Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN SEMINAR ASUHAN KEPERAWATAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGAN DIAGNOSA MEDIS ABNORMAL UTERINE BLEEDING (AUB) DI POLI OBGYN


RSUD NGUDI WALUYO WLINGI BLITAR

OLEH: KELOMPOK 2 Rezky Alfian Maliq (P17211186008) Fita Purnamasari R


(P17211186029) Khusnatul Maghfiroh (P17211186025) Rosyada Nirmala (P17211186011)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM


STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS PROGRAM PROFESI TAHUN 2018

LAPORAN SEMINAR ASUHAN KEPERAWATAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


DENGAN DIAGNOSA MEDIS ABNORMAL UTERINE BLEEDING (AUB) DI POLI OBGYN
RSUD NGUDI WALUYO WLINGI BLITAR

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Laporan Kelompok Praktek Profesi Ners Departemen
Keperawatan Maternitas

OLEH: Rezky Alfian Maliq Fita Purnamasari R Khusnatul Maghfiroh Rosyada Nirmala

(P17211186008) (P17211186029) (P17211186025) (P17211186011)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM


STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS PROGRAM PROFESI TAHUN 2018 i

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmatNyalah
penulis dapat menyusun dan menyelesaikan laporan ini dengan judul “Asuhan Keperawatan
Pada Pasien Dengan Diagnosa Medis Abnormal Uterine Bleeding (AUB) Di Poli Obgyn RSUD
Ngudi Waluyo Wlingi.” Tidak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang sudah membantu dan memberi bimbingan dalam proses penyusunan proposal penelitian
ini yaitu Preseptor Klinik dan Preseptor Institusi Penulis menyadari bahwa laporan ini masih
jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharap kritik dan saran yang bersifat
membangun demi penyempurnaan laporan ini. Harapan penulis semoga laporan ini dapat
bermanfaat untuk semua pihak yang membutuhkan.

Malang,

November 2018

Penulis

ii

DAFTAR ISI Halaman Sampul Depan Sampul


Dalam ............................................................................................................. Kata
Pengantar ............................................................................................................ Daftar
Isi ...................................................................................................................... BAB 1
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ........................................................................................
1.2 Tujuan 1.3.1 Tujuan Umum ............................................................................ 1.3.2 Tujuan
Khusus ........................................................................... 1.3 Manfaat Penelitian 1.4.1
Teoritis ....................................................................................... 1.4.2
Praktis ........................................................................................ BAB I1 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Penyakit 2.2.1 Definisi .........................................................................................
2.2.2 Etiologi .......................................................................................... 2.2.3
Patofisiologi .................................................................................. 2.2.4
Diagnosis ...................................................................................... 2.2.5
Pathway ......................................................................................... 2.2.6 Manifestasi
Klinis ......................................................................... 2.2.7 Pemeriksaan
Penunjang ................................................................ 2.2.8
Penatalaksanaan ............................................................................ 2.2 Konsep Asuhan
Keperawatan 2.2.1 Pengkajian ..................................................................................... 2.2.2
Diagnosa........................................................................................ 2.2.3
Intervensi ....................................................................................... BAB II1 LAPORAN ASUHAN
KEPERAWATAN 3.1 Pengkajian Keperawatan ........................................................................
3.2 Analisa Data ........................................................................................... 3.3 Diagnosa
Keperawatan .......................................................................... 3.4
Intervensi ................................................................................................ 3.5 Implementasi dan
Evaluas...................................................................... BAB 1V PENUTUP 4.1
Kesimpulan ............................................................................................ 4.2
Saran....................................................................................................... DAFTAR
PUSTAKA ...............................................................................................

iii

i ii iii

12233

4 6 6 8 9 10 12 12 13 17 20 20 23 30 31 32 34 35 35 36

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Gangguan reproduksi perempuan memiliki beberapa gangguan. Gangguan
haid ini mempunyai manifestasi klinis yang bermacam – macam tergantung kondisi serta
penyakit yang dialami seorang perempuan. Menomethorragi merupakan suatu manifestasi klinis
gangguan haid seorang perempuan dimana jumlah atau volume serta lamanya periode
menstruasi lebih lama dari biasanya. Abnormal uterine bleeding (AUB) atau perdarahan uterus
abnormal (PUA) merupakan perdarahan yang tidak normal pada uterus menurut waktu, jumlah,
dan frekuensi yang bisa terjadi pada saat tidak haid dan saat haid sehingga membuat penderita
merasa tidak nyaman dan dapat berpotensi mengganggu aktivitas sehari-hari. Abnormal uterine
bleeding (AUB) merupakan gejala ginekologik yang paling sering pada wanita usia reproduksi.
Umumnya siklus menstruasi adalah 21-35 hari dengan durasi 5 hari, dan pada 3 hari pertama
kehilangan darah yang banyak. Dalam keadaan tidak hamil, fungsi reproduksi wanita dikontrol
oleh sistem kontrol umpan balik negatif dan positif yang kompleks dan siklik antara hipotalamus
(GnRH), hipofisis anterior (FSH dan LH), dan ovarium (estrogen, progesteron dan inhibin)
(Tendean dkk, 2016). AUB pada remaja dapat disebabkan oleh koagulopathy, hipotalamus
yang imatur, insufisiensi fungsi luteal, gangguan psikogenik (bulimia dan anoreksia), dan tumor
ovarium. Sementara itu, AUB pada peri-menopause atau pasca-menopause biasanya terjadi
karena kelainan struktur, seperti polip, adenomiosis, leiomioma, malignansi seperi kanker
serviks, kanker endometrial atau hiperpalsia endometrium (Siregar MFG, 2016). Di Indonesia
belum ada angka yang menyebutkan kekerapan perdarahan uterus abnormal secara
menyulurh. Kebanyakan memperkirakan sama seperti di luar negeri, yaitu 10% dari kunjungan
ginekologik. AUB menjadi masalah yang sering dialami oleh perempuan usia produktif.
Sebanyak 25% penderita mioma uteri dilaporkan mengelur menoragia, sementara 21%
mengeluh siklus haid yang lebih singkat, 17% mengeluh perdarahan dan 6% mengeluh
perdarahan pasca koitus (Zinger, 2008). Sementara itu, berdasarkan data dari klinik Ginekologi
Rumah Sakit Pusat TNI Gatot Suebroto Jakarta, pasien dengan keluhan AUB adalah sebanyak
87 dari total 490 pasien pada tahun 2014 (Tendean dkk, 2016).

Diagnosis perdarahan uterus disfungsional memerlukan suatu anamnesis yang cermat.


Anamnesis yang teliti tentang bagaimana mulainya perdarahan, apakah didahului oleh siklus
yang pendek atau oleh oligomenorea/amenorea, sifat perdarahan, lama perdarahan, dan
sebagainya. Selain itu perlu juga latar belakang keluarga serta latar belakang emosionalnya.
Pada pemeriksaan umum perlu diperhatikan tanda – tanda yang menunjukkan ke arah
kemungkinan penyakit metabolik, penyakit endokrin, penyakit menahun dan lain – lain. Pada
pemeriksaan ginekologik perlu dilihat apakah tidak ada kelainan – kelainan organik yang
menyebabkan perdarahan abnormal (polip, ulkus, tumor, kehamilan terganggu). Penanganan
atau penatalaksanaan perdarahan uterus disfungsional

sangat komplek, jadi sebelum

memulai terapi harus disingkirkan kemungkinan kelainan organik. Adapun tujuan penatalaksaan
perdarahan uterus disfungsional adalah menghentikan perdarahan serta memperbaiki keadaan
umum penderita (Karkata, 2003).

1.2

Tujuan 1.3.1

Tujuan Umum Melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis abnormal
uterine bleeding

1.3.2

Tujuan Khusus 1.

Melakukan pengkajian pada pasien dengan diagnosa medis abnormal uterine bleeding
2.

Melakukan perumusan diagnosa keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis abnormal
uterine bleeding

3.

Menyusun rencana intervensi keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis abnormal
uterine bleeding

4.

Melakukan tindakan keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis abnormal uterine
bleeding

5.

Melakukan evaluasi keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis abnormal uterine
bleeding

6.

Melakukan dokumentasi keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis abnormal uterine
bleeding

1.3

Manfaat a. Bagi Pembaca Sebagai salah satu sumber informasi dan pengetahuan awal tentang
kasus pasien abnormal uterine bleeding. b. Bagi Instansi Kesehatan Laporan ini diharapkan
dapat menjadi panduan dan acuan asuhan keperawatan pada kasus abnormal uterine bleeding.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Penyakit 2.1.1 Definisi Abnormal Uterine Bleeding/
Perdarahan Uterus Abnormal merupakan perdarahan yang terjadi diluar siklus menstruasi yang
dianggap normal. Perdarahan Uterus Abnormal dapat disebabkan oleh faktor hormonal,
berbagai komplikasi kehamilan, penyakit sistemik, kelainan endometrium (polip), masalah-
masalah serviks / uterus (leiomioma) / kanker. Namun pola perdarahan abnormal seringkali
sangat membantu dalam menegakkan diagnosa secara individual. (Ralph. C Benson, 2015).
Perdarahan Uterus Disfungsional (PUD) digunakan untuk menunjukan semua keadaan
perdarahan melalui vagina yang abnormal.DUB disini didefenisikan sebagai perdarahan vagina
yang terjadi didalam siklus 40 hari, berlangsung >8 hari mengakibatkan kehilang darah > 80 mL
& anemia. Ini merupakan diagnosis penyingkiran dimana penyakit lokal & sistemik harus
disingkirkan. Sekitar 50 % dari pasien ini sekurang-kurangnya berumur 40 th & 20 % yang lain
adalah remaja, karena merupakan saat siklus anovulatori lebih sering ditemukan. (Rudolph,A.
2014). Pola dari perdarahan uterus abnormal Penggolongan standar dari perdarahan abnormal
dibedakan menjadi 7 pola: 1) Menoragia (hipermenorea) adalah perdarahan menstruasi yang
banyak dan memanjang. Adanya bekuan-bekuan darah tidak selalu abnormal, tetapi dapat
menandakan adanya perdarahan yang banyak. Perdarahan yang ‘gushing’ dan ‘openfaucet’
selalu menandakan sesuatu yang tidak lazim. Mioma submukosa, komplikasi kehamilan,
adenomiosis, IUD, hiperplasia endometrium, tumor ganas, dan perdarahan disfungsional adalah
penyebab tersering dari menoragia. 2) Hipomenorea (kriptomenorea) adalah perdarahan
menstruasi yang sedikit, dan terkadang hanya berupa bercak darah. Obstruksi seperti pada
stenosis himen atau serviks mungkin sebagai penyebab. Sinekia uterus (Asherman’s
Syndrome) dapat menjadi penyebab dan diagnosis ditegakkan dengan histerogram dan
histeroskopi. Pasien yang menjalani kontrasepsi oral terkadang mengeluh seperti ini, dan dapat
dipastikan ini tidak apa-apa. 3) Metroragia (perdarahan intermenstrual) adalah perdarahan yang
terjadi pada waktu-waktu diantara periode menstruasi. Perdarahan ovulatoar terjadi di
tengahtengah siklus ditandai dengan bercak darah, dan dapat dilacak dengan memantau 4

suhu tubuh basal. Polip endometrium, karsinoma endometrium, dan karsinoma serviks adalah
penyebab yang patologis. Pada beberapa tahun administrasi estrogen eksogen menjadi
penyebab umum pada perdarahan tipe ini. 4) Polimenorea berarti periode menstruasi yang
terjadi terlalu sering. Hal ini biasanya berhubungan dengan anovulasi dan pemendekan fase
luteal pada siklus menstruasi. 5) Menometroragia adalah perdarahan yang terjadi pada interval
yang iregular. Jumlah dan durasi perdarahan juga bervariasi. Kondisi apapun yang
menyebabkan perdarahan intermenstrual dapat menyebabkan menometroragia. Onset yang
tiba-tiba dari episode perdarahan dapat mengindikasikan adanya keganasan atau komplikasi
dari kehamilan. 6) Oligomenorea adalah periode menstruasi yang terjadi lebih dari 35 hari.
Amenorea didiagnosis bila tidak ada menstruasi selama lebih dari 6 bulan. Volume perdarahan
biasanya berkurang faktor

endokrin

dan biasanya berhubungan dengan anovulasi, baik itu dari

(kehamilan,

pituitari-hipotalamus)

(penurunan berat badan yang terlalu banyak).

ataupun

faktor

sistemik

Tumor yang mengekskresikan

estrogen menyebabkan oligomenorea terlebih dahulu, sebelum menjadi pola yang lain.
Perdarahan kontak (perdarahan post-koitus) harus dianggap sebagai tanda dari kanker leher
rahim sebelum dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Penyebab lain dari perdarahan kontak yang
lebih sering yaitu servikal eversi, polip serviks, infeksi serviks atau vagina (Tichomonas) atau
atropik vaginitis. Hapusan sitologi negatif diagnosis

tidak menyingkirkan

kanker serviks invasif, kolposkopi dan biopsi sangat dianjurkan untuk

dilakukan. Perdarahan Bukan Haid Yang dimaksudkan disini ialah perdarahan yang terjadi
dalam masa antara 2 haid. Perdarahan itu tampak terpisahdan dapat dibedakan dari haid, atau
2 jenis perdarahan ini menjadi satu; yang pertama dinamakan metroragia,yang kedua
menometroragia. Metroragia atau menometroragia dapat disebabkan oleh kelainan organik
pada alat genital atau oleh kelainan fungsional.

2.1.2 Etiologi Sebab-sebab organik Perdarahan dari uterus, tuba, dan ovarium disebabkan oleh
kelainan pada: a)

Serviks uteri, seperti polipus servisis uteri, erosio porsionis uteri, ulkus pada porsio uteri,
karsinoma servisis uteri;

b)

Korpus uteri, seperti polip endometrium, abortus iminens, abortus sedang berlangsung, abortus
inkompletus, mola hidatidosa, koriokarsinoma, subinvolusio uteri, karsinoma korporis uteri,
sarkoma uteri, mioma uteri;

c)

Tuba Falopii, seperti kehamilan ektoplik terganggu, radang tuba, tumor tuba;

d)

Ovarium, seperti radang ovarium, tumor ovarium.

Sebab-sebab fungsional Perdarahan dari uterus yang tidak ada hubungannya dengan sebab
organik, dinamakan perdarahan disfungsional. Perdarahan disfungsional dapat terjadi pada
setiap umur antara menarche dan menopause. Tetapi , kelainan ini lebih sering dijumpai
sewaktu masa permulaan dan masa akhir fungsi ovarium. Dua pertiga dari wanita-wanita yang
dirawat di rumah sakit untuk perdarahan disfungsional berumur diatas 40 tahun, dan 3%
dibawah 20 tahun. Sebetulnya dalam praktek banyak dijumpai pula perdarahan disfungsional
dalam masa pubertas, akan tetapi karena keadaan ini biasanya dapat sembuh sendiri, jarang
diperlukan perawatan di rumah sakit.

2.1.3 Patofisiologi Schröder pada tahun 1915, setelah penelitian histopatologik pada uterus dan
ovarium pada waktu yang sama, menarik kesimpulan bahwa gangguan perdarahan yang
dinamakan metropatia hemoragika terjadi karena persistensi folikel yang tidak pecah sehingga
tidak terjadi ovulasi dan pembentukan korpus luteum. Akibatnya, terjadilah hiperplasia
endometrium karena stimulasi estrogen yang berlebihan dan terus–menerus. Penjelasan ini
masih dapat diterima untuk sebagian besar kasus-kasus perdarahan disfungsional. Akan tetapi,
penelitian menunjukkan pula bahwa perdarahan disfungsional dapat ditemukan bersamaan
dengan berbagai jenis endometrium, yakni endometrium atrofik, hiperplastik, proliferatif, dan
sekretoris, dengan endometrium jenis nonsekresi merupakan bagian terbesar. Pembagian
endometrium dalam endometrium jenis nonsekresi dan endometrium jenis sekresi penting
karena dengan dengan demikian dapat dibedakan 6

perdarahan yang anovulatoar dan yang ovulatoar. Klasifikasi ini mempunyai nilai klinik karena
kedua jenis perdarahan disfungsional ini mempunyai dasar etiologi yang berlainan dan
memerlukan penanganan yang berbeda. Pada perdarahan disfungsional yang ovulatoar
gangguan dianggap berasal dari faktor-faktor neuromuskular, vasomotorik, atau hematologik,
yang mekanismenya belum seberapa dimengerti, sedangkan perdarahan anovulatoar biasanya
dianggap bersumber pada gangguan endokrin

Gambar 1. Siklus Menstruasi Manusia

2.1.4 Diagnosis Pembuatan anamnesis yang cermat penting untuk diagnosis. Perlu ditanyakan
bagaimana mulainya perdarahan, apakah didahului siklus yang pendek atau oleh
oligomenorea/amenorea, sifat perdarahan (banyak atau sedikit-sedikit, sakit atau tidak), lama
perdarahan, dan sebagainya. Pada pemeriksaan umum perlu diperhatikan tanda-tanda yang
menunjuk ke arah kemungkinan penyakit metabolik, penyakit endokrin, penyakit menahun, dan
lain-lain. Kecurigaan terhadap salah satu penyakit tersebut hendaknya menjadi dorongan untuk
melakukan pemeriksaan dengan teliti ke arah penyakit yang bersangkutan. Pada pemeriksaan
ginekologik perlu dilihat apakah tidak ada kelainan-kelainan organik, yang menyebabkan
perdarahan abnormal (polip, ulkus, tumor, kehamilan terganggu). Dalam hubungan dengan
pemeriksaan ini, perlu diketahui bahwa di negeri kita keluarga sangat keberatan dilakukan
pemeriksaan dalam pada wanita yang belum kawin, meskipun kadangkadang hal itu tidak dapat
dihindarkan. Dalam hal ini dapat dipertimbangkan untuk melakukan pemeriksaan dengan
menggunakan anestesia umum. Pada wanita dalam masa pubertas umumnya tidak perlu
dilakukan kerokan guna pembuatan diagnosis. Pada wanita berumur antara 20 dan 40 tahun
kemungkinan besar ialah kehamilan terganggu, polip, mioma submukosum, dan sebagainya.
Disini kerokan diadakan setelah dapat diketahui benar bahwa tindakan tersebut tidak
mengganggu kehamilan yang memberi harapan untuk diselamatkan. Pada wanita dalam
pramenopause dorongan untuk melakukan kerokan ialah untuk memastikan ada tidaknya tumor
ganas.

2.1.5 Pathway

9
2.1.6 Manifestasi Klinis Perdarahan rahim yang dapat terjadi tiap saat dalam siklus menstruasi.
Jumlah perdarahan bisa sedikit-sedikit dan terus menerus atau banyak dan berulang. Pada
siklus ovulasi biasanya perdarahan bersifat spontan, teratur dan lebih bisa diramalkan serta
seringkali disertai rasa tidak nyaman sedangkan pada anovulasi merupakan kebalikannya
(Rudolph,Abraham, 2006). Selain itu gejala yang yang dapat timbul diantaranya seperti mood
ayunan, kekeringan atau kelembutan Vagina serta juga dapat menimbulkan rasa lelah yang
berlebih (Stork,Susan, 2006). 1. Pada siklus ovulasi Karakteristik PUD bervariasi, mulai dari
perdarahan banyak tapi jarang, hingga spotting atau perdarahan yang terus menerus.
Perdarahan ini merupakan kurang lebih 10% dari perdarahan disfungsional dengan siklus
pendek (polimenorea) atau panjang (oligomenorea). Untuk menegakan diagnosis perlu
dilakukan kerokan pada masa mendekati haid. Jika karena perdarahan yang lama dan tidak
teratur sehingga siklus haid tidal lagi dikenali maka kadang-kadang bentuk kurve suhu badan
basal dapat menolong (Wiknjoksastro, 2007). Jika sudah dipastikan bahwa perdarahan berasal
dari endometrium tipe sekresi tanpa ada sebab organik, yaitu : a. Korpus luteum persistens :
dalam hal ini dijumpai perdarahan kadangkadang bersamaan dengan ovarium membesar.
Dapat juga menyebabkan pelepasan endometrium tidak teratur. b. Insufisiensi korpus luteum
dapat menyebabkan premenstrual spotting, menoragia atau polimenorea. Dasarnya ialah
kurangnya produksi progesteron disebabkan oleh gangguan LH releasing faktor. Diagnosis
dibuat, apabila hasil biopsi endometrial dalam fase luteal tidak cocok dengan gambaran
endometrium yang seharusnya didapat pada hari siklus yang bersangkutan. c. Apopleksia uteri:
pada wanita dengan hipertensi dapat terjadi pecahnya pembuluh darah dalam uterus. d.
Kelainan darah seperti anemia, purpura trombositopenik dan gangguan dalam mekanisme
pembekuan darah.

10

2. Pada siklus tanpa ovulasi (anovulation) Perdarahan tidak terjadi bersamaan. Permukaan
dinding rahim di satu bagian baru sembuh lantas diikuti perdarahan di permukaan lainnya.
Jadilah perdarahan rahim berkepanjangan (Wiknjoksastro, 2007).

3. Berdasarakan jenis perdarahan yang muncul, yaitu : Batasan Oligomenorea

Pola Abnormalitas Perdarahan Perdarahan uterus yang terjadi dengan interval > 35 hari dan
disebabkan oleh fase folikuler yang memanjang.

Polimenorea

Perdarahan uterus yg trjadi dgn interval 80 ml atau > 7 hari. Menometroragia Perdarahan uterus
yang tidak teratur, interval non-siklik dan dengan darah yang berlebihan (>80 ml) dan atau
dengan durasi yang panjang ( > 7 hari). Metroragia/

Perdarahan uterus yang tidak teratur diantara siklus ovulatoir

perdarahan

dengan penyebab a.l penyakit servik, AKDR, endometritis, polip,


antara haid

mioma submukosa, hiperplasia endometrium, dan keganasan.

Bercak

Bercak perdarahan yang terjadi sesaat sebelum ovulasi yang

intermenstrual

umumnya disebabkan oleh penurunan kadar estrogen.

Perdarahan

Perdarahan uterus yang terjadi pada wanita menopause yang

pasca

sekurang-kurangnya sudah tidak mendapatkan haid selama 12

menopause

bulan.

Perd.uterus

Perdarahan uterus yang ditandai dengan hilangnya darah yang

abnormal akut

sangat banyak dan menyebabkan gangguan hemostasisis (hipotensi , takikardia atau renjatan).

Perdarahan

Perdarahan uterus yang bersifat ovulatoir atau anovulatoir yang

uterus disfungsi

tidak

berkaitan

dengan

kehamilan,

pengobatan,
penyebab

iatrogenik, patologi traktus genitalis yang nyata dan atau gangguan kondisi sistemik.

11

2.1.7 Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium

Primer

sekunder

tertier

Hb

Darah lengkap

Prolaktin

Tes kehamilan

Hemostasis

Tiroid (TSH,

urin

(BTCT,

FT4)

lainnya sesuai

DHEAS,

fasilitas)

Testosteron Hemostasis (PT, aPTT, fibrinogen, D-dimer)

USG

USG
USG

transabdominal

transabdominal

USG

USG

transvaginal

transvaginal

SIS

SIS Doppler

Penilaian

Mikrokuret

Mikrokuret /

Endometrium

D&K

D&K Histeroskopi Endometrial sampling (hysteroscopy guided)

Penilaian serviks

IVA

(bila ada

Pap smear

Pap smear Kolposkopi

patologi

2.1.8 Penatalaksanaan Menurut (Wiknjoksastro, 2007) & (Estephan A. 2005), prinsip secara
umum yaitu : 1. Menghentikan perdarahan  Langkah-langkah upaya menghentikan perdarahan
adalah sebagai berikut: 12

a. Kuret (curettage)  Hanya untuk wanita yang sudah menikah. b. Obat (medikamentosa) 1)
Golongan estrogen Pada umumnya dipakai estrogen alamiah, misalnya: estradiol valerat (nama

generik) yang relatif menguntungkan karena tidak

membebani kinerja liver dan tidak menimbulkan gangguan pembekuan darah. Jenis lain,
misalnya: etinil estradiol, tapi obat

ini dapat

menimbulkan gangguan fungsi liver. Dosis dan cara pemberian : a) Estrogen konyugasi
(estradiol valerat): 2,5 mg diminum selama 7-10 hari. b) Benzoas estradiol: 20 mg disuntikkan
intramuskuler. (melalui bokong) c) Jika perdarahannya banyak, dianjurkan nginap di RS
(opname), dan diberikan Estrogen konyugasi (estradiol valerat): 25 mg secara intravenus
(suntikan lewat selang infus) perlahan-lahan (10-15 menit), dapat diulang tiap 3-4 jam. Tidak
boleh lebih 4 kali sehari. Estrogen intravena dosis tinggi ( estrogen konjugasi 25 mg setiap 4
jam sampai perdarahan berhenti ) akan mengontrol secara akut melalui perbaikan proliferatif
endometrium dan melalui efek langsung terhadap koagulasi, termasuk peningkatan fibrinogen
dan agregasi trombosit. Terapi estrogen bermanfaat menghentikan perdarahan khususnya
pada kasus endometerium atrofik atau inadekuat. Estrogen juga diindikasikan pada kasus DUB
sekunder akibat depot progestogen ( Depo Provera ). Keberatan terapi ini ialah bahwa setelah
suntikan dihentikan, perdarahan timbul lagi. 2) Obat Kombinasi Terapi siklik merupakan terapi
yang paling banyak digunakan dan paling efektif. Pengobatan medis ditujukan pada pasien
dengan perdarahan yang banyak atau perdarahan yang terjadi setelah beberapa bulan
amenore. Cara terbaik adalah memberikan kontrasepsi oral ; obat ini dapat dihentikan setelah 3
– 6 bulan dan dilakukan observasi untuk melihat apakah telah timbul pola menstruasi yang
normal. Banyak

13

pasien yang mengalami anovulasi kronik dan pengobatan berkelanjutan diperlukan. 3)


Golongan progesterone Pertimbangan di sini ialah bahwa sebagian besar perdarahan
fungsional bersifat anovulatoar, sehingga pemberian obat progesterone mengimbangi pengaruh
estrogen terhadap endometrium. Obat untuk jenis ini, antara lain: a) Medroksi progesteron
asetat (MPA): 10-20 mg per hari, diminum 7-10 hari. b) Norethisteron: 3×1 tablet, diminum
selama 7-10 hari. c) Kaproas hidroksi-progesteron 125 mg secara intramuskular. 4) OAINS
Menorragia dapat dikurangi dengan Obat Anti Inflamasi Non Steroid. Fraser dan Shearman
membuktikan bahwa OAINS paling efektif jika diberikan selama 7 hingga 10 hari sebelum onset
menstruasi yang diharapkan pada pasien DUB ovulatori, tetapi umumnya dimulai pada onset
menstruasi dan dilanjutkan selama espisode perdarahan dan berhasil baik. Obat ini mengurangi
kehilangan darah selama menstruasi ( mensturual blood loss / MBL ) dan manfaatnya paling
besar pada DUB ovulatori dimana jumlah pelepasan prostanoid paling tinggi. 2. Mengatur
menstruasi agar kembali normal  Setelah perdarahan berhenti, langkah selanjutnya adalah
pengobatan untuk mengatur siklus menstruasi, misalnya dengan pemberian: Golongan
progesteron: 2×1 tablet diminum selama 10 hari. Minum obat dimulai pada hari ke 14-15
menstruasi. 3. Transfusi jika kadar hemoglobin kurang dari 8 gr%

 Terapi yang ini


diharuskan pasiennya untuk menginap di Rumah Sakit atau klinik. Sekantong darah (250 cc)
diperkirakan dapat menaikkan kadar hemoglobin (Hb) 0,75 gr%. Ini berarti, jika kadar Hb ingin
dinaikkan menjadi 10 gr% maka kira-kira perlu sekitar 4 kantong darah.

Penatalaksanaan berdasarkan tipe AUB 1. Perdarahan uterus disfungsi yang anovulatoir Pil
kontrasepsi oral digunakan untuk mengatur siklus haid dan kontrasepsi. Pada penderita dengan
siklus haid tidak teratur akibat anovulasi kronik (oligo 14

ovulasi), pemberian pil kontrasepsi mencegah resiko yang berkaitan dengan stimulasi estrogen
berkepanjangan terhadap endometrium yang tidak diimbangi dengan progesteron (“unopposed
estrogen stimulation of the endometrium”). Pil kontrasepsi secara efektif dapat mengendalikan
perdarahan anovulatoir pada penderita pre dan perimenopause. Bila terdapat kontraindikasi
pemberian pil kontrasepsi ( perokok berat atau resiko tromboflebitis) maka dapat diberikan
terapi dengan progestin secara siklis selama 5 – 12 hari setiap bulan sebagai alternatif. DOSIS


MAKSUD

Etinil estradiol 20 – 35 mcg +

Mengatur siklus haid

progestin monofasik tiap hari

Kontrasepsi

Pil 35 mcg 2 – 4 kali sehari

Mencegah

selama 5 – 7 hari sampai perdarahan berhenti dan diikuti dengan

penurunan

hiperplasia

endometrium 

secara
Penatalaksanaan perdarahan yang banyak

bertahap sampai 1 pil 1 kali

namum

tidak

bersifat

gawat darurat

perhari dan dilanjutkan dengan pemberian pil kontrasepsi selama 3 siklus 

5 – 10 mg / hari selama 5 – 10

Mengatur siklus haid

hari @ bulan

Mencegah

hiperplasia

endometrium

2. Perdarahan uterus disfungsi ovulatoir Terapi medikamentosa untuk kasus menoragia


terutama adalah NSAID (asam mefenamat) dan AKDR-levonorgesterel (Mirena). Efektivitas
asam mefenamat, pil kontrasepsi, naproxen, danazol terhadap menoragia adalah setara. Efek
samping dan harga dari androgen (Danazol atau GnRH agonis) membatasi penggunaannya
bagi kasus menoragia, namun obat-obat ini dapat digunakan dalam jangka pendek untuk
menipiskan endometrium sebelum dikerjakan tindakan ablasi endometrium. 15

Obat antifibrinolitik secara bermakna mengurangi jumlah perdarahan, namun obat ini jarang
digunakan dengan alasan yang menyangkut keamanan ( potensi menyebabkan tromboemboli).
3. Pembedahan Bila terapi medis gagal atau terdapat kontraindikasi maka dilakukan intervensi
pembedahan. Terapi pilhan pada kasus adenokarsionoma adalah histerektomi, tindakan ini juga
dipertimbangkan bila hasil biopsi menunjukan atipia. TINDAKAN Histeroskopi operatif
Mimektomi

ALASAN Abnormalitas struktur intra uteri.

(abdominal, Mioma uteri.


laparoskopik, histeroskopik) Reseksi

endometrial Terapi menoragia atau menometroragia resisten.

transervikal Ablasi endometrium (thermal Terapi menoragia atau menometroragia resisten


balloon/roller ball)

dalam rangka penatalaksanaan perdarahan uterus akut yang resisten

Embolisasi arteri uterina

Mioma uteri.

Histerektomi

Hiperplasia atipikal, karsinoma endometrium.

16

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan 2.2.1 Pengkajian Keperawatan 1. Anamnesis 

Anamnesis dilakukan untuk menilai kemungkinan adanya faktor risiko kelainan tiroid,
penambahan dan penurunan BB yang drastis, serta riwayat kelainan hemostasis pada pasien
dan keluarganya. Perlu ditanyakan siklus haid sebelumnya serta waktu mulai terjadinya
perdarahan uterus abnormal.

Prevalensi penyakit von Willebrand pada perempuan perdarahan haid rata-rata meningkat 10%
dibandingkan populasi normal. Karena itu perlu dilakukan pertanyaan untuk mengidentifikasi
penyakit von Willebrand.

Pada perempuan pengguna pil kontrasepsi perlu ditanyakan tingkat kepatuhannya dan obat-
obat lain yang diperkirakan mengganggu koagulasi. Anamnesis terstruktur dapat digunakan
sebagai penapis gangguan hemostasis dengan sensitivitas 90%.

Perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut pada

perempuan dengan hasil penapisan positif. 1) Identitas klien  Meliputi nama, umur, jenis
kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama dan alamat, serta data penanggung jawab 2) Keluhan
klien saat masuk rumah sakit  Biasanya klien merasa nyeri pada daerah perut & terasa ada
massa di daerah abdomen, menstruasi yg tidak berhenti-henti. 3) Riwayat Kesehatan a.
Riwayat kesehatan sekarang  Keluhan yang dirasakan klien adalah nyeri pada daerah
abdomen bawah, ada pembengkakan pada daerah perut, menstruasi yang tidak berhenti, rasa
mual dan muntah. b. Riwayat kesehatan keluarga  kaji riwayat keluarga dlm kelainan
ginekologi 4) Riwayat kehamilan dan persalinan  Dengan kehamilan dan persalinan/tidak 5)
Riwayat menstruasi  kadang-kadang terjadi digumenorhea dan bahkan sampai amenorhea.
menarche, lama, siklus, jumlah, warna dan bau 6) Pemeriksaan Fisik  Dilakukan mulai dari
kepala sampai ekstremitas bawah secara sistematis. a. Abdomen  Nyeri tekan pada abdomen,
Teraba massa pada abdomen. b. Ekstremitas  Nyeri panggul saat beraktivitas, Tidak ada
kelemahan. c. Eliminasi, urinasi  Adanya konstipasi, Susah BAK 17

7) Data Sosial Ekonomi  kaji golongan masyarakat dan tingkat umur, baik sebelum masa
pubertas maupun sebelum menopause. 8) Data Psikologis  Ovarium merupakan bagian dari
organ reproduksi wanita, dimana ovarium sebagai penghasil ovum, mengingat fungsi dari
ovarium tersebut sementara pada klien dengan perdarahan abnormal pervaginam hal ini akan
mempengaruhi mental klien yang ingin hamil 9) Pola kebiasaan Sehari-hari  Biasanya klien
mengalami gangguan dalam aktivitas, dan tidur karena merasa nyeri 10) Pemeriksaan
Penunjang a. Data laboratorium  pemeriksaan darah lengkap (NB, HT, SDP) b. Pemeriksaan
fisiki  ada tidaknya benjolan dan ukuran benjolan 2.

Pemeriksaan Umum 

Pemeriksaan fisik pertama kali dilakukan untuk menilai stabilitas keadaan hemodinamik.

Pastikan bahwa perdarahan berasal dari kanalis servikalis dan tidak berhubungan dengan
kehamilan. Pemeriksaan indeks massa tubuh, tanda tanda hiperandrogen, pembesaran
kelenjar tiroid atau manifestasi hipotiroid/hipertiroid, galaktorea (hiperprolaktinemia), gangguan
lapang pandang (adenoma hipofisis), purpura dan ekimosis wajib diperiksa.

3.

Pemeriksaan Ginekologi 

Pemeriksaan ginekologi yang teliti perlu dilakukan termasuk pemeriksaan pap smear. Harus
disingkirkan pula kemungkinan adanya mioma uteri, polip, hiperplasia endometrium atau
keganasan.

Penilaian Ovulasi  Siklus  Jenis 

haid yang berovulasi berkisar 22-35 hari.

perdarahan PUA-O bersifat ireguler dan sering diselingi amenorea.

Konfirmasi ovulasi dapat dilakukan dengan pemeriksaan progesteron serum fase luteal atau
USG transvaginal bila diperlukan.

18
Penilaian Endometrium 

Pengambilan sampel endometrium tidak harus dilakukan pada semua pasien PUA.
Pengambilan sampel endometrium hanya dilakukan pada:

Perempuan umur > 45 tahun

Terdapat faktor risiko genetik

USG transvaginal menggambarkan penebalan endometrium kompleks yang merupakan faktor


risiko hiperplasia atipik atau kanker endometrium

Terdapat faktor risiko diabetes mellitus, hipertensi, obesitas, nulipara

Perempuan dengan riwayat keluarga nonpolyposis colorectal cancer memiliki risiko kanker
endometrium sebesar 60% dengan rerata umur saat diagnosis antara 48-50 tahun

Pengambilan sampel endometrium perlu dilakukan pada perdarahan uterus abnormal yang
menetap (tidak respons terhadap pengobatan).

Penilaian Kavum Uteri 

Bertujuan untuk menilai kemungkinan adanya polip endometrium atau mioma uteri
submukosum.

USG transvaginal merupakan alat penapis yang tepat dan harus dilakukan pada pemeriksaan
awal PUA. Bila dicurigai terdapat polip endometrium atau mioma uteri submukosum disarankan
untuk melakukan Saline Infusion Sonography (SIS) atau histeroskopi. Keuntungan dalam
penggunaan histeroskopi adalah diagnosis dan terapi dapat dilakukan bersamaan.

Penilaian Miometrium 
Bertujuan untuk menilai kemungkinan adanya mioma uteri atau adenomiosis.

Miometrium dinilai menggunakan USG (transvaginal, transrektal dan abdominal), SIS,


histeroskopi atau MRI. Pemeriksaan adenomiosis menggunakan MRI lebih unggul
dibandingkan USG transvaginal.

19

2.2.2 Diagnosa Keperawatan 1.

Nyeri b/d kerusakan jaringan otot, system saraf & gangguan sirkulasi darah

2.

Resiko tinggi kekurangan cairan tubuh b/d perdarahan pervaginam berlebihan.

3. Ansietas b/d Kurangnya pengetahuan tentang penyakit, prognosis & kebutuhan pengobatan.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara kebutuhan dan suplai
oksigen

2.2.3 Intervensi Keperawatan DIAGNOSA Nyeri

TUJUAN & KH

INTERVENSI

Tujuan : Nyeri berkurang

Kaji riwayat nyeri, mis : lokasi nyeri,

setelah dilakukan tindakan

frekuensi, durasi dan intensitas (kala

keperawatan selama 1 x

0-10) dan tindakan pengurangan yang

24 jam.

dilakukan. 

Kriteria Hasil : 

Klien

pasien

mengatur

posisi

menyatakan

senyaman mungkin (posisi fowler atau

nyeri berkurang (skala

posisi datar atau miring kesalah satu

3-5)

sisi)

Klien tampak tenang,

eksprei wajah rileks. 

Bantu

pernafasan cepat. 

TTV normal :

Kaji tanda vital : tachicardi,hipertensi,

Ajarkan

pasien

penggunaan

Suhu : 36-37 C
keterampilan manajemen nyeri mis :

dengan

: 80-100 x/m

RR : 16-24x/m TD : Sistole

teknik

relaksasi,

tertawa,

mendengarkan musik dan sentuhan : 100-

terapeutik.

130 mmHg, Diastole :

Evaluasi/ kontrol pengurangan nyeri

70-80 mmHg

Ciptakan suasana lingkungan tenang dan nyaman.

Kolaborasi untuk pemberian analgetik sesuai indikasi.

20

Laksanakan

pengobatan

sesuai

indikasi seperti analgesik intravena. 


Observasi efek analgetik (narkotik )

Kolaborasi : anjurkan dilakukannya pembedahan

Motivasi klien untuk mobilisasi dini setelah

pembedahan

bila

sudah

diperbolehkan. Resiko

tinggi Tujuan

kekurangan cairan dilakukan tubuh

Setelah

Kaji tanda-tanda kekurangan cairan.

tindakan

Pantau

keperawatan selama 2 x 24

jam

tidak

terjadi

masukan
dan

haluaran/

monitor balance cairan tiap 24 jam. 

kekurangan volume cairan

Monitor tanda-tanda vital. Evaluasi nadi perifer.

tubuh.

Observasi pendarahan

Kriteria Hasil :

Anjurkan klien untuk minum + 1500-

Tidak

ditemukan

tanda-tanda kekuranga

2000 ,l/hari 

cairan. Seperti turgor

parenteral dan kalau perlu transfusi

kulit kurang, membran

sesuai

mukosa

laboratorium.

kering,

demam. 
Kolaborasi untuk pemberian cairan

indikasi, Hb,

pemeriksaan leko,

trombo,

ureum, kreatinin.

Pendarahan

berhenti,

keluaran urine 1 cc/kg BB/jam. 

TTV normal : Suhu : 36-37 0C N

: 80-100 x/m

RR : 16-24x/m TD : Sistole

: 100-

130 mmHg, Diastole : 70-80 mmHg Ansietas

Tujuan

Kecemasan

berhubungan

dapat berkurang setelah

dengan perubahan diberikan askep selama 3 21

Dorong klien untuk mengekspresikan perasaannya..

Dorong dan dukung klien untuk


gambaran tubuh

X 24 jam

menyadari dan berusaha menerima

Kriteria Hasil :

diagnosa

Klien tampak tenang

Diskusikan tanda dan gejala depresi.

Mau

Diskusikan kemungkinan untuk bedah

berpartisipasi

dalam program terapi

rekonstruksi atau pemakaian prostetik. 

Beri informasi tentang hasil-hasil lab dan perkembangan penyakit klien, serta treatment yang
mungkin, seperti kemoterapi, radioterapi, pembedahan

Informasikan tentang dukungan sosial/ kelompok

bagi

perkumpulan

klien,

penyandang
misalnya kanker

mammae Intoleransi

Tujuan : Pasien dapat

aktivitas

melakukan

aktivitas

berhubungan

mandiri

keluhan

dengan

setelah diberikan askep

tanpa

dalam

Latih pasien melakukan ROM aktif.

merasa lemas dan letih

Anjurkan aktivitas alternatif sambil

tidak

melakukan

dan dalam

batas normal : eritrosit : 4,5 – 5,5 10e6/ul Hemoglobin : 13,0 – 16,0 gr/dl Konjungtiva
istirahat 

Eritrosit hemoglobin

kemandirian

perawatan diri.

aktivitas

Tingkatkan

cepat

Pasien

saat 

Pantau kondisi umum dan ukur TTV pasien secara berkala

kebutuhan Kriteria Hasil :

dan suplai oksigen

Observasi faktor yang menimbulkan keletihan.

ketidakseimbangan 3x24 jam. antara

merah

muda

22

Anjurkan untuk beristirahat setelah dialisis

BAB III LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN


3.1

PENGKAJIAN KEPERAWATAN

A1. PENGUMPULAN DATA

FORMAT PENGKAJIAN GANGGUAN REPRODUKSI Askep

: : Tanggal Pengkajian : Ruang/RS :

............................................................................................................ ............................................
................................................................ ........................................................................................
.................... ............................................................................................................

A. DATA UMUM KLIEN 1. Nama


Klien : ................................................................................................ 2.
Usia : ................................................................................................ 3.
Agama : ................................................................................................ 4. Status
perkawinan : ................................................................................................ 5.
Pekerjaan : ................................................................................................ 6. Pendidikan Terakhir
: ................................................................................................ 7. Nama
suami : ................................................................................................ 8.
Umur : ................................................................................................ 9.
Agama : ................................................................................................ 10.
Pekerjaan .................................................................................................................... : 11.
Pendidikanterakhir....................................................................................................... : 12. Alamat
......................................................................................................................... : B. ANAMNESE 1.
Diagnosa Medis : ................................................................................. 2. Keluhan
Utama : ................................................................................. 3. Keluhan Saat
pengkajian : ................................................................................. 4. Riwayat penyakit
Sekarang : ................................................................................. 5. Riwayat penyakit yang
lalu : ................................................................................. 6. Riwayat kesehatan
keluarga : .................................................................................. 7. Riwayat menstruasi a.
Menarche : .................... ............... Umur: th b.
Siklus : .................... ........................................................................ c.
Jumlah : .................... ........................................................................ d.
Lamanya : .................... ........................................................................ e.
Keteraturan : .................... ........................................................................ f.
Dsmenorhea : .................... ........................................................................ g. Masalah
Khusus : .................... ........................................................................ 8. Riwayat Perkawinan a.
Status perkawinan : ............................................................................................. 23

b. Dengan suami : ............................................................................................. c. Lama


perkawinan : ............................................................................................. 9. Riwayat
KB.................................................................................................................. : 10. Pola Aktifitas
sehari-hari a. Makan dan minum : ....................................................................................... b.
Pola eliminasi : ....................................................................................... c. Pola istirahat dan tidur
: ....................................................................................... d. Kebersihan
diri : ....................................................................................... 11. Riwayat
Psikososial : ........................................................................................... C. PEMERIKSAAN
FISIK 1. Keadaan Umum : ......................................................................................... 2. Tanda
vital : ......................................................................................... 3. Pemeriksaan Kepala dan
leher.................................................................................... : 4. Dada dan
thorax : ......................................................................................... 5.
Payudara : ......................................................................................... 6.
Abdomen : ......................................................................................... 7.
Genetalia : ......................................................................................... 8.
Extremitas : ......................................................................................... 9. Pemeriksaan neurologis
: ......................................................................................... 10. Pemeriksaan
Penunjang : ......................................................................................... 11.
Terapi/penatalaksanaan : .........................................................................................

D. ANALISA DATA E.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

F.

RENCANA KEPERAWATAN

G. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN H. EVALUASI I.

CATATAN PERKEMBANGAN

24

A2. ANALISIS DATA HARI/TGL NO

: Senin, 30 Oktober 2018 DATA

MASALAH

DS : Ibu mengatakan anaknya sering menangis kesakitan

Tindakan operatif ↓ Trauma jaringan ↓ Nyeri akut

DO : - klien terlihat menangis kesakitan (Wong Baker Face) P = post op repair stoma Q= tajam
R = abdomen kiri S=5 T = saat luka disentuh

KEMUNGKINAN PENYEBAB

Nyeri Akut
-klien tampak memegangi daerah luka (yang nyeri) 2

DS : Ibu mengatakan anak habis operasi DO : -post operasi hari ke 1 -leukosit 14,66 10/l
-stoma kotor dengan feses -kantong belum diganti -diameter stoma 5 cm berwarna merah -tidak
ada jaringn nekrosis

DS : Ibu mengatakan anak habis operasi ada bagian yang keluara di perutnya DO : -post
operasi hari ke 1 -stoma di abdomen kiri -diameter stoma 5 cm -stoma berwarna merah -tidak
ada jaringan nekrosis

Tindakan operatif ↓ Trauma jaringan ↓ Perawatan tidak adekuat ↓ Risiko infeksi

Risiko Infeksi

Tindakan operatif Kerusakan Intergritas Kulit ↓ Perubahan defekasi ↓ Iritasi mukosa ↓


Kerusakan integritas kulit

25

3.2

DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik ditandai
dengan anak terlihat menangis kesakitan 2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
insisi bedah ditandai dengan adanya stoma di abdomen kiri 3. Resiko infeksi berhubungan
dengan leukositosis ditandai dengan leukosit 14,66 10/l

26

3.3 No.

INTERVENSI KEPERAWATAN Hari/ Tgl/ Jam

Selasa 30-102018 10:10

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera / termal ditandai dengan klien menagis kesakitan

NOC (Nursing Outcome Classification)

NIC (Nursing Intervention Classification)


Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam nyeri berkurang Kriteria hasil -
Skala nyeri berkurang - Wajah tenang - Tanda non verbal tidak ada

a) Kaji klien secara komperehensif b) Amati isyarat non verbal terkait keluhan nyeri c) Monitor
TTV terhadap nyeri d) Ajarkan teknik non

RASIONAL

a) Mengetahui keluhan untuk rencana tindakan selanjutnya b) Tanda nyeri dari tingkah pasien
c) Memonitor dati tanda vital kenaikan nadi atupun tekanan darah d) Mengjarkan teknik
pengalihan dengan nafas dalam untuk mengurangi nyeri e) Memberikan obat unutk
memutuskna respetor nyeri nya untuk mengurangi nyeri

farmakologi untuk mengurangi nyeri e) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat anti
nyeri

Selasa 20-102018 10:10

Kerusakan integritas kulit b.d insisi bedah ditandai dengan stoma di abdomen

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama2 x 24 jam integritas kulit membaik Kriteria
hasil 27

a) Observasi TTV b) Cuci sebelum

tangan dan

a) Memonitor tanda vital untuk tanda tanda nyeri yang dirasakan pasien b) Mecegah terjadi
penularan infeksi dari tangn ke tangan

kiri

- Luka bersih - Tidak ada tanda infeksi - Tidak ada nekrosi

sesudah melakukan perawatan luka c) Lakukan perawatan dengan

luka teknik

aseptik

atau ke tempat lainnya c) Mencegah infeksi dan memonitor luka pasien d) Menggunakan obat
untuk mempercepat kesembuhan luka e) Makanan tinggi protein untuk membantu
penyembuhan luka

d) Kolaborasi dengan dokter pemberianobat e) Kolaborasi dengan ahli


gizi

untuk

pemenuhan nutrisi 3

Selasa 30-102018 10:20

Resiko Infeksi berhubungan dengan leukositosis ditandai dengan nilai leukosit meningkat

a) Monitor tanda –

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam infeksi tidak terjadi Kriteria hasil

tanda infeksi b) Monitor jumlah sel

- Luka bersih - Tidak ada tanda infeksi (rubor, kalor, dolor, fungsio lesa)

darah putih c) Monitor tanda kelemahan d) Monitor TTV e) Berikan perawatan kulit yang
adekuat f) Inspeksi kondisi

28

a) Mencegah terjadinya infeksi dari tanda – tanda yang tampak panas, bengkak, merah b)
Leukosit menandakan peningkatan sel darah putih dan tanda terjadi infeksi di dalam tubuh c)
Kelemahan fisik d) Memonitor tanda vital untuk mengetahui infeksinya e) Mencegah infeksi
dengan cara perawatan luka f) Mengetahui perkembangan kondisi

luka g) Anjurkan nutrisi

dan cairan yang adekuat

3.4

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Hari/ Tgl/ Shift

Selasa 30 Oktober 2018

No. Dx

Jam

Implementasi
1

14:00

a) Menkaji keluhan klien P : post op repair stoma hari ke 1 Q : tajam R : abdomen kiri S:5 T :
saat disentuh b) Menkaji non verbal klien - klien menangis saat dirawat luka c) Mengontrol
lingkungan yang dapat mempengaruhi respon nyeri -lingkungan tidak bising d) Mengajarkan
keluarga pengguanaan terapi non farmakologi -keluarga diajarkan sentuhan kepada anak e)
Memberikan terapi sesuai advise dokter - metamizole 100 mg

18:00

16:00

18:00

20:00

Paraf

a) Momonitor karrakteristik stoama 29

Jam

Evaluasi (SOAP)

21:00 S : Ibu mengatakan anaknya masig menangis kesakitan O : Klien masih terlihat menangis
kesakitan

P : post op repair stoma hari ke 1 Q : tajam R : abdomen kiri S:5 T : saat disentuh A : masalahh
teratasi sebagian P : Lanjutkan intervensi

- Observasi TTv - Kaji keluahan nyeri klien - Berikan terapi sesuai advise

Paraf

Selasa 30 Oktober 2018

23

14:00

14:00

15:00 16:00 17:00 18:00

19:00
Hari/ Tgl/ Shift

Rabu 31 Oktober 2018

No. Dx

Jam

07:00

21:00 S : Ibu mengatakan anaknya habis operasi

- warna merah, diameter 5 cm, tidak ada jaringan nekrotik b) mencuci tangna - sebelum dan
sesudah tindaan mencuci tangan c) merawat luka - luka bersih stoma d) menganjurkan
keluarga perawatan luka - keluarga dapat melakukan perawatan luka e) mengganti kantong
stoma - kantong stoma baru f) membatasi pengunjung - penggunjung klien masing – masisng 1
orang g) pemberiaan kolaborasi obat antibiotik -ampicilin sulbactan 150 mg

Implementasi

O : -post operasi hari ke 1 -leukosit 14,66 10/l -stoma kotor dengan feses -kantong belum
diganti -diameter stoma 5 cm berwarna merah -tidak ada jaringn nekrosis

A : masalahh teratasi sebagian P : Lanjutkan intervensi

- Observasi stoma - Kaji keluahan nyeri klien - Berikan terapi sesuai advise

Paraf

a) Menkaji keluhan klien P : post op repair stoma hari ke 1 Q : tajam R : abdomen kiri S:5 T :
saat disentuh b) Menkaji non verbal klien 08:00 - klien menangis saat dirawat luka c)
Mengontrol lingkungan yang dapat 09:00 mempengaruhi respon nyeri -lingkungan tidak bising
30

Jam

14:00

Evaluasi (SOAP)

S : Ibu mengatakan anaknya masig menangis kesakitan O : Klien masih terlihat menangis
kesakitan

P : post op repair stoma hari ke 1 Q : tajam R : abdomen kiri S:5 T : saat disentuh A : masalahh
teratasi sebagian

Paraf

12:00

Rabu 31 Oktober 2018

23

d) Memberikan terapi sesuai advise dokter - metamizole 100 mg

a) Momonitor karrakteristik stoama - warna merah, diameter 5 cm, tidak ada jaringan nekrotik
09:00 b) mencuci tangna - sebelum dan sesudah tindaan mencuci tangan c) merawat luka
11:00 - luka bersih stoma g) pemberiaan kolaborasi obat antibiotik 13:00 -ampicilin sulbactan
150 mg 07:00

P : Lanjutkan intervensi

- Observasi TTv - Kaji keluahan nyeri klien - Berikan terapi sesuai advise

14:00

S : Ibu mengatakan anaknya habis operasi O : -post operasi hari ke 2 -leukosit 14,66 10/l
-stoma kotor dengan feses -kantong belum diganti -diameter stoma 5 cm berwarna merah -tidak
ada jaringn nekrosis

A : masalahh teratasi sebagian P : Lanjutkan intervensi

- Observasi stoma - Kaji keluahan nyeri klien - Berikan terapi sesuai advise

31

Hari/ Tgl/ Shift

Kamis 1 November 2018

No. Dx

Jam

07:00

Implementasi
Paraf

e) Menkaji keluhan klien P : post op repair stoma hari ke 1 Q : tajam R : abdomen kiri 08:00 S:5
09:30 T : saat disentuh f) Menkaji non verbal klien 12:00 - klien menangis saat dirawat luka g)
Mengontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi respon nyeri -lingkungan tidak bising h)
Memberikan terapi sesuai advise dokter - metamizole 100 mg

Jam

Evaluasi (SOAP)

14:00 S : Ibu mengatakan anaknya masig menangis kesakitan O : Klien masih terlihat menangis
kesakitan

P : post op repair stoma hari ke 1 Q : tajam R : abdomen kiri S:5 T : saat disentuh A : masalahh
teratasi sebagian P : Lanjutkan intervensi

- Kaji keluahan nyeri klien - Berikan terapi sesuai advise a) Momonitor karrakteristik stoama -
warna merah, diameter 5 cm, tidak ada jaringan nekrotik 09:00 b) mencuci tangna 11:00 -
sebelum dan sesudah tindaan mencuci 13:00 tangan c) merawat luka - luka bersih stoma g)
pemberiaan kolaborasi obat antibiotik -ampicilin sulbactan 150 mg 07:00

Kamis 1 November 2018

23

14:00 S : Ibu mengatakan anaknya habis operasi O : -post operasi hari ke 2 -leukosit 14,66 10/l
-stoma kotor dengan feses -kantong belum diganti -diameter stoma 5 cm berwarna merah -tidak
ada jaringn nekrosis A : masalahh teratasi sebagian P : Lanjutkan intervensi

- Observasi stoma - Kaji keluahan nyeri klien - Berikan terapi sesuai advise 32

Paraf

BAB IV PENUTUP 4.1

Kesimpulan

Berdasarkan pada hasil laporan ini dapat disimpulkan sebagai berikut: a. An D memiliki
kelainan kongenital yaitu Atresia ani yang sudan mendapatkan penanganan operasi
sigmoidostomy dan adanya repair stoma b. An D mendapatkan perawatan di ruangan selama
10 hari MRS 24 Oktober 2018 dan KRS tanggal 2 November 2018 c. Perawatan stoma sudah
dapat dilakukan oleh orang tuanya untuk perawatan di rumah 4.2

Saran Berdasarkan laporan kasus ini, maka penulis memberikan saran untuk penanganan
pasien
atresi ani post operasi sigmioidostomy melibatkan keluarga dalam perawatannya dan dapat
berguna untuk perawatan pasien di rumah.

33

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2010. Diagnosa keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinik. Jakarta :
EGC Ida Bagus Gde Manuaba. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB untuk Pendidikan
Bidan. Jakarta : EGC Mansjoer, Arif,dkk. 2001.Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jakarta: FKUI
Marylin E. Doengoes, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler (2000), Rencana
AsuhanKeperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien
Edisi 3, Peneribit Buku Kedokteran EGC, Jakarta NANDA Internasional. 2013. Diagnosis
Keperawatan Definisi dan Klarifikasi 2012 – 2014. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai