Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PLASENTA AKRETA

TUGAS KEPERAWATAN MATERNITAS

Oleh

Kelompok8

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2017
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PLASENTA AKRETA

TUGAS KEPERAWATAN MATERNITAS

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas dengan


Dosen Penanggungjawab Mata Kuliah: Ns. Dini, S.Kep., Ns., M.Kep

Oleh

Kelompok8

Ida Wahyuni 152310101021

Umari Hasniah R. 152310101208

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2017
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Plasenta akreta merupakan kondisi klinis ketika bagian dari plasenta, atau
seluruh plasenta, menginvasi dinding rahim sehingga sulit terlepas. Plasenta
akreta menjadimasalah kehamilan yang serius karena dianggap sebagai kondisi
yang mengancam nyawa dan penyebab utama kematian ibu. Plasenta akreta
terjadi ketika pembuluh darah plasenta (ari-ari) atau bagian lain dari plasenta yang
tumbuh terlalu dalam pada dinding rahim, sehingga saat proses melahirkan
plasenta tertahan melekat di dinding rahim. Secara klinis, plasenta akreta menjadi
masalah saat persalinan ketika plasenta tidak sepenuhnya terpisah dari rahim dan
diikuti oleh perdarahan yang tinggi. Hilangnya darah persalinan pada wanita
dengan plasenta akreta rata-rata 3.000 sampai 5.000 ml. Sebanyak 90% pasien
dengan plasenta akreta membutuhkan transfusi darah, dan 40% membutuhkan
lebih dari 10 unit PRC (packed red blood cells).Keadaan seperti ini dapat
menyebabkan ibu kehilangan banyak darah yang kemudian akan menyebabkan
kematian. Kematian ibu dapat terjadi meskipun perencanaan yang optimal,
manajemen transfusi, dan perawatan bedah. Permasalahan plasenta akreta yang
menjadi salah satu penyebab utama kematian ibu dilaporkan setinggi 7% sampai
10% dari kasus kematian ibu di dunia.
Tingkat kejadian plasenta akreta dapat ditingkatkan dalam beberapa kondisi
sepertioperasi caesar yang berulang, plasenta previa, operasi rahim sebelumnya
terutama jika plasenta komprehensif di lokasi sebelumnya bekas luka sayatan,
usia ibu berusia lebih dari 35 tahun, kebiasaan merokok, riwayat operasi seperti
miomektomi dan kuretase. Sebuah penelitan menunjukan bahwa jika tingkat
operasi caesar terus meningkat pada tingkat saat ini, maka lebih dari 50% dari
semua kelahiran di AS diperkirakan dilakukan dengan operasi caesar pada tahun
2020. Hal ini bisa mengakibatkan lebih dari 6000 kasus plasenta previa, 4500
kasus plasenta akreta, dan 130 kematian ibu. Tingkat kejadian plasenta akreta
dapat dikurangi dengan menekan angka kelahiran melalui operasi caesar dan
selama kehamilan perlu adanya deteksi USG untuk mendeteksi plasenta akreta
secara dini. Deteksi plasenta akreta melalui USG memiliki akurasi baik untuk
plasenta akreta di trimester kedua dan ketiga, tapi tidak mencapai tinggi akurasi
pada trimester pertama. Meskipun akurasi baik hanya untuk trimester kedua dan
ketiga teapi deteksi melalui USG Dapat membantu mengurangi kematian ibu dan
morbiditas.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan
plasentaakreta.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu memahami definisi plasenta akreta.
2. Mahasiswa mampu memahami penyebab plasentaakreta.
3. Mahasiswa mampu memahami tanda dan gejala plasentaakreta.
4. Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan pada klien dengan
plasentaakreta.
5. Mahasiswa mambu menjelaskan dan memahami asuhan
keperawatan pada contoh kasus padaklien dengan plasentaakreta.
BAB 2. TELAAH LITERATUR

2.1 Tinjauan Teori


2.1.1 Pengertian
Plasentaadherent yang abnormal merupakan implantasi
abnormal plasenta ke dinding rahim dan terbagi menjadi plasenta
akreta, inkreta, dan perkreta. Plasenta akreta adalah plasenta dimana vili
dari plasenta menginvasi langsung ke miometrium; plasenta inkreta
adalah plasenta dimana vili plasenta menginvasi ke dalam miometrium;
dan plasenta perkreta adalah plasenta dimana vili plasenta menginvasi
lebih dalam dari miometrium hingga ke serosa bahkan sampai ke organ
intraabdomen lainnya misalkan kandung kemih. Dari plasenta adherent
sebesar 75% plasenta akreta, 18% inkreta, dan 7% adalah plasenta
perkreta. Kedalaman dari invasi plasenta merupakan hal yang penting
secara klinis karena managemen intervensi bergantung pada kedalaman
invasi plasenta.
Plasenta normal menanamkan diri sampai ke batas atas lapisan
otot rahim, sedangkan pada plasenta akreta vili korialis menanamkan
diri lebih dalam ke dinding rahim hingga memasuki pembuluh darah
palesanta (ari-ari) atau bagian-bagian lain dari plasenta. Plasenta akreta
dapat dibagi lagi menjadi plasenta akreta total atau kompleta dan
plasenta akreta parsialis. Plasenta akreta total atau kompleta, yaitu jika
seluruh permukaannya melekat dengan erat pada dinding rahim.
Plasenta akretaparsialis, yaitu jika hanya beberapa bagian dari
permukaannya lebih erat berhubungan dengan dinding rahim dari biasa.

2.1.2 Penyebab, tanda dan gejala


1. Penyebab
Faktor presdisposisinya adalah pembedahan uterus sebelumnya
dan plasenta previa. Penyebab plasenta akreta yaitu berkaitan dengan
tingginya kadar alphafetoprotein dan ketidak normalan didalam
lapisan rahim.
Abnormal vaskularisasi yang dihasilkan dari proses jaringan
parut setelah operasi dengan sekunder hipoksia lokal yang mengarah
ke rusaknya desidualisasi dan invasi trofoblas yang berlebihan
tampaknya menjadi hal yang paling menonjol, atau setidaknya
merupakan teori yang paling didukung sampai saat ini, menjelaskan
penyakit plasenta akreta pada tahap ini.
a. Memiliki posisi plasenta pada bagian bawah rahim ketika hamil
b. Menderita plasenta previa (plasenta menutupi sebagian atau
seluruh dinding rahim)
c. Menderita fibroid rahim submukosa (rahim tumbuh menonjol
kedalam rongga rahim)
d. Memiliki jaringan perut atau kelainan pada endometrum (dinding
rahim bagian dalam)
e. Resiko wanita terkenanya plasenta akreta jika berusia diatas 35
tahun.
2. Tanda dan gejala
Plasenta akreta umumnya tidak menimbulkan gejala atau tidak
memiliki tanda-tanda yang bisa dilihat secara kasat mata, kondisi ini
dapat terdeteksi ketika melakukan USG, namun plasenta akreta dapat
menyebabkan pendarahan vagina diminggu ke-28 sampai ke-40
masa kehamilan trimester ketiga, komplikasi yang bisa terjadi akibat
plasenta akreta adalah keguguran dan lahir prematur.
a. Plasenta gagal lepas.
b. Pendarahan vagina yang hebat tetapi bergantung pada bagian
plasenta yang terkena.
c. Bentuk uterus discoid.
d. Tali pusat tidak terjulur.
e. TFU (tinggi fundus uteri) setinggi pusat.
f. Akral dingin.
g. perubahan TD dan nadi jika terdappat pendarahan masif.

2.1.3 Penatalaksanaan
Terapi plasenta akreta parsialis masih dapat dilepaskan secara
manual, tetapi plasenta akreta kompleta tidak boleh dilepaskan secara
manual karena usaha ini dapat menimbulkan perforasi dinding rahim.
Terapi terbaik dalam ini adalah histerektomi. Histerektomi adalah
bedah pengangkatan rahim (uterus) yang sangat umum dilakukan, ada
beberapa tingkat histerektomi yaitu:
a. Histerektomi total: pengangkatan rahim dan serviks tanpa ovarium
dan tuba falopi
b. Histerektomi subtotal: pengangkatan rahim saja, serviks, ovarium,
dan tuba falopi tetap dibiarkan.
c. Histerektomi total dan salpingo oporektomi bilateral: pengangkatan
rahim,serviks, ovarium dan tuba falopi.

Selain penatalaksaan tersebut ada pula penatalaksaan keperawatan,


sebagai berikut.

a. Mengidentifikasi plasenta akreta pada klien. Waspada terhadap


status risiko klien.
b. Membantu dengan terapi dan intervensi yang cepat. Siapkan untuk
D&C (dilatasi dan kuretase) atau histerektomi.
c. Memberi dukungan fisik dan emosional pada klien serta keluarga.
d. Memberi penyuluhan klien dan keluarga.

2.2 Asuhan Keperawatan

Ny. A umur 45 tahun G5 P4 A0, seorang ibu rumah tangga,pendidikan


terakhir Sekolah Dasar. Ny. A masuk Rumah Sakit tanggal 20 Februari 2017
dibawa ke rumah sakit oleh ibunya karena merasa mau melahirkan. Setelah Ny. A
melahirkandengan normal, bayi dilahirkan 40 menit yang lalu dan sampai saat ini
plasenta belum keluar. Ny. A tampak lemah, membran mukosa kering, turgor
kulit menurun, pucat, tegang otot, berkeringat dingin, wajah tampak meringis
menahan sakit, mengeluh nyeri pada bagian perut dengan skala 8, pasien juga
terlihat kacau dan tidak peduli dengan keadaan di sekitarnya serta hanya fokus
pada diri sendiri. Ny. A sambil menangis histerismengatakan bahwa Ia sangat
khawatir pada kondisinya, serta merasa putus asa dan tidak berdaya karena
kurangnya dorongan dari suaminya yang tidak ada saat proses melahirkan. Ny. A
berprilaku agitasi karena memiliki pengetahuan yang kurang terhadap komplikasi
pascapartum. Ibu Ny. A mengatakan bahwa saat memasuki kehamilan trimester
ketiga Ny. A sering mengalami pendarahan vagina. TTV menunjukkan
perdarahan 510 cc, suhu 38 oC, turgor kulit menurun, TD 90/70 mmHg, RR 20
x/menit, dan HR 70x/menit. Setelah dilakukan pemeriksaan di dapatkan diagnosa
medis plasenta akreta parsialis.

2.2.1 Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : Ny. A No. RM : 31037

Umur : 45 tahun Pekerjaan : ibu rumah tangga

Jenis Kelamin : perempuan Status : Menikah

Agama : Islam Tgl MRS : 20 Feb 2016

Alamat : Jember Pendidikan Lulus SD

2. Riwayat Kesehatan
a. Diagnosa Medik
plasenta akreta
b. Keluhan Utama
Klien mengeluh nyeri pada bagian perut dan terjadi pendarahan
vagina pada trimester ketiga.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Plasenta gagal lepas, saat dikaji klien tampak lemah, membran
mukosa kering, turgor kulit menurun, pucat, tegang otot,
berkeringat dingin, wajah tampak meringis menahan sakit,
mengeluh nyeri pada bagian perut dengan skala 8.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien tidak memiliki riwayat penyakit keturunan atau penyakit
kronik seperti diabetus militus, jantung, paru-paru, TB dan
penyakit lainnya.
3. Pemeriksaan fisik:
a. Tanda-tanda vita
Tekanan darah : 90/70 mmHg
Nadi : 70 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 38 oC
Pendarahan : 510 cc
Turgor kulit : >2 detik
b. Kepala
Kepala simetris, tidak ada benjolan, rambut hitam, kulit kepala
bersih dari ketombe, persebaran rambut jarang dan tipis, mata
penglihatan normal, konjungtiva anemis dan ikterik, daun telinga
kanan dan kiri simetris, pendenagaran normal, lubang teling
bersih, tidak ada nyeri tekan, lubang kedua hidung sama besar,
bentuk hidung normal dan kecil, tidak ada nyeri tekan, bibir
terlihat kering, gigi utuh dan lengkap.
c. Leher
Leher normal, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan tidak ada
pembengkakan pada trakea.
d. Dada
Dada tampak simetris, tidak ada bantuan otot pernafasan, dan
tidak terdengar bunyi nafas tambahan saat di auskultasi.
e. Abdomen
Perut buncit, terlihat etrio pada area perut, rahim keras dan
fundus uterus naik.
f. Genetalia
Hiperpregmentasi pada vagina, vagina berdarah, terdapat bekas
luka pada paha sebelah kanan, dan terdapat varises pada kedua
paha.
g. Kuku dan kulit
Kuku normal, kuku terlihat panjang dan kotor, turgor kulit
menurun, penyebaran warna kulit tidak merata.
4. Analisa data

No Data Masalah

1. Ds: keluarga klien mengatakan saat Kekurangan


memasuki kehamilan trimester ketiga klien volume
sering mengalami pendarahan vagina. cairan

Do: klien tampak lemah, membran mukosa


kering, turgor kulit menurun, pendaharahan
510 cc, suhu 38 oC, turgor kulit menurun,
TD 90/70 mmHg, HR 70x/menit.

2. Ds: Pasien mengeluh nyeri pada bagian Nyeri akut


perut dengan skala 8, klien mengatakan
merasa tidak berdaya dan putus asa.

Do:wajah tampak meringis menahan sakit,


klien terlihat kacau,gelisah, menangis, tidak
peduli dengan keadaan disekitarnya dan
hanya fokus pada diri sendiri, terjadi
tegangan otot, TD 90/70 mmHg, RR 16
x/menit, dan HR 70x/menit.

3. Ds: klien sambil menangis histeris Ansietas


mengatakan bahwa Ia sangat khawatir pada
kondisinya, sertamerasa putus asa karena
kurangnya dorongan dari suaminya.

Do: klien tampak lemah, tegang otot,


berkeringat dingin,berprilaku agitasi,
tampak gelisah, terjadi gangsguan perhatian
terlihat klien kacau dan tidak peduli dengan
keadaan di sekitarnya serta hanya fokus
pada diri sendiri, TD 90/70 mmHg, HR
70x/menit.

4. Ds: klien sambil menangis histeris Distres


mengatakan bahwa Ia sangat khawatir pada spiritual
kondisinya, serta merasa putus asa dan tidak
berdaya karena kurangnya dorongan dari
suaminya yang tidak ada saat proses
melahirkan.

Do: Ansietas, menangis, mengungkapkan


penderitaan.

5. Ds: pendidikan terakhir klien Sekolah Dasar. Defisiensi


pengetahuan
Do: klien memiliki pengetahuan yang
kurang terhadap komplikasi pascapartum,
perilaku klien tidak tepat (agitasi).

2.2.2 Diagnosa Keperawatan


1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan melalui
pendarahan dari jalan rahim dan penurunan jumlah volume darah
dalam tubuh yang ditandai dengan keluarga klien mengatakan saat
memasuki kehamilan trimester ketiga klien sering mengalami
pendarahan vagina, klien tampak lemah, membran mukosa kering,
turgor kulit menurun, pendaharahan 510 cc, suhu 38 oC, turgor kulit
menurun, TD 90/70 mmHg, HR 70x/menit.
2. Nyeri akut berhubungan dengan dengan trauma dan distensi jaringan
yang ditandai dengan pasien mengeluh nyeri pada bagian perut
dengan skala 8, klien mengatakan merasa tidak berdaya dan putus
asa, wajah tampak meringis menahan sakit, klien terlihat kacau,
gelisah, menangis, tidak peduli dengan keadaan disekitarnya dan
hanya fokus pada diri sendiri, terjadi tegangan otot, TD 90/70
mmHg, RR 16 x/menit, dan HR 70x/menit.
3. Ansietas berhubungan dengan ancaman pada situasi terkini yang
ditandai dengan klien sambil menangis histeris mengatakan bahwa Ia
sangat khawatir pada kondisinya, serta merasa putus asa karena
kurangnya dorongan dari suaminya, klien tampak lemah, tegang otot,
berkeringat dingin, berprilaku agitasi, tampak gelisah, terjadi
gangguan perhatian terlihat klien kacau dan tidak peduli dengan
keadaan di sekitarnya serta hanya fokus pada diri sendiri, TD 90/70
mmHg, HR 70x/menit.
4. Distres spiritual berhubungan dengan kesepian dan nyeri yang
ditandai dengan klien sambil menangis histeris mengatakan bahwa Ia
sangat khawatir pada kondisinya, serta merasa putus asa dan tidak
berdaya karena kurangnya dorongan dari suaminya yang tidak ada
saat proses melahirkan, ansietas, menangis, mengungkapkan
penderitaan.
5. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi dan
sumber pengetahuan yang ditandai dengan pendidikan terakhir klien
Sekolah Dasar, klien memiliki pengetahuan yang kurang terhadap
komplikasi pascapartum, perilaku klien tidak tepat (agitasi).
2.2.3 Intervensi
N Diagnosa Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi Par
o af
1. Kekurang Setelah perawatan 1x24 1. Pertahankan
catatan intake
an volume jam pasien
menunjukkan tidak dan output yang
cairan lemah dan haus, dengan akurat.
2. Monitor status
berhubung kriteria hasil:
1. Mempertahankan hidrasi
an dengan urine output sesuai 3. Monitor vital
dengan usia dan BB sign
pendaraha
normal. 4. Monitor masukan
n 2. Tekanan darah, nadi, makanan cairan
suhu tubuh dalam dan hitung intake
batas normal. kalori harian.
3. Tidak ada tanda-tanda
dehidrasi.
4. Elastis turgor kulit
baik, membran
mukosa lembab, tidak
ada rasa haus yang
berlebihan.
2. Nyeri akut Setelah perawatan 3x24 1.Lakukan
yang jam pasien pengkajian nyeri
menunjukkan nyeri
berhubung berkurang, dengan 2. Observasi reaksi
nonverbaldari
an dengan kriteria hasil:
1. Mampu mengontrol ketidaknyamanan
trauma nyeri
3. Gunakan teknik
dan 2. Melaporkan bahwa
komunikasi
nyeri berkurang
distensi dengan terapeutik untuk
jaringan menggunakan mengetahui
manajemen nyeri pengalaman nyeri
3. Mampu mengenali pasien.
nyeri
Menyatakan rasa 4. Kontrol
lingkungan yang
nyaman setelah nyeri dapat
berkurang. mempengaruhi
nyeri seperti suhu
ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan.

5. kolaborasikan
pemberian
analgetik untuk
mengurangi nyeri
3. Ansietas Setelah perawatan 1. Gunakan
yang 1X24 jam pasien pendekatan yang
berhubung menunjukkan perasaan menyenangkan
an dengan yang nyaman dan tidak 2. Jelaskan semua
ancaman khawatir dengan prosdur dan apa
situasi kriteria hasil: yang dirasakan
1. Mengungkapaka selama prosedur
n dan 3. Pahami
menunjukkan prespektif pasien
teknik untuk terhadap situasi
mengontrol stres
cemas 4. Dorong keluarga
2. Vital sign dalam untuk menemani
batas normal pasien
3. Postur, tubuh,
ekspresi wajah,5.
bahasa tubuh
dan tingkat
aktivitas
menunjukkan
berkurangnya
kecemasa
4. Distres Setelah perawatan 1. Gunakan
spiritual 2X24 jam pasien komunikasi
berhubung menunjukkan raut terapeutik
an dengan wajah yang ceria untuk
kesepian dengan kriteria hasil: membangun
dan nyeri 1. Mampu kepercayaa
mengontrol n dari
kecemasa kepedulian
2. Mampu empatik
mengontrol 2. Mamfaatka
tingkat depresi n alat untuk
dan level stres memonitor
3. Mampu dan
memprose mengevalus
informasi i
4. Penerimaan kesejahteraa
atau kesepian n rohani
menghadapi 3. Perlakukan
kematian individu
5. Kesehatan dengan
spiritual bermartabat
menunjukkan dan horat
harapan aerti 4. Dorong
hidup partisipasi
dalam
interaksi
dengan
anggota
keluarga,
teman,dll
5. Bagi
keyakinan
sendiri
sendiri
tentang arti
dan tujuan
5. Defisiensi Setelah perawatan 1. Berikan
pengetahu 2X24 jam pasien penilaian tentang
an menunjukkan tingkat
berhubung mengetahui informasi pengetahuan
an dengan kognitif yang berkaitan pasien tentang
kurang dengan topik tertentu, proses penyakit
informasi dengan kriteria hasi: yang spesifik
dan 1. Pasien dan 2. Gambarkna
sumber keluarga tanda dan gejala
pengetahu memahami yang bisa muncul
an tentang pada penyakit,
penyakit, dengan tepat.
kondisi dan 3. Identifikasi
program kemungkinan
pengobatan penyebab, dengan
2. Pasien dapat cara yang tepat
melaksanakan 4. Sediakan
prosedur yang informasi pada
dijelaskan pasien tentang
secara benar kondisi, dengan
3. Mampu tepat.
menjelaskan
kembali apa
yang dijelaskan
oleh perawat

2.2.4 Implementasi
No Hari/ Diagnosa Implementasi Paraf
Tanggal
1. Nyeri akut 1. Mempertahankan
berhubungan catatan intake dan
dengan dengan output yang akurat.
trauma dan 2. Memonitor status
distensi hidrasi
jaringan yang 3. Memonitor vital sign
ditandai 4. Memonitor masukan
dengan pasien makanan cairan dan
mengeluh hitung intake kalori
nyeri pada harian
bagian perut
2. Nyeri akut 1. Mempertahankan
berhubungan catatan intake dan
output yang akurat.
dengan trauma
2. Memonitor status
dan distensi hidrasi
jaringan 3. Memonitor vital sign
4. Memonitor masukan
makanan cairan dan
hitung intake kalori
harian
3. Ansietas yang 1. Menggunakan
berhubungan pendekatan yang
dengan menyenangkan
ancaman 2. Menjelaskan semua
situasi prosdur dan apa
yang dirasakan
selama prosedur
3. Mepahami
prespektif pasien
terhadap situasi stres
4. Mendorong keluarga
untuk menemani
pasien
4. Ansietas yang 1. menggunakan
berhubungan komunikasi
dengan terapeutik untuk
ancaman membangun
situasi kepercayaan dari
kepedulian empatik
2. Memamfaatkan alat
untuk memonitor
dan mengevalusi
kesejahteraan rohani
3. Memperlakukan
individu dengan
bermartabat dan
horat
4. Mendorong
partisipasi dalam
interaksi dengan
anggota keluarga,
teman,dll
5. Membagi keyakinan
sendiri sendiri
tentang arti dan
tujuan
5. Distres 1. Memberikan
spiritual penilaian tentang
berhubungan tingkat pengetahuan
dengan pasien tentang
kesepian dan proses penyakit yang
nyeri spesifik
2. Menggambarkna
tanda dan gejala yang bisa
muncul pada penyakit,
dengan tepat.
3. Mengidentifikasi
kemungkinan penyebab,
dengan cara yang tepat
Sediakan informasi pada
pasien tentang kondisi,
dengan tepat.

2.2.5 Evaluasi
No Diagnosa Evaluasi Paraf

1 Kekurangan S : pasien mengatakan sudah tidak


mengalami perdarahan dan mual-
volume cairan
muntah
berhubungan O : pasien tidak lemah, pucat dan mulai
bertenaga
dengan
A : masalah teratasi sebagian
perdarahan P : lanjutkan intervensi

2 Nyeri akut S : pasien mengatakan nyeri mulai


berkurang
berhubungan
O : pasien tampak tidak merasa nyeri
dengan trauma A : masalah teratasi sebagian
dan distensi P : lanjutkan intervensi
jaringan

3 Ansietas yang S: pasien mengatakan merasa tidak


berhubungan kwahatir lagi dan merasa nyaman
dengan O: pasien tampak lebih semangat dan
ancaman gembira
situasi A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi
4 Ansietas yang S: pasien mengatakan hatinya sudah
berhubungan cukup merasa tenang
dengan O: pasien tampak lebih tenang dan
ancaman tidak murung
situasi A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi
5 Defisiensi S: pasien sudah melakukan dengan
pengetahuan benar
berhubungan O: pasien tampak mengerti apa yang
dengan kurang diberikan oleh perawat
informasi dan A: masalah teratasi sebagian
sumber P: lanjutkan intervensi
BAB 3. SIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Plasentaadherent yang abnormal merupakan implantasi abnormal plasenta ke


dinding rahim dan terbagi menjadi plasenta akreta, inkreta, dan perkreta. Plasenta
akreta adalah plasenta dimana vili dari plasenta menginvasi langsung ke
miometrium; plasenta inkreta adalah plasenta dimana vili plasenta menginvasi ke
dalam miometrium; dan plasenta perkreta adalah plasenta dimana vili plasenta
menginvasi lebih dalam dari miometrium hingga ke serosa bahkan sampai ke
organ intraabdomen lainnya misalkan kandung kemih. Penyebab plasenta akreta
yaitu berkaitan dengan tingginya kadar alphafetoprotein dan ketidak normalan
didalam lapisan rahim. Plasenta akreta dapat dibagi lagi menjadi plasenta akreta
total atau kompleta dan plasenta akreta parsialis. Plasenta akreta umumnya tidak
menimbulkan gejala atau tidak memiliki tanda-tanda yang bisa dilihat secara kasat
mata, kondisi ini dapat terdeteksi ketika melakukan USG, namun plasenta akreta
dapat menyebabkan pendarahan vagina diminggu ke-28 sampai ke-40 masa
kehamilan trimester ketiga, komplikasi yang bisa terjadi akibat plasenta akreta
adalah keguguran dan lahir prematur.

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
1. Fatemeh Rahimi-SharbafP 1 P M.D., Ashraf JamalP 1 P M.D., Elaheh
MesdaghiniaP 1 PM.D., Masoumeh Abedzadeh- KalahroudiP 2 P M.Sc.,
Shirin NiroomaneshP 1 P M.D., Fatemeh AtoofP 3 P M.Sc.
2014.
Ultrasound detection of placenta accreta in the first trimester of pregnancy.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4111891/pdf/ijrm-12-
421.pdf
2. AE Selman
2015.
Caesarean hysterectomy for placenta praevia/accreta using an approach via
the pouch of Douglas
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5064651/pdf/BJO-123-
815.pdf
3. Kathryn E. Fitzpatrick1 , Susan Sellers2 , Patsy Spark1 , Jennifer J.
Kurinczuk1 , Peter Brocklehurst3 , Marian Knight1 *
2012
Incidence and Risk Factors for Placenta Accreta/Increta/ Percreta in the
UK: A National Case-Control Study
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3531337/pdf/pone.00528
93.pdf
4. KE Fitzpatrick,a S Sellers,b P Spark,a JJ Kurinczuk,a P Brocklehurst,c M
Knighta
2013
The management and outcomes of placenta accreta, increta, and percreta
in the UK: a population-based descriptive study
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3906842/pdf/bjo0121-
0062.pdf

Taber, Ben-Zion. 1994. Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi.


Jakarta: EGC.
Stright, Barbara R. 2005. Panduan Belajar Keperawatan Ibu- Bayi Baru Lahir.
Jakarta: EGC.
Oktarina, Mika. 2016. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru
Lahir. Yogyakarta: Deepublish.
Nanda nic noc

Anda mungkin juga menyukai