Anda di halaman 1dari 26

GEOLOGI DAN GEOMORFOLOGI INDONESIA

PULAU MALUKU

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 5 D GEOGRAFI

1. JEPLIN RIWALFEN SARAGIH ( 3203131023 )


2. ELMA CRISTIN SITUMORANG ( 3203131037 )
3. ROBBY RISKI HARAHAP ( 3203131057 )
4. YOLANDA PANJAITAN ( 3203131023 )
5. MELATY PUTRI MANURUNG ( 3203131056 )

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini. makalah ini diajukan guna memenuhi tugas perkuliahan mata
kuliah Geologi dan Geomorfologi Indonesia. Terima kasih penulis
sampaikan kepada dosen mata kuliah Geologi dan Geomorfologi Indonesia.
Penulis berharap makalah ini turut membantu semua pihak secara langsung
maupun tak langsung, sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai
dengan waktunya.

Penulis menyadari sepenuhnya makalah ini masih jauh dari


sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun, sekecil apapun akan penulis perhatikan dan
pertimbangkan guna penyempurnaan dalam pembuatan makalah yang akan
datang.

Semoga makalah ini mampu memberikan nilai tambah bagi


pembacanya dan juga bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan
bagi kita semua.

Medan, 24 April 2021

Kelompok 5

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................ii

DAFTAR ISI...............................................................................................iii

BAB I............................................................................................................1

PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang...................................................................................1

B. Rumusan Masalah.............................................................................2

C. Tujuan.................................................................................................2

BAB II...........................................................................................................3

PEMBAHASAN..........................................................................................3

2.1 GEOLOGI PULAU MALUKU........................................................3

2.2 GEOMORFOLOGI PULAU MALUKU.......................................10

BAB III.......................................................................................................14

PENUTUP..................................................................................................14

A. Kesimpulan.......................................................................................14

B. Saran.................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA................................................................................15

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kepulauan Indonesia sangat dipengaruhi tektonik global, yaitu


merupakan interaksi antara 3 blok kerak bumi, yaitu (a) lempeng India-
Australia, (b) lempeng pasifik, (c) lempeng eurasia.

Ketiga lempeng tersebut merupakan penggerak, sehingga mengalami


pertemuan antar lempeng yang sering menimbulkan terjadinya
penunjaman. Akibat penunjaman tersebut salah satu lempeng mengalami
pengangkatan, dengan pengangkatan itulah akan memunculkan pulau-pulau
yang membentuk kepulauan Indonesia.

Batas dari lempeng tersebut adalah suatu jalur palung dan sesar
stike-slip fault disebelah barat Sumatera, Selatan Jawa, Utara Papua dan
Timur Filipina. Sesar Sumatera, Sulawesi,Filipina yang memberikan
pengaruh ke arah selatan, tenggara dari lempeng Eurasia, sedangkan jalur
paling Sumatera dan Jawa memberikan pengaruh gerakan ke utara dari
lempeng India-Australia.

Kepulauan Maluku terdiri dari kelompok rangkaian pulau-pulau


yang batas-batasnya sebagai berikut :

Sebelah Utara : Kepulauan Filipina

Sebelah Timur : Papua

Sebelah Barat : Sulawesi

Sebelah Baratdaya : Pulau Sunda Kecil

Sebelah Tenggara : Benua Australia

1
Pulau-pulau yang besar adalah Halmahera, Ternate, Tidore, Obi,
Sula, Seram, Buru, Ambon, Kepulauan Kai, dan Kepulauan Aru. Daerah
ini merupakan daerah yang berelief beraneka ragam dengan basin-basin
atau pegunungan-pegunungann, saat ini pembentukan pegunungn masih
aktif.

Maluku Utara sebagian besar dihubungkan dengan rangkaian pulau-


pulau Asia Timur dan sebagian dengan sistem Melanesia. Maluku Selatan
(Busur Banda) merupakan suatu bagian dari sistem Pegunungan Sunda.
Batas pemisah antara Maluku Utara dengan Maluku Selatan adalah sebuah
punggungan yang arah timur-barat yang membujur dari lengan Timur
Sulawesi ke Kepala Burung Irian (Papua) yaitu dereran kepulauan Banngai,
pulau-pulau Sula, Gamumu dan Pulau Misool.

B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana geologi dari Kepulauan Maluku,
b. Bagaimana geomorfologi dari Kepulauan Maluku.

C. Tujuan
a. Untuk mengetahui geologi dari Kepulauan Maluku,
b. Untuk mengetahui geomorfologi dari Kepuluan Maluku.

2
BAB II
PEMBAHASAN

Maluku adalah sebuah provinsi di Indonesia. Ibukotanya adalah


Ambon. Pada tahun 1999, sebagian wilayah Provinsi Maluku dimekarkan
menjadi Provinsi Maluku2 Utara, dengan ibukota di Sofifi. Provinsi Maluku
terdiri atas gugusan kepulauan yang dikenal dengan Kepulauan Maluku.
Wilayah Kepulauan Maluku terletak pada posisi 2°30’−9° LS sampai
124°−135° BT (Utrecht 1998), dengan luas wilayah daratan dan lautan
57.326.817 ha. Luas lautan sekitar 90% atau 52.719.100 ha, sedangkan luas
daratannya hanya sekitar 10% atau 4.625.416 ha (Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Maluku 1999).

Maluku sering dijuluki dengan Provinsi Seribu Pulau, karena


wilayah daratannya didominasi oleh pulau-pulau kecil. Jumlah pulau di
Provinsi Maluku berdasarkan identifikasi citra satelit dari LAP AN
mencapai 1.412 buah (Titaley 2006). Luas pulau-pulau di Maluku berkisar
antara < 761−18.625 km2. Pulau dengan luas kurang dari 1 juta ha
dikategorikan sebagai pulau kecil (Monk et al. 2000).

Dengan kriteria tersebut, hanya Pulau Seram dengan luas 1,86 juta
ha (Nanere 2006) yang tidak termasuk pulau kecil. Selain Pulau Seram,
pulau-pulau lain yang memiliki luas lebih besar dibandingkan dengan
pulau-pulau kecil lainnya adalah Pulau Yamdena, Buru, Wokam, Kobrour,
dan Trangan. Selebihnya adalah pulau-pulau kecil dan bahkan terpencil
yang jumlahnya mencapai 1.406 buah.

Maluku adalah merupakan suatu wilayah inoinesia yang berupa


kepulauan seperti yang dijelaskan diatas. Untuk itu disini kami akan
membahas kepulauan maluku sesuai dengan kondisi beberapa pulaunya.

3
2.1 GEOLOGI PULAU MALUKU

A. MORFOLOGI DAN FISIOGRAFIS MALUKU

Kepulauan Maluku adalah gugusan pulau-pulau yang terletak di


sebelah timur Indonesia, memiliki panjang 180 kilometer dari utara ke
selatan dan lebar 70 kilometer dari barat ke timur. Berdasarkan keadaan
geologis dan fisiografisnya dapat dibagi menjadi dua provinsi, yakni
Halmahera bagian barat dan Halmahera bagian timur laut – tenggara.
Halmahera bagian barat merupakan provinsi yang tersusun dari busur
vulkanik Ternate dan Halmahera Barat, sedangkan Halmahera bagian
timur laut – tenggara merupakan provinsi yang tersusun dari melange.
Secara garis besarya, Maluku dapat dibagi menjadi dua bagian yakni

4
Maluku Utara dan maluku Selatan. Maluku Utara sebagian
dihubungkan dengan rangkaian pulau-pulau Asia Timur, dan sebagian
sistem Melanesia, sedangkan Maluku Selatan (Busur banda) merupakan
suatu bagian dari Sistem Pegunungan Sunda. Daerah Obi Utara,
Kabupaten Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara. Secara
geografis terletak antara koordinat 127º45’ – 128º00’ BT dan antara
01º25’ – 01º40’ LS. Morfologinya hampir sama dengan Pulau Sulawesi
yakni memiliki 4 lengan dan bentuknya seperti huruf K, yang
membedakan adalah skalanya. Pulau Halmahera memiliki ukuran
sepertiga dari Pulau Sulawesi dan luas permukaannya sepersepuluh dari
Pulau Sulawesi. Teluk antar lengan dan teluk Kau berada di timur laut,
teluk Buli disebelah timur, dan teluk Weda di sebelah selatan.
(Amarullah dan Tobing ; 2005)
Pada dasarnya Kepulauan Maluku ini memiliki topografi yang
bergunung dan berbukit, kecuali di pantai sebelah timur di lengan
tenggara umumnya adalah daerah banjir. Pegunungan yang ada di
Kepulauan Halmahera ini menjulang dari timur laut – barat daya
dengan relief yang beraneka, yakni berada pada kisaran 500 meter
hingga 1.000 meter. Bukit Solat merupakan pegunungan tertinggi yang
menjulang dengan ketinggian 1.508 meter di bagian tengah pulau.
Pulau maluku dibagi menjadi dua bagian yaitu Maluku Utara dan
Maluku Selatan. Maluku Utara sebagian dihubungkan dengan
rangkaian pulau-pulau Asia Timur, dan sebagian dengan sistem
Melanesia, Maluku Selatan (Busur Banda) merupakan suatu bagian dari
Sistem Pegunungan Sunda.

5
1. Maluku utara

Provinsi Maluku Utara terletak di kepulauan Maluku sebelah utara dengan


posisi 3º 90' LU-2º 10' LS-123º 15' BT. Luas provinsi Maluku Utara yang
beribukota diSofifi adalah sekitar 53.836 km2, dengan jumlah penduduk
1.282.439 jiwa. Provinsi ini memiliki perairan laut yang relatif luas dengan
sumberdaya perikanan yang relatif besar. Maluku Utara merupakan
wilayah kepulauan yang terdiri atas pulau-pulau volkanik dan pulau-pulau
non volkanik. Pulau vulkanik menempati bagian barat termasuk
diantaranya adalah Pulau Ternate, Pulau Tidore, Pulau Moti, Pulau Mare,
Pulau Makian, dan Pulau Sangihe. Sedangkan pulau non volkanik antara
lain Pulau Bacan, Pulau Kasiruta, Pulau Talaud, dan Pulau Obi. (Amarullah
dan Tobing ; 2005)

2. Maluku Selatan
Merupakan Busur Banda, yakni sistem kepulauan yang membentuk busur
yang mengelilingi tapal kuda basin Laut Banda yang membuka ke arah
barat. Sistem Kepulauan Maluku Selatan dibedakan menjadi busur dalam
vulkanik dan busur luar non-vulkanis. Busur dalam vulkanis terdiri dari
pulau-pulau kecil (kemungkinan puncak gunungapi bawah laut/seamount)

6
seperti Pulau Damar, Pulau Teun, Pulau Nila, Pulau Serua, Pulau Manuk,
dan Kepulauan banda. Sedangkan busur luar non-vulkanis terdiri dari
beberapa pulau yang agak luas dan membentuk kompleks-kompleks
kepulauan, antara lain Kepulauan Leti, Kepulauan Babar, Kepulauan
Tanimbar, Kepulauan Aru, Kepulauan Kai, Kapulauan Watu Bela, Pulaua
Seram, dan Pulau Buru. Morfologinya hampir sama dengan Pulau Sulawesi
yakni memiliki 4 lengan dan bentuknya seperti huruf K, yang membedakan
adalah skalanya. Pulau Halmahera memiliki ukuran sepertiga dari Pulau
Sulawesi dan luas permukaannya sepersepuluh dari Pulau Sulawesi. Teluk
antar lengan dan teluk Kau berada di timur laut, teluk Buli di sebelah timur,
dan teluk Weda di sebelah selatan.

Pada dasarnya Kepulauan Maluku ini memiliki topografi yang bergunung


dan berbukit, kecuali di pantai sebelah timur di lengan tenggara umumnya
adalah daerah banjir. Pegunungan yang ada di Kepulauan Halmahera ini
menjulang dari timur laut – barat daya dengan relief yang beraneka, yakni
berada pada kisaran 500 meter hingga 1.000 meter. Bukit Solat merupakan
pegunungan tertinggi yang menjulang dengan ketinggian 1.508 meter di
bagian tengah pulau.

B. LITOLOGI

Litologi di daerah Anggai, maluku disusun oleh batuan yang terdiri dari
batuan vulkanik, sedimen dan endapan muda. Batuan akibat adanya
kegiatan tektonik mengakibatkan adanya perlipatan, dan pensesaran dan
kegiatan magmatik (hidrotermal) yang mana hal tersebut merupakan media
yang potensial bagi pembentukan mineralisasi. Daerah uji petik memiliki
sebaran alterasi yang didominasi oleh ubahan silisifikasi, serisit sampai

7
dengan argilik. Dibeberapa lokasi dijumpai adanya ubahan jenis filik (pada
pungungan Anggai), argilik dan propilit. Hal ini menunjukkan alterasi
kearah dalam memiliki variasi alterasi bertemperatur lebih tinggi. Jadi
dimungkinkan tipe porpiri akan muncul (bisa saja terjadi) jika melihat pola
alterasi yang demikian. (Roswita, dkk.2012)

Formasi Dorosagu (Tped)

Perselingan antara batupasir dengan serpih merah dan batugamping.


Batupasir kelabu kompak, halus - kasar, sebagian gampingan, mengandung
fragmen batuan ultra basa grauwake, kompak, komponen batuan ultrabasa,
basal dan kuarsa; serpih berlapis
baik, batugamping, kelabu dan merah, kompak, sebagian menghablur. Dari
analisis fosil menunjukkan umur Paleosen-Eosen (Kadar, 1976, komunikasi
tertulis dalam jurnal Syahya Sudarya; proceeding pemaparan hasil kegiatan
lapangan dan non lapangan tahun 2007 Pusat sumber daya geologi).

Formasi Tingteng (Tmpt)

Berupa batugamping hablur dan batugamping pasiran, sisipan napal dan


batupasir. Batugamping pasiran, kelabu dan coklat muda, sebagian
kompak; sisipan napal dan batupasir, kelabu, setebal 10 – 30 cm, umur
Akhir Miosen – Awal Pliosen. (Kadar, 1976, komunikasi tertulis dalam
jurnal Syahya Sudarya; proceeding pemaparan hasil kegiatan lapangan dan
non lapangan tahun 2007 Pusat sumber daya geologi).

Formasi Weda (Tmpw)

Berupa batupasir berselingan dengan napal, tufa, konglomerat dan


batugamping. Batupasir kelabu - coklat muda, - berbutir halus sampai
kasar; -berselingan dengan serpih kelabu kehijauan. Napal, putih, kelabu
dan coklat, getas; mengandung banyak foraminifora setempat sisipan

8
batubara setebal 5 cm dan batugamping. Batugamping, putih kotor dan
kelabu, kompak; merupakan sisipan dalam napal, setebal 10 – 15 cm di
daerah Dote dan 0,5 – 2 m di daerah Kobe dan Kulo. Napal berumur
Miosen Tengah – Awal Pliosen (Kadar, 1976, komunikasi tertulis) dan
lingkungan neritik-batial. (Kadar, 1976, komunikasi tertulis dalam jurnal
Syahya Sudarya; proceeding pemaparan hasil kegiatan lapangan dan non
lapangan tahun 2007 Pusat sumber daya geologi).

Formasi Amasing (Tma)

Berupa batupasir tufaan, berselingan dengan batulempung dan napal,


bersisipkan batugamping. Batupasir tufaan berwarna kelabu kehijauan,
berpilahan sedang, berkomponen terutama kuarsa, feldspar dan sedikit
mineral bijih, bermasa dasar tufa. Batulempung dan napal berwarna kelabu
kehijauan, agak kompak, mengandung banyak fosil foraminifora plangton.
Hasil analisis fosil menunjukkan napal berumur Miosen Bawah sampai
Miosen Tengah. (Kadar, 1976, komunikasi tertulis dalam jurnal Syahya
Sudarya; proceeding pemaparan hasil kegiatan lapangan dan non lapangan
tahun 2007 Pusat sumber daya geologi).

Formasi Woi (Tmpw)

Berupa batupasir, konglomerat dan napal. Batupasir, kelabu, terpilah


sedang, tufaan. Konglomerat, kelabu, kerakal andesit, basal dan
batugamping. Napal; kelabu, foraminifora dan moluska, setempat lignitan.
Fosil foraminifora menunjukkan umur Miosen Atas sampai Pliosen
berlingkungan sublitoralbatial. Tebalnya antara 500– 600m. (Kadar, 1976,
komunikasi tertulis dalam jurnal Syahya Sudarya; proceeding pemaparan

9
hasil kegiatan lapangan dan non lapangan tahun 2007 Pusat sumber daya
geologi).

Formasi Anggai (Tmps)

Berupa batugamping dan batugamping pasiran, pejal. Fosil foraminifora


menunjukkan umur Miosen Atas sampai Pliosen. Sebarannya di timur
P.Obi. Ketebalannya kurang lebih 500 m. Formasi Anggai menjemari
dengan Formasi Woi. (Kadar, 1976, komunikasi tertulis dalam jurnal
Syahya Sudarya; proceeding pemaparan hasil kegiatan lapangan dan non
lapangan tahun 2007 Pusat sumber daya geologi).

Formasi Bacan (Tomb)

Terdiri dari lava, breksi dan tufa dengan sisipan konglomerat dan batupasir.
Breksi gunungapi, kelabu kehijauan dan coklat, umumnya terpecah,
mengandung barik kuarsa yang sebagian berpirit. Lava bersusunan andesit
hornblenda dan andesit piroksen, berwarna kelabu kehijauan dan coklat,
umumnya sangat terpecah dan terubah, terpropilitkan dan termineralkan.
Konglomerat, kelabu kehijauan dan coklat, kompak, mengandung barik
kuarsa, komponennya basal, batugamping, rijang, batupasir dan setempat
dengan batuan ultrabasa. Batupasir dari analisis fosil menunjukkan umur
Oligosen – Miosen bawah dan lingkungan litoral. (Kadar, 1976,
komunikasi tertulis dalam jurnal Syahya Sudarya; proceeding pemaparan
hasil kegiatan lapangan dan non lapangan tahun 2007 Pusat sumber daya
geologi).
Telah dipelajari resistivitas untuk mengidentifikasi zona prospek geotermal
di daerah konduktif Larike, Ambon, Maluku. Metode yang digunakan
untuk akuisi data sounding dan pemetaan dengan menggunakan konfigurasi
Schlumberger. Data yang diperoleh di lokasi kemudian diproses untuk

10
memperoleh litologi di bawah titik pengukuran. Pada tahap selanjutnya
dibuat penampang dua dimensi dari daerah pengukuran dan tahap terakhir
dibuat rekonstruksi tiga dimensi pada daerah pengukuran. Hasil yang
diperoleh pada area Larike memiliki empat lapisan berupa litologi lapisan
atas, bresccias, andesit dantuff. Sebagai batuan penutup (konduktif) sistem
geotermal adalah lapisan tuff yang merupakan lapisan batuan dengan
berbagai tingkat ketebalan. (Karyanto, dkk. 2011)

C POTENSI GEOLOGI

Sumber daya Mineral dan Energi lepas pantai adalah material anorganik
homogen yang terjadi secara alamiah serta mempunyai struktur atom dan
komposisi kimia tertentu. Mineral dapat dibedakan menurut
karakteristiknya, yaitu berdasarkan : warna, goresan, transparansi,
kekerasan, struktur kristal dan tampilan yang terletak di lepas pantai laut
indonesia. Beberapa sifat keterdapatan endapan mineral, diantaranya :
terdapat dalam jumlah terbatas dan tidak merata di kulit bumi, baik dari
segi mutu (kualitas) maupun jumlah (kuantitas). Oleh karena itu eksplorasi
mineral (logam) merupakan kegiatan bersifat padat modal, berisiko tinggi
dan saat ini semakin banyak memakai teknologi tinggi (yang sudah tentu
relatif memerlukan biaya yang lebih tinggi). Suli merupakan daerah
prospek panas bumi yang terbentuk sebagai akibat aktivitas pergerakan
sesar normal yang berarah Timur Laut – Barat Daya menuju Kecamatan
Leihitu. Daerah ini diduga sebagai media yang memunculkan manifestasi
panas bumi, seperti banyaknya sumber air panas yang dijumpai di daerah
ini. Suhu permukaan air panas tersebut berkisar antara (50,8 – 60,2)oC.
Suhu rata-rata di permukaan mata air panas Suli pada 4 stasion pengukuran
berkisar antara (50,8 – 60,2)oC. Rentang suhu yang terjadi mungkin akibat

11
pengaruh percampuran dengan air permukaan (air hujan) dan suhu udara
sekitarnya. Mineral termasuk sumberdaya alam yang tidak bisa
diperbaharui serta terbentuk melalui proses geologi yang panjang. Ketika
mineral habis, maka tidak ada penggantinya. Karena itu pemanfaatan
mineral harus dilakukan dengan sebaik-baiknya. Magma adalah sumber
dari berbagai jenis batuan dan mineral. Magma berasal dari mantel bumi
atau dari batuan kerak bumi yg meleleh karena mendapat temperatur dan
tekanan tinggi. Magma yang cair dan kental mengandung berbagai unsur
kimia yang berasal dari mantel bumi ataupun dari batuan kerak bumi yang
meleleh kembali akibat tekanan dan temperatur yang tinggi pada
kedalaman tertentu. Karena sifatnya yang cair dan tempatnya yang dalam
dengan tekanan dan temperatur tinggi, maka magma cenderung mengalir
naik kepermukaan bumi melalui bagian-bagian bumi yang lemah, misalnya
retakan. Atau jika tekanannya cukup, maka magma dapat pula menerobos
batuan lain diatasnya. (Tjokrosapoetro et. al, 1993. Dalam jurnal Helda
Andayany, 2012)
Pulau Bacan terletak di bagian selatan Provinsi Maluku Utara. Di
pulau ini dijumpai hasil tambang seperti emas, nikel, tembaga, mangan,
dan seng. Selain itu, Pulau Bacan juga termasuk sebagai kawasan
pengembangan industri perikanan, maritim, dan pariwisata. Adanya deposit
bahan tambang di pulau ini, terutama mineral yang mengandung logam
serta berbagai aktivitas manusia di darat, cepat atau lambat akan dapat
menyumbangkan kadar logam berat ke perairan laut, baik melalui
peluruhan secara alami, proses geologis maupun melalui berbagai kegiatan.
Keadaan ini dapat meningkatkan kadar logam berat di perairan laut
sehingga pada kadar yang relatif tinggi akan berbahaya bagi kehidupan
biota perairan. (Marasabessy, Dkk. 2010)
Secara regional daerah Obi termasuk kedalam Cekungan Obi yang

12
terbentuk akibat pergerakan geodinamik tiga lempeng. Pulau Obi dibatasi
oleh dua sesar besar yaitu sesar Sorong-Sula Utara yang terletak dibagian
selatan, dan sesar Maluku-Sorong yang terletak dibagian Utara. Stratigrafi
daerah Obi dimulai dengan munculnya batuan ultramafik dan malihan pada
zaman Trias-Yura, sedangkan sedimen Tersier daerah Obi dimulai pada
Oligo-Miosen. Formasi batuan yang dianggap sebagai pembawa batubara
adalah Formasi Woi yang berumur Mio-Pliosen. Endapan batubara yang
ditemukan membentuk lipatan sinklin yang sumbunya berarah baratlaut-
tenggara, besar sudut kemiringan lapisan berkisar antara 5º–20º. Sebaran
batubara kearah jurus tidak menerus sehingga batubara didaerah
penyelidikan dipisahkan menjadi dua blok, yaitu Blok Huru dan Blok Kelo.
Batubara di Blok Huru terdiri dari dua lapisan atau seam, tebal lapisan
kesatu 1,35 m dan tebal lapisan kedua 1,60 m. Di Blok Kelo terdiri dari dua
lapisan, tebal lapisan kesatu 0,50 m dan tebal lapisan kedua 0,40 m.
Berdasarkan ciri-ciri sedimentasinya diperkirakan sebaran batubara
dikedua blok tersebut hanya setempat-setempat. Nilai kalori batubara dari
Blok Huru berkisar antara 5245 cal/gr – 5854 Cal/gr, sedangkan kandungan
sulfurnya berkisar antara 6,37 % - 6,96 %. Nilai kalori batubara Blok Kelo
berkisar antara 5886 Cal/gr – 5941 Cal/gr, sedangkan kandungan sulfurnya
berkisar antara7,49 % - 7,58 %. Secara mikroskopis maseral yang dominan
pada batubara daerah Obi adalah vitrinit yaitu berkisar antara 88,7 % - 96,3
% dengan reflektan berkisar antara 0,25 % - 0,40 %. Berdasarkan
Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan Batubara Standar Nasional
Indonesia (SNI) amandemen 1- SNI 135014 – 1998 dari Badan
Standarisasi Nasional, sumberdaya batubara daerah Obi Utara
dikelompokan kedalam sumberdaya batubara hipotetik (“hypothetic”).
Sumberdaya batubara Blok Huru adalah 1.343.519 ton, dan sumberdaya
Blok kelo adalah 787.065 ton. (Amarullah dan Tobing ; 2005)

13
D. BENCANA GEOLOGI

Selain mengandung potensi sumberdaya alam yang cukup berlimpah,


Indonesia juga merupakan wilayah rawan bencana. Bencana gempabumi,
banjir, longsor, bahaya gunung api, tsunami dan lain sebagainya
merupakan beberapa bencana yang terjadi di Indonesia. Beberapa jenis
bencana gempa bumi, tsunami, letusan gunung api merupakan bencana
almiah yang memang sulit dikendalikan manusia. Di sisi lain bencana
banjir, tanah longsor, tidak dapat dilepaskan sepenuhnya dari aktivitas
manusia terhadap bumi. Zonasi rawan bencana di wilayah Indonesia
ditampilkan pada atlas sebagai salah satu media infomasi. Zona gunungapi
yang terletak di bagian utara Pulau Halmahera membentuk satu pola
jaringan dengan gunungapi yang berada di pulau lain antara lain Pulau
Ternate, Tidore, Mare, Moti dan Makian. Bentuklahan volkanik tererosi
kuat terbentang dari timur ke barat pada zona vulkanik holosen yang aktif.
Gunung Dukono adalah gunungapi aktif yang berada pada zona timur
bagian utara. Gunung Dukono merupakan gunungapi holosen yang besar,
posisinya bersambungan dengan patahan yang mengarah barat laut –
tenggara. Zona gunungapi yang terletak di bagian utara Pulau Halmahera
membentuk satu pola jaringan dengan gunungapi yang berada di pulau lain
antara lain Pulau Ternate, Tidore, Mare, Moti dan Makian. (Andayany,
2012)

Kontur suhu permukaan air panas Suli pada Gambar 3 menunjukkan


bahwa suhu rata-rata tertinggi pada hari pertama pengukuran, yaitu 60,1oC
terukur pada stasion 3 mata air panas Suli. Tampilan kontur suhu pada hari
kedua menunjukkan tampilan yang hampir sama dengan hari pertama,
dengan suhu permukaan rata-rata tertinggi, yaitu 60,0oC terukur pada

14
stasion 3 mata air panas Suli. Sedangkan suhu rata-rata terendah
pengukuran, yaitu 52,0oC pada stasion 2 mata air panas Suli. (Andayany,
2012).

2.2 GEOMORFOLOGI PULAU MALUKU 

1. Geomorfologi Maluku Utara

Maluku Utara merupakan wilayah kepulauan yang terdiri atas pulau-


pulauvolkanik dan pulau-pulau non volkanik. Pulau vulkanik menempati
bagian barat termasuk diantaranya adalah Pulau Ternate, Pulau Tidore,
Pulau Moti,Pulau Mare, Pulau Makian, dan Pulau Sangihe. Sedangkan
pulau nonvolkanik antara lain Pulau Bacan, Pulau Kasiruta, Pulau Talaud,
dan PulauObi. Pulau Halmahera sendiri termasuk pulau vulkanik meskipun
aktivitasvulkanik yang aktif tidak terdapat seluruh wilayahnya. Bagian
utara PulauHalmahera merupakan lokasi aktivitas vulkanik yang aktif.
Pulau-pulau nonvulkanik Maluku Utara saat ini berkembang dibawah
pengaruh prosesmarin terutama deposisi marin. Bentuklahan volkanik

15
tererosi kuatterbentang dari timur ke barat pada zona vulkanik holosen
yang aktif.

Blok barat laut berada di bagian tepi Pulau Halmahera, dibatasi dari 
graben tengah oleh escapment yang membentang dari pesisir timur hingga
pesisir barat. Graben Tengah sendiri berbatasan langsung dengan zona
gunungapidan banyak mendapat pengaruh aktivitas vulkanik terutama dari
GunungapiDukono dan Gunungapi Ibu. Di dalam Graben Tengah terdapat
dataranrendah. Blok bagian timur memanjang arah utara selatan dan
menempatisebagian besar sisi barat Pulau Halmahera. Dataran rendah kobe
yangsempit memisahkan blok bagian timur halmahera di sebelah barat
dengandataran relief berombak di sebelah timurnya. (Amarullah dan
Tobing ;2005)Dataran relief berombak menempati bagian yang luas
ditimur Pulau Halmahera.

Sedangkan bagian tengah merupakan pesisir pengenggelaman yang d
ipengaruhi oleh aktivitas marin dari Teluk Buli.Pada bagian ini dataran
aluval tidak ditemukan, tetapi memasuki daerahKao, ditemukan dataran
aluvial yang luas pada daerah pedalaman, jugadataran vulkanik yang
berombak dan dataran aluvial berawa secara lokal.Pada kedua semenanjung
(baik utara maupun timur laut) daerah pegunungan itu masih
dikelilingi oleh kawasan pegunungan dan perbukitanyang berkembang dari
bahan yang sama. Pulau Morotai banyak memilikikesamaan dengan Pulau
Halmahera bagian utara, yang dicirikan olehgunung-gunung yang
berkembang dari batuan sediment dan batuan beku basa. Pada semenanjung
bagian selatan Halmahera lebih di dominasi olehdaerah gunung yang
terutama berkembang dari bahanbahan
sedimentasi batu napal dan batu gamping (marl dan limestone). Pegununga
n yangmendominasi bagian utara dan timur laut Semenanjung Halmahera

16
juga berbeda secara geologis. Semenanjung utara disusun
oleh formasi gunungapi (andesit dan batuan beku basaltic). (Syahya
Sudarya; 2000).

2. Maluku Selatan

Maluku Selatan secara geomorlogi merupakan Busur Banda, yaitu


sistemkepulauan yang membentuk busur mengelilingi tapalkuda basin Laut
Bandayang membuka ke arah barat. Sistem Kepulauan Maluku Selatan
dibedakanmenjadi busur dalam yang vulkanis dan busur luar yang non
vulkanis. Busurdalam terdiri dari pulau-pulau kecil (kemungkinan puncak
gunungapi bawah laut/seamount) seperti Pulau Damar, Pulau Teun,
Pulau Nila, PulauSerua, Pulau Manuk dan Kepulauan Banda. Sedangkan
busur luar terdiridari beberapa pulau yang agak luas dan membentuk
komplekskomplekskepulauan antara lain Kepulauan Leti, Kepulauan
Babar, KepulauanTanimbar, Kepulauan Aru, Kepulauan Kai, Kepulauan
WatuBela, Pulau Seram, dan Pulau Buru. (Sumardi, dkk. 2011)

17
3. Tektonik Maluku
Pulau Halmahera dan beberapa pulau-pulau kecil di sekitarnya yang
berada di Indonesia bagian Timur merupakan pertemuan 3 (tiga) lempeng
yakni lempeng Australia, lempeng Eurasia dan lempeng Samudera
Philipina. Bagian utara Halmahera adalah lempeng samudera Philipinayang
menunjam ke bagian bawah Philipina sepanjang palung Philipina yang
merupakan suaty konfigurasi busur kepulauan sebagai hasil tabrakan
lempeng di bagian barat pasifik. Pulau ini dicirikan dengan Double Arc
System yang dibuktikan dengan adanya endapan vulkanik di lengan barat
dan non-vulkanik di lengan timur.
Secara geologi dan tektonik Halmahera sangat unik, hal ini karena pulau
Halmahera terbentuk melalui pertemuan 3 (tiga) lempeng besar yakni
Eurasia, pasifik, dan Indo-Australia yang terjadi sejak zaman kapur.
Halmahera bagian selatan menunjukkan pergerakan miring sesar Sorong ke
arah barat yang bersamaan dengan lempeng Indo-Australia struktur lipatan
berupa sinklinal dan antiklinal terlihat jelas pada Formasi Weda yang
berumur Miosen Tengah hingga Pliosen Awal. Sumbu lipatan berarah
Utara-Selatan, Timur Laut-Barat Daya, dan Barat Laut-Tenggara.

Struktur sesar yang sering terjadi adalah sesar normal dan sesar naik,
umunya berarah Utara-Selatan dan Barat Laut-Tenggara. Kegiatan tektonik
di Pulau halmahera sudah terjadi sejak zaman Kapur Awal dan Awal
Tersier, ketidakselarasan antara batuan berumur Paleosen-Eosen dengan
batuan berumur Eosen-Oligosen Awal mencerminkan kegiatan tektonik
sedang berlangsung kemudian diikuti kegiatan gunung api. Sesar naik
akibat tektonik terjadi pada zaman Eosen-Oligosen, sedangkan tektonik
terakhir terjadi pada zaman Holosen berupa pengangkatan terumbu dan
adanya sesar normal yang memotong batu gamping.

18
Pada pembahasan di atas telah dijelaskan bahwa Maluku dibagi ke
dalam 2 (dua) bagian, yakni utara dan selatan. Pembagian itu tentu saja
menciptakan kegiatan tektonisme yang berbeda antara utara dan selatan.
Maluku utara pada dasarnya dibentuk oleh dua sistem punggung yang
memusat yakni:membatasi basin Sulawesi yang cembung ke timur.
Membatasi bagian tengah kelompok Halmahera. Sedangkan Maluku
Selatan (Busur Banda) dibatasi oleh busur dalam (adanya vulkanisme aktif)
dan busur luar (bebas dari vulkanisme). Basin Banda sendiri terdiri dari
bagian utara dan selatan, dimana bagian utara terletak diantara Sulawesi
dan Buru sedangkan bagian selatan terletak di bagian barat dan Manuk
sebelah timur. Antara Maluku utara dan Maluku selatan dipisahkan oleh
sebuah punggungan yang arahnya timur-barat membujur dari lengan timur
Sulawesi ke kepala burung Papua melalui banggai, sula, gomumu (sebelah
selatan obi), dan misool. Ambang antara Maluku utara dan maluku selatan
dalam pandangan geo tektonik merupakan batas pemisah antara sistem
orogen pasifik barat dan sistem pegunungan sunda.

4. Kondisi Tanah Maluku

Maluku adalah daerah kepulauan dengan jumlah yang relatif banyak


dan beragam dari pulau besar hingga kecil. Kebaragaman pulau di Maluku
ini tidak sama dengan keragaman tanahnya, sebab tanah di pulau Maluku
memiliki ciri yang sama yakni.
Tanah di pulau Maluku ini berasal dari pelapukan bahan induk ultra basa
dan basa, dimana itu merupakan penciri bahwa pelapukan batuan di pulau
Maluku berlangsung secara leteritic yakni mengandung besi, nikel, dan
kobalt, dengan warna relatif seragam yakni merah. Tekstur tanah di pulau

19
Maluku adalah lempung dengan prosentase butir halus mencapai 94% dan
hanya sedikit yang bertekstur pasir, yakni 36%. Pelapukan yang terus
menerus terjadi tadi menimbulkan tubuh tanah yang tebal di bagian tengah
pulau, yakni 20 meter dari permukaan tanah. Jenis tanah yang tersebar di
daerah Maluku antara lain tanah mediteran, tanah podzolik, tanah
kompleks, tanah latosol, tanah regosol, tanah aluvial, dan tanah podzolik
alivium undak.

20
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

 Kepulauan maluku terbagi atas dua bagian yaitu Maluku dan Maluku
Utara. Secara geologi, Maluku terletak pada lempeng sunda
sedangkan MalukunUtara terletak pada lempeng Filipina. Disebelah
barat dari kepulauan Maluku merupakan mikro kontinen yatu berupa
pulau sulawesi. Sedangkan disebelah timur kepulauan merupakan
lempeng dari Samudera Pasifik.
 Kepulauan Maluku merupakan ujung yang terpisah dari Sistem
Pegunungan Sunda.
 Terdapat 5 (lima) cekungan laut dalam Maluku Utara yaitu antara
lain: Cekungan Obi Utara dan Cekungan Obi Selatan, Cekungan
Halmahera Utara dan Cekungan Halmahera Selatan, Cekungan
Halmahera Timur.

B. Saran

Kami menyadari bahwa makalah kami ini jauh dari kata sempurna,
kami berharap kepada setiap pembacanya akan memberikan masukan
berupa tanggapan kritik dan saran yang sifatnya membangun. Dengan
tujuan untuk lebih memperbaiki kekurangan yang terdapat pada makalah
kami untuk hari berikutnya.

21
22
DAFTAR PUSTAKA

https://annisanf94.wordpress.com/2013/06/27/geologi-pulau-maluku/

https://mahasiswa.ung.ac.id/451412047/home/2014/10/21/geologi-pulau-
maluku.html

https://www.academia.edu/38484327/Geologi_Kepulauan_Maluku

23

Anda mungkin juga menyukai