Anda di halaman 1dari 21

ASKEP SISTEM ENDOKRIN

OLEH:

KELOMPOK 2 :

1. DIAN HANDAYANI SILABAN 1902004


2. MONIKA PASARIBU 19020
3. MEDIANNA ROYANTI HUTASOIT 1902019
4. LIDYA SIAGIAN 1902014
5. PUTRI A.E MANULLANG 1902025
6. LAMTIUR MANALU 1902011
7. ROLAND SINAGA 1902026
8. PERNANDO TUMANGGOR 1902024

DOSEN PENGAMPUH : GLORIA TAMBUNAN, S.Kep, NS

PRODI D-III KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

KESEHATAN BARU DOLOKSANGGUL

T.A 2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat
sederhana yang berjudul “ASKEP SISTEM ENDOKRIN”. Adapun tujuan dibuatnya
makalah ini adalah untuk menyelesaikan tugas dari ibu Gloria Tambunan, S.Kep, Ns
Harapan penulis semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Makalah ini penulis akui masih banyak kekurangan karena
pengalaman yang penulis miliki sangat kurang, Oleh karena itu penulis mengharapkan para
pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.

Doloksanggul, 22 Juni 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................

DAFTAR ISI............................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................


1.2 Tujuan Penulisan..........................................................................................................

BAB II ASUHAN KEPERAWATAN


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan
hiperglikemi yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat,
lemak, dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan
sensitivitas insulin atau keduanya dan meyebabkan komplikasi kronis mikrovaskuler,
makrovaskuler, dan neuropati (Nanda, 2015). Sedangkan menurut WHO (2017),
diabetes melitus adalah penyakit kronis yang terjadi baik saat pankreas tidak
menghasilkan cukup insulin atau bila tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan
insulin yang dihasilkannya.Hormon yang mengatur gula darah adalah insulin. Efek
umum diabetes yang tidak terkontrol dan seiring berjalannya waktu menyebabkan
kerusakan serius pada banyak sistem tubuh, terutama saraf dan pembuluh darah
merupakan Hiperglikemia atau peningkatan kadar gula darah. (WHO, 2017).
Diabetes Melitus seringkali tidak menyadari adanya luka pada kaki, sehingga
meningkatkan risiko menjadi luka yang lebih dalam (ulkus kaki) dan perlu melakukan
tindakan amputasi. Diperkirakan sekitar 15% penderita Diabetes Melitus dalam
perjalanan penyakitnya akan mengalami komplikasi Ulkus Diabetik terutama Ulkus
Kaki Diabetikum. Sekitar 14-24% diantara penderita kaki diabetika memerlukan
tindakan amputasi. Pemeriksaan kaki diabetik perlu dilakukan secara menyeluruh,
baik sebelum luka muncul maupun setelah terjadi luka. Diabetisi dianjurkan untuk
tidak berjalan tanpa alas kaki, memakai kaus kaki atau sepatu yang sempit,
menghindari bahan kimia dan benda tajam guna menipiskan penebalan yang terjadi
pada telapak kaki, menggunakan cincin pada jari kaki, memakai sepatu bertumit
itnggi dan sepatu yang ujungnya runcing ke depan, serta jangan merokok. (Husaini,
2007 dalam Fajriah. N.N., dkk, 2013)
Adanya luka gangren dan kelemahan otot-otot pada tungkai bawah
menyebabkan penderita tidak mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari secara
maksimal, dan penderita mudah mengalami kelelahan. Dengan melakukan latihan
jasmani yang dilakukan sehari-hari secara teratur (3-4 kali seminggu selama kurang
lebih 30 menit) merupakan salah satu dari 4 pilar pengelolaan DM tipe 2 (Utama. H,
2009).
Untuk menjadikan lansia yang sehat dan sejahtera membutuhkan dukungan
semua pihak. Untuk itu masyarakat harus mempersiapkan diri hidup berdampingan
dengan para lansia. Namun masyarakat urban memerlukan perhatian khusus,
keterbatasan waktu dan kesempatan bercengkerama memungkinkan perhatian
terhadap lansia berkurang. Selain situasi juga kondisi yang mendukung, umumnya
lansia memiliki banyak keterbatasan. Terlebih kesehatan yang mulai turun,
kemampuan yang terbatas dan penyakit khas orang-orang tua. Diabetes melitus (DM)
misalnya menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan lansia.
Tujuan penanganan DM pada lanjut usia tidak jauh berbeda dengan orang
dewasa umumnya yaitu untuk mencegah terjadinya dekompensasi metabolik akut dan
menurunkan angka kesakitan dan angka kematian akibat komplikasi. Satu hal yang
tidak boleh diabaikan, yaitu walaupun pencapaian kualitas hidup yang lebih baik
merupakan tujuan utama penanganan DM pada lanjut usia, namun pemberiaan obat-
obatan secara agresif dan non prosedural adalah tidak benar.
Berdasarkan banyaknya persentasi tersebut di atas maka sangat penting untuk
dibahas mengenai masalah gangguan system endokrin pada lansia, khususnya yang
sering terjadi yaitu diabetes mellitus tipe 2. Sehingga ketika profesi di masyarakat
nanti kelompok mampu member informasi kepada lansia dan keluarga yang menderita
diabetes mellitus.

1.2 Tujuan Penulisan

Untuk mengetahui konsep teoritis medis dan pengaplikasian asuhan keperawatan


pada anak dengan dengan gangguan aktivitas manusia sistem endokrin
BAB II
TEORITIS MEDIS
2.1 DEFENISI

Diabetes melitus adalah suatu penyakit kronik yang komplek yang melibatkan
kelainan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak dan berkembangnya komplikasi
makro vaskuler, mikro vaskuler dan neurologis. (Purwanto. H, 2016).

Diabetes Melitus menurut AMERICAN DIABETES ASSOCIATION (ADA) adalah


suatu penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan
sekresi insulin, kerja insulin atau kedua duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes
berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi beberapa organ tubuh terutama
mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah. (Tanto. C, dkk, 2014).

2.2 ETIOLOGI

a. DM Tipe I

Diabetes yang tergantung insulin ditandai dengan penghancuran sel-sel beta pancreas yang
disebabkan oleh :

1. Faktor genetik penderita tidak mewarisi diabetes tipe itu sendiri, tetapi mewarisi suatu
predisposisi atau kecendrungan genetik kearah terjadinya diabetes tipe 1.
2. Faktor imunologi (autoimun).
3. Faktor lingkungan: virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang
menimbulkan estruksi sel beta.

b. DM Tipe II

Disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan resistensi insulin. Faktor resiko yang
berhubungan dengan proses terjadinya diabetes tipe II : usia, obesitas, riwayat dan keluarga.
Hasil pemeriksaan glukosa darah 2 jam pasca pembedahan di bagi menjadi 3 yaitu:

1. <140 mg/dL = normal


2. 140-<200 mg/dL = toleransi glukosa terganggu
3. >200 mg/DL = diabetes
DM tipe II bervariasi mulai dari yang dominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin
relatif sampai efek insulin disertai resistensi insulin.

c. DM Tipe Lain

1. Defek genetik fungsi sel beta


2. Defek genetk kerja insulin : resistesi insulin tipe A, leprechaunisme, sindrom rabson
mendenhall
3. Penyakit eksokrin pancreas : pancreatitis. Trauma / pankreatektomi, neoplasma,
fibrosis kistik.
4. Endokrinopati : akromegali, sindrom cushing, feokromositoma.
5. Obat atau zat kimia : vacor, pentamidin, asam nikotinat, glukokortikoid, hormone
tiroid, diazoxid, tiazid.
6. Infeksi : rubella congenital
7. Imunologi (jarang) : sindrom stiff-man, anti bodi anti reseptor insulin.
8. Sindrom genetik lain yang berkaitan dengan DM.

2.3 PATOFISIOLOGI

Pankreas yang disebut kelenjar ludah perut, adalah kelenjar penghasil insulin yang
terletak di belakang lambung. Di dalamnya terdapat terdapat kumpulan sel yang berbentuk
seperti pulau pada beta, karena itu disebut pulau pulau langerhans yang berisi sel beta yang
mengeluarkan hormon insulin yang sangat berperan dalam mengatur kadar glukosa darah.

Insulin yang dikeluarkan oleh sel beta tadi dapat diibaratkan sebagai anak kunci yang
dapat membuka pintu masuknya glukosa kedalam sel, untuk kemudian di dalam sel glukosa
tersebut di metabolismekan menjadi tenaga. Bila insulin tidak ada, maka glukosa dalam darah
tidak akan masuk kedalam sel dengan akibat kadar glukosa dalam darah meningkat. Keadaan
inilah yang terjadi pada diabetes melitus tipe.

Pada keadaan diabetes melitus tipe II, jumlah insulin bisa normal, bahkan lebih
banyak, tetapi jumlah reseptor (penangkap) insulin dipermukaan sel kurang. Reseptor insulin
ini diibaratkan sebagai lubang kunci pintu masuk kedalam sel. Pada keadaan DM tipe II,
jumlah lubang kuncinya kurang, sehingga meskipun anak kuncinya (insulin) banyak, tetapi
karena lubang kuncinya (reseptor) kurang, maka glukosa yang masuk kedalam sel sedikit,
sehingga sel kekurangan bahan bakar (glukosa) dan kadar glukosa dalam darah meningkat.
Dengan demikian keadaan ini sama dengan keadaan DM tipe I, bedanya adalah pada DM tipe
II disamping kadar glukosa tinggi, kadar insulin juga tinggi atau normal. Pada DM tipe II
juga bisa ditemukan jumlah insulin cukup atau lebih tetapi kualitas nya kurang baik, sehingga
gagal membawa glukosa masuk kedalam sel.disamping penyebab diatas, DM juga bisa terjadi
akibat gangguan transport gluksa didalam sel sehingga gagal digunakan sebagai bahan bakar
untuk metabolisme energi. (Utama. H, 2009).

2.4 MANIFESTASI KLINIS

a. Poliuria

Kekurangan insulin untuk mengangkut glukosa melalui membrane dalam sel


menyebabkan hiperglikemia sehingga serum plasma meningkat atau hiperosmolariti
menyebabkan cairan intrasel berdifusi kedalam sirkulasi atau cairan intravaskuler, aliran
darah keginjal meningkat sebagai akibat dari hiperosmolariti dan akibatnya akan terjadi
diuresis osmotic (poliuria).

b. Polidipsia

Akibat meningkatnya difusi cairan dari intrasel kedalam vaskuler menyebabkan


penurunan volume intrasel sehingga efeknya adalah dehidrasi sel. Akibat dari dehidrasi sel
mulut menjadi keringdan sensor haus teraktivasi menyebabkan seseorang haus terus dan
ingin selalu minum (polidipsia).

c. Poliphagia

Karena glukosa tidak dapat masuk ke sel akibat dari menurunnya kadar insulin maka
produksi energi menurun, penurunan energy akan menstimulasi rasa lapar. Makareaksi yang
terjadi adalah seseorang akan lebih banyak makan (poliphagia).

d. Penurunan berat badan

Karena glukosa tidak dapat di transport kedalam sel maka sel kekurangan cairan dan tidak
mampu mengadakan metabolisme, akibat dari itu maka sel akan menciut, sehingga seluruh
jaringan terutama otot mengalami atrofidan penurunan secara otomatis.

e. Malaise atau kelemahan


f. Kesemutan pada ekstremitas
g. Infeksi kulit dan pruritus
h. Timbul gejala ketoasidosis dan samnolen bila berat

2.5 PENATALAKSANAAN

Tujuannya :

a. Jangka panjang : mencegah komplikasi


b. Jangka pendek : menghilangkan keluhan/gejala DM

Penatalaksanaan DM :

a. Diet

Perhimpunan Diabetes Amerika dan Persatuan Dietetik Amerika merekomendasikan =


50-60% kalori yang berasal dari :

1. Karbohidrat 60 – 70%
2. Protein 12 – 20 %
3. Lemak 20 – 30 %
b. Latihan

Latihan dengan cara melawan tahanan dapat menambah laju metablisme istirahat,
dapat menurunkan BB, stres dan menyegarkan tubuh. Latihan menghindari
kemungkinan trauma pada ekstremitas bawah, dan hindari latihan dalam udara yang
sangat panas / dingin, serta pada saat pengendalian metabolik buruk. Gunakan alas kaki
yang tepat dan periksa kaki setiap hari sesudah melakukan latihan

c. Pemantauan

Pemantauan kadar Glukosa darah secara mandiri.

d. Terapi (jika diperlukan)


e. Pendidikan
2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Kadar glukosa darah

Tabel Kadar Glukosa Darah Sewaktu (mg/dl)

Kadar glukosa dara DM Belum pasti DM


sewaktu h
Plasma vena >200 100-200

Darah kapiler >200 80-100

Tabel Kadar Glukosa Darah Puasa (mg/dl)

Kadar glukosa dara DM Belum pasti DM


puasa h

plasma vena >120 110-120

Darah kapiler >110 90-110

b. Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes melitus pada sedikitnya 2 kali


pemeriksaan :
1. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
2. Glukosa plasma puasa>140 mg/dl (7,8 mmol/L)
3. Glukosa plasma yang diambil dari 2 jam kemudian sesudah
mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp).200 mg/dl)
c. Tes laboratorium DM
Jenis tes pada pasien DM dapat berupa tes saring, tes diagnostik, tes
pemantauan terapi dan tes untuk mendeteksi komplikasi.
d. Tes saring
Tes saring pada DM adalah :
1. GDP, GDS
2. Tes glukosa urin :
a. Tes konvensional 9metode reduksi/benedict)
b. Tes carik celup (metode glucose oxidase/hexokinase)
e. Tes diagnostik
Tes diagnostik pada DM adalah : GDP, GDS, GD2PP (glukosa darah 2 jam
post prandial), glukosa jam ke-2 TTGO.
f. Tes monitoring terapi
Tes-tes monitoring terapi DM adalah :
1. GDP : plasma vena, darah kapiler
2. GD2PP : plasma vena
3. A1c : darah vena, darah kapiler
g. Tes untuk mendeteksi komplikasi
Tes-tes untuk mendeteksi komplikasi adalah :
1. Mikroalbuminuria : urin
2. Ureum, kreatinin, asam urat
3. Kolestrol total : plasma vena (puasa)
4. Kolestrol LDL : plasma vena (puasa)
5. Kolestrol HDL : plasma vena (puasa)
6. Trigliserida : plasma vena (Puasa)

2.7 DISCHARGE PLANNING

a. Lakukan olahraga secara rutin dan pertahankan berat badan yang ideal

b. Kurangi konsumsi makan yang banyak mengandung gula dan

karbohidrat

c. Jangan mengurangi jadwal makan atau menunda waktu makan karena hal ini akan
menyebabkan fluktuasi (ketidakstabilan) kadar gula darah

d. Pelajari mencegah infeksi: kebersihan kaki, hindari perlukaan

e. Perbanyak mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung serat

seperti sayuran dan sereal

f. Hindari mengkonsumsi makanan tinggi lemak dan yang banyak mengandung


kolestrol LDL, antara lain: daging merah, produk susu, kuning telur, mentega,
saus salad, dan pencuci pencuci mulut berlemak lainnya

g. Hindari minuman beralkohol dan kurangi konsumsi garam.

2.8 KOMPLIKASI
Diabetes Mellitus bila tidak ditangani dengan baik akan menyebabkan komplikasi
pada berbagai organ tubuh seperti mata, ginjal, jantung, pembuluh darah kaki, saraf, dan
lain-lain.
Komplikasi jangka lama termasuk penyakit kardiovaskular (risiko ganda), kegagalan
kronis ginjal (penyebab utama dialisis), kerusakan retina yang dapat menyebabkan
kebutaan, serta kerusakan saraf yang dapat menyebabkan impotensi dan gangren dengan
risiko amputasi.
Komplikasi yang lebih serius lebih umum bila kontrol kadar gula darah buruk.

Tabel Komplikasi Jangka Panjang dari Diabetes Melitus (DM)

Organ/jaringan Yang terjadi Komplikasi


yg terkena

Pembuluh darah 1. Plak aterosklerotik Sirkulasi yg jelek


terbentuk dan menyebabkan
menyumbat arteri penyembuhan luka yg
berukuran besar atau jelek dan bisa
sedang di jantung, menyebabkan penyakit
otak, tungkai dan jantung, stroke, gangren
penis. kaki dan tangan, impoten
dan infeksi
2. Dinding pembuluh
darah kecil mengalami
kerusakan sehingga
pembuluh tidak dapat
mentransfer oksigen
secara normal dan
mengalami kebocoran

Mata Terjadi kerusakan pada Gangguan penglihatan


pembuluh darah kecil retina dan pada akhirnya bisa
terjadi kebutaan
Ginjal 1. Penebalan pembuluh Fungsi ginjal yg buruk
darah ginjal .
Gagal ginjal
2. Protein bocor ke dalam
air kemih .

3. Darah tidak disaring


secara normal
Saraf Kerusakan saraf karena 1 Kelemahan tungkai
glukosa tidak dimetabolisir . yg terjadi secara
secara normal dan karena tibatiba atau secara
aliran darah berkurang perlahan.
2 Berkurangnya rasa,
. kesemutan dan nyeri
di tangan dan kaki.
3 Kerusakan saraf
. menahun.
Sistem saraf Kerusakan pada saraf yg 1 Tekanan darah yg
otonom mengendalikan tekanan . naik-turun
darah dan saluran 2
Kesulitan menelan
pencernaan .
dan perubahan
fungsi pencernaan
disertai serangan
diare
Kulit Berkurangnya aliran darah 1 Luka, infeksi dalam
ke kulit dan hilangnya rasa .
(ulkus diabetikum)
yg menyebabkan cedera 2
Penyembuhan luka
berulang .
yg jelek

Darah Gangguan fungsi sel darah Mudah terkena infeksi,


putih terutama infeksi saluran
kemih dan kulit
Jaringan ikat Gluka tidak dimetabolisir Sindroma terowongan
secara normal sehingga karpal Kontraktur
jaringan menebal Dupuytren

BAB III

HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Hasil studi kasus


3.1 Pengkajian
pengkajian pada kasus ini diperoleh melalui observasi langsung, pemeriksaan
fisik, menelaah catatan medik maupun catatan perawat yang dilakukan pada
tanggal 6 Juli 2018 pukul 13:20 WITA dengan No. Rekam Medis 16-36-23, klien
masuk RSUD Kota Kendari tanggal 4 Juli 2018, dari pengkajian tersebut
didapatkan data melalui penjelasan berikut ini :
Nama klien Tn. L, berumur 77 tahun, suku bangsa muna, agama islam dan
sudah menikah. Pekerjaan klien sehari-hari sebagai wiraswasta, pendidikan
terakhir klien SMP.Klien bertempat tinggal di Jl. KH.Agus Salim No. 8 E
Kelurahan Kandai Kota Kendari.
Klien masuk Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari pada tanggal 04 Juli
2018 dirawat di ruang Melati kamar C.4. Keluhan utama yaitu klien mengatakan
nyeri pada area luka diabetik kaki sebelah kiri, yang dialami sejak 2 minggu yang
lalu, kualitas nyeri seperti tertusuk-tusuk, gambaran skala nyeri 5 (sedang), waktu
terjadinya nyeri tidak menentu, faktor pencetus nyeri akibat kadar gula klien yang
tinggi. Keluhan lain yaitu klien mengatakan merasa lemas, letih, pusing, klien
mengatakan tidak dapat melakukan aktivitasnya, porsi makan yang di habiskan
hanya ½ yang di habiskan.Pergerakan klien terbatas akibat nyeri dan klien
mengatakan kram pada pergelangan kaki, serta kurang memahami tentang
penyakitnya.
45
Upaya yang telah dilakukan keluarga sebelum dirawat di rumah sakit yaitu
mengompres dengan air hangat pada luka klien, dan memberikan obat antibiotik
(ampicillin), namun upaya yang telah dilakukan ini tidak menunjukkan adanya
perubahan pada luka klien sehingga keluarga membawa klien ke Rumah Sakit.
Klien juga mengatakan bahwa dirinya pernah dirawat di Rumah Sakit dengan
penyakit yang sama yaitu Diabetes Melitus, berat badan klien sebelum sakit 60 kg.

Berdasarkan genogram klien ditemukan data bahwa tidak ada anggota


keluarga yang pernah mengalami penyakit seperti yang diderita oleh klien.
Hasil observasi dan pemeriksaan fisik yaitu keadaan umum (KU) klien lemah,
tingkat kesadaran composmentis, dimana Tekanan Darah (TD) : 140/80 mmHg,
Nadi (N) : 82 x/menit, Suhu (S) : 36°C, Pernafasan (P): 22 x/menit, Berat Badan
(BB) saat ini 57 kg dan Tinggi Badan (TB) 163 cm.
Pada pengkajian sistem pernafasan B1 (breathing) didapatkan data bentuk
dada simetris kiri dan kanan, tidak ada deviasi septum hidung, hasil auskultasi
suara nafas bronkil dan tidak ditemukan suara nafas tambahan.
Pengkajian sistem kardiovaskuler B2 (bleeding) yaitu saat dilakukan palpasi
tidak ada nyeri tekan pada daerah dada, peneliti melakukan auskultasi suara
jantung normal, akral teraba dingin, CRT > 3 detik.
Pengkajian sistem persyarafan B3 (brain) nilai Glasgow coma skale (GCS): 15
keadaan kepala dan wajah simetris, ekspresi wajah tampak lemah, sclera ikterus,
pupil isokor kanan kiri, konjungtiva anemis, kelopak mata membuka dan
menutup, keadaan telinga simetris, leher dan bahu: mengangkat bahu dan
memalingkan kepala. Pendengaran kanan dan kiri normal, penciuman normal,
pengecapan: rasa asin normal, rasa manis normal, rasa pahit normal. Penglihatan
kanan dan kiri agak rabun, perabaan panas, dingin, tekan normal dan status mental
terorientasi.
Pengkajian sistem perkemihan B4 (bledder) produksi urin berwarna
kekuningan dengan bau yang khas (amoniak), frekuensi berkemih 3-5 kali/hari,
produksi urine setiap hari ± 1500 cc.
Pengkajian sistem pencernaan B5 (bowel) hasil inspeksi pada mulut tidak
ditemukan adanya tanda-tanda radang, tidak ada halositosis, tidak ada stomatitis,
dan tidak terdapat nyeri tekan pada tenggorokan, rektum normal, BAB sekali
sehari (tidak menentu) dengan konsistensi feses lunak.
Pengkajian sistem muskuloskeletal B6 (Bone) pergerakan sendi klien tampak
terbatas, skala kekuatan otot ekstermitas atas 5/5 (mampu menahan tahanan
penuh) dan untuk ekstemitas kanan bawah skala 3 (mampu tahanan penuh) dan
ekstemitas kiri bawah skala 2 (pergerakan melawan tahanan, namun kurang dari
normal). Tonus otot ekstermitas bagian atas tidak ada masalah, sedangkan pada
ekstermitas bawah terdapat nyeri otot, adanya udema pada daerah betis kaki, akral
teraba dingin, turgor kulit baik, kulit dan badan klien tampak bersih, kepala dan
rambut juga tampak bersih, dan tampak luka gangren pada daerah kaki sebelah
kiri dengan karakteristik luka tampak merah muda pada bagian tengah, sekitar
luka nampak pucat, pus (+), panjang luka ± 15 cm, lebar luka ± 10 cm dengan
kedalaman ± 1 cm menembus lapisan otot, dan luka berbau amis.
Sedangkan pada pola aktivitas klien mengatakan pola makan sebelum sakit
dengan porsi makan 2-3 x/hari dengan porsi dihabiskan, jenis menu makan nasi,
bubur, buah-buahan dan sayur, klien mempunyai pantangan makanan yang tinggi
serat atau yang manis-manis, klien tidak mempunyai alergi terhadap makanan.
Sedangkan pola makan saat sakit porsi makan klien 1-2 kali/hari, dengan porsi
makan tidak di habiskan, jenis menu makan bubur, dan sayur, klien tidak
diperbolehkan makan makanan yang berkadar gula tinggi.
Untuk pola minum klien sebelum sakit frekuensi klien minum 6-8 gelas/hari
dihabiskan, jenis minuman klien air putih dan teh, minuman yang disukai air
putih, minuman yang tidak disukai yaitu minuman beralkohol.Sedangkan pola
minum saat sakit frekuensi minum klien 3-5 gelas/hari dihabiskan, jenis minuman
air putih, dan tidak diperbolehkan minumminuman yang manis-manis.Selama
dirumah sakit klien mengatakan mandi hanya 1 kali/hari (tidak menentu).
Pola eliminasi BAK sebelum sakit frekuensi berkemih 4-7 kali/hari, berwarna
kekuningan, dan tidak ada kesulitan dalam berkemih.Sedangkan, pola eliminasi
BAK selama sakit frekuensi berkemih 3-5 kali/hari, berwarna kekuningan dengan
bau amoniak, dan tidak ada kesulitan dalam berkemih.
Pola eliminasi BAB sebelum sakit frekuensi BAB 2-3 kali/hari, konsistensi
lunak, berwarna kuning, tidak ada masalah dalam BAB.Sedangkan, pola eliminasi
BAB selama sakit frekuensi BAB 1 kali/hari (tidak menentu), konsistensi lunak,
berwarna kuning, tidak ada masalah dalam BAB.
Pola istirahat dan aktivitas klien sebelum sakit untuk tidur siang dan tidur
malam baik, sedangkan saat sakit, tidur siang dan tidur malam terganggu (± 3 - 4
jam) karena klien sering terbangun.
Pada interaksi sosial, klien sering dijaga oleh anaknya, selama sakit klien juga
sering dibesuk oleh kerabat dan tetangga.Beberapa kali klien sering
mengungkapkan keinginan untuk pulang kerumah, dan sering bertanya mengenai
penyakit yang dialaminya.Klien nampak cemas dan berharap agar cepat sembuh
dari penyakitnya, dan selama dirawat kegiatan beribadah tidak terlaksana.
Terapi/obat-obatan yang diberikan antara lain IVDF RL 20 tetes/menit,
cephaflox 1 gr/IV/12 jam, ranitidine 1 gr/IV/8 jam, keterolac 1 gr/IV/8 jam

3.2 Diagnosa keperawatan


a. Klasifikasi Data
Nama pasien : Tn. L
Umur : 77 Tahun
No. RM : 16-36-23

N Data Masalah
o
1 DS :
- Klien mengatakan sering
mengeluh sakit pada kaki kirinya.
- Klien mengatakan tidak bisa
melakukan aktivitas seharihari.
- Klien mengatakan merasa lemah
dan letih setelah beraktivitas.
- Klien mengatakan kram pada
pergelangan kaki.
DO :
- KU : Lemah
- Klien nampak letih setelah
beraktivitas
- Klien nampak tidak nyaman
setelah beraktivitas
- Aktivitas klien nampak dibantu Hambatan Mobilitas Fisik
oleh keluarga
- Pergerakan klien terbatas
- Pergerakan sendi kurang
Kekuatan otot :
55
32
- Klien nampak terbaring di tempat
tidur
- Tampak ada luka gangren
diabetik pada kaki sebelah kiri
- Karakteristik luka :
 Luka tampak merah muda pada
bagian tengah
 Area sekitar luka nampak pucat
 Pus (+) sekitar luka
 Panjang luka ± 15 cm
 Lebar luka ± 10 cm
 Kedalaman ± 1 cm
 Luka berbau amis.
- Glukosa darah sewaktu adalah
313 mg/dl
- Tanda – Tanda Vital : TD :
140/80 mmHg S : 36OC N : 82
x/menit P : 22 x/menit

b. Analisa Data
Nsma pasien : Tn.L
Umur : 77 tahun
No. RM : 16-36-23

Symptom Etiologi Problem


DS : Reseptor insulin
- Klien mengatakan dalam sel berkurang
sering mengeluh
sakit pada kaki
kirinya. Peningkatan glukosa Hambatan Mobilitas
- Klien mengatakan darah Sirkulasi darah Fisik
tidak bisa melakukan ke
aktivitas sehari-hari.
- Klien mengatakan
merasa lemah dan sel lambat dalam
letih setelah tubuh di jaringan
beraktivitas. perifer
- Klien mengatakan
kram pada
pergelangan kaki. Gangren diabetik
DO :
- KU : Lemah
- Klien nampak letih Hambatan mobilitas
setelah beraktivitas fisik
- Klien nampak tidak
nyaman setelah
beraktivitas
- Aktivitas klien
nampak dibantu oleh
keluarga
- Pergerakan klien
terbatas
Pergerakan sendi
kurang
- Kekuatan otot : 5 5
32
- Klien nampak
terbaring di tempat
tidur
- Tampak ada luka
gangren diabetik
pada kaki sebelah
kiri
- Karakteristik luka :
 Luka tampak
merah muda pada
bagian tengah
 Area sekitar luka
nampak pucat
 Pus (+) sekitar luka
 Panjang luka ± 15
cm
 Lebar luka ± 10 cm
 Kedalaman ± 1 cm
 Luka berbau amis.
- Glukosa darah
sewaktu adalah 313
mg/dl
- Tanda – Tanda
Vital : TD : 140/80
mmHg S : 36OC N :
82 x/menit P : 22
x/meni

Anda mungkin juga menyukai