Anda di halaman 1dari 14

1

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mola hidatidosa adalah Chorionic villi (jonjotan/gantungan) yang tumbuh
berganda berupa gelembung-gelembung kecil yang mengandung banyak cairan
sehingga menyerupai buah anggur atau mata ikan. Karena itu disebut juga hamil
anggur atau mata ikan.Menurut Berita Tempo Jakarta, Dokter kandungan RA. S.
Danis Wati Utari, dari Rumah Sakit Umum Bunda Cikini, Jakarta menjelaskan
tentang hamil anggur. Secara sederhana, hamil anggur diartikan sebagai
kehamilan yang tidak wajar di mana sebagian atau keseluruhan vili korialis
(bagian plasenta yang nantinya dihuni janin) mengalami degenerasi hidropik
berupa gelembung-gelembung yang menyerupai buah anggur.

Pada negara-negara barat, ditemukan mola hidatidosa 1 dari 1000-1500


kehamilan. Mola hidatidosa ditemukan secara kebetulan pada sekitar 1 dari 600
kasus therapeutic abortions.Angka kejadiannya di Indonesia dan negara
berkembang sangat tinggi diban-dingkan dengan negara maju. Data rumah sakit di
Indonesia menunjukkan satu keha-milan mola diantara 85-375 kehamilan
(Pangkahila, E & Pandelaki K, 2009).Mola hidatidosa dianggap sebagai penyakit
penting di Indonesia. Hal tersebut terjadi karena prevalensi mola hidatidosa yang
cukup tinggi yaitu sekitar 10-20% dapat berkembang menjadi tumor trofoblas
gestasional. Insidensi mola hidatidosa di Indonesia umumnya diambil berdasarkan
data rumah sakit (hospital based) (Paputungan T.V.,et.al, 2016).
Mola hidatidosa merupakan penyakit kehamilan dan oleh karenanya,
hanya ditemukan pada wanita. Mola hidatidosa sering dijumpai pada usia
reproduktif. Wanita berusia 13-19 tahun atau usia perimenopause adalah resiko
tinggi terkena mola. Wanita berusia 35 tahun 2 kali lebih tinggi terkena mola.
Terlebih lagi usia lebih dari 40 tahun, maka resiko terkena mola meningkat
menjadi 7 kali lipat dibandingkan wanita yang berusia lebih muda.
2

Klien biasanya mengalami mual dan muntah yang parah serta pembesaran
rahim yang tidak sesuai dengan usia kehamilan. Gejala lain yang bisa menyertai
gejala-gejala hipertitoidisme (seperti intoleransi panas, gugup, penurunan BB
yang tidak dapat dijelaskan, tangan gemetar dan berkeringat, kulit lembab) dan
gejala-gejala pre-eklampsi (seperti pembengkakan pada kaki dan tungkai,
peningkatan tekanan darah, proteinuria).
Terkait dengan ini, kita sebagai calon perawat dituntut mampu untuk
memberikan asuhan keperawatan secara optimal pada klien Mola hidatidosa yang
kebanyakan terjadipadawanita dewasaini. Banyak sekali wanita dewasa yang
kurang mengetahui kondisi kesehatannya sehingga terlambat dirujuk ke pelayanan
kesehatan. Ada juga yang hanya membiarkan dirinya yang sakit dengan tidak
merujuknya kemana-mana. Berbagai penyakit pada wanita dewasa dapat
menimbulkan beberapa gejala dan tanda yang dapat berakibat fatal jika tidak
segera mendapat penanganan dari tim kesehatan.
Jika mola hidatidosa tidak segera tertangani dengan baik, mola hidatidosa
dapat menyebabkan komplikasi yang dapat berakibat lebih buruk bagi kesehatan
penderita. Jika asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat mulai dari
pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi sampai evaluasi dilaksanakan
dengan tepat dan baik. Maka klien Mola hidatidosa dapat mempertahankan
kondisi kesehatannya.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan
Mola hidatidosa (hamil anggur).
1.2.2 Tujuan Khusus
A. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi Mola hidatidosa.
B. Mahasiswa mampu menjelaskan penyebab Mola hidatidosa.
C. Mahasiswa mampu menjelaskan tanda dan gejala Mola hidatidosa.
D. Mahasiswa mampu menjelaskan penatalaksanaanMola hidatidosa.
E. Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan keperawatan pada klien dengan
Mola hidatidosa.
3

BAB 2. TELAAH LITERATUR

2.1 Definisi Mola Hidatidosa

Kehamilan mola adalah suatu kehamilan yang ditandai dengan hasil


konsepsi yang tidak berkembanng menjadi embrio setelah fertilisasi, namun
terjadi poliferasi dari vili korialis disertai dengan degenerasi hidropik. Uterus
melunak dan berkembang lebih cepat dari usia gestasi normal, tidak dijumpai
adanya janin, dan kavum uteri hanya terisi oleh jaringan seperti rangkaian buah
anggur. (Gambar 1). Jonjot-jonjot korion yang tumbuh berganda berupa
gelembung-gelembung kecil yang mengandung banyak cairan sehingga
menyerupai buah anggur atau mata ikan sehingga sering disebut hamil anggur
atau mata ikan. Kelainan ini merupakan neoplasma trofoblast yang jinak
(Yulaikhah, Lily. 2008).

Lima belas sampai dua puluh persen penderita mola hidatidosa dapat
berubah menjadi ganas dan dikenal sebagai tumor trofoblas gestasional
(Sastrawinata, Sulaiman. 2004). Pendarahan merupakan gejala utama pada
kehamilan mola hidatidosa dan biasanya karena keluhan pendarahan ini juga ibu
hamil datang memeriksakan dirinya ke rumah sakit. Gejala pendarahan ini
biasanya terjadi antara bulan pertama sampai ke tujuh dengan rata-rata usia
kehamilan 12-14 minggu (Saifuddin, 2010 dalam Marfuaturohmah, T., et al,
2015). Usia ibu >35 tahun akan meningkatkan risiko terjadinya kehamilan mola
hidatidosa, hal ini menunjukkan bahwa usia ibu berpengaruh terhadap kejadian
kehamilan mola hidatidosa.
4

Gambar 1. Kehamilan Mola Hidatidosa

2.2 Klasifikasi Mola Hidatidosa

Menurut Sastrawinata, Sulaiman. 2004 Berdasarkan klasifikasinya Mola


hidatidosa dibagi menjadi dua yaitu, sebagai berikut:

1. Mola Hidatidosa Komplet (MHK)


Kehamilan abnormal tanpa embrio yang seluruh vili korialisnya
mengalami degenerasi hidropik yang menyerupai anggur. Mikrospik
tampak edema stroma vili tanpa vaskularisasi disertai hiperplasia dari
kedua lapisan trofoblast.
2. Mola Hidatidosa Parsial (MHP)
Seperti pada MHK, tetapi disini masih ditemukan embrio yang baiasanya
mati pada masa dini. Degenerasi hidropik dari vili bersifat setempat, dan
yang mengalami hiperplasi hanya sinsitio trofoblas saja.

2.3 Penyebab Mola Hidatidosa

Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui secara pasti,namun faktor penyebab


kehamilan ini meliputi (Mochtar, Rustam, 1998 dalam Nurafif A, H & Kusuma,
H, 2015):

1. Faktor Ovum : ovum sudah patologis sehingga mati, namun terlambat di


keluarkan.
2. Imunoselektif dari tropoblas
3. Keadaan sosio-ekonomi yang rendah
4. Paritas tinggi
5. Kekurangan protein
6. Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas, infeksi mikroba
menegenai semua orang termasuk wanita hamil.

2.4 Tanda dan Gejala Mola Hidatidosa


5

Tanda dan gejala kehamilan dini didapatkan pada mola hidatidosa.


Kecurigaaan biasanya terjadi pada minggu ke 14 – 16 dimana ukuran rahim lebih
besar dari kehamilan biasa, pembesaran rahim yang terkadang diikuti perdarahan,
dan bercak berwarna merah darah beserta keluarnya materi seperti anggur pada
pakaian dalam. Tanda dan gejala serta komplikasi mola:
a. Mual dan muntah yang parah yang menyebabkan 10% pasien masuk RS.
b. Pembesaran rahim yang tidak sesuai dengan usia kehamilan (lebih besar).
c. Gejala-gejala hipertitoidisme seperti intoleransi panas, gugup, penurunan BB
yang tidak dapat dijelaskan, tangan gemetar dan berkeringat, kulit lembab.
d. Gejala-gejala pre-eklampsi seperti pembengkakan pada kaki dan tungkai,
peningkatan tekanan darah, proteinuria (terdapat protein pada air seni).

2.5 Penatalaksanaan
Terapi Mola Hidatidosa terdiri dari 4 tahap yaitu (Nurarif, A.H, & Kusuma, H,
2015):
1. Perbaikan keadaan umum
2. Pengeluaran jaringan mola: Kuretase dan histerektomi
3. Terapi trofilaksis
Pemberian kemoterapi repofilaksis pada pasien pasca evaluasi mola hidatisoda
masih menjadi kontroversi.
4. Pemeriksaan tindak lanjut.
6

BAB 3. PEMBAHASAN
3.1 Gambaran Kasus

Ny. X berusia 42 Tahun G3 P2 A0, seorang ibu Rumah Tangga, Masuk


Rumah Sakit tanggal 18 Februari 2017 dibawa kerumah sakit oleh keluarganya
karena merasa hamil dan mengalami perdarahan disertai mual. Klien mengaku
sudah mengalami perdarahan sejak 7 hari yang lalu, saat diperiksa keadaan vulva
tampak kotor dan lembab serta adanya tanda infeksi yang lain seperti kemerahan
di perineum, dan keluar cairan putih kekuningan serta berbau, klien tampak
lemah, membran mukosa kering, pucat, berkeringat banyak, turgor kulit tidak
elastis. Klien juga menyatakan sering mual dan muntah 2-4 kali sehari selama 7
hari, klien juga mengeluh nyeri perut bagian bawah dengan skala nyeri 6 dan
bertambah saat melakukan gerakan secara tiba-tiba, klien tampak meringis
menahan nyeri, wajah klien tampak lemah dan pucat, jantung berdebar dan
mengalami penurunan berat badan. Perdarahan 500 cc, TD 100/90 mmHG, RR
26X/menit, HR 120X/menit, suhu 380C. Setelah dilakukan pemeriksaan di
dapatkan diagnosa medis kehamilan mola hidatisoda pada klien.

3.2 Asuhan Keperawatan

3.2.1Pengkajian

1. Identitas Pasien

Nama : Ny. X No RM : 94973

Umur : 42 tahun Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Jenis Kelamin : Perempuan Status Perkawinan : Kawin

Agama : Islam Tgl MRS : 18 Februari 2017

Alamat : Patrang

2. Riwayat Kesehatan

a. Keluhan utama
7

Ny. X mengeluh karena perdarahan selama 7 hari, jantung berdebar,


sering rasa mual dan muntah, penurunan berat badan, klien juga mengeluh
nyeri perut bagian bawah dengan skala nyeri 6 dan bertambah saat melakukan
gerakan secara tiba-tiba.

b. Riwayat Kesehatan Sekarang

Saat dikaji pasien terlihat pucat, berkeringat banyak, keadaan vulva


tampak kotor dan lembab serta adanya tanda infeksi yang lain seperti
kemerahan di perineum, dan keluar cairan putih kekuningan serta berbau,
klien tampak lemah, membran mukosa kering, pucat, turgor kulit tidak elastis,
mual dan muntah 2-4 kali sehari selama 7 hari,

c. Riwayat Kesehatan Dahulu.

Klien tidak menderita penyakit jantung, paru-paru, kencing manis,


gondok, maupun penyakit keturunan lainnya.

3. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Nampak simetris, rambut nampak bersih, konjungtifa anemis,sklera
normal, tidak nampak edema, lensa normal, hidung nampak normal, dan
telinga simetris.
b. Leher
Leher normal, tidak terlihat adanya kaku kudu, tidak ada pembesaran
tiroid, dan tidak ada nyeri telan.
c. Dada
Dada tampak simetris, tidak ada bantuan otot pernafasan, dan tidak
terdengar bunyi nafas tambahan saat di auskultasi.
d. Abdomen
Tidak ada linea alba, terdapat striae sedikit pada perut, dan saat
diauskultasi terdengar suara wishing usus, saat di palpasi tidak ada
pembesaran hepar, saat diperkusi terdengar timpani.
e. Genetalia
8

Vulva tampak kotor, dan terjadi perdarahan.


f. Rektum
Rektum normal.

3.2.2 Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


1. Ds : klien menyatakan Tindakan invasif kekurangan volume
sering mual dan cairan
muntah 2-4 kali sehari Kuretase
selama 7 hari
Do: klien tampak Perdarahan
lemah, membran
mukosa kering, pucat, Hipovolemik
berkeringat banyak,
turgor kulit tidak
elastis.
2. Ds: Tindakan invasif Nyeri akut
klien mengeluh nyeri
perut bagian bawah Jaringan terdapat ulkus
dengan skala nyeri 6
dan bertambah saat Menstimulasi reseptor nyeri
melakukan gerakan
secara tiba-tiba.
Do:
klien tampak meringis
menahan nyeri.
3. Ds: Tindakan invasif Ketidakseimbangan
Klien menyatakan nutrisi kurang dari
sering mual dan curatage kebutuhan tubuh
muntah 2-4 kali sehari
selama 7 hari pengaruh anastesi
Do:
-terdapat bising usus motalitas usus
-wajah klien tampak
pucat dan konjungtiva distensi abdomen
anemis
mual/muntah

nafsu makan menurun

3.2.3 Diagnosa Keperawatan


9

No. Etiologi Diagnosa Keperawatan


1. Perdarahan Kekurangan volume cairan berhubungan dengan
perdarahan ditandai dengan klien menyatakan
sering mual dan muntah 2-4 kali sehari selama 7
hari, klien tampak lemah, membran mukosa
kering, pucat, berkeringat banyak, turgor kulit
tidak elastis.

2. Jaringan terdapat ulkus Nyeri akut berhubungan dengan jaringan


terdapat ulkus ditandai dengan klien mengeluh
nyeri perut bagian bawah dengan skala nyeri 6
dan bertambah saat melakukan gerakan secara
tiba-tiba dan klien tampak meringis menahan
nyeri..
3. Nafsu makan menurun Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuhberhubungan dengan nafsu
makan menurun ditandai dengan klien
menyatakan sering mual dan muntah 2-4 kali
sehari selama 7 hari dan terdapat bising usus,
wajah klien tampak pucat dan konjungtiva
anemis.

3.2.4 Intervensi Keperawatan


No. Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional Para
f

1. Kekuranga Setelah perawatan 1x24 1. Pertahankan 1. Mengetahui


n volume jam pasien menunjukkan catatan intake dan
cairan tidak lemah dan haus, intake dan output yang
berhubung dengan kriteria hasil: output yang akurat SE
an dengan 1. Mempertahankan urine akurat. 2. Mengetahui
perdaraha output sesuai dengan 2. Monitor perkembang
n. usia dan BB normal. status hidrasi an rehidrasi
2. Tekanan darah, nadi, 3. Monitor vital 3. Mengetahui
suhu tubuh dalam sign keadaan
batas normal. 4. Monitor umum
3. Tidak ada tanda-tanda masukan pasien.
dehidrasi. makanan 4. Mengetahui
4. Elastis turgor kulit cairan dan masukan
baik, membran hitung intake makanan
mukosa lembab, tidak kalori harian. cairan, dan
ada rasa haus yang kalori
berlebihan. harian.
10

2. Nyeriakut Setelah perawatan 3x24 1.Lakukan 1. Untuk SE


berhubung jam pasien menunjukkan pengkajian mengetahui
an dengan nyeri berkurang, dengan nyeri tingkat nyeri
jaringan kriteria hasil: pasien
terdapat 1. Mampu mengontrol 2. Observasi
ulkus nyeri reaksi 2. Untuk
2. Melaporkan bahwa nonverbaldari mengetahui
nyeri berkurang ketidaknyaman tingkat
dengan menggunakan an kenyamanan
manajemen nyeri pasien.
3. Gunakan
3. Mampu mengenali
teknik 3. Untuk
nyeri
komunikasi mengalihkan
4. Menyatakan rasa
terapeutik perhatian
nyaman setelah nyeri
untuk pasien dari
berkurang.
mengetahui rasa nyeri.
pengalaman
nyeri pasien. 4. Untuk
mengurangi
4. Kontrol tingkat
lingkungan kecemasan.
yang dapat
mempengaru 5. Untuk
hi nyeri mengurangi
seperti suhu rasa nyeri
ruangan,
pencahayaan
dan
kebisingan.
5.
kolaborasikan
pemberian
analgetik
untuk
mengurangi
nyeri

3. Ketidaksei Setelah perawatan 3x24 1.Kaji adanya 1.


mbangan jam kebutuhan nutrisi alergi Mengetahui
nutrisi pasien terpenuhi, dengan makanan. apakah pasien
kurang kriteria hasil: memiliki
dari 1. Adanya peningkatan 2. Monitor riwayat
kebutuhan berat badan sesuai jumlah nutrisi alergi.
tubuh dengan tujuan. dan 2.
berhubung 2. berat badan ideal kandungan Memberikan
an dengan sesuai dengan tinggi kalori. nutrisi yang
11

nafsu badan. 3. Berikan sesuai.


makan 3. mampu informasi 3.
menurun mengidentifikasi tentang Memotivasi
kebutuhan nutrisi kebutuhan pasien untuk
4. tidak ada tanda-tanda nutrisi meningkatkan
malnutrisi intake nutrisi.
5. menunjukkan 4. Kaji 4.
peningkatan fungsi kemampuan Mengetahui
pengecapan dari klien kemampuan
menelan. mendapatkan pasien
nutrisi. mendapatkan
nutrisi
5. Kolaborasi
5.
dengan ahli
Meningkatka
gizi untuk
n intake
menetukan
nutrisi pada
jumlah kalori
pasien.
dan nutrisi
yang
dibutuhkan
pasien.

3.2.5 Implementasi Keperawatan


No. Diagnosa Implementasi Rasional Paraf

1. Kekurangan volume 1.Mempertahankan 1. Mengetahui SE


cairan berhubungan catatan intake dan intake dan
dengan perdarahan dan output yang akurat. output yang
mual muntah 2. Memonitor akurat
status hidrasi 2. Mengetahui
3. Memonitor vital perkembangan
sign rehidrasi
4. Memonitor 3. Mengetahui
masukan keadaan umum
makanan/cairan pasien.
dan hitung 4. Mengetahui
intake kalori masukan
harian. makanan cairan,
dan kalori harian.
2. Nyeri akut 1. Melakukan 1. Untuk SE
berhubungan dengan pengkajian nyeri mengetahui
jaringan terdapat ulkus tingkat nyeri
2. Mengobservasi pasien
reaksi
nonverbaldari 2. Untuk
12

ketidaknyamanan mengetahui
tingkat
3. Menggunakan kenyamanan
teknik komunikasi pasien.
terapeutik untuk
mengetahui 3. Untuk
pengalaman nyeri mengalihkan
pasien. perhatian pasien
dari rasa nyeri.
4. Mengontrol
lingkungan yang 4. Untuk
dapat mengurangi
mempengaruhi tingkat
nyeri seperti suhu kecemasan.
ruangan,
pencahayaan dan 5. Untuk
kebisingan. mengurangi rasa
nyeri
5.
Mengkolaborasikan
pemberian
analgetik untuk
mengurangi nyeri

3. Ketidakseimbangan 1. Mengkaji adanya 1. Mengetahui SE


nutrisi kurang dari alergi makanan. apakah pasien
kebutuhan tubuh memiliki riwayat
berhubungan dengan 2. Memonitor alergi.
nafsu makan menurun jumlah nutrisi dan 2. Memberikan
kandungan kalori. nutrisi yang
sesuai.
3. Memberikan
3. Memotivasi
informasi tentang
pasien untuk
kebutuhan nutrisi
meningkatkan
4. Mengkaji intake nutrisi.
kemampuan klien 4. Mengetahui
mendapatkan kemampuan
nutrisi. pasien
mendapatkan
5. Mengkolaborasi nutrisi
dengan ahli gizi 5. Meningkatkan
untuk menetukan intake nutrisi
jumlah kalori dan pada pasien.
nutrisi yang
dibutuhkan pasien.
13

3.2.6Evaluasi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Evaluasi Paraf


1. Kekurangan volume cairan S : pasien mengatakan sudah SE
berhubungan dengan tidak mengalami perdarahan
perdarahan dan mual-muntah dan mual-muntah
O : pasien tidak lemah, pucat
dan mulai bertenaga
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
2. Nyeri akut berhubungan S : pasien mengatakan nyeri RE
dengan jaringan terdapat mulai berkurang
ulkus O : pasien tampak tidak
merasa nyeri
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
3. Ketidakseimbangan nutrisi S : pasien mengatakan tidak RE
kurang dari kebutuhan tubuh mual dan muntah
berhubungan dengan nafsu O : pasien mau makan
makan menurun sepiring dihabiskan tiga kali
sehari
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
14

BAB 4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Mola hidatidosaadalah Chorionic villi (jonjotan/gantungan) yang tumbuh


berganda berupa gelembung-gelembung kecil yang mengandung banyak cairan
sehingga menyerupai buah anggur atau mata ikan. Karena itu disebut juga hamil
anggur atau mata ikan. Mola hidatisoda dibagi menjadi dua yaitu Mola Hidatidosa
Komplet (MHK) dan Mola Hidatidosa Parsial (MHP). Pendarahan merupakan
gejala utama pada kehamilan mola hidatidosa dan biasanya karena keluhan
pendarahan ini juga ibu hamil datang memeriksakan dirinya ke rumah sakit.
Gejala pendarahan ini biasanya terjadi antara bulan pertama sampai ke tujuh
dengan rata-rata usia kehamilan 12-14 minggu (Saifuddin, 2010 dalam
Marfuaturohmah, T., et al, 2015). Usia ibu >35 tahun akan meningkatkan risiko
terjadinya kehamilan mola hidatidosa, hal ini menunjukkan bahwa usia ibu
berpengaruh terhadap kejadian kehamilan mola hidatidosa.

4.2 Saran
a. Untuk Klien
Diharapkan klien dengan kehamilan Mola Hidatidosa mendapatkan
perawatan dan penanganan yang komprehensif, serta melakukan follow up
pasca mola selama 12 bulan sesuai jadwal, supaya dapat mendeteksi sedini
mungkin bila terjadi keganasan sampai pasien benar-benar dikatakan sembuh
atau sehat.
b. Untuk Sarana Kesehatan
Diharapkan sarana kesehatan untuk memberikan penanganan yang lebih
baik lagi, untuk meminimalkan kejadian kematian ibu akibat perdarahan
khususnya yang diakibatkan kehamilan Molahidatidosa dan kejadian
keganasan akibat Mola Hidatidosa.

Anda mungkin juga menyukai