Anda di halaman 1dari 4

Tugas Mata Kuliah Geomorfologi-Geologi Indonesia

Nama : Millatul Habibah

NIM : 3201419025

Prodi : Pendidikan Geografi-2019

Deskripsi Daerah Sunda dan Sistem Orogennya

1. DAERAH SUNDA

Sundaland atau Tanah Sunda, sebuah istilah yang merujuk kepada bentang daratan lempeng
benua dan landas kontinen di Asia Tenggara yang merupakan dataran di atas permukaan laut
ketika permukaan laut jauh lebih rendah pada zaman es terakhir. Tanah Sunda termasuk
Semenanjung Malaya, Kepulauan Sunda Akbar termasuk Kalimantan, Sumatera, dan Jawa, serta
laut dangkal di sekitarnya, yaitu Laut Jawa, Selat Malaka, Selat Karimata, Teluk Siam, dan
anggota selatan Laut China Selatan. Lahan ini meliputi kawasan seluas 1,85 juta km2.
Kedalaman laut dangkal yang membenam paparan ini jarang sekali melebihi 50 meter, dan
kebanyakan hanya sedalam kurang dari 20 meter, hal ini mengakibatkan kuatnya erosi landasan
laut dampak gelombang laut. Tebing curam bawah laut memisahkan Paparan Sunda dari
kepulauan Filipina, Sulawesi, dan Kepulauan Sunda Kecil. Daerah ini terbentuk akibat aktivitas
vulkanik beribu-ribu tahun dan erosi massa benua Asia, serta terbentuknya konsolidasi runtuhan
batu di pesisir seiring naik dan turunnya permukaan laut. Lautan di antara pulau-pulai ini relatif
stabil berupa dataran purba yang bercirikan rendahnya aktivitas gempa, anomali gravitasi
isostatik yang rendah, serta tanpa adanya aktivitas gunung berapi, kecuali bagian pulau Jawa,
Sumatra, dan Bali yang terhubung dengan paparan Sunda, yang termasuk kawasan geologi muda
sistem orogenik Pelengkung Sunda (atau Sistem Pegunungan Sunda). Pada zaman es, permukaan
laut turun, dan kawasan luas Paparan Sunda terbuka dan muncul di atas permukaan air dalam
bentuk dataran rawa yang amat luas. Naiknya permukaan air laut pada saat gelombang es di
kutub mencair sebanyak 14,6 sampai 14,3 kbp menaikan permukaan laut setinggi 16 meter
dalam jangka waktu 300 tahun.

2. SISTEM OROGEN SUNDA

Sistem sunda dimulai dari Arakan Yoma di Birma atau sekarang menjadi Myanmar hingga
kepulauan Banda di Maluku. Sistem sunda ini memiliki panjang kurang lebih 7000 km yang
terdiri dari lima busur pegunungan, antara lain :

a. Busur Arakan Yoma, berpusat di Shan (Myanmar)


b. Busur Andaman Nikobar, berpusat di Mergai
c. Busur Sumatra – Jawa, berpusat di Anambas
d. Busur Kepulauan Nusa Tenggara, berpusat di Flores
e. Busur Banda, berpusat di Banda

Secara umum, sistem sunda dapat dibagi menjadi dua busur, yaitu :

a. Busur Dalam ( Busur Vulkanik )


Jalur pegunungan busur ini bersifat vulkanis yang artinya rangkaian pegunungan lipatan
atau bisa juga diartikan sebagai ketampakan dari kegunungapian. Jalur yang dilewati
busur dalam yaitu sepanjang bukit barisan di pulau Sumatra, seluruh pegunungan yang
ada di pulau Jawa, pulau Bali, pulau Lombok, pulau Sumbawa, pulau Flores, pulau
Solor, pulau Wetar, kepulauan Banda dan berakhir di pulau Saparua.

b. Busur Luar ( Busur nonvulkanik )

Jalur pegunungan busur ini bersifat nonvulkanik yang artinya tidak menampakkan sifat-
sifat kegunungapian tetapi hanya rangkaian pegunungan yang berupa lipatan. Jalur yang
dilewati busur luar yaitu mulai dari pulau Simelue, pulau Nias, kepulauan Mentawai,
pulau Enggano kemudian sebagian tenggelam berada di bawah laut sepanjang bagian
selatan pulau Jawa dan setelah itu muncul kembali di atas permukaan bumi di pulau
Sawu, pulau Roti, pulau Timor, pulau Babar, kepulauan Kai, pulau Seram dan berakhir
di pulau Buru.

Busur Sunda adalah sebuah busur vulkanik yang membuat adanya


pulau Sumatra, Jawa, selat Sunda dan kepulauan Nusa Tenggara. Rantai gunung berapi
membentuk punggung topografi di pulau-pulau tersebut. Celah tersebut menandai batas
konvergen aktif antara lempengan Eurasia Timur dengan lempengan India dan lempengan
Australia. Busur ini bersifat sangat aktif dan sering terjadi gempa besar. Busur ini meliputi
Indonesia bagian barat. Terbentuk dari dua lempeng yakni lempeng Eurasia dan lempeng Indo-
Australia, dimana lempeng Indo-Australia menunjam ke bawah lempeng Eurasia. Kemiringan
letak pulau sumatera diakibatkan dari sudut penunjaman lempeng Indo-Australia dengan Eurasia.
Berbeda dengan pulau Jawa yang sudutnya sejajar atau paralel dengan ekuator.
Kecepatan pergerakan lempeng Eurasia dengan Indo-Australia ialah berbeda-beda.
Konsekuensinya apabila kecepatan ini berbeda beda maka di dalam lempeng dapat terjadi
segmentasi di antara kedua lempeng atau berpisah dengan kecepatan dan arahnya masing
masing. Kecepatan pergerakan di sekitar pulau Andaman berkisar 50 mm/tahun. Sementara itu,
di daerah barat Sumatra Selatan berkisar 60 mm/tahun. Sementara kecepatan pergerakan
lempeng di selatan pulau Jawa berkisar antara 70 mm/tahun. Konsekuensi dari perbedaan
kecepatan ini adalah adanya segmentasi. Pada bagian ujung tenggara lempeng Eurasia
terdapat kraton Sunda, yang sebagian dari kraton Sunda tersebut menempati sebagian pulau
Sumatra. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pulau Sumatra merupakan bagian dari lempeng
Eurasia yang dulunya merupakan daratan, bukan hasil dari proses subduksi. Itulah kenapa
Sumatra disebut busur benua. Hal ini dapat dibuktikan dengan penemuan formasi
batuan granit yang bersifat asam. Formasi batuan granit ini merupakan formasi batuan tertua di
pulau Sumatra. Pulau Sumatra sendiri bergerak dari utara Australia.

Anda mungkin juga menyukai