Anda di halaman 1dari 38

REGIONAL SULAWESI

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Geografi Regional Indonesia
Dosen Pengampu: Drs. Marhadi Slamet Kistiyanto, M.Si

Oleh:

1. Elisa Fiasari (160721614422)


2. Fawaz Sani R. (160721600915)
3. Fitri Dia Amana T. (160721614496)
4. Gilang Kurniawan (160721614429)
5. Istikharotul K. N. (160721614423)

JURUSAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

OKTOBER 2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sulawesi merupakan salah satu pulau di Indonesia yang terletak diantara Pulau
Kalimantan dan Kepulauan Maluku. Sulawesi memiliki luas sekitar 174.600 km2.
Sulawesi merupakan pulau terbesar ke-empat di Indonesia setelah Papua, Kalimantan,
dan Sumatera. Bentuknya yang menyerupai huruf "K" menyebabkan pulau ini memiliki
bentuk yang unik dibandingkan pulau-pulau lain di Indonesia, hal tersebut
mengindikasikan adanya kompleksitas geologi yang terdapat di Pulau Sulawesi sebagai
akibat pertemuan tiga lempeng besar yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Pasifik, dan
Lempeng Indo Australia.
Sulawesi dibagi menjadi enam provinsi, yaitu Sulawesi Barat ibukota Mamuju,
Sulawesi Tengah dengan ibukota Palu, Sulawesi Selatan dengan ibukota Makassar,
Gorontalo dengan ibukota Gorontalo, Sulawesi Utara dengan ibukota Manado, dan
Sulawesi Tenggara dengan ibukota Kendari. Sulawesi berbatasan dengan Pulau
Kalimantan yang dipisahkan oleh Selat Makassar, dan berbatasan oleh Kepulauan
Maluku yang dipisahkan oleh Laut Maluku, di sebelah utara berbatasan dengan Filipina,
di sebelah selatan berbatasan dengan Flores, dan di sebelah tenggara berbatasan dengan
Timor.
Pulau Sulawesi terletak pada zone peralihan antara dangkalan Sunda dan dangkalan
Sahul dan dikelilingi oleh laut yang dalam. Dibagian utara dibatasi oleh Basin Sulawesi
(5000–5500 m). Di bagian Timur dan Tenggara di batasi oleh Laut Banda Utara dan Laut
Banda Selatan dengan kedalaman mencapai 4500–5000 m. Sedangkan untuk bagian Barat
dibatasi oleh Palung Makasar (2000-2500 m). Sebagian besar daerahnya terdiri dari
pegunungan dan tataran rendah yang terdapat secara sporadik, terutama terdapat
disepanjang pantai. Dataran rendah yang relatif lebar dan padat penduduknya adalah
dibagian lengan Selatan.
Profesor John A. Katili, ahli geologi Indonesia yang merumuskan geomorfologi Pulau
Sulawesi bahwa terjadinya Sulawesi akibat tabrakan dua pulau (Sulawesi bagian Timur
dan Sulawesi bagian Barat) antara 13 sampai 19 juta tahun yang lalu, terdorong oleh
tabrakan antara lempeng benua yang merupakan fundasi Sulawesi Timur bersama Pulau-
pulau Banggai dan Sula, yang pada gilirannya merupakan bagian dari lempeng Australia,
dengan Sulawesi Barat yang selempeng dengan pulau Kalimantan, Jawa dan Sumatra.
Sulawesi menjadi salah satu wilayah geologis paling rumit di dunia. Sebagai akibat dari
tumbukan dan konvergensi tiga lempeng utama, Wilayah Indonesia bagian timur
dikatakan sebagai zona geodinamika yang kompleks dan dikenal dengan sebutan triple
junction.
Menurut Van Bammelen, 1949 berdasarkan orogense Pulau Sulawesi dibagi menjadi
tiga, yaitu Orogenesa di bagian Sulawesi Utara, Orogenesa di bagian Sulawesi Sentral,
dan Orogenesa di bagian Sulawesi Selatan. Secara geologi, sulawesi merupakan wilayah
yang geologinya sangat komplek, karena merupakan perpaduan antara dua rangkaian
orogen (Busur kepulauan Asia timur dan system pegunungan sunda). Sehingga, hampir
seluruhnya terdiri dari pegunungan, sehingga merupakan daerah paling berpegunungan di
antara pulau- pulau besar di Indonesia (Sutardji, 2006: 100). Sulawesi mencakup empat
semenanjung, yaitu Semenanjung Minahasa di bagian utara, Semenanjung Timur,
Semenanjung Selatan, dan Semenanjung Tenggara. Terdapat tiga teluk yang memisahkan
semenanjung-semenanjung ini, yaitu Teluk Tomini di antara Semenanjung Minahasa dan
Timur, Teluk Tolo di antara Semenanjung Timur dan Tenggara, dan Teluk Bone di antara
Semenanjung Selatan dan Tenggara.
Secara keseluruhan Sulawesi dibagi menjadi dua bagian utama yakni bagian barat
yang terdiri dari batuan vulkanik (busur barat) dan bagian timur yang terdapat batuan
melange (busur timur). Busur barat terdiri atas lengan utara, lengan selatan, lengan, dan
Sulawesi tengah bagian barat. Namun daerah vulkanik tersebut sudah tidak aktif, hanya
lengan utara bagian timur laut yang masih aktif, sedangkan busur timur terdiri dari lengan
timur Sulawesi yaitu Sulawesi Timur dan Sulawesi Tenggara. Banyak dari kompleks ini
mengalami patahan tektonik dengan singkapan blok (Buranda, 2015).
Berdasarkan struktur litotektonik maka Sulawesi dan pulau-pulau sekitarnya dibagi
menjadi empat, yaitu mandala barat yakni sebagai jalur magmatic yang merupakan bagian
ujung timur Paparan Sunda, Mandala tengah merupakan batuan malihan yang diatasnya
batu Bancuh sebagai bagian dari blok Australia, Mandala timur berupa ofiolit yang
merupakan segmen dari kerak samudra yang berimbrikasi dan batuan sedimen berumur
trias-Miosen, dan yang keempat adalah fragmen benua Banggai Sula Tukang Besi,
kepulauan paling timur dan tenggara Sulawesi yang merupakan pecahan benua yang
berpindah kearah barat karena strike-slipe faults dari New Guinea (Sompotan, 2012).
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Geologi Pulau Sulawesi?
2. Bagaimana Geomorfologi Pulau Sulawesi?
3. Bagaimana kondisi Regional Gorontalo?
4. Bagaimana kondisi Regional Sulawesi Tenggara?
5. Bagaimana kondisi Regional Sulawesi Tengah?
6. Bagaimana kondisi Regional Sulawesi Utara?
7. Bagaimana kondisi Regional Sulawesi Selatan?
8. Bagaimana kondisi Regional Sulawesi Barat?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui Geologi Pulau Sulawesi
2. Mengetahui Geomorfologi Pulau Sulawesi
3. Mengetahui kondisi Regional Gorontalo
4. Mengetahui kondisi Regional Sulawesi Tenggara
5. Mengetahui kondisi Regional Sulawesi Tengah
6. Mengetahui kondisi Regional Sulawesi Utara
7. Mengetahui kondisi Regional Sulawesi Selatan
8. Mengetahui kondisi Regional Sulawesi Barat
BAB II

PEMBAHASAN

1. Geologi Pulau Sulawesi


a. Geologi Regional Pulau Sulawesi
Secara geologi, Kepulauan Indonesia merupakan pusat pertemuan tiga lempeng
aktif utama dunia, yaitu Lempeng Hindia-Australia yang bergerak ke arah utara-timur
laut, Lempeng Samudra Pasifik yang bergerak ke arah barat-baratlaut, dan Lempeng
Benua Eurasia yang hampir statis atau bergerak sangat lambat ke selatan-tenggara
(Hamilton, 1979; Hutchison, 1989). Berdasarkan posisi tersebut, kondisi geologi
Indonesia sangat kompleks.
Pulau Sulawesi yang terletak di tengah-tengah kepulauan Indonesia menyerupai
huruf K. Bentuk tersebut dipengaruhi oleh aktivitas pergerakan ketiga lempeng utama
dunia. Nama setiap bagian Pulau Sulawesi akan berbeda sesuai dengan keperluannya,
yang meliputi kaitanya dengan administrasi pemerintahan, fisiografi regional, dan
mendala geologi. Berdasarkan fisiografi regionalnya yang semata-mata hanya
berdasarkan bentuk dari bagian-bagian huruf K adalah Lengan Selatan Sulawesi,
Bagian Tengah Sulawesi, Lengan Utara Sulawesi, Lengan Timur Sulawesi, Lengan
Tenggara Sulawesi, dan Leher Sulawesi.
Berdasarkan sifat geologi regionalnya, Pulau Sulawesi dan sekitarnya dapat
dibagi menjadi beberapa Mendala Geologi (Geologic Provinces). Mendala Geologi
Sulawesi Timur disebut sebagai noft-volcanic arc meliputi Lengan Tenggara
Sulawesi, bagian timur Sulawesi Tengah dan Lengan Timur Sulawesi. Mendala ini di
bagian baratnya dicirikan oleh Jalur Malihan Tinondo-Pompangeo dan bagian
timurnya dicirikan oleh Jalur Ofiolit Hialu-Balantak (Sukamto & Simandjuntak,
1983).
Secara rinci fisiografi Sulawesi adalah sebagai berikut:
1. Lengan Utara
Pada lengan ini, fisiografinya terbagi menjadi tiga bagian berdasarkan aspek
geologinya. Ketiga bagian tersebut adalah:
a. Seksi Minahara, merupakan ujung timur dari lengan utara Sulawesi dengan
arah timur laut barat daya yang bersambung dengan penggungan Sangihe yang
didirikan oleh aktifitas vulkanis pegunungan Soputan.
b. Seksi gorontalo merupakan bagian tengah dari lengan utara Sulawesi dengan
arah timur ke bawah, namun aktifitas vulkanis sudah padam yang lebar
daratanya sekitar 35 – 110 km, tapi bagian baratnya menyempit 30 km ( antara
teluk Dondo dipantai utara dan Tihombo di pantai selatan ). Seksi ini dilintasi
oleh sebuah depresi menengah yang memanjang yaitu sebuah jalur antara
rangkaian pegunungan di pantai utara dan pegunungan di pantai selatan yang
disebut zone Limboto.
c. Jenjang Sulawesi Utara, merupakan lengan utara Sulawesi yang arahnya dari
utara ke selatan dan terdapat depresi (lanjutan zone Limboto di Gorontalo)
yang sebagian besar di tutup oleh vulkan – vulkan muda, sedangkan antara
lengan utara dan lengan timur di pisahkan oleh teluk Tomini yang lebarnya
100 km di bagian timur dan sampai 200 km di bagian barat sedangkan dasar
teluknya semakin dangkal kearah barat (kurang dari 2000 meter) dan di bagian
tengah teluk Tomini tersebut terdapat pegunungan di bawah permukaan air
laut dengan bagian tinggi berupa kepulauan Togian (Sutardji; 2006 : 101)
2. Lengan Timur
Lengan timur Sulawesi arahnya timur laut barat daya dan dapat di bedakan
menjadi tiga bagian. Tiga bagian tersebut adalah:
a. Bagian timur, berupa semenanjung Bualeno yang di pisahkan dengan bagian
tengah oleh tanah genting antara teluk poh dan teluk besama
b. Bagian tengah, dibentuk oleh pegunungan Batui dengan pegunungan
Batulumpu yang arahnya timurlaut-baratdaya yang berangsur-angsur lenardari
20 km di timur sampai 80 km di utara Bunku.
c. Bagian barat, merupakan pegunungan tinggi yang membujur antara garis ujng
Api sampai Teluk Kolokolo bagian timur dan garis Lemoro sampai teluk
Tomini di barat dan lebarnya sekitar 75-100 km (Sutardji, 2006 : 101)
3. Lengan Tenggara
Batas antara lengan tenggara dengan bagian tengah Sulawesi adalah berupa
tanah genting antara teluk Usu dengan teluk Tomori yang lebarnya 100 km,
sedangkan lengan tenggara Sulawesi dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu:
a. Bagian utara, berupa massip-massPeridotit dari pegunungan Verbeek yang di
tengahnya terdapat dua graben yaitu danau Matana dan danau Tomini yang
letaknya berada di antara teluk Palopo (Ujung utara teluk Bone) dengan Teluk
Tolo.
b. Bagian Tengah, berupa Pegunungan Mekongga di sebelah barat dan sedimen
peridorit di sebelah timur yang di batasi oleh Pegunungan Tangeasinua,
sedangkan antara kedua pegunungan tersebut terdapat basin yang dialiri
sungai Konewha, sedangkan ke arah tenggara jalur ini tenggelam dan
membentuk teluk-teluk dan pulau-pulau kecil serta berkelanjutan sampai
kepulauan Manui.
c. Bagian Selatan, merupakan suatu depresi yang membujur dari arah barat ke
timur yang membentang antara Kendari dan Kolaka yang diisi dataran Aluvial
yang berawa sedangkan di bagian selatannya berupa pegunungan dan bukit-
bukit yang teratur dengan membujur dari barat ke timur.
4. Lengan Selatan
Bagian sulawesi selatan merupakan daerah yang dibatasi oleh garis tenggara-
barat laut dari muara sungai Karama sampai Palopo. Batas lengan utara dari garis
timur laut-barat daya dari palopo sampai teluk Mandar. Namun secara geologis
bagian barat lengan sulawesi tengah termasuk Pegunungan Quarles yang lebih
dekat hubungnnya dengan bagian selatan dengan lengan selatan (Sutardji, 2006:
103).
Gambar 1.1 wilayah administrasi dan pembagian tubuh pulau Sulawesi

Sumber : Sompotan, 2012


Fisiografi lengan selatan berupa pegunungan seperti pegunungan yang ada di
antara Majene yang membujur dari utara-selatan, antara pegunungan Quarles dengan
pegunungan Latimojong dipisahkan oleh lembah Sadang dan diantara lembah Sadang
dan teluk Bone terdapat Pegunungan Latimojong yang membujur dari utara ke selatan
dengan ketinggian sekitar 3000 mdpl. Pada bagian utara dan selatan lengan ini
dipisahkan oleh depresi dengan arah barat laut-tenggara yang terdapat danau-danau
seperti Tempe, Sidenreng, dan danau Buaya. Pada bagian selatannya lengan ini
mempunyai ketinggian yang lebih rendah jika dibandingkan dengan bagian utara. Di
daerah ini ada dua jalur pegunungan yaitu di bagian barat dengan ketinggian diatas
1000 mdpl dan bagian timur dengan ketinggian 800 mdpl yang dipisahkan oleh
lembah Sungai Walaneia. Kedua jalur pegunungan tersebut di sebelah selatan
pegunungan Bontorilni, bersatu sebagai hulu sungai Walaneia yang mengalir ke utara
tertutup oleh vulkan besar Lampobatang, sedangkan di luar pantai Makasar terdapat
dangkalan Spermonde dengan rangkaian karang, dan di luar pantai Watampone
terdapat dangkalan dengan rangkaian karang, laut dangkal dan sebelah baratnya
menurun sampai palung Bone.
Keempat lengan dari pulau Sulawesi bertemu di bagian tengah. Bagian ini di
batasi oleh garis yang melalui Donggala-parigi, Lemore, Teluk Tomini dari lengan
utara dan timur, garis dari Mojene-palopor, Dongi sampai teluk Temori membatasi
dengan lengan selatan dan tenggara. Bagian tengah Sulawesi terbagi dalam tiga zona
yang memiliki perkembangan Geologi yang berbeda dan mengarah dari utara-selatan
(Sutardji, 2006: 104). Ketiga zona tersebut adalah :
a. Zona Palu, merupakan busur dalam vulkanis, tetapi telah padam, zona ini
bersatu ke utara dengan Sulawesi utara dan selatan dengan Sulawesi selatan
batuan utama seperti grafik.
b. Zona Poso, merupakan palung antara yang seperti Garnit dan endapan
sedimen pantai batuan metamosif dengan endapan konglomerat, batu pasar
dan letaknya tidak selaras diatas batuan metamotif.
c. Zona Kolondale, merupakan busur luar dengan dicirikan oleh batuan ultra
basa, batuan sedimen yang terdiri dari gamping dan batu api usia mesozaikum
(Sutardji, 2006: 104).
Berdasarkan geologinya, lengan timur dan tenggara di dominasikan oleh
batuan malihan dan afiolit yang terobdaksi pada miosen ke atas. Mandala timur,
Benua mini banggai-Sulawesi berasal dariAustralia dan berumur Palezoikum-
Mesozoikum (Smith and Silver, 1991 dalam Simandjuntak, 2004:26). Sedangkan
pada lengan selatan di dominasi oleh batuan gunung api dan lengan selatan di
dominasik oleh batuan gunung api dan terobosan Miosen lebih muda yang
membentuk sabuk lipatan diatas tepi bagian timur daratan sunda (Katili 1978 dalam
Simandjuntak, 2004:26). Pada bagian tengah pulau Sulawesi didominasi batuan yang
berasal dari aktivitas volkanik seperti granit. Sedangkan pada lengan utara di
dominasi oleh batuan metamorf seperti Sekis Kristalin dan Phelit.
Dilihat dari Geologi regional di lengan selatan pulau Sulawesi yang terdapat
formasi latimojong yang terdiri atas batuan batu lava, batu pasir termetakan, batuan
sabak, filit dan sekis merupakan formasi batuan yang mirip dengan geologi
Kalimantan Barat yaitu tepian benua yang terbentuk oleh proses penunjaman.
Sehingga diperkirakan Sulawesi dan Kalimantan, dulunya merupakan satu kesatuan
daratan lempeng Eurasia.
2. Geomorfologi Pulau Sulawesi
Pulau Sulawesi secara morfologi terdiri atas dataran dengan ketinggian 0 sampai 50
meter, dan pegunungan dengan ketinggian tertinggi mencapai 3.428 meter. Berdasarkan
peta kedalaman laut di sekeliling pulau ini terdapat beberapa palung, yaitu di utara Laut
Sulawesi, di sebelah barat Selat Makassar, Teluk Bone yang terletak antara Lenga Selatan
dan Lengan Tenggara, dan di dalam Teluk Tomini yang terletak di barat daya Kota
Gorontalo.
Pulau Sulawesi terletak pada zone peralihan antara Dangkalan Sunda dan dangkalan
Sahul dan dikelilingi oleh laut yang dalam. Dibagian utara dibatasi oleh Basin Sulawesi
(5000–5500 m). Di bagian Timur dan Tenggara di batasi oleh laut Banda utara dan Laut
Banda Selatan dengan kedalaman mencapai 4500 – 5000m. Sedangkan untuk bagian
Barat dibatasi oleh Palung Makasar (2000-2500m). Sebagian besar daerahnya terdiri dari
pegunungan dan tataran rendah yang terdapat secara sporadik, terutama terdapat
disepanjang pantai. Dataran rendah yang relatif lebar dan padat penduduknya adalah di
bagian lengan Selatan. Berdasarkan Orogenesanya dapat dibagi ke dalam tiga daeran
(Van Bemmelen, 1949) sebagai berikut:
a. Orogenesa di bagian Sulawesi Utara
Meliputi lengan Utara Sulawesi yang memanjang dari kepulauan Talaud sampai
ke Teluk Palu – Parigi. Daerah ini merupakan kelanjutan ke arah Selatan dari Samar
Arc. Termasuk pada daerah ini adalah Kepulauan Togian, yang secara geomorfologis
dikatakan sebagai igir Togian (Tigian Ridge). Daerah Orogenesa ini sebagain
termasuk pada inner arc, kecuali kepulauan Talaud sebagai Outer Arc.
b. Orogenesa di bagian Sulawesi Sentral
Dibagian sentral ini terdapat tiga struktur yang menjalur Utara – Selatan sebagai
berikut :
1. Jalur Timur disebut Zone Kolonodale
2. Jalur Tengah disebut Zone Poso
3. Jalur Barat disebut Zone Palu
Jalur Timur terdiri atas lengan timur dan sebagian yang nantinya bersambung
dengan lengan Tenggara. Sebagai batasnya adalah garis dari Malili – Teluk Tomori.
Daerah ini oleh singkapan-singkapan batuan beku ultra basis. Jalur Tengah atau Zone
Poso, batas Barat jalur ini adalah Medianline. Zona ini merupakan Graben yang
memisahkan antara Zona Barat dan Timur. Dibagian Utara Zone ini terdapat Ledok
Tomini dan di Selatannya terdapat Ledok Bone. Daerah ini ditandai oleh mayoritas
batuan Epi sampai Mesometamorfik crystalline schist yang kaya akan muscovite.
Jalur Barat atau Zona Palu, ditandai oleh terdapat banyaknya batuan grano – diorite,
crystalline schist yang kaya akan biotite dan umumnya banyak ditemui juga endapan
pantai.
Zona ini dibagian Utara dibatasi oleh Teluk Palu – Parigi, di Selatan dibatasi garis
dari Teluk Mandar – Palopo. Dari Teluk Mandar – Palopo ke arah selatan sudah
termasuk lengan Selatan – Sulawesi. Daerah jalur Barat ini merupakan perangkaian
antara lengan Utara Zone Palu dan lengan selatan merupakan satuan sebagain Inner
Arc.
c. Orogenesa di bagian Sulawesi Selatan
Secara garis besar tangan selatan Sulawesi merupakan kelanjutan Zone Palu
(Zone bagian barat Sulawesi Tengah) dan tangan tenggara merupakan kelanjutan dari
tangan Timur Sulawesi (Zone Kolonodale). Secara Stratigrafi antara lengan selatan
dan lengan tenggara banyak memiliki kesamaan, begitu juga antara Zone Palu Lengan
Utara dengan Zone Kolonodale Lengan Timur dilain fihak.
Walaupun demikian diantaranya terdapat perbedaan-perbedaan sebagai contoh bagian
ujung selatan (di Selatan D. Tempe) banyak kesamaannya dengan Pulau Jawa dan
Sumatera sedangkan ujung selatan lengan tenggara lebih banyak kesamaannya dengan
Boton Archipelago dan Group Tukang Besi.
Provinsi Sulawesi terdapat macam-macam bentukan lahan diantaranya:
a. Struktural (37%)
Bentuk lahan ini lebih banyak terdapat di sekitar daerah masamba , sedangkan
paling sedikit di sekitar daerah inobonto. Satuan geomorfologi dari bentukan ini ada
13 macam, yaitu blok pegunungan patahan, blok perbukitan patahan, pegunungan
antiklinal, perbukitan antiklinal, pegunungan sinklinal, perbukitan sinklinal,
pegunungan monoklinal, perbukitan monoklinal, pegunungan kubah, perbukitan
kubah, dataran tinggi, lembah sinklinal, dan sembul. Contoh : Pegunungan Lipatan
di Wonosari, Goronralo, pegunungan Verbeek di Sulawesi Tengah
b. Vulkanik (28,17%)
Bentuk lahan ini paling banyak terdapat di wilayah Sulawesi utara, sedangkan
paling sedikit di sekitar wilayah ujung pandang. Yang merupakan bentuk lahan
yang dipengruhi oleh aktivitas gunung api. Satuan geomorfologi dari bentukan ini
ada 10 macam, yaitu kerucut vulkanik, lereng vulkanik, kaki vulkanik, dataran
vulkanik, padang lava, padang lahar, dataran antar vulkanik, bukit vulkanik
terdenudasi, boka, dan kerucut parasiter. Contoh: Danau Tondano Di Puncak
Gunung Lokon Manado, Sulawesi Utara.
c. Karst (19,2%)
Bentuk lahan ini lebih sedikit, yang tersebar di sekitar daerah poso dan luwuk.
Yang merupakan bentuk lahan yang dipengaruhi oleh pelarutan batuan yang mudah
larut. Contoh : gamping.
d. Denudasional (10,65%)
Bentuk lahan ini paling banyak terdapat disekitar daerah kolaka Sulawesi
tenggara. Merupakan bentuk lahan yang dipengaruhi oleh proses degradasi seperti
erosi dan longsor. Satuan geomorfologi dari bentukan ini ada 8 macam, yaitu
pegunungan terkikis, perbukitan terkikis, bukit sisa, bukit terisolasi, dataran nyaris,
lereng kaki, pegunungan/ perbukitan dengan gerakan masa batuan, dan lahan rusak.
e. Fluvial (1,73%)
Bentuk lahan asal Fluvial merupakan kelompok besar satuan bentuklahan
yang terjadi akibat aktivitas sungai. Bentuklahan asal proses fluvial terbentuk
akibat aktivitas aliran sungai yang berupa pengikisan, pengangkutan dan
pengendapan (sedimentasi) membentuk bentukan-bentukan deposisional yang
berupa bentangan dataran aluvial (fda) dan bentukan lain dengan struktur
horisontal, tersusun oleh material sedimen berbutir halus. Dataran banjir, rawa
belakang, teras sungai, dan tanggul alam merupakan contoh-contoh satuan bentuk
lahan ini. Contoh :Rawa belakang Takabone di Makasar, Sulawesi selatan.
f. Marin (1,14%)
Jika dilihat berdasarkan hasil presentase dari masing-masing bentuk lahan
yang ada di Sulawesi, bentuk lahan structural yang paling menonjol dipulau
Sulawesi yaitu sekitar 37%. Dan yang paling sedikit yaitu bentuk lahan marin.
Marin merupakan bentuk lahan yang dihasilkan oleh aktifitas laut seperti
gelombang, pasang dan arus. sedangkan structural merupakan bentuk lahan yang
terjadi akibat proses geologis.
3. Kondisi Regional Gorontalo
a. Topografi
Permukaan tanah di Provinsi Gorontalo sebagian besar adalah perbukitan.
Oleh karenanya provinsi ini mempunyai banyak gunung dengan ketinggian yang
berbeda-beda. Gunung Tabongo yang terletak di Kabupaten Boalemo merupakan
gunung yang tertinggi sedangkan Gunung Litu-Litu yang terletak di Kabupaten
Gorontalo adalah yang terendah. Selain memiliki banyak gunung, Provinsi Gorontalo
juga dilintasi oleh banyak sungai. Sungai terpanjang adalah Sungai Paguyaman yang
terletak di Kabupaten Boelemo dengan panjang aliran 99,3 km. Sedangkan sungai
terpendek adalah Sungai Bolontio dengan panjang aliran 5,3 km yang terletak di
Kabupaten Gorontalo Utara.
b. Aktivitas Manusia
Semenanjung Gorontalo merupakan salah satu jalur perdagangan di Indonesia
sejak zaman dahulu. Gorontalo sudah menjadi salah satu wilayah yang menjadi jalur
perdagangan di Indonesia sejak zaman dulu. Potret aktivitas perdagangan di
pelabuhan Provinsi Gorontalo pada zaman dulu. Pelabuhan Gorontalo yang selalu
ramai sejak dahulu Perekonomian di Provinsi Gorontalo sekarang ini menjadi salah
satu perekonomian yang paling pesat perkembangannya di Indonesia.
Sektor pertanian, perikanan dan jasa adalah sektor yang di andalkan di Provinsi ini
karena memiliki kontribusi yang besar bagi pendapatan asli daerah.
Dalam rangka mewujudkan Provinsi Gorontalo sebagai Provinsi Agropolitan,
maka berbagai upaya terus dilakukan. Pemerintah Provinsi melakukan berbagai
macam program pembangunan, di antaranya melalui perbaikan infrastruktur sebagai
pilar pemacu pembangunan, penyediaan sarana produksi pertanian, penyediaan dana
penjamin, peningkatan SDM pertanian, memperlancar pemasaran dengan jaminan
harga dasar dan lain lain, serta dengan menyusun berbagai program, seperti:
1) Pengembangan tanaman pangan, di versifikasi pangan dan ketahanan pangan
daerah;
2) Pengembangan agropolitan menuju satu jutaan ton jagung;
3) Pengembangan agro bisnis;
4) Peningkatan peran dan fungsi kelembagaan petani melalui pembedayaan
masyarakat pertanian.
Dalam mengembangkan potensi dan keanekaragaman sumber daya alam di
Provinsi Gorontalo, terdapat beberapa peluang investasi untuk dikembangkan, seperti:
investasi di bidang agro bisnis (pertanian dan perkebunan), termasuk juga agro
industri (nata de coco, minyak kelapa dan Dubuk santan) serta di bidang
pertambangan (emas, granit, dll).
Prioritas pengembangan selama lima tahun ke depan diproyeksikan pada komoditi
jagung dengan luas areal produksi jagung tahun 2004 seluas 35.692,450 ha, dengan
jumlah produksi sebanyak 323,065 ton dan untuk jagung louning sendiri telah berhasil
di ekspor sebesar 9.148 ton. Dari luas wilayah Provinsi Gorontalo seluas 1.221.544
ha, untuk areal potensial pertanian seluas 463.649,09 ha atau 37,95%, tetapi yang baru
di manfaatkan seluas 148.312,78 ha (32%) atau masih terdapat peluang
pengembangan lahan 315.336,31 ha.
Wilayah Provinsi Gorontalo merupakan daerah agraris dengan keadaan topografi
datar, berbukit-bukit sampai dengan bergunung sehingga berbagai jenis tanaman
pangan dapat tumbuh dengan baik di daerah ini. Luas lahan kering adalah 215.845,00
ha. Sedangkan rawa-rawa (tegalan) seluas 1.580,00 ha, Luas areal produksi padi pada
tahun 2006 yaitu 45.027 ha dengan jumlah produksi tahun 2006 sebanyak 197.600,94
ton dan mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun 2005 yang
mempunyai luas areal 37.831 ha dengan jumlah produksi sebanyak 164.168 ton.
Luas areal produksi kedelai pada tahun 2006 adalah 5.217 ha dengan jumlah
produksi 6.767,21 ton, mengalami peningkatan jika dibandingkan pada tahun 2005
yang mempunyai luas areal produksi 2.677 ha dengan jumlah produksi 3.738 ton.
Luas areal produksi kacang tanah pada tahun 2006 adalah 2.825 ha dengan jumlah
produksi 3.316,79 ton meningkat jika dibandingkan pada tahun 2005 yang
mempunyai luas areal 4.335 ha dengan jumlah produksi mencapai 5.371 ton. Luas
areal produksi ubi kayu pada tahun 2006 adalah seluas 853 ha dengan jumlah
produksi mencapai 9.742,0 ton. Luas areal produksi Singkong dan umbi-umbian
seluas 894,70 dengan jumlah produksi sebanyak 10.041 ton. Luas areal produksi
sayur-sayuran pada tahun 2006 adalah 3.674 ha dengan jumlah produksi mencapai
74,44 ton/ha.
Jika dilihat dari data luas kawasan hutan Provinsi Gorontalo pada tahun 2004
berdasarkan TGHK (Tata Guna Hutan Kesepakatan), maka luas kawasan hutan
Provinsi Garontalo seluas 826.378,12 ha, yang terdiri dari: hutan lingdsing seluas
165.488,67 ha, hutan konservasi seluas 20.135,60 ha, hutan produksi terbatas seluas
342.449,55 ha, dan hutan produksi seluas 100.684,45 ha. Dari seluruh luas hutan
tersebut hasil kayu yang di dapat mencapai total 14.808.000 m³.
Kawasan laut di Provinsi Gorontalo, terutama di Teluk Gorontalo atau Teluk
Tomini, menyimpan banyak potensi alam karena merupakan satu satu teluk yang
dilalui garis khatulistiwa. Perikanan dan kelautan merupakan sektor unggulan bagi
Provinsi Gorontalo yang memiliki garis pantai yang cukup panjang. Garis pantai
wilayah Utara dan Selatan masing masing memiliki panjang sekitar 270 kilometer dan
320 kilometer. Potensi sumber daya perikanan di Provinsi Gorontalo berada di tiga
perairan, yakni Teluk Tomini (Teluk Gorontalo), Laut Sulawesi, dan Zone Ekonomi
Eksklusif (ZEE) Laut Sulawesi. Sayangnya, tingkat pemanfaatan perikanan tangkap
baru 24,05% atau 19.771 ton per tahun.
Potensi kelautan lainnya yang menjadi unggulan, yaitu budi daya rumput laut
yang didukung program Gerakan Menanam Rumput Laut (Gemar Laut), sementara
pemanfaatan lahannya baru mencapai sekitar 850 ha dengan produksi 4.250
ton/ha/tahun. Provinsi Gorontalo memiliki letak geografi yang strategis untuk
perekonomian nasional, kerana memiliki jalur perdagangan yang langsung
berhadapan dengan negara-negara tetangga seperti Filipina, Malaysia, Brunei
Darussalam, Hongkong, Taiwan, Jepang, dan Korea Selatan.
Selain itu Provinsi Gorontalo juga merupakan salah satu daerah yang menjadi
pintu masuk jalur perdagangan dari benua Amerika ke negara - negara di Asia Pasifik,
seperti Brunei Darussalam, Singapura, dan Malaysia. Tidaklah berlebihan jika
Pemerintah Pusat menilai bahwa Provinsi Gorontalo menjadi salah satu tulang
punggung penggerak roda ekonomi, pendidikan dan kebudayaan di Kawasan Timur
Indonesia.
c. Makanan Khas
Makanan khas yang ada di Gorontalo, yaitu:
 Binte Biluhuta/Milu Siram
 Ayam Yloni
 Milu Tongkol dan Gogu
 Nike / Perkedel
 Tili'aya
 Yilabulo
 Yilepa'o
d. Budaya
 Bahasa Daerah
Pada dasarnya terdapat banyak bahasa daerah di Gorontalo. Namun hanya tiga
bahasa yang cukup dikenal masyarakat di wilayah ini, yaitu Bahasa Gorontalo,
Bahasa Suwawa (disebut juga Bahasa Bonda), dan Bahasa Atinggola (Bahasa
Andagile). Dalam proses perkembangannya Bahasa Gorontalo lebih dominan
sehingga menjadi lebih dikenal oleh masyarakat di seantero Gorontalo. Saat ini
Bahasa Gorontalo telah dipengaruhi oleh Bahasa Indonesia dan Bahasa Melayu
Manado, sehingga kemurnian bahasanya agak sulit diperoleh dalam penuturan
Orang Gorontalo.
Demi menjaga kelestarian bahasa daerah, maka diterbitkanlah Kamus Bahasa
Gorontalo-Bahasa Indonesia, Kamus Bahasa Suwawa-Bahasa Indonesia serta
Kamus Bahasa Atinggola-Bahasa Indonesia. Selain itu, telah berhasil diterbitkan
dan disetujui oleh Kementerian Agama Republik Indonesia perihal penerbitan Al-
Qur'an yang dilengkapi terjemahan bahasa Gorontalo (Al-Qur'an terjemahan
Hulontalo). Disamping itu, pendidikan muatan lokal Bahasa Gorontalo masih terus
dipertahankan untuk dijadikan bahan ajar di Sekolah Dasar.
Meskipun Catatan Buku Tua Gorontalo yang ada di masyarakat sepenuhnya
ditulis menggunakan Aksara Arab Pegon (Aksara Arab Gundul) akibat dari afiliasi
agama Islam dengan Adat Istiadat, Gorontalo sebenarnya memiliki aksara lokal
sebagai identitas kesukuan yang sangat tinggi nilainya, yaitu "Aksara Suwawa-
Gorontalo".
 Kerajinan Daerah
Setiap daerah pasti memiliki ciri khasnya masing-masing. begitu pula dengan
jazirah semenanjung Gorontalo. Masyarakat Gorontalo memiliki ciri khas
"sandang" atau pakaian bersama aksesoris yang melengkapinya. Adapun kerajinan
tangan khas masyarakat Gorontalo yaitu:
- Upiya Karanji atau Songkok Gorontalo, songkok ini terbuat dari anyaman rotan
dan sangat nyaman digunakan karena memiliki sirkulasi udara yang sangat
baik. Presiden RI ke-4, Bapak Abdurrahman Wahid atau yang lebih dikenal
dengan Gusdur pun setia menggunakan Songkok Gorontalo ini.
- Sulaman Karawo atau Sulaman Kerawang, Sulaman khas Gorontalo ini
menjadi kekayaan budaya tersendiri dan bernilai seni tinggi. Kini sulaman
Karawo tidak hanya diminati di dalam negeri namun juga di luar negeri.

- Batik Gorontalo, Batik Gorontalo pada dasarnya sama dengan Batik pada
umumnya, yang membedakannya hanya pada motif atau corak yang dimuat
pada kain batik itu sendiri.
 Tarian Adat
Tarian adat dari daerah Gorontalo, yaitu:
- Tari Dana – dana
- Tari Saronde
- Tari Langga
- Tari Tulude
- Tari Elengge
- Tari Tanam Padi
- Tari Sabe
- Tari Mopohuloo / Modepito
 Pakaian Adat
Pakaian adat dari daerah Gorontalo, yaitu:
- Bili'u
- Makuta
 Rumah Adat
Rumah adat yang berasal dari daerah Gorontalo, yaitu:
- Dulohupa
Rumah adat Dulohupa merupakan sebuah Rumah Adat Gorontalo yang
berbentuk panggung dengan bentuk atap yang artistik dan pilar-pilar kayu
sebagai hiasannya. kedua tangganya terletak di sisi kiri dan kanan merupakan
gambaran tangga adat di sebut totihu. Di mana Rumah Adat ini berfungsi
sebagai Balai Musyawarah Adat Bandayo Dulohupa. Nama Dulohupa berarti
mufakat untuk memprogramkan rencana pembangunan daerah dan mengatasi
setiap permasalahan. Di dalam Rumah Adat ini digelar perlengkapan upacara
adat perkawinan berupa pelaminan, busana adat pengantin dan hiasan lainnya.
- Bantayo Po Boide
Rumah adat Gorontalo yang satu ini bisa dijumpai berdiri gagah di depan
rumah dinas Bupati Gorontalo. Dalam artian harfiah, kata Bandayo berarti
gedung atau juga bisa diartikan sebagai bangunan. Sementara kata Pomboide
atau Po Boide berarti sebagai tempat untuk bermusyawarah. Jadi, meski
merupakan dua bangunan berbeda, namun Doluhapa dan Bandayo Pomboide
memiliki fungsi yang kurang lebih sama. Dahulu, Bandayo Pomboide ini
digunakan sebagai tempat pelaksanaan pagelaran budaya khas Gorontalo.
Berbeda dari Doluhapa, bagian dalam si Bandayo Pomboide ini memiliki
banyak sekat sehingga ada beragam ruangan dengan fungsi yang juga beragam.
- Rumah Adat Gobel
Rumah adat Gobel adalah salah satu rumah adat yang berlokasi di Tapa,
Bone Bolango.
e. Jenis Budaya
Jenis budaya di daerah Gorontalo yaitu Bugis.
4. Kondisi Regional Sulawesi Tenggara
a. Topografi
Wilayah Sulawesi Tenggara, pada umumnya memiliki permukaan yang
bergunung, bergelombang, dan berbukit, sedangkan permukaan tanah pegunungan
yang relatif rendah yakni sekitar 1.868.860 hektar sebagian besar berada pada
ketinggian 100-500 meter diataspermukaan laut dengan tingkat kemiringan mencapai
40 derajat.
Ditinjau dari sudut geologis, bantuan di Provinsi Sulawesi tenggara terdiri atas
bantuan sedimen, bantuan metamorfosis dan bantuan beku. Dari ketiga jenis bantuan
tersebut, bantuan sedimen merupakan bantuan yang terluas yaitu sekitar 2.878.790
hektar atau sebesar 75,47 persen. Sementara itu, jenis tanah di Provinsi Sulawesi
Tenggara terdiri dari tanah podzolik seluas 2.394.698 ha (62,79 persen), tanah
mediteran seluas 839.078 ha (22,00 persen), tanah latosol seluas 330.182 ha (8,66
persen), tanah organosol seluas 111.923 ha (2,93 persen), tanah aluvial seluas 117.830
ha (3,09 persen), dan tanah grumosal seluas 20.289 ha (0,53 persen).Selain wilayah
daratan, Provinsi Sulawesi Tenggara memiliki wilayah perairan yang sangat potensial.
Perairan Provinsi Sulawesi Tenggara terdiri dari sungai dan laut. Beberapa
sungaibesar yaitu: sungai konaweha, Sungai Lasolo, Sungai Roraya, dan Sungai
Sampolawa.Sementara itu di Provinsi Sulawesi Tenggara terdapat kawasan pesisir
dan laut yang diperkirakan mencapai 110.000 km 2 . kawasan pesisir dan laut
tersebut, pada saat ini belum dimanfaatkan secara maksimal, baik untuk
pengembangan usaha perikanan, prasarana transportasi, maupun dalam hal
pengembangan wisata bahari. Dalam pengelolaan potensi sumberdaya tanah dan air
tersebut, belum memperhatikan aspek kelestarian lingkungan secara optimal,
khususnya kerusakan kawasan hutan, tanah, daerah aliran sungai serta kawasan pesisir
dan laut. (Sumber BAPPEDA Prov. Sultra).
b. Aktivitas Manusia
Aktivitas masyarakat di daerah Sulawesi Tenggara, yaitu:
- Pertanian, meliputi: kakao, kacang mede, kelapa, cengkeh, kopi, pinang lada dan
vaniliKehutanan, meliputi: kayu gelondongan dan kayu gergajian.
- Perikanan, meliputi: perikanan darat dan perikanan laut.
- Peternakan, meliputi: sapi, kerbau dan kambing.
- Pertambangan, meliputi: aspal , nikel, emas, marmer, batu setengah permata, onix,
batu gamping dan tanah liat.
c. Makanan Khas
Makanan khas dari daerah Sulawesi Tenggara, yaitu:
- Sinonggi Bubur yang terbuat dari sagu yang disiram air mendidih. Sinonggi
dimakan dengan sayur kerang dan sup ikan sebagai pelengkap.
- Satai Pokea Satai kerang air tawar dengan bumbu kacang yang dilengkapi geges
(ketan panggang) dan lontong.
- Kinowu manu Ayam masak bumbu.
- Kinowu Tawawanggole Daun singkong masak dengan bumbu khusus.
- Tinira Nggaluku Umbu.
- Kowoe Nineihi Siput sawah.
- Pisang Epe Pisang bakar yang dimakan dengan saus.
d. Budaya
 Bahasa Daerah
Provinsi Sulawesi Tenggara yang dihuni beberapa suku bangsa memiliki
sejumlah bahasa daerah yang berbeda. Bahasa daerah yang dimaksud adalah
sebagai berikut.
- Bahasa Tolaki meliputi dialek Mekongga, Wawonii, Kulisusu, Konawe,
Mororene, dan Kabaena.
- Bahasa Muna (Wuna) meliputi dialek Mawasangka, Tiworo, Siompu,
Kotabengke, dan Kadatua, dan Gu.
- Bahasa Pancana meliputi dialek Kamaru, Lasalimu, Kapontori, dan
Kaisabu.
- Bahasa Wolio (Buton) meliputi dialek Pesisir, Keraton, Tolandona, Bungi,
dan Talaga.
- Bahasa Cia-Cia meliputi dialek Batauga, Wabula, Sampolawa, Takimpo,
Kondawa, Laporo, Halimambo, Wali dan Batu Atas.
- Bahasa Suai meliputi dialek Kaledupa, Tomia, Wanci dan Binongko.

Selain bahasa-bahasa daerah di atas, di beberapa daerah digunakan pula bahasa


Bajo dan Bugis. Jadi, di Sulawesi Tenggara sekurang-kurangnya menggunakan
sembilan kelompok bahasa daerah.
 Kerajinan Daerah
Hasil budaya berupa seni kerajinan masyarakat Sulawesi Tenggara salah
satunya adalah tenun kain yang terletak di desa Masalili. Jenis seni kerajinan lain
diantaranya adalah kerajinan emas, kerajinan akar, kerajinan perak, serta kerajinan
rotan.
 Tarian Adat
Tarian adat dari daerah Sulawesi Tenggara, yaitu:
- Tari Balumpa, merupakan tari selamat datang dalam menyambut tamu agung.
Tari rakyat ini berasal dari Buton.
- Tari Dinggu, melambangkan sifat kegotongroyongan dalam kerja bersama
sewaktu menumbuk padi. Sentuhan alu pada lumbung merupakan irama
tersendiri yang menyentuh hati.
- Tari Molulo, adalah tarian yang indah danriang dari pergaulan muda mudi
Sulawesi Tenggara.
- Tari Motasu (berladang), Tari Motasu diangkat dari tradisi masyarakat Tolaki di
Kabupaten Kolaka dan Kendari. Keseluruhannya menggambarkan ungkapan
permohonan kepada tuhan agar dalam berladang dapat perlindungan dan kelak
dikaruniai hasil yang melimpah.
 Pakaian Adat
Pakaian adat dari daerah Gorontalo, yaitu:
- Pakaian Adat Muna Kaum Pria di suku Muna biasanya mengenakan baju
(bhadu), sarung (bheta), celana (sala), dan kopiah (songko) atau ikat kepala
(kampurui) untuk pakaian sehari-hari. Baju berlengan pendek dan berwarna
putih. Ikat kepala berupa kain bercorak batik, serta ikat pinggang terbuat dari
logam berwarna kuning yang selain berfungsi sebagai ikat pinggang juga untuk
menyelipkan senjata tajam. Sarung yang dipakai berwarna merah dan bercorak
geometris. Kaum wanita suku Muna mengenakan busana yang terdiri
atas bhadu, bheta,dan kain ikat pinggang yang disebut simpulan kagogo. Wanita
Muna memakai baju berlengan pendek yang disebut kuto kutango untuk pakaian
sehari-hari.
- Pakaian Adat Buton Pada umumnya orang Buton mengenakan pakaian biru-biru
yang terdiri atas sarung dan ikat kepala tanpa baju. Pakaian sehari-hari kaum
wanita disebut kombowa. Pakaian ini terdiri atas unsur baju dan kain sarung
bermotif kotak-kotak kecil yang disebut bia-bia itanu. Masyarakat Buton
memiliki pakaian adat yang digunakan pada upacara adat yang
disebut posuo. Pada saat upacara posuo memingit gadis, gadis Buton harus
mengenakan busana kolambe, dan pada saat upacara sunatan, anak laki-laki
Buton mengenakan busana yang dinamakan ajo tandaki.
- Pakaian Adat Tolaki Pakaian adat yang digunakan untuk kaum laki-laki Tolaki
terdiri atas babu ngginasamani (baju berhias sulaman), saluaro mendoa (celana),
sul epe (ikat pinggang dari logam), dan pabele (daster). Pakaian perempuan
Tolaki disebut babu ngginasamani (baju), sawu (sarung), sulepe, dilengkapi
dengan aksesories (tusuk konde, hiasan sanggul, andi-andi (anting-anting), eno-
eno (kalung leher), bolosu (gelang tangan), dan alas kaki solop (selop)).
 Rumah Adat
e. Jenis Budaya
Jenis budaya di daerah Sulawesi Tenggara, yaitu Bugis.
5. Kondisi Regional Sulawesi Tengah
a. Topografi
Sulawesi Tengah merupakan salah satu provinsi di Pulau Sulawesi. Di bagian
utara berbatasan dengan Laut Sulawesi dan Provinsi Gorontalo, bagian timur
berbatasan dengan Provinsi Maluku, bagian selatan berbatasan dengan Provinsi
Sulawesi Barat dan Sulawesi Tenggara, dan bagian barat berbatasan dengan Selat
Makassar. Letak geografis Sulawesi Tengah pada posisi 2022’ Lintang Utara dan
3048’ Lintang Selatan, serta 119022’ - 124022’ Bujur Timur. Luas wilayah Sulawesi
Tengah yang berupa daratan sebesar 61.841,29 km2. Wilayah kabupaten/kota terluas
yaitu Kabupaten Morowali Utara sebesar 10.004,28 km2 (16,18%) dan wilayah
terkecil yaitu Kabupaten Banggai Laut yaitu 725,67 km2 (1,17%). Adapun batas
wilayah Provinsi Sulteng :
- Sebelah Utara : Laut Sulawesi & provinsi Maluku
- Sebelah Timur : Provinsi Maluku
- Sebelah Selatan : Provinsi Sulsel & Provinsi Sultra
- Sebelah Barat : Selat Makassar

Secara administratif, di provinsi Sulawesi Tengah terdiri dari 12 Kabupaten


dan 1 kota, seperti Kabupaten Banggai, Kabupaten Banggai Kepulauan, Kabupaten
Banggai Laut, Kabupaten Buol, Kabupaten Donggala, Kabupaten Morowali,
Kabupaten Morowali Utara, Kabupaten Parigi Moutong, Kabupaten Poso, Kabupaten
Sigi, Kabupaten Tojo Una-Una, Kabupaten Tolitoli, Kota Palu.

Pada umumnya keadaan alam di wilayah Sulawesi Tengah, tidak jauh berbeda
dengan wilayah lainnya di Pulau Sulawesi. Bentangan pegunungan dan dataran tinggi
mendominasi permukaan tanah di propinsi ini. Di bagian utara yakni wilayah
Kabupaten Buol dan Toli-toli, terdapat deretan pegunungan yang berangkai ke jajaran
pegunungan di Propinsi Sulawesi Utara.
Di bagian tengah terdapat tanah genting yang diapit oleh Selat Makassar dan
Teluk Tomini. Di wilayah ini yang secara administratif termasuk Kabupaten
Donggala dan Kabupaten Parigi Moutong, sebagian besarnya merupakan daerah
pegunungan dan perbukitan. Di bagian selatan dan timur yang mencakup wilayah
Kabupaten Poso, Kabupaten Tojo Unauna, Kabupaten Morowali dan Kabupaten
Banggai, berjejer deretan pegunungan yang sangat rapat seperti Pegunungan
Tokolekayu, Pegunungan Verbeek, Pegunungan Tineba, Pegunungan Pampangeo,
Pegunungan Fennema, Pegunungan Balingara, dan Pegunungan Batui. Sebagian besar
dari daerah-daerah pegunungan itu mempunyai lereng-lereng yang terjal dengan
kemiringan di atas 45 derajat.

Paparan dataran rendahnya yang tidak terlalu luas tersebar di sepanjang pantai
dan di daerah muara-muara sungai. Dilihat dari ketinggiannya, dataran Propinsi
Sulawesi Tengah yang ketinggiannya antara 0-100 meter mencapai luas sekitar 20,2
persen, daerah dengan ketinggian antara 101-500 meter sekitar 27,2 persen, antara
501-1.000 meter 26,7 persen dan daerah dengan ketinggian di atas 1.000 meter 25,9
persen. Di Provinsi Sulawesi Tengah mengalir lebih dari 22 sungai yang letaknya
tersebar diseluruh daerah kabupaten. Dari segi geologi, Dibagian tengah pulau
sulawesi dipenuhi dengan jenis batuan metamorf berupa batuan malihan yang
ditumpangi batuan bancuh. Dibagian ini terdapat batuan ofiolit mélange yang
ditunjukan dengan warna ungu dan terdapat batuan metamorf tekanan tinggi yang
ditunjukan dengan warna orange. Mandala tengah kabupaten donggala dan tolitoli,
provinsi sulawesi tengah. Urut-urutan stratigrafi dari muda hingga tua sebagai berikut:
- Endapan alluvium
- Endapan teras (Kuarter)
- Batuan tufa (Pliosen – Kuarter)
- Batuan sedimen termetamorfose rendah dan batuan malihan yang keduanya
termasuk Formasi Tinombo (Kapur Atas – Eosen Bawah)
- Batuan gunungapi (Kapur Atas – Oligosen Bawah) yang menjemari dengan
Formasi Tinombo
- Batuan intrusi granit (Miosen Tengah – Miosen Atas) ditemukan menerobos
batuan malihan Formasi Tinombo.
b. Aktivitas Manusia
Aktivitas Manusia di daerah Sulawesi Tengah, yaitu:
1) Pertanian
- Tanaman Holtikultura
Produksi tanaman sayuran di Sulawesi Tengah tahun 2017 didominasi
oleh tomat dan cabai rawit yang masing – masing mencapai 22,5 ribu ton dan
21,23 ribu ton. Kedua komoditas ini pula yang memiliki luas panen terluas
diantara tanaman sayuran lainnya di Sulawesi Tengah mengingat kedua
komoditas ini yang memang hampir setiap hari dikonsumsi oleh masyarakat.
- Perkebunan
Delapan komoditas unggulan yakni kakao, kelapa dalam, cengkeh,
kopi, pala, kelapa sawit, karet dan lada
- Peternakan
Populasi ternak di Sulawesi Tengah tahun 2017 yang paling banyak
dipelihara yaitu kambing dan sapi potong yang masing – masing sebanyak 445
ribu dan 353 ribu ekor. Kedua jenis ternak ini pula yang banyak dikonsumsi
masyarakat.
- Pariwisata
Perkembangan wisata di Sulawesi Tengah ini juga tampak pada
peningkatan jumlah wisatawan. Pada tahun 2016 jumlah wisatawan sebanyak
3,20 juta orang, meningkat pada tahun 2017 menjadi 3,76 juta orang. Pada
tahun 2017, Sulawesi Tengah telah mengadakan banyak even baik level
nasional maupun internasional seperti Festival Pesona Palu Nomoni, Tour de
Central Celebes (TDCC), Festival Danau Poso, Festival Pulau Dua, Festival
Pantai Kerikil, gelaran Teknologi Tepat Guna (TTG ), dan even even lainnya
yang mampu menaikkan jumlah wisatawan yang datang ke Sulawesi Tengah.
- Pertambangan
Produksi bahan tambang, khususnya nikel di Sulawesi Tengah sepanjang
periode 2015-2017 menunjukkan perkembangan yang positif, terlihat dari
peningkatan produksi dari sekitar 626,62 ribu MT menjadi 5,25 juta MT.
- Perindustrian
Jumlah perusahaan industri pengolahan kelompok besar sedang dengan
jumlah tenaga kerja 20 orang ke atas di Sulawesi Tengah pada tahun 2015
sebanyak 83 perusahaan, mengalami peningkatan dari 70 perusahaan tahun
2011. Perusahaan-perusahaan tersebut meliputi perusahaan makanan dan
minuman 39 usaha, perusahaan kayu & barang dari kayu 23 usaha,
percetakan 7 usaha, dan perusahaan barang galian bukan logam dan barang
logam bukan mesin 14 usaha.
c. Makanan Khas
Makanan Khas daerah Sulawesi Tengah, yaitu:
- Sop Kaledo : Sop Kaledo merupakan makanan khas kota Palu yang berbahan
dasar daging sapi dan tulang kaki sapi. Sop Kaledo menjadi salah satu makanan
wajib yang harus dicicipi saat berkunjung ke kota Palu. Sop Kaledo sendiri
memiliki berbagai manfaat, yaitu mencegah anemia, mencegah diabetes,
meningkatkan sel darah merah, meningkatkan kesehatan kulit, dan mencegah
serangan jantung. Banyaknya manfaat yang didapat dari Sop Kaledo karena
makanan ini bahan utamanya yaitu daging sapi dan tulang kaki sapi.
- Onyop : Onyop adalah makanan dari Luwu, Sulawesi Tengah yang sekilas terlihat
seperti Papeda dari Papua dan Sinonggi dari Sulawesi Tenggara. Makanan ini
terbuat dari sagu pilihan. Onyop seringkali diidentikan sebagai makanan dari Suku
Saluan (salah satu suku di Luwu) karena suku ini paling pandai mengolah Onyop
dibanding suku-suku lainnya. Bagi masyarakat Luwu, Onyop hanya dijadikan
makanan pendamping yang sering disantap bersama makanan Kuah Asam.
- Lalampa : makanan yang terbuat dari beras dengan ini ikan cakalang ini mipir
dengan lemper yang mungkin lebih kita kenal. Palapa di bungkus menggunakan
daun pisang yang sebelumnya telah di bakar terlebih dahulu.
- Milu Siram : Milu siram merupakan kuliner yang berbahan utama jagung muda,
milu siram dikenal juga dengan nama binte biluhuta dan sup jagung. Pada milu
siram terdapat beberapa campuran bahan makanan, selain jagung ada juga ikan
dan udang yang sudah diolah. milu siram juga di percaya mampu mengancurkan
kolesterol jahat pada tubuh manusia.
- Tinutuan : Tinutuan sendiri hampir mirip dengan bubur, hanya saja pada tinutuan
terdapat banyak campuran sayur-saturan yang pastinya menyehatkan buat kamu
yang mengkonsumsinya.
d. Budaya
 Bahasa Dearah
Bahasa daerah Sulawesi Tengah, yaitu Bahasa Kaili, Bahasa Makassar, Bahasa
Bugis, Bahasa Toraja, dan bahasa lainnya.
 Kerajinan Daerah
 Tarian Daerah
Tarian daerah Sulawesi Tengah, yaitu Tari Dero, Tari Pontanu, Tari Pamonte,
Tari Baliore, Tari Jepeng, Tari Motaro, Tari Pepoinaya, Tari Posinani, Tari Peule
Cinde, Tari Cingke, Tari Kalanda, dan Tari Mamosa
 Pakaian Adat
Pakaian Adat daerah Sulawesi Tengah, yaitu para lelakinya memakai Buya atau
sarung seperti model eropa hingga sepanjang pinggang dan keraba semacam blus
yang di lengkapi dengan benang emas. Kaum perempuanya memakai baju yang
disebut patimah lola. Kepala dan dahi diberi hiasan berupa dadasa atau pending
 Rumah Adat
Rumah Adat daerah Sulawesi Tengah, yaitu:
- Rumah Souraja atau rumah besar untuk kediaman tidak resmi raja dan
keluarga.
- Rumah Tambi
e. Jenis Budaya
Jenis budaya di daerah Sulawesi Tengah yaitu Kaili.
6. Kondisi Regional Sulawesi Utara
a. Topografi
Sulawesi Utara terdapat 41 buah gunung dengan ketinggian berkisar antara 1.112
- 1.995 dpl. Kondisi geologi sebagian besar adalah wilayah vulkanik muda, sejumlah
besar erupsi serta bentuk kerucut gunung merapi aktif yang padam menghiasi
Minahasa bagian tengah, daerah Bolaang Mongondow dan kepulauan Sangihe.
Material-material yang dihasilkan letusannya berbentuk padat serta lain-lain bahan
vulkanik lepas. Semua vulkanik ini berbentuk pegunungan (otogenisa) menghasilkan
morfologi yang berbukit-bukit dan bergunung-gunung dengan perbedaan relief
topografik yang cukup besar.
Disamping itu pada bagian timur Sulawesi Utara terbentuk suture Maluku yang
terjadi akibat tumbukan ganda antara lempeng Laut Maluku dengan busur Halmahera
dan Sangihe. Tumbukan tersebut diperkirakan terjadi pada Kala Pliosen Hall dan
Wilson (2000). Hal ini mengakibatkan terbentuknya penunjaman punggungan Mayu
yang masih aktif hingga kini, yakni dicirikan oleh tingkat kegempaan sangat tinggi.
Sebagian besar daerah Sulawesi Utara tersusun oleh endapan rombakan gunung
api berumur Tersier dan Kuarter. Sebagian batuan rombakan gunung api tersebut telah
mengalami pelapukan. Hanya sebagian kecil yang tersusun oleh batuan sedimen
Tersier. Daerah pantai Sulawesi Utara secara umum tersusun oleh endapan aluvial
pantai, adapun daerah di sekitar Danau Tondano tersusun oleh endapan danau.
Berdasarkan kondisi batuan tersebut terlihat bahwa wilayah Sulawesi Utara rawan
terhadap goncangan gempabumi karena endapan Kuarter tersebut pada umumnya
bersifat urai, lepas, belum kompak, dan memperkuat efek goncangan gempa.
Berdasarkan informasi dari peta seismotektonik daerah Manado dari Setiawan
dkk. (2007) terlihat beberapa struktur geologi di daerah Sulawesi Utara. Sesar utama
berarah utara-selatan, barat laut-tenggara, dan timur lautbarat daya. Di sekitar Kota
Manado terdapat sesar berarah barat laut-tenggara, ada kecenderungan aktif karena
memotong atau ada retakan struktur penyerta yang memotong batuan Kuarter. Di
sekitar danau Tondana terdapat sesar berarah barat laut-tenggara dan pada bagian
baratnya berarah timur laut-barat daya.
Secara fisiografis, wilayah Provinsi Sulawesi Utara dapat dikelompokkan dalam
dua zona: zona selatan dan zona utara. Dataran rendah, dan dataran tinggi pada bagian
selatan (dari Bolaang hingga Minahasa Utara) memiliki tanah yang cukup subur. Pada
bagian utara (dari Pulau Miangas, Sangihe, hingga Pulau Siau) kepulauan. Terbentang
rangkaian pegunungan berapi: Di Minahasa Tenggara terdapat Gunung Soputan. Di
Kota Tomohon tedapat Gunung Lokon, Di Pulau Siau tedapat Gunung Karangetang.
Sedangkan di Minahasa Utara terdapat gunung tertinggi yaitu Gunung Klabat di Kota
Airmadidi gunung tersebut sudah lama tidak aktif, di puncaknya terdapat Danau.
b. Aktivitas Manusia
Aktifitas Manusia di Provinsi Sulawesi Utara adalah segi pertanian Data
pokok tanaman pangan yang dikumpulkan adalah luas panen dan produktivitas (hasil
per hektar). Produksi tanaman pangan merupakan hasil perkalian antara luas panen
dengan produktivitas. Pengumpulan data luas panen dilakukan setiap bulan dengan
pendekatan area kecamatan di seluruh wilayah Indonesia. Pengumpulan data
produktivitas dilakukan melalui pengukuran langsung pada plot ubinan berukuran 2½
m x 2½ m. Pengumpulan data produktivitas dilakukan setiap subround (empat
bulanan) pada waktu panen petani, seperti:
- Padi
- Jagung
- Kacang tanah
- Umbi-umbian
c. Makanan Khas
Makanan khas dari Sulawesi Utara, yaitu:
- Cangkalang Fufu
Hidangan ikan cakalang olahan yang dibumbui, diasap dan dijepit dengan
kerangka bambu. Makanan ini adalah hidangan khas Minahasa, Sulawesi Utara,
Indonesia.
- Klapatart
Di Indonesia dikenal sebagai kue khas Manado dengan bahan dasar kelapa,
tepung terigu, susu, mentega dan telur. Resep adonan tersebut merupakan
pengaruh saat zaman pendudukan Belanda di Manado.
- Mie Cakalang
Sebuah mi kuah cakalang tradisional dari Manado, Sulawesi Utara, Indonesia.
Mi kuah tersebut dikenal karena aroma ikan cakalangnya. Bahan-bahannya
meliputi mi kuning, cakalang, caisim, kubis, cabai, daun bawang, bawang merah
dan bawang putih.
- Mujjar Bakar dan Woku
Makanan khas Sulawesi Utara yang telah menjadi salah satu ikon kuliner di
Manado dan Sulawesi Utara ini adalah mujair bakar dan woku. Olahan ikan
mujair ini dimasak dengan menggunakan resep bumbu khusus Manado. Selain
Mujair Bakar dan Woku, sebenarnya mujair juga bisa disajikan dalam bentuk
gorengan yang taka kalah lezatnya
- Nasi Jaha
Salah satu makanan khas Manado yang berbahan dasar beras ketan dan santan
yang sebelumnya diisi kedalam batang bambu berlapis daun pisang kemudian
dibakar
- Pangi
Sayur ini sangat terkenal di masyarakat Manado. Pangi adalah nama lain dari
daun kluwak. Biasanya daun pangi ini di masak dengan bumbu-bumbu alami.
Sayu pangi awalnya disajikan sebagai perlambang suatu hajatan seperti
pernikahan, ulang tahun, baptisan anak, acara ritual kedudukan, dan lain-lain.
Daun pangi yang biasa dipakai adalah daun yang masih muda. Masayarakat
Manado biasanya memasak sayur daun pangi dengan campuran daging, lemak,
dan darah babi. Atau bisa juga diganti dengan ikan mas. Cara memasaknya
dengan dimasukkan kedalam bambu dan dibakar.
- Paniki
Makanan yang berasal dari Sulawesi Utara yang dibuat dari daging kelelawar
(paniki). Sebelum diolah menjadi masakan, biasanya kelelawar terlebih dahulu
dibakar untuk menghilangkan bulu-bulu halusnya, kemudian dimasak dengan
bumbu santan.
d. Budaya
 Bahasa Derah
Bahasa yang digunakan di Sulawesi Utara, yaitu bahasa Melayu Manado,
Kaidipang, Bintauan, Mongondow, Sangihe, Talaud, Tolour, Tonsea, Tombulu,
Tountemboan, Tonsawang, Pasan, Ponosakan, dan Bantik.
 Kerajinan Daerah
Kerajinan daerah Sulawesi Utara, yaitu Kain Tenun Bantenan. Kain
tenun bentenan merupakan kain tradisional masyarakat Minahasa yang dikenal
sebagai “The Hidden Treasure of North Sulawesi”. Pada awalnya kain bentenan
tersebut diproduksi dari bahan dasar serat kulit kayu pohon lahendong dan
sawukouw yang disebut dengan fuya, serat nenas dan pisang yang disebut koffo,
dan serat bambu (wa’u) yang ditenun secara tradisional oleh nenek moyang orang
Sulawesi Utara sejak abad ke-7 dan keberadaannya memegang peranan cukup
penting dalam perdagangan di Nusantara hingga abad ke-15.
 Tarian Daerah
Tarian daerah Sulawesi Utara, yaitu:
- Tari Maengket
Maengket merupakan tarian rakyat yang berasal dari Minahasa. Maengket
dibawakan oleh penari perempuan maupun laki-laki dengan memakai pakaian
putih. Tari ini dibawakan oleh penari dalam jumlah banyak, bisa hanya penari
perempuan, hanya penari laki-laki atau pun campuran. Tarian ini
menggunakan gerak dan irama yang sederhana. Iringan untuk Maengket
adalah musik tambur. Seperti halnya di Jawa terdapat tari ledek, tari Maengket
bertujuan untuk bersyukur terhadap dewi kesuburan. Maka, Maengket
dipentaskan setiap kali panen usai. Namun, seiring perkembangannya tari
Maengket tidak hanya menjadi tari usai panen saja, tetapi juga tari untuk
menyambut tamu agung. Selain itu, digunakan juga untuk merayakan hari-hari
besar. Bahkan, tari Maengket kini menjadi sarana promosi terutama dalam
dunia pariwisata. Iringan untuk Maengket pun semakin meriah karena
menggunakan tifa, tambur, kolintang dan lagu-lagu dengan lirik khas
Minahasa. Karena jumlah penarinya yang banyak, Maengket termasuk dalam
kategori tari massal.
- Tari Polopalo
Tari polo -" palo merupakan salah satu seni tari yang berasal dari
Gorontalo, Sulawesi Utara. Tarian ini merupakan tarian pergaulan yang biasa
dipentaskan oleh para remaja Gorontalo. Pada perkembangannya, tari polo -"
palo terbagi menjadi dua jenis, yaitu tari palo -" palo tradisional dan tari palo -
" palo modern. Di mana kedua jenis ini memiliki perbedaan yang terlihat jelas.
- Tari Cakalel
Cakalele adalah tarian perang tradisional Maluku yang digunakan untuk
menyambut tamu ataupun dalam perayaan adat. Biasanya, tarian ini
dibawakan oleh 30 pria dan wanita. Tarian ini dilakukan secara berpasangan
dengan iringan musik drum, flute, bia (sejenis musik tiup). Para penari pria
biasanya mengenakan parang dan salawaku (perisai) sedangkan penari wanita
menggunakan lenso (sapu tangan). Penari pria mengenakan kostum yang
didominasi warna merah dan kuning, serta memakai penutup kepala aluminum
yang disisipi dengan bulu putih. Kostum celana merah pada penari pria
melambangkan kepahlawanan, keberanian, dan patriotisme rakyat Maluku.
Pedang atau parang pada tangan kanan penari melambangkan martabat
penduduk Maluku yang harus dijaga sampai mati, sedangkan perisai dan
teriakan keras para penari melambangkan gerakan protes melawan sistem
pemerintahan yang dianggap tidak memihak pada rakyat. Sumber lain
menyatakan bahwa tarian ini merupakan penghormatan atas nenek moyang
bangsa Maluku yang merupakan pelaut. Sebelum mengarungi lautan untuk
membajak pesawat, nenek moyang mereka mengadakan pesta dengan makan,
minum, dan berdansa. Saat tari Cakalele ditampilkan, terkadang arwah nenek
moyang dapat memasuki penari dan kehadiran arwah tersebut dapat dirasakan
oleh penduduk asli
 Pakaian Adat
 Rumah Adat
Rumah adat daerah Sulawesi Utara, yaitu Walewangko, nama lain dari
Walewangko adalah Rumah Pewaris. Rumah adat yang satu ini memiliki
tampilan fisik yang apik. Ia secara umum digolongkan sebagai rumah panggung.
Tiang penopangnya dibuat dari kayu yang kokoh. Dua di antara tiang penyanggah
rumah ini, konon kabarnya, tak boleh disambung dengan apapun.
Bagian kolong rumah pewaris ini lazim dimanfaatkan sebagai tempat
penyimpanan hasil panen atau godong.
e. Jenis Budaya
Jenis Budaya daerah Sulawesi Utara, yaitu Minahasa.
7. Kondisi Regional Sulawesi Selatan
a. Topografi
Topografi Provinsi Sulawesi Selatan membentang dari dataran rendah hingga
dataran tinggi, dengan kondisi kemiringan 0 sampai 3 persen merupakan tanah yang
relatif datar, 3 sampai dengan 8 persen merupakan tanah yang relatif bergelombang, 8
sampai 45 persen tanahnya curam dan bergunung. Wilayah dataran terluas berada
pada 100 hingga 400 meter DPI, dan sebagian merupakan dataran yang berada pada
400 hingga 1000 meter DPI.
Provinsi Sulawesi Selatan terdapat 67 Jumlah aliran sungai yang mengaliri,
dimana sebahagian besar aliran sungai tersebut terdapat di Kabupaten Luwu yakni 25
aliran sungai. Sungai terpanjang di daerah ini yaitu Sungai Saddang dengan panjang
kurang lebih 150 km melalui 3 kabupaten yakni Kabupaten Tana Toraja,
Toraja Utara, Enrekang dan Pinrang. Selain aliran sungai, daerah ini juga terdapat
empat buah danau yaitu Danau Tempe di Kabupaten Wajo dengan luas 30.000 m2 dan
Danau Sidenreng di Kabupaten Sidrap dengan luas 15.000 m2, dan di Kabupaten
Luwu Timur terdapat dua danau yakni Danau Matana dengan luas 18.000 m2 serta
Danau Towuti dengan luas 65.000 m2. Selain itu, terdapat pula 7 buah gunung,
dimana Gunung Rantemario dengan ketinggian 3.470 m di atas permukaan laut
merupakan yang tertinggi di daerah. Gunung ini berdiri tegak di antara Kabupaten
Enrekang dan Kabupaten Luwu
Berdasarkan data Badan Meteorologi dan Geofisika Balai Wilayah IV
Makassar, temperatur udara rata-rata di Kota Makassar dan sekitarnya sepanjang
Tahun 2012 sekitar 27,3°C dengan suhu minimum 23,2° C dan suhu maksimum rata-
rata 33,1° C.
b. Aktivitas Manusia
Banyak etnis dan bahasa daerah digunakan masyarakat Sulawesi Selatan, namun etnis
paling dominan sekaligus bahasa paling umum digunakan adalah Makassar, Bugis dan
Toraja. Karena masyarakat Bugis tersebar di dataran rendah yang subur dan pesisir,
maka kebanyakan dari masyarakat Bugis hidup sebagai petani dan nelayan.
Mata pencaharian lain yang diminati orang Bugis adalah pedagang. Selain itu
masyarakat Bugis juga mengisi birokrasi pemerintahan dan menekuni bidang
pendidikan.
c. Makanan Khas
Makanan khas daerah Sulawesi Selatan, yaitu:
- Coto makassar
- Sop konro
- Pisang epe
- Es palubuntung
- Barongko
- Coto kuda
- Nyuknyang
- Burasa
- Kapurung
- Dange
- Patollo pammarasan
d. Budaya
 Bahasa Derah
Bahasa yang digunakan di daerah Sulawesi Selatan adalah bahasa Bugis
(bahasa Ugi). Bahasa ini merupakan bahasa asli orang Bugis. Beberapa kata atau
dialek yang termasuk dalam bahasa Bugis misalnya Pangkep, Bone, Camba,
Sidrap, Wajo, Sinjai, Sawitto, Barru, Lawu dan masih banyak lainnya. Sedangkan
untuk suku Makasar menggunakan bahasa daerah Mangasara (Mangasarak) yang
mencapai persebaran wilayah di Gowa, Pangkep, Maros, Jeneponto, Takalar,
Bantaeng, dan Makasar.
Untuk bahasa Mangasara sendiri memiliki beberapa cara pengucapan atau
dialek, seperti dialek Gowa (Gwa, Lakiung). Mars, Pangkep, dan Turatea
(Jeneponto). Bahkan bahasa daerah ini pun terbentuk dari beberapa sub bahasa,
yaitu bentong, konjo pengunungan (kajang), selayar, dan konjo pesisir. Kemudian
untuk suku Toraja sendiri menggunakan bahasa Toraja yang terdiri dari beberapa
sub bahasa seperti Toala’, Tae’ serta Torajasa’dan. Bahasa Tae’ dipergunakan di
daerah Masamba hingga ujung selatan Luwu Utaa, sedangkan untuk bahasa
Torajasa’dan dipergunakan untuk Tana Toraja serta sebagian daerah Luwu utara.
 Kerajinan Daerah
Kerajinan daerah Sulawesi Selatan, yaitu tenun sutera yang disebut dengan
lipa’ sengkang, perahu penisi, seni ukir toraja, dan lain sebagainya. Untuk kain
tenun suteranya sendiri memiliki beberapa corak khas seperti cure’rnni,
cure’lobang, cure’subbi serta cure’bombang. Kemudian untuk perahu penisinya
sendiri dibaut dengan cukup unik, yaitu tanpa menggunakan sketsa atau gambar.
Dan biasanya para pembuat perahu ini hanya mereka yang sudah secara turun
temurun mewarisi keahlian ini. Lalu untuk kebudayaan Sulawesi Selatan lainnya
yaitu seni ukir Toraja, Anda bisa menjumpainya dalam berbagai bentuk. Mulai
dari ukir kayu pada dekorasi eksterior dan interior hingga berbagai kerajinan dan
properti lain.
 Tarian Daerah
Tarian daerah Sulawesi Selatan, yaitu:
- Tari Kipas, yang mempertunjukkan kemahiran para gadis dalam memainkan
kipas
dalam suasana gemuaku sambil mengikuti alunan lagu.
- Tari Basaro,merupakan tarian untuk menyambut para tamu terhormat. Gerak
gerakkan badannya sangat luwes.
- Tari Bo’da, yang mendasarkan garapannya pada unsur gerak tari tradisional
yang berkembang di Kabupaten Selayar. Dengan iringan musik Bo’da
kesuluruhan gerakkannya menggambarkan luapan kegembiraan gadis gadis
dimalam terang bulan pada saat menjelang musim panen.
 Pakaian Adat
Pakaian adat Selawesi Selatan yang dipakai prianya berupa tutup kepala, baju
yang disebut baju bella dada, sarung yang disebut tope, keris tata ropprng
(terbungkus dari emas seluruhnya) dan gelang nada yang disebut pottonaga.
Sedangkan wanitanya memakai ikat kepala, baju lengan pendek, Tope atau
sarung dengan rantainya, ikat pinggang dengan sebilah keris terselip didepan
perut. Perhiasan yang dipakai adalah anting anting panjang atau bangkara a’rowe,
kalung tunggal atau geno sibatu dan gelang tangan. Pakaian ini berdasarkan adat
Bugis Makasar.
 Rumah Adat
Rumah adat daerah Sulawesi Selatan, yaitu:
- Rumah adat Tongkonan.
- Rumah adat Bola dan Balla
- Attake
- Bola Soba
- Suku Kajang
e. Jenis Budaya
Jenis budaya daerah Sulawesi Selatan, yaitu Bugis.
8. Kondisi Regional Sulawesi Barat
a. Topografi
Provinsi Sulawesi Barat terletak pada posisi 0012' - 3038' Lintang Selatan dan
118043'15’’-119054’3’’ Bujur Timur. Luas wilayah Sulawesi Barat berupa daratan
seluas 16.787,18 km2. Pada akhir tahun 2016, wilayah administrasi Provinsi Sulawesi
Barat terdiri dari 6 wilayah kabupaten, berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri
no. 39 tahun 2015 luas daratan masing-masing kabupaten/kota, yaitu: Kabupaten
Majene (947,84 km2), Kabupaten Polewali Mandar (1.775,65 km2), Kabupaten
Mamasa (3.005,88 km2), Kabupaten Mamuju (4.999,69 km2), Kabupaten Mamuju
Utara (3.043,75 km2), serta Kabupaten Mamuju Tengah (3.014,37 km2).
Pada umumnya wilayah Provinsi Sulawesi Barat terdiri atas dataran tinggi dan
rendah. Di Sulawesi Barat terdapat 193 buah gunung dan yang tertinggi adalah
Gunung Ganda Dewata dengan ketinggian 3.037 meter diatas permukaan laut.
Gunung ini berdiri tegak di Kabupaten Mamuju. Umumnya ditiap Kabupaten
memiliki beberapa perbukitan dan pegunungan yang berpotensi dijadikan cadangan
untuk ekosistem guna mendukung pembangunan berwawasan lingkungan, juga
memiliki garis pantai yang merupakan daerah dataran rendah yang berpotensi untuk
pengembangan pertanian, perkebunan dan perikanan darat dan laut seperti di
Kabupaten Mamuju, Kabupaten Polewali Mandar dan Kabupaten Majene.
Jumlah sungai yang mengalir di Wilayah Sulawesi Barat tercatat sekitar 8 aliran
sungai, dengan jumlah aliran yang terbesar di Kabupaten polewali Mandar, yakni 5
aliran sungai. Sungai terpanjang tercatat ada dua yaitu sungai yakni Sungai Saddang
yang mengalir meliputi Kabupaten Tana Toraja, Enrekang, Pinrang dan polewali
Mandar serta Sungai Karama di Kabupaten Mamuju. Panjang kedua sungai tersebut
masing-masing 150 km.
Ditinjau dari sudut geologis, Provinsi Sulawesi Barat memiliki jenis batuan batuan
Intrusi, alluvial dan endapan pantai, formasi Latimojong, Talaya, Lariang dan formasi
Mamuju. Formasi Latimojong yang umumnya terletak di kawasan bergunung‐gunung
terjal yang disusun oleh batuan‐batuan yang mengalami metamorfosis sedang dan
merupakan batuan kapur tertua mencakup luas 253.983 ha, kawasan ini tersebar di
Mamuju dan Mamasa. Sedangkan formasi Talaya (Tmtv) yang terletak yang terletak
juga di kawasan perbukitan Mamuju, Mamasa sampai di Polewali Mandar. Batuan ini
merupakan breksi gunung api, tufa dan lava yang macakup kawasan seluas 337.650
ha. Batuan Intrusi (Tmpi) juga merupakan kawasan yang cukup luas yaitu 316.042 ha
yang terletak sebagian besar di Mamasa dan Polewali Mandar.
Berdasarkan klasifikasi taksonomi tanah USDA 1975, sebagian besar di kawasan
pegunungan yang berada pada elevasi 300 hingga 1000 m dpl memiliki tanah
tergolong ke dalam kombinasi antara humitropepts dan tropohumult yang berassosiasi
dengan dystropept. Luas kombinasi jenis tanah ini mencapai lebih 606.486 ha
Umumnya tanah berklasifikasi seperti ini bahan organiknya cukup tinggi. Sedangkan
di kawasan pegunungan dengan ketinggian lebih dari 1000 m dpl termasuk ke dalam
kombinasi antara tropudults dan troporthents yang berasosiasi dengan dystropepts
dengan luas mencapai 444.013 ha. Tanah jenis ini sebagain besar sangat lapuk dengan
tekstur sangat halus sehingga mudah lepas, sering terdapat pada lereng‐lereng yang
terjal. Di dataran rendah jenis tanah dystropepts yang berasosiasi dengan tropudults
adalah yang paling dominan dengan luas sekitar 172.507 ha. Jenis tanah seperti ini
tergolong agak lapuk sampai agak lapuk.
Sebagian besar wilayah Provinsi Sulawesi Barat memiliki kelerengan sangat terjal.
Daerah yang memiliki kelerengan > 60% atau mencakup 36% luas wilayah yang
terletak di Mamasa, Mamuju dan Majene. Sedangkan kawasan yang memiliki
kelerengan antara 41 ‐ 59% mencakup luas 46% terdapat di Polewali Mandar
sebagian di Mamuju dan Mamuju Utara.
Sedangkan kawasan yang daerahnya relatif datar sebagaian besar terdapat di
Mamuju Utara dan Mamuju. Akibatnya, daerah yang relatif datar sangat sempit
sehingga kawasan yang dapat dipakai sebagai kawasan budidaya terbatas.
b. Aktivitas Manusia
Aktivitas manusia di daerah Sulawesi Barat, yaitu:
 Pertanian
- Tanaman Palawija
Produksi tanaman palawija di Sulawesi Barat diantaranya didukung oleh
komoditas jagung yang nilai produksinya pada tahun 2016 mencapai kurang
lebih 284.213 ton, ubi jalar sekitar 6.751 ton, ubi kayu 25.698 ton, kacang
tanah 433 ton, dan kacang hijau 342 ton.
- Tanaman Holtikultura
Produksi tanaman sayuran Sulawesi Barat di tahun 2016 didominasi oleh
cabai dengan produksi sebanyak 3.686,6 ton, petsai sekitar 810,4 ton, dan
bawang merah sekitar 302,3 ton. Sementara produksi kentang dan kubis hanya
sekitar 136,8 ton dan 16,7 ton.
- Tanaman Perkebunan
Pada tahun 2016, produksi kelapa sawit dan kakao di Sulawesi Barat
mencapai 344.560 ton dan 84.429 ton. Sementara itu, beberapa jenis produksi
perkebunan lain seperti kelapa yang jumlah produksinya mencapai 36.862 ton,
sagu 668 ton, dan kopi 4.171,41 ton.
- Peternakan
Peternakan besar masih menjadi salah satu komoditas yang banyak
diusahakan oleh peternak di Sulawesi Barat. Sapi potong adalah salah satu
yang paling besar jumlahnya yakni mencapai 85.417 ekor. Populasi kambing
sekitar 163.180 ekor dan unggas yang umumnya adalah ayam kampung sekitar
4.445.160 ekor.
- Perikanan
Pengembangan perikanan di Sulawesi Barat terdiri dari perikanan tangkap
dan perikanan budidaya. Pada tahun 2015, produksi perikanan budidaya
mencapai 89.729,96 ton.
c. Makanan Khas
Makanan khas daerah Sulawesi Barat, yaitu:
 Apang
Kue ini khas dari Mandar, Sulawasi Barat dengan bentuknya yang persegi
tiga. Warnanya coklat dengan bahan dasar gula aren. Apang dibuat dari tepung
beras yang sebelumnya dikukus dalam cetakan. Dahulu kala, kue ini dicampur
dengan tuak manis agar adonannya mengembang lebih sempurna. Namun
sekarang, kebanyakan adonannya sudah dibuat dengan menggunakan baking
powder saja.
 Roti Pawa
Kue ini berbentuk bulat pipih dengan warna kuning gading. Terbuat dari
olahan terigu dan tepung beras. Uniknya, akan dikejutkan dengan kehadiran
kacang halus bercampur gula merah dan gula pasir di balik daging rotinya.
Roti pawa dibuat dengan cara dikukus kemudian ditiriskan di atas daun pisang
yang bentuknya mengikuti bentuk roti.
 Paso
Paso terbuat dari tepung beras yang dicampur dengan gula aren cair dan juga
santan. Adonan lalu dimasukkan ke dalam cetakan dari daun pisang yang
berbentuk seperti topi ulang tahun kerucut. Adonan kemudian dikukus dalam
panci dan kemudian dipasangi penyangga yang umumnya dibuat dari batang
pisang.
d. Budaya
 Bahasa Derah
Bahasa daerah Sulawesi Barat, yaitu Bahasa: Bahasa Mandar, Bahasa
Bugis, Bahasa Toraja, dan Bahasa Makassar.
 Kerajinan Daerah
 Tarian Daerah
Tarian daerah Sulawesi Barat, yaitu Tari Kipas, Tari Pattudu, Tari Bamba
Manurung, Tari Ma Bundu, Tari Motaro, Tari Bulu Londong, Tari Tuduq
Mandar Pembolongatta, Tari Tuduq Kumba, Tari Dego Pallaga, dan Tari Pa
Jinang.
 Pakaian Adat
Pakaian adat daerah Sulawesi Barat, yaitu pada pria mengenakan jas yang
tertutup dan berlengan panjang, dipadukan celana panjang sebagai pakaian
bawahnya. Terdapat kain sarung yang dililitkan pada pinggangnya sampai
kelutut. Sedangkan pakaian adat pada wanita Sulawesi Barat mengenakan baju
Bodo dengan dihiasi kalung, gelang serta giwang. pada bagian kepala
dikenakan sanggul dan beberapa hiasannya. Pakaian bawah dikenakan sarung
yang dikenakan seperti rok.
 Rumah Adat
Rumah adat tradisional Sulawesi Barat adalah Rumah Banua Layuk yang
bentuknya mirip rumah adat Suku Toraja.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sulawesi merupakan salah satu pulau dalam wilayah Indonesia yang terletak
diantara Pulau Kalimantan dan Kepulauan Maluku. Sulawesi memiliki luas sekitar
174.600 km2. Sulawesi merupakan pulau terbesar keempat di Indonesia setelah
Papua, Kalimantan, dan Sumatera. Bentuknya yang menyerupai huruf "K"
menyebabkan pulau ini memiliki bentuk yang unik dibandingkan pulau-pulau lain
di Indonesia, hal tersebut mengindikasikan adanya kompleksitas geologi yang
terdapat di Pulau Sulawesi sebagai akibat pertemuan tiga lempeng besar yaitu
Lempeng Eurasia, Lempeng Pasifik, dan Lempeng Indo Australia.
Secara rinci fisiografi Sulawesi adalah sebagai berikut 1) Lengan Utara
Sulawesi. 2) Lengan Timur, 3) Lengan Tenggara, 4) Lengan Selatan. Sebagian
besar daerahnya terdiri dari pegunungan dan tataran rendah yang terdapat secara
sporadik, terutama terdapat disepanjang pantai. Dataran rendah yang relatif lebar
dan padat penduduknya adalah dibagian lengan Selatan.
Selain dari segi geologi dan geomorfologi, Sulawesi juga memiliki sosial
budaya yang khas mulai dari aktivitas manusia, makanan khas, dan kebudayaan
yang sangat beragam sehingga menjadikan Sulawesi merupakan pulau yang unik.
DAFTAR PUSTAKA

Buranda. 2015. Geologi Indonesia. Malang: Universitas Negeri Malang.


Hamilton, W. 1979. Tectinics Of Indonesia Region, U.S Geological Survey Propesional
Paper, 190-192
Sompotan, F.A. 2012. Struktur Geologi Sulawesi. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Sukamto, R., and Simandjuntak T.O., 1983, Tectonic Reletionship Between Geologic
Aspect of Western Sulawesi, Eastern Sulawesi dan Banggai – Sula In The Light
Of Sedimentological Aspects, GRDC Bandung. Indonesia.
Villeneuve , M., Gunawan, W., Cornee, J. J., Vidalet, O., 2002, Geology of the central
Sulawesi belt (eastern Indonesia), Int. J. Earth Sci. , 91, 524–537.
Perpustakaanid. 2018. Kebudayaan Sulawesi Selatan. (Online),
(https://perpustakaan.id/kebudayaan-sulawesi-selatan/), diakses pada 14 Oktober
2018.

Anda mungkin juga menyukai