarkan sebab terjadinya, yaitu sebagai berikut.

a. Gempa runtuhan (terban)

Gempa runtuhan terjadi karena turunnya atau runtuhnya tanah, dan biasa terjadi pada daerah
tambang yang berbentuk terowongan, pegunungan kapur, atau lubang. Di dalam pegunungan
kapur terdapat gua-gua dan ponor-ponor (luweng) yang terjadi proses karena pelarutan
(solusional). Jika atap gua atau lubang itu gugur, timbullah gempa runtuhan meskipun bahaya
yang ditimbulkan relatif kecil dan getaran hanya terjadi di sekitar lokasi runtuhan.

b. Gempa vulkanis

Gempa vulkanis terjadi karena pengaruh yang ditimbulkan oleh meletusnya gunung api. Jika
gunung api akan meletus, timbullah tekanan gas dari dalam sumbat kawahnya yang
menyebabkan terjadinya getaran yang disebut gempa vulkanis. Gempa tersebut hanya terasa
di sekitar daerah gunung api yang meletus sehingga bahaya gempa ini juga relatif kecil.
Contoh gempa vulkanis adalah gempa yang disebabkan oleh letusan Gunung Tambora.
Gunung Tambora pada tahun 1815 meletus dengan dahsyat hingga menewaskan 92.000
orang. Karena kedahsyatannya tercatat dalam sejarah dunia. Kehebatan letusannya tercatat
sekitar 6 juta kali kekuatan bom atom. Gunung ini memiliki garis tengah 60 km pada
ketinggian permukaan air laut. Letusan yang mahadahsyat tersebut telah membentuk kawah
dengan lebar sekitar 6 km, dan kedalaman 1.110 meter, menyebarkan sekitar 150 km3 debu
hingga mencapai jarak sejauh 1.300 km. Jawa Tengah dan Kalimantan dalam jarak sekitar
900 km dari tempat letusan, kejatuhan debu setebal 1 cm. Bongkahan letusan melayang
hingga mencapai 44 km. Letusan Gunung Tambora mengakibatkan gempa vulkanik yang
besar.

c. Gempa tektonik

Gempa tektonik terjadi karena gerak ortogenetik. Daerah yang sering kali mengalami gempa
ini adalah daerah pegunungan lipatan muda, yaitu daerah Sirkum Mediterania dan rangkaian
Sirkum Pasifik. Gempa ini sering mengakibatkan perpindahan tanah, sehingga gempa ini
disebut gempa dislokasi. Bahaya gempa ini relatif besar karena tanah dapat terjadi pelipatan
atau bergeser.

Daerah-daerah yang rawan gempa bumi disebabkan oleh kondisi labil dari suatu daerah
karena daerah tersebut dilalui oleh jalur pertemuan lempeng. Daerah itu, antara lain:
Balkan, Iran, India, dan Indonesia yang merupakan Rangkaian Sirkum Mediterania;
Jepang, Filipina, Cile, dan Amerika Tengah yang merupakan Rangkaian Sirkum Pasifik.
perbandingan skala mercalli dan richter

disusun oleh:
bella cantik pacarr oek selamanya
indah manuk uyeeeeeeeeeeeeeeeeee
ayak pacar chany
cela pacar parboras

Anda mungkin juga menyukai