Anda di halaman 1dari 24

PENGARUH KOMSUMSI REBUSAN BAWANG PUTIH

TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA


LANJUT USIA PENDERITA HIPERTENSI DI DESA
SAITNIHUTA KECAMATAN DOLOKSANGGUL
KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN
TAHUN 2020

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk


Melanjykan Penelitian

Diajukan Oleh :
PUTRI AE MANULLANG
NIM : 1902025

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KESEHATAN BARU


PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN
JALAN BUKIT INSPIRASI SIPALAKKI DOLOKSANGGUL
KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN
TAHUN 2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hipertensi merupakan salah satiu masalah yang cukup berebahaya
didunia, keran hipertensi merupakan factor resiko utama yang mengarah
kepada penyakit kardiovaskular seperti serangan jantung, gagal jantung,
stroke dan penyakit ginjal yang mana pada tahun 2016 penyakit jantung
iskemik dan steroke menjadi dua penyebab kematian utama disunia (WHO,
2018).
Prevalensi hipertensi terus meningkat sejalan dengan perubahan
gaya hidup seperti merokok, inaktivitas fisik dan stress psikososial. Data
World Health Organization (WHO) tahun 2017 menunjukkan sekitar 1,13
miliar orang di dunia menderita hipertensi. Artinya 1 dari 3 orang di dunia
terdiagnosis menderita hipertensi.
Menurut American Heart Association (AHA), penduduk Amerika yang
berusia diatas 20 tahun menderita hipertensi telah mencapai angka hingga
74,5 juta jiwa, namun hampir sekitar 90-95% kasus tidak diketahui
penyebabnya (Kemenkes RI, 2014).
Presentase penderita hipertensi saat ini paling banyak terdapat di
negara berkembang. Data Global Status Report on Noncommunicable
Disease 2010 dari WHO menyebutkan, 40% negara ekonomi berkembang
memiliki penderita hipertensi, sedangkan negara maju hanya 35%. Data
2013 penyakit hipertensi telah membunuh 9,4 juta warga dunia setiap
tahunnya dari jumlah penduduk dunia 7,4 miliar. Badan kesehatan dunia
(WHO) memperkirakan, jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat
seiring dengan jumlah penduduk yang membesar. Pada 2025 mendatang,
diproyeksikan sekitar 29% warga dunia terkena hipertensi. Survey tahun
2013 menemukan angka hipertensi di Indonesia adalah 25,8% dari jumlah
penduduk yang berjumlah sekitar 250 juta jiwa (Riskesdas, 2013).
Prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 26,5% pada tahun 2013,
tetapi yang terdiagnosis oleh tenaga kesehatan hanya sebesar 9,5%. Hal ini
menandakan bahwa sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat belum
terdiagnosis dan terjangkau pelayanan kesehatan ( Kemenkes RI, 2013 ).
Profil data kesehatan Indonesia tahun 2013 menyebutkan bahwa hipertensi
merupakan salah satu dari 10 penyakit dengan kasus rawat inap terbanyak
di rumah sakit pada tahun 2010, dengan proporsi kasus 42,38% pria dan
57,62% wanita serta 4,8% pasien meninggal dunia ( Kemenkes RI, 2015).
Jumlah penderita hipertensi di sumatera utara tahun 2016 ternyata
masih tinggi. Berdasarkan data yang diterima Sumut Pos dari Dinas
Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, tercatat 50.162 orang menderita
hipertensi (Anonim, 2016)
Dinas kesehatan Kabupaten Humbang Hasundutan tahun 2019,
menyatakan pravalensi jumlah penderita hipertensi yang mendapat
pelayanan kesehatan sesuai standar dalam kurun waktu satu tahun 94.233
jiwa. Dan berdasarkan angka penserita hipertensi sebesar 10,30%, dan pada
tahun 2017 angka kesakitan untuk penderita hipertensi sesbesar 9281 jiwa
(32,49%). (Dinkes,Humbang HAsundutan, 2019).
Bila penderita hipertensi mengalami tekanan darah tinggi dan terjadi
saat aliran darah berusaha memberi tekanan yang lebih besar terhadap
dinding pembuluh darah arteri, tekanan normal berkisar 120/90 mmHg, pra
hipertensi 120/139 mmHg, hipertensi tingkat 1 140/159 mmHg, hipertensi
tingkat 2 > 160 mmHg. Hipertensi sering disebut Sillent Killer (pembunuh
diamdiam) sebab seseorang dapat mengidap hipertensi selama bertahun-
tahun tanpa menyadarinya sampai terjadinya kerusakan organ vital yang
cukup berat yang beresiko kematian (Adib, 2009).
Terapi komplementar adalah salah satu penanganan secara non
farmakologis dalam mengatasi hipertensi. Terapi komplementer bersifat
alamiah, diantaranya dengan terapi herbal. Terapi herbal banyak digunakan
oleh masyarakat dalam mengatasi p-enyakit hipertensi dikarenakan memiliki
efek samping yang sedikit. Salah satu contoh tanaman herbal yang dapat
menurunkan tekanan darah tinggi adalah bawangb putih (Allium sativum
Linn). Bawang putih yang dikenal sebagai bumbu dapur mempunyai efek anti
hipertensi yang sudah dapat dibuktikan oleh penelitian medis. Efek anti
vasospastik bawang putih dapat mengurangi spasme arteri kecil serta
mencegah pembentukan dan perkembangan bekuan darah. Pada bawang
putih setelah dikomsumsi, komponen allicin dilepas ke pembuluh darah,
pada beberapa studi, allicin mampu mencetuskan sel darah merah untuk
menghasilkan H2S yang mempunyai efek vasodilator. Suplementasi bawang
putih berhubungan dengan penurunan tekanan darah yang cukup signifikan
pada pasien hipertensi. Hasil penelitian menunjukkan penurunan rata 2,8 –
8,4 mmHg tekanan darah sistolik dan penurunan 1,5 -7,3 mmHg tekanan
darah diastolic setelah diberikan rebusan bawang putih (Cruz, Rotter,
Gonzalez, et al, 2009).
Masih tingginya penderita hipertensi merupakan salah satu masalah
yang berpengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat oleh karena itu,
hipertensi perlu dan harus segera diatasi. Jika tidak dikendalikan, dalam
jangka waktu panjang akan berdampak dan timbulnya komplikasi penyakit
lain. Hipertensi dan komplikasinya dapat diminimallkan dengan
penatalaksanaan menggunakan farmakologis yaitu dengan minum obat
secara teratur atau menggunakan non farmakologis, yaitu dengan konsumsi
rebusan bawang putih.
Berdasarkan fenomena diatas, bawang putih dapat digunakan
sebagai obat herbal alternatif untuk menurunkan tekanan darah pada
penderita hipertensi, maka peneliti tertarik mengambil judul “Pengaruh
Konsumsi Bawang Putih Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lanjut
Usia Penderita Hipertensi DI Desa Saitnihuta Kecamatan Doloksanggul
Kabupaten Humbang Hasundutan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dari
penelitian ini adalah “apakah ada pengaruh komsumsi Bawang Putih
terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada lansia Penderita Hipertensi Di
Desa Saitnihuta Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan
Tahun 2022.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui “pengaruh
komsumsi Bawang Putih terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada lansia
Penderita Hipertensi Di Desa Saitnihuta Kecamatan Doloksanggul
Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2022”.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui tekanan darah sistolik dan diastolik penderita hipertensi
sebelum mengkonsumsi rebusan bawang putih Di Desa Saitnihuta
Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2022.
2. Untuk mengetahui rata-rata tekanan darah sistolik dan diastolik penderita
hipertensi sesudah mengkonsumsi rebusan awing putih Di Desa
Saitnihuta Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan
Tahun 2022.

1.4 Manfaatan penulisan


1.4.1 Bagi peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi referensi/sumber kepustakaan
untuk menerapkan ilmu yang telah dipelajari selama mengikuti pendidikan.
Terutama mengenai pengaruh komsumsi rebusan Bawang Putih Terhadap
Penurunan tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi di Desa
Saitnihuta Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbsng Hasundutan
Tahun 2022
1.4.2 Bagi tempat penelitian
Untuk memberikan informasi terhadap penderita hipertensi, tenaga
kesehatan khususnya di wilayah kerja puskesmas Saitnihuta Kecamatan
Doloksanggul Kabupaten humbnag Hasundutan dalam meningkatkan dan
memperbaiki pelayanan kesehatan terhadap penderita hipertensi dan
pengobatannya secara adekuat.
1.4.3 Bagi institusi
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi referensi acuan bagi
peneliti selanjutnya yang berkaitan dengan Pengaruh Komsumsi Rebusan
Bawang Putih Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita
Hipertensi.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Defenisi
2.1 Tekanan Darah
Tekanan darah adalah tekanan dari aliran darah dalam pembuluh
darah nadi (arteri). Ketika jantung kita berdetak lazimnya 60 sampai 70 kali
dalam 1 menit pada kondisi istirahat (duduk atau berbaring), darah dipompa
menuju dan melalui arteri. Tekanan darah paling tinggi terjadi ketika jantung
berdetak memompa darah, ini disebut tekanan sitolik. Tekanan darah
menurun saat jantung relaksasi di antara dua denyut nadi, ini disebut
tekanan diastolik. Tekanan darah ditulis sebagai tekanan sistolik per tekanan
diastolik sebagai contoh, 120/80 (Kowalsky, 2017).
Tekanan darah perorangan dinyatakan sebagai tekanan darah
sistolik/diastolik. Tekanan sistolik bagi kebanyakan kaum dewasa yang sehat
adalah antara 9 dan 120 milimeter air raksa (mmHg). Tekanan diastolik
normal antara 60 dan 80 mm Hg. Petunjuk-petunjuk sekarang ini tekanan
darah normal lebih rendah dari 120/80. Tekanan darah di atas 130/80
dipertimbangkan tinggi (Muhammadun, 2018).
Menurut WHO, batasan tekanan darah yang masih dianggap normal
adalah 140/90 mmHg, sedangkan tekanan darah 160/95 mmHg dinyatakan
sebagai hipertensi. Tekanan darah diantara normotensi dan hipertensi
disebut borderline hypertension (garis batas hipertensi). Batasan WHO
tersebut tidak membedakan usia dan jenis kelamin.
2.2 Hipertensi
2.2.1 Pengertian hipertensi
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seorang mengalami
peningkatan tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan
angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas). Tekanan
darah 140/90 mmHg didasarkan pada dua fase dalam setiap denyut dipompa
oleh jantung dan fase diastolic 140 menunjukkan fase darah yang sedang
dipompa oleh jantung dan fase diastolic 90 menunjukkan fase darah yang
kembali (menurut Endang triyanto).
Menurut WHO, batasan tekanan darah yang masih dianggap normal
adalah 140/90 mmHg, sedangkan tekanan darah 160/95 mmHg dianggap
hipertensi. Tekanan darah diantara normotensi dan hipertensi borderline
hypertension (garis batas hipertensi). Batasan WHO tersebut tidak
membedakan usia dan jenis kelamin.
2.2.2 Klasifikasi
Berdasarkan etiologinya, hipertensi dibagi menjadi hipertensi primer
dan sekunder. Lebih dari 90% kasus hipertensi termasuk ke dalam kelompok
hipertensi primer, sedangkan prevalensi hipertensi sekunder hanya sekitar 5-
8% dari seluruh penderita hipertensi (Adi Trisnawan, 2019).
Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC* VII
Klasifikasi Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik
Tekanan Darah (mmHg) (mmHg)
Normal <120 <80
Prehipertensi 120 – 139 80 – 89
Hipertensi Stage 1 140 – 159 90 – 99
Hipertensi Stage 2 >160 >100
*JNC- Joint National Commitee on the prevention,detection,evaluation and
treatment of high blood pressure, yang berpusat di Amerika.
2.2.3 Etiologi
Menurut Aadi trisnawan, 2019, berdasarkan penyebabnya, hipertensi
dapat dibedakan menjadi dua yaiut hipertensi (esensial) dan hipertensi
sekunder (renal).
a. Hipertensi primer
Hipertensi primer adalah hipertensi yang penyebabnya belum
diketahui dengan jelas. Menurut penelitian, sebagian besar orang
(90%) mengidap hipertensi jenis ini. Ada beberapa factor yang
diduga turut berperan sebagai penyebab hipertensi ini, antara lain:
1) Factor lingkungan
2) Bertambahnya usia
3) Factor psikologis
4) Stresss
5) Keturunan
6) Kelainan metabolism intraseluler
7) Obesitas
8) Komsumsi alcohol
9) Merokok, dan
10) Kelainan darah (polisitemia)
b. Hipertensi sekunder
1) Gangguan hormonal
2) Penyakit jantung
3) Diabetes
4) Tidak berfungsinya ginjal
5) Penyakit pembuluh darah dan
6) Pemakaian kontrasepsi oral atau berhubungan dengan
kehamilan
2.2.4 Patofisiologi
Dimulai dengan atherosclerosis, gangguan struktur anatomi
pembuluh darah perifer yang berlanjut dengan kekakuan pembuluh darah.
Kekakuan pembuluh darah disertai dengan penyempitan dan kemungkinan
pembesaran plaque yang menghambat gangguan peredaran darah perifer.
Kekakuan dan kelambanan aliran darah menyebabkan beban jantung
bertambah berat yang akhirnya dikompensasi dengan peningkatan uapaya
pemompaan jantung yang akhirnya memberikan gambaran peningkatan
tekanan dalam sirkulasi (padjiastutu).
Peubahan volume cairan mempengaruhi tekanan arteri sitemik. Bila
tubuh mengalami kekurangan garam dan air, Tekanan darah meningkat
melalui mekanisme fisiologi kompleks yang mengubah aliran balik vena ke
jantung dan mengakibatkan peningkatan curah jantung.

Bebrbagai factor seperti kecemasan dan ketakutan dapat


mempengaruhi respom pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstiktor.
Individu dengan hipertensi sangat sensitive dengan norepinefrin, meskipun
tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bias terjadi.

Pertimbangan gerontologist, peubahan struktual dan gfungsional


pada system perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang
terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi atrioskleorosis,
hilangnya elastisitas jaringan ikat, penurunan dalam relaksasi otot polos
pembuluh darah, yang gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya
regang pembuluh darah.

Konsikuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya


dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume
sekuncup) mengakibatkan penurunan curah janutng dan peningkatan
tahanan perifer. (Brunner &Suddarth, 2015).

2.2.5 Manifestasi klinis


sebagian besar manifestasi klinis terjadi setelah mengalami hhipertensi
bertahun-tahun, antar lain :
1) Sakit kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah,
akibat peningkatan tekanan darah intrakranium
2) Jantung berdebar-debar
3) Sering gelisah
4) Tengkuk terasa pegal
5) Sulit bernafas setelah bekerja keras atau mengangkat beban berat
6) Wajah memerah
7) Keluar darah dari hidung dengan tiba-tiba
8) Sering buang air kecil di malam hari
9) Vertigo

Kadang-kadang hipertensi mencul tanpa gejala, karena itu hipertensi


disevut juga sebagai pembunuh diam-diam atau yang disevut dengan “the
silent killer”. Karemna ketiadaan gejala itu yang membuat hipertensi tidak
terkontrol yang menyebabkan organ tubuh menjadi rusak. Kerusakan itu
dapat menyerang fungsi-fungsi organ tubuh dan bahkan kelumpuhan organ-
organ gerak. Tetapi kerusakan yang vpaling sering terjadi akibat penyakit ini
adalah gagal ginjal.

2.2.6 Penatalaksanaan

Tujuan umum pengobatan hipertensi adalah penurunan mortaloitas


(angka kematian) dan morbiditas (angka keaskitan) akibat hipertensi.
Mortalitas dan morbiditas hipertensi berhubungan dengan kerusakan organ
target seperti pencegahan serebrovsaskuler atau kardiovaskuler, gagal
jantung dan gagal ginjal. Mengurangi resiko merupakan tujuan utama terapi
hipertensi.

a. Terapi non farmakologi


Terapi non farmakologi menerapkan gaya hidup sehat bagi setiap
orang sangat penting untuk mencegah tekanan darah tinggi dan
merupakan bagian yang oenting dalam penangan hipertensi. Semua
pasien dengan prehipertensi dan hipertensi garus melakukan perubahan
gaya hidup
Fakta fakta berikut dapat diberitahu kepada pasien supaya pasien
rasionalitas intervensi diet :
1. Hipertensi 2-3 kali lebih sering pada orang gemuk dibandingkan
orang dengan berat badan ideal
2. Lebih dari 60% pasien dengan hipertensi adalah gemuk
(overweight)
3. Penurunan berat badan, hnaya dengan 10 pound (4,5 kg) dapat
menurunkan tekanan darah secara bermakna pada ornag gemuk
4. Obesitas abomen atau yang sering disebut dengan buncit
dikaitkan dengan sindroma resisten insulin yang juga precursor
dari hipertensi dan sindroma resisten insulin yang dapat berlanjut
ke DM Tipe II, dyslipidemia, dan sedlanjutnyua ke penyakit
kardiovaskular
5. Diet dengan kaya buah dan sayuran dan rendah lemak jenuh
dapat menurunkan tekanan darah pada individu dengan
hipertensi
6. Walaupun ada pasien hipertensi yang tidak sensitive terhadap
garam, kebanyakan pasien mengalami penurunan tekanan darah
sistolik dengan pembatasan natrium.
b. Terapi farmakologi
1. Diuretic
Tablet hydrochlorothiazide (HCT), merupakan golongan obat
hipertensi dengan proses pengeluaran cairan tubuh via urine,
tetapi karena potassium harus dilakukan.
2. Penghambat simpatetik
Obat golongan simpatetik bekerja dengan cara menghambat
aktivitas saraf simpatis. Saraf simpatis merupakan saraf yang
bekerja saat kita beraktivitas

Penatalakanaan dengan obat hipertensi bagi sebagian besar pasien


dimulai dengan dosis rendah kemudian ditingkatkan secara titrasi sesuai
dengan umur, kebutuhan, dan usia. Teapi yang optimal harus efektif selama
24 jam, dan lebih disukai dalam dosis tunggal karena diharapkan kepatuhan
minum obat akan lebih baik, lebih murah, dapat mengontrol hipertensi terus
menerus dan dapat melindungi pasien terhadap berbagai resiko dari
kematian mendadak, serangan jantung, atau stroke akibat peningkatan
tekanan darah mendadak saat bangun tidur

2.2.7 komplikasi
adapun komplikasi dari hipertensi menurut kemenkes RI Tahun 2017,
adalah sebagai berikut :
a. stroke
b. serangan jantung
c. gagal jantung
d. gagal ginjal

2.3 Bawang Putih


2.3.1 Pengertian Bawang Putih
Bawang putih mempunyai nama latin Allium Sativum Linn. Sativum
berarti dibididayakan, karena allium yang satu ini diduga merupakan
ketrunan dari bawang liar Allium longicurpis Regel. keluarga atau genus
allium sebenarnya ada sekitar 500 jenis, ada lebih 250 jenis diantaranya
termasuk bawang-bawangan.
Allium Sativum L, termasuk famili Amaryllidaceae, golongan
Spermatophyta, subgolongan, Angiospermae, ordo Liliflorae, dan kelas
Monocotyledone (tanaman berkeping satu). Tanaman bawang putih bisa
ditemukan dalam bentuk terna (bergerombol), tumbuh tegak, dan bisa
mencapai ketinggian 30 – 60 cm (Syamsiah, 2009).
2.3.2 Klasifikasi Bawang Putih
Klasifikasi tanaman bawang putih:
Kerajaan : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledonae
Bangsa : Liliales
Suku : Liliaceae
Marga : Allium
Jenis : Allium sativum
Deskripsi : Bawang putih termasuk kedalam tumbuhan berumbi lapis
atau disebut juga dengan tumbuhan siung yang bersusun.
Bawang putih tumbuh secara berumpun dan berdiri tegak
sampai 30 – 75 cm, bawang putih ini memiliki batang yang
semu yang terbentuk dari pelepah-pelepah daun. Helaian
daunnya mirip pita, berbentuk pipih dan memanjang. Bawang
memiliki akar berupa serabut-serabut kecil yang berjumlah
banyak. Setiap daun bawang putih terdiri dari sejumlah anak
bawang (siung) dimana setiap siungnnya terbungkus kulit tipis
yang berwarna putih (Untari, 2010). Semula bawang putih
merupakan tumbuhan pada daerah dataran tinggi, namun
sekarang di Indonesia, pada jenis tertentu bawang putih pun
banyak dibudidayakan di dataran rendah. Bawang putih
berkembang dengan baik pada ketinggian berkisar 200 – 250
meter di atas permukaan laut (Untari, 2010).
2.3.3 Kandungan Gizi Bawang Putih

No Kandungan kimia Jumlah


1 Air 66,2-71,0 g
2 Kalori 95,0-122 kal
3 Kalsium 26 – 42 mg
4 Sulfur 60 – 12,4e0 mg
5 Protein 4,5 – 7 g
6 Lemak 0,2 – 0,3
7 Karbohidrat 23,1 -24,6 g
8 Fosfor 15 -109 mg
9 Besi 1,4 – 1,5 mg
10 Kalium 346 -377 mg

2.3.4 Manfaat Bawang Putih


Bawang putih mengandung lebih dari 200 komponen kimia. Beberapa
diantaranya yanhg penting adalah minyak votail yang mengandung sulfur
(alicilin, alliin, dan ajoene) dan enzim (allinase, peroxidase dan myrosinase).
Allicin berguna sebagai antibiotic dan menyebabkan bau khas bawang putih.
Ajoene berkontribusi dalam aksi antikoagulan bawang putih (meiliana, 2013)
Menurut yuhua & eddy (2010), efek farmakologi bawang putih adalah
sebagai berikut :
a. Efek antibiotic
Minyak yang mudah menguap dari bawang putih bias menghasilkan efek
bakterisidal yang kuat. Dalam larutan ait 0,5%, bawang putih dapat
mematikan basilus tipus dalam 5 menit. Getah bawang putih, ekstra bawang
putih dan allisin semuanya tampaknya memiliki efek bakteriostatis dan
bakterisidal terhadap staphylococcus, meningococcus, bastilus differ, basilus
tuberculosis dan vibriokleras. Dalam medium cair, bawang puti dapat
menghambat pertumbuhan basilus tuberculosis tetapi efek bakteriostatis bias
berkurang dengan adanya serum.
b. Peningkatan pencernaan
Penggunaan bawang putih secara oral dapat memperbaiki nafsu makan
dan meningkatkan sekresi perut dan motilitas perut dan usus melalui
perangsangan langsung dan reaksi reflex.
c. Efek terhadap system kardiovaskular
Menurut observasi pada 144 kasus hipertensi dan aterosklerosi
(penebalan dan pengerasan dinding arteri), bawang putih secara mencolok
mengurangi tekanan darah sistolik sebanyak 0,5-2,7 mmHg

d. Menghasilkan efek peradangan , anti tumor hipoglisemik dan


pengurangan lipid (zat organic yang tidak larut dalam air tetapi larut dalam
alcohol)
Allisin yang terkandung dalam bawang putih merupakan zat aktif yang
dapat meembunuh mikroba secara efektif, seperti kuman penyebab infeksi.
Allisin dipercaya bias membbunuh bakteri gram positif dan bakteri gram
negative (Syamsiah, 2009)
Menurut Syamsiah (2009) bawang putih juga berguna untuk
1. Mengurangi kadar kolesterol darah, membantu melancarkan peredaran
darah, menurunkan tekanan darah tinggi, menurunkan gula dalam darah,
mengobati nyeri haid, serta menjaga serangan jantung, stroke, pusing
dan migraine.
2. Mencegah kanker perut dan usus besar, menstabilkan system
pencernaan yang terganggu, serta mengobati pengumpulan cairan
serosa didalam rongga perut, perut kembung dan sembelit.
3. Mengobati beri-beri
4. Anti-penuaan
5. Meningkatkan kemampuan seksual dan meningkatkan daya tahan tubuh
6. Melawan suhu panas atau dingin
7. Influenza dan sariawan
8. Mencegah dan mengobati disentri
9. Mimisan, asma
10. Mengurangi gejala diabetes mellitus
11. Dan masih banyak lagi

2.3.5 Mekanisme Penurunan Tekanan Darah oleh Bawang Putih


Hipertensi merupakan factor resiko utama penyakit kardiovaskular,
sehingga penurunan takanan darah akan secara signifikan menurunkan
angka resiko kejadian penyakit kardiovaskular Gas hydrogen sulphide (H2S)
adalah gas yang penting sebagai regulator fungsi fisiologis jantung, antara
lain diameter arteri, aliran darah, dan adhesi leukosit, gas ini juga
mempunyai efek anti inflamasi dan antiapoptosis. H2S merupakan substansi
vasorelaksasi. Sumber utama H2S darah diproduksi dari sel darah merah
atau melalui sel otot polos vaskular. H2S diproduksi dari sistein, melalui
enzim cystathionine betasynthase dan cystathionine gamma-lyase (CSE).
Penelitian menunjukkan bahwa jika jumlah CSE kurang, juga terdapat
penurunan H2S dan berkembang menjadi hipertensi.
Pada bawang putih setelah dikomsumsi, komponen allicin dilepas ke
pembuluh darah , pada beberapa studi allicin mampu mencetuskan sel
darah merah untuk menghasilkan H2S yang mempunyai efek vasodilator.
Suplementasi bawang putih berhubungan dengan penurunan tekanan darah
yang cukup signifikan pada penderita hipertensi. Hasil penelitian
menunjukkan penurunan rata-rata 2,8 – 8,4 mmHg tekanan darah sistolik
dan penurunan 1,5 – 7,3 mmHg tekanan darah diastolik (Cruz, Rotter,
Gonzalez, et al, 2007).
2.3.6 Teknik Rebusan Bawng putih
Pembuatan terapi bawang putih dengan cara direbus. Berikut ini cara
pembuatannya :
1. Bahan dan alat
a. Bawang 3 siung
b. Air 200 ml
c. Kompor
d. Panci
e. Saringan
2. pelaksanaan membuat rebusan bawang putih
a. kupas 3 siung bawang putih
b. hancurkan atau haluskan bawang putih
c. masukkan kedalam panic yang berisi air 200 ml dan sampai air
rebusan berwarna kekuningan
d. angkat dan saring kedalam gelas rebusan bawang putih siap diminum
3. cara pemakaian
a. rebusan diminum sekali sehari
b. minum air rebusan bawang putih selama 7 hari

2.4 LANSIA
2.4.1 Pengertian Lanjut Usia
Menurut World Health Organization (WHO), lansia atau lanjut usia
adalah periode dimana manusia telah mencapai kemasakan dalam ukuran
dan fungsi. Selain itu juga masa dimana seseorang akan mengalami
kemunduran dengan sejalannya waktu. Ada beberapa pendapat mengenai
usia seseorang dianggap memasuki masa lansia, yaitu ada yang menetapka
pada 60 tahun, 65 tahun, dan ada juga yang 70 tahun
Lansia merupakan seseorang yang telah berusia > 60 tahun dan tidak
berdaya mencari nafkah sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnay sehari-
hari (Ratnawati, 2017)

2.4.2 Batasan-batasan Lanjut Usia


Batasan-batasan lansia dibagi menjadi empat batasan berdasarkan usia
menurut WHO, antara lain :
1. Lanjut usia pertengahan (middle age) dari usia 45-59 tahun
2. Lanjut usai erderly dari usia 60 – 74 tahun
3. Lanjut usia old dari usia 75-90 tahun
4. Lanjut usia sangat tua (very old) usia > 90 tahun
2.4.3 Perubahan pada Lansia
a. Perubahan fisik
1. Jumlah sel lebih sedikit, ukuran lebih besar, mekanisme perbaikan sel
terganggu.
2. System genitorinuria ginjal mengecil aliran darah keginjal menurun, fungsi
menurun, otot kandung kemih menurun
3. System endokrin produksi hormone menurun
4. System integument kulit mengerut/ keriput , permukaan kulit kasar dan
bersisik, kulit kepala dan rambut menipis, elastisitras kulit berkurang,
pertumbuhan kuku melambata, kelenjar keringan berkurang
5. System muskulo skeletal tulang kehilangan cairaqn dan semakin rapuh,
tafosis, tubuh menjadi lebih pendek, persendian membesar dan menjadi
kaku.
b. Perubahan Psikologi
1. Pengamatan memerlukan waktu yang lebih lama unutk menyimak
keadaan sekeliling nya
2. Data ingat lansia cenderung masih mengingat hal-hal yang lama
dibandingkan dengan hal-hal yang baru
3. Berfikir dan argumentasi terjadi penurunan dalam pengambilan
keputusan/kesimpulan
4. Belajar lebih berhati-hati, memerlukan waktu lebih lama untuk dapat
mengitegritasikan jawaban, kurang mampu mempelajari hal-hal baru
5. Perubahan sosial lansia cenderung mengurangi bahkan berhenti dari
kegiatan ekonomi sosial atau menarik diri dari pergaulan sosilanaya.

Secara umum menjadi tua ditandai dengan kemunduran biologis yang


terlihat sebagai gejala-gejala kemunduran fisik antara lain (emmelia, 2017).

1. Kulit mulai mengendur dan wajah mulai keriput serta garis-garis yang
menetap
2. Rambut kepala mulai memutih atau beruban
3. Gigi mulai lepas (ompong)
4. Pengelihatan dan pendengaran berkurang
5. Mudah lelah dan mudah jatuh
6. Mudah terserang penyakit
7. Nafsu makan menurun
8. Penciuman berkurang
9. Gerakan menjadin lamban dan kurang lincah
10. Pola tidur berubah

2.5 KERANGKA KONSEP


Kerangka konsep adalah hubungan antara variabel yang ingin diamati
dan diukur melalui peneletian ini adalah “Hubungan Perilaku Lansia
Penderita Hipertensi tantang Komsumsi Rebusan Bawang Putih Terhadap
Penurunan Tekanan Darah di Desa Saitnihuta Kecamatan Doloksanggul
Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2022” adalah
Skema 2.1 Konsep Kerangka Konsep pengaruh komsumsi Rebusan
Bawang Putih Terhadap Penurunan Tekana darah Pada Penderita
Hipertensi di Desa Saitnihuta Kecamatan Doloksanggul kabupaten
Humbang Hasundutan Tahun 2022.

Variabel independen variabel dependen

Komsusmi rebusan Penurunan tekanan


bawang putih darah
`

Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel


dependen sedangkan variabel dependen atau variabel terikat adalah variabel
yang dipengaruhi oleh variabel dependen. Variabel independen dalam
penelitian ini adalah Komsumsi rebusan bawang putih, sedangkan variabel
dependen adalah penurunan tekanan darah.
2.6 Hipotesa
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
Komsumsi rebusan daun seledri merupakan variabel independen yang
berpengaruh erat dengan variabel dependen. Artinya kedua variabel tersebut
berpotensi dalam tekanan darah. Hal ini menjadi mungkin apabila
masyarakat penderita hipertensi memiliki variabel independen.
1. Ha : ada hubungan Komsumsi Rebusan Bawang Putih Terhadap
Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi di
Desa Saitnihuta Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang
Hasundutan Tahun 2022.
2. Ho : tidak ada hubungan Komsumsi Rebusan Bawang Putih Terhadap
Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi di
Desa Saitnihuta Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang
Hasundutan Tahun 2022.

BAB III
METODE ILMIAH

3.1 Jenis Penelitian


Desain penulisan pada hakikatnya merupakan suatu strategi
penelitian dalam mengidentifiksi permasalahan sebelum perancangan akhir
pengumpulan data. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantatif
dengan metode Quasi Eksperimen (eksperimen semu). Jenis pendekqan
yang digunakan adalah pendekatan One Group Pretest-Posttest. Observasi
pertama (pretest) yang memungkinkan menguji perubahan-perubahan yang
terjadi setelah eksperimen
Tabel 3.1 Desain Penelitian Quasi Eksperimen Dengan one Group
PretestPosttest Control Group
Kelompok Pretest Perlakuan Posttest
Penderita O1 Komsumsi rebusan O2
hipertensi bawang putih

Keterangan :
O1 : pengukuran awal sebelum dilakukan perlakuan (pretest)
O2 : pengukuran kedua setelah dilakukan perlakuan (posttest)
Dalam penelitian ini dipilih penderita hipertensi yang diawali dengan
observasi melakukan pengecekan tekanan darah (pretest). Sebelum
dilakukan perlakuan responden diberikan informed consent. Setelah
diberikan perlakuan dilakukan obsernasi lagi terhadap tekanan darah (post
test).

3.2 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian


3.2.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di desa Saitnihuta Kecamatan Doloksanggul
Kabupaten Humbang Hasundutan tahun 2022.

3.2.2 Waktu Penelitian


penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juli di Desa Saitnihhuta Kecamatan
Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan tahun 2022.

3.3 Populasi dan Sampel


3.3.1 Populasi
Menurut Morissan (2012), populasi adalah sebagai suatu kumpulan
subjek, variable, konsep atau fenomena. Kita dapat meneliti setiap anggota
populasi untuk mengetahui sifat populasi yang bersangkutan. Populasi
Dalam penelitian ini adalah semua lansia penderita Hipertensi di Desa
Saitnihuta Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan
Tahun 2022 berjumlah 34 orang.
3.3.2 Sampel

Sampel merupakan sebagian yang diambil dari keseluruhan objek


penelitian dan dianggap mewakili populasi. Pengambilan sampel ini
dilakukan dengan teknik total sampling yaitu keseluruhan populasi dijadikan
menjadi sampel. Total sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana
seluruh populasi dijadikan menjadi sampel sebanyak 34 orang.

3.4 Teknik Pengumpulan Data


3.4.1 Jenis Data
a. Data Primer
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu
data yang diambil langsung melalui alat bantu sphygmomanometer
(pengukur tekanan darah dan stetoskop untuk pengukuran tekanan darah
pasien Hipertensi di Desa Saitnihuta Kecamatan Doloksangggul
KAbupaten Humbang Hasundutan Tahun 2022. Serta lembar rekaputasi
data responden yang berisi nama, usia, jenis kelamin, sertanhasil
pengukuran tekanana darah dan sesudah komsumsi air rebusan bawang
putih.
b. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari data Puskesmas
Saitnihuta Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan.
3.4.2 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan suatu proses pendekatann kepada subjek
dan proses pengumpulan karqakteristik subjek diperlukan dalam suatu
penelitian. Dalam penelitian ini proseedur yang digunakan adalah sebagai
berikut :
a. Angket
Angket ataun kuesioner adaalh teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan yang diberikan
kepada orang lain yang dijadikan ssebagairesponden unutk dijawab.
b. Wawancara
Wawancara merupakan tekniknpengumpulan data yang dilakukan
melalui tatap muka dan Tanya jawab langsung antara pengumpul data
maupun peneliti terhadap narasumber dan sumber data.
c. Observasi
Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang tidak
hanya mengukur sikap dari responden (wawancara atau angket) namun
juga dapat digunakan unutk merekam berbagi fenomena yang terjadi
(situasi dan kondisi).

3.5 Defenisi Operasional dan Variabel


Menurut Indra,Cahyaningrum,2019 Variabel penelitian adalah segala
sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh penelitian untuk
dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik
kesimpulannya. Dalam penelitian ini variabel terbagi menjadi dua yaitu :
a. Variabel bebas (variable independen)
Variable independen disebut juga dengan variable bebas dan merupakan
variable yang mempengaruhi, yang menjadi variable bebas dalam penelitian
ini adalah komsumsi rebusan bawang putih.
b. Variabel terikat (dependen)
Variabel dependen adalah variable yang dipengaruhi atau menjadi akibat
karena variable bebas. Variable dependen disebut juga variable terikat.
Dalam penelitian ini variable terikatnya adalah penurunan tekanan darah.

3.5.1 Defenisi Operasional


No Variable Defenisi Alat ukur skala Hasil ukur
operasional
Variable independen
1 Komsumsi Meminum Nominal 1: dilakukan
rebusan rebusan bawang
0 : tidak
bawang putih yang
putih diolah menjadi dilakukan
obat herbal
biasa
diminumsekali
sehari
Variable dependen
2 penurunan Hasil penurunan Tensi Rasio 1.meningkat
tekanan darah meter, (3)
tekanan
sebelum stetoskop, 2.tetap (2)
darah mengomsumsi lembar 3.menurun
rebusan bawang observasi (1)
putih dan
setelah
mengomsumsi
rebusan bawang
putih

3.6 Pengolah Data dan Teknik Analisa data


3.6.1 Pengolahan data
Teknik pengolahan data yang telah dikumpulkan diolah dan diistribusikan
dengan menggunakan perangkat lunak computer, dengan langkah sebagai
berikut :
a. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang
diperoleh atau yang sudah dikumpulakan. Editing dapat dilakukan pada
tahap pengumpulan data atau detelah data terkumpulkan.
b. Coding
Coding adalah mnegklasifikasikan rincian jawaban dari responden dengan
memberikan kode. Pada penelitian ini hasi dari scoring diberikan kode antara
lain :
• Baik (kode 2)
• Tidak baik (kode 1)
c. Tabulating
Tabulating adalah penyusunan data dalam bentuk tabel dan selanjutnya
dilakukan pembahasan sesuai variable di teliti.
d. Cleaning
Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai
dimasukkan perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan adanya
kesalahan kode, ketidaklengkapan dan sebagainya, kemudian dilakukan
pembetulan atau koreksi.
3.6.2 Teknik Analisa Data
a. Analisa Univariat
Analisa univariat dilakukan terhadap masing-masing variable yang
diteliti. Tujuan dari analisa univariat adalah menjelaskan karakteristik
setiap variable penelitian yaitu : Pengaruh Komsumsi Rebusan Bawang
Putih Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita
Hipertensi di Desa Saitnihuta Kecamatan Doloksanggul Kabupaten
Humbang Hasundutan tahun 2022.
b. Analisa Bivariat
Untuk mengetahui Pengaruh Komsumsi Rebusan Bawang Putih
Terhadap penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi
di Desa Saitnihuta Kecamatan Doloksanggul Kabupaten humbang
Hasundutan Tahun 2022.
3.7 Uji hipotesa
Untuk mengetahui hubungan antara variable independen dengan variable
dependen maka dilakukan uji SPSS Paired t-test. Uji ini digunakan untuk
mengetahui perbedaan antaraa rata0rata nilai sebelum (pre-test) dengan
rata-rata nilai setelah (post-test) dengan mengomsumsi rebusan bawang
putih terhadap penurunan tekanan darah. Hipotesis yang digunakan sebagai
berikut:
a. Jika paired t-test hitung lebih besar daripada t-test tabel maka H0
ditolak, Ha diterima jika ada perbedaan signifikan antara rata-rata nilai
pre-test dengan nilai rata-rata post-test. Dengan nilai p-value < alpa
dengan keteeapan a = 0.05
b. Jika paired t-test hitung lebih kecil daripada t-test tabel maka H0
diterima, Ha ditolak jika tidak ada perbedaan signifikan antara rata-rata
nilai pre-test dengan nilai rata post-test. Dengan nilai p-value > a dengan
ketetapan a =0.05.

Anda mungkin juga menyukai