Dosen Pengampu:
OLEH:
Yufita : 171320548
Tria Vivi Novita : 171320544
Yumrawati : 171320549
Abdul Galib : 171330614
Yusri. S : 171320550
Wiwik Widiya Ningsi: 171320547
Yuyun Sutra Sri Ningsih : 171320551
Pertama-tama marilah kita panjatkan Puji serta syukur kita atas kehadiran
allah swt karena berkat rahmat dan karunianya maka penulis dapat menyelesaikan
makalah ini yang berjudul “Menyusun Alat Ukur Sikap” Makalah ini dibuat untuk
memenuhi tugas mata kuliah yang diberikan didalam pembelajaran kuliah ini. Dalam
pembuatan makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang ikut
membantu dalam menghadapi hambatan yang penulis terima selama mengerjakan
makalah ini .oleh karna itu tidak lupa penulis ucapkan terima kasih yang sebesar
besarnya kepada semua pihak yang ikut turut membantu dalam penyusunan makalah
ini hingga selesai. Diharapkan makalah ini dapat berguna dan memberikan manfaat
bagi kita semua khususnya dalam mempelajari Penyusunan Alat Ukur Sikap
Demikianlah makalah ini penulis buat ,mohon maaf jika masih terdapat kesalahan
kata atau penulisan maupun kekurangan dalam makalah ini dan akhir kata penulis
ucapkan terima kasih
i
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ............................................................................. 11
B. Saran ....................................................................................... 11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Dengan demikian dalam realita yang kita jumpai bahwa beberapa pendidik bias
dikatakan sudah sangat mahir dalam melakukan penilaian terhadap aspek kognitif,
tapi kurang kemampuan untuk aspek afektif dan psikomotor. Sehingga penilaian
yang seperti ini kurang memberikan masukan dan manfaat yang berarti terhadap guru
dan peserta didik tentang aspek sikap yang seharusnya dimiliki anak setelah
pembelajaran berlangsung.Secara autentik, urutan penilaian dimulai dari penilaian
sikap, penilaian pengetahuan, dan yang terakhir penilaian keterampilan.
1
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:
1. Prosedur Penyusunan Indikator Bidang Afektif?
2. Prosedur Penyusunan Alat Ukur Sikap?
3. Alat Ukur Untuk Menilai Gaya Belajar Siswa?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk:
1. Menjelaskan penyusunan indikator bidang afektif
2. Menjelaskan pentingnya penyusunan alat ukur sikap
3. Menjelaskan alat ukur untuk menilai gaya belajar siswa
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Tingkatan Ranah Afektif
Menurut Krathwohl (1973) bila ditelusuri hampir semua tujuan kognitif
mempunyai komponen afektif.Dalam pembelajaran sains, misalnya, di dalamnya ada
komponen sikap ilmiah.Sikap ilmiah adalah komponen afektif. Tingkatan ranah
afektif menurut taksonomi Krathwohl ada lima, yaitu: receiving
(attending), responding, valuing, organization, dan characterization.
1. Tingkat Receiving
Receiving atau attending (menerima atau memperhatikan), adalah kepekaan
seseorang dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang kepada
dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain.Termasuk dalam jenjang
ini misalnya adalah kesadaran dan keinginan untuk menerima stimulus, mengontrol
dan menyeleksi gejala-gejala atau rangsangan yang datang dari luar.Receiving atau
attenting juga sering diberi pengertian sebagai kemauan untuk memperhatikan suatu
kegiatan atau suatu objek.Pada jenjang ini peserta didik dibina agar mereka bersedia
menerima nilai atau nilai-nilai yang diajarkan kepada mereka, dan mereka mau
menggabungkan diri ke dalam nilai itu atau mengidentifikasikan diri dengan nilai
itu.Pada tingkat receiving atau attending, peserta didik memiliki keinginan
memperhatikan suatu fenomena khusus atau stimulus, misalnya kegiatan belajar,
kegiatan musik, kegiatan olahraga, dan sebagainya.Tugas pendidik mengarahkan
perhatian peserta didik pada fenomena yang menjadi objek pembelajaran
afektif.Misalnya pendidik mengarahkan peserta didik agar senang membaca buku,
senang bekerjasama, dan sebagainya. Kesenangan ini akan menjadi kebiasaan, dan
hal ini yang diharapkan, yaitu kebiasaan yang positif.
4
2. Tingkat Responding
Responding merupakan partisipasi aktif peserta didik, yaitu sebagai bagian dari
perilakunya. Pada tingkat ini peserta didik tidak saja memperhatikan fenomena
khusus tetapi ia juga bereaksi. Hasil pembelajaran pada ranah ini menekankan pada
pemerolehan respons, berkeinginan memberi respons, atau kepuasan dalam memberi
respons.Tingkat yang tinggi pada kategori ini adalah minat, yaitu hal-hal yang
menekankan pada pencarian hasil dan kesenangan pada aktivitas khusus.Misalnya
senang membaca buku, senang bertanya, senang membantu teman, senang dengan
kebersihan dan kerapian, dan sebagainya.
3. Tingkat Valuing
Valuing adalah sesuatu yang memiliki manfaat atau kepercayaan atas manfaat
sesuatu.Hal ini menyangkut pikiran atau tindakan yang dianggap sebagai nilai
keyakinan atau sikap dan menunjukan derajat internalisasi dan komitmen.Derajat
rentangannya mulai dari menerima suatu nilai, misalnya keinginan untuk
meningkatkan keterampilan, sampai pada tingkat komitmen. Valuing atau penilaian
berbasis pada internalisasi dari seperangkat nilai yang spesifik.Hasil belajar pada
tingkat ini berhubungan dengan perilaku yang konsisten dan stabil agar nilai dikenal
secara jelas.Dalam tujuan pembelajaran, penilaian ini diklasifikasikan sebagai sikap
dan apresiasi.
Valuing merupakan tingkat afektif yang lebih tinggi lagi daripada receiving dan
responding. Dalam kaitan dalam proses belajar mengajar, peserta didik di sini tidak
hanya mau menerima nilai yang diajarkan tetapi mereka telah berkemampuan untuk
menilai konsep atau fenomena, yaitu baik atau buruk.
5
Bila suatu ajaran yang telah mampu mereka nilai dan mampu untuk mengatakan “itu
adalah baik”, maka ini berarti bahwa peserta didik telah menjalani proses penilaian.
Nilai itu mulai dicamkan (internalized) dalam dirinya. Dengan demikian nilai tersebut
telah stabil dalam peserta didik.
4. Tingkat Organization
Organization (mengatur atau mengorganisasikan), artinya mempertemukan
perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang universal, yang membawa pada
perbaikan umum.Mengatur atau mengorganisasikan merupakan pengembangan dari
nilai ke dalam satu sistem organisasi, termasuk di dalamnya hubungan satu nilai
dengan nilai lain, pemantapan dan perioritas nilai yang telah dimilikinya.Hasil
pembelajaran pada tingkat ini berupa konseptualisasi nilai atau organisasi sistem
nilai.Misalnya pengembangan filsafat hidup.
5. Tingkat Characterization
Characterization (karakterisasi dengan suatu nilai atau komplek nilai), yakni
keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki oleh seseorang, yang
mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Di sini proses internalisasi nilai
telah menempati tempat tertinggi dalam suatu hirarki nilai. Nilai itu telah tertanam
secara konsisten pada sistemnya dan telah mempengaruhi emosinya.Ini merupakan
tingkat efektif tertinggi, karena sikap batin peserta didik telah benar-benar
bijaksana.Ia telah memiliki phyloshopphy of life yang mapan. Jadi pada jenjang ini
peserta didik telah memiliki sistem nilai yang telah mengontrol tingkah lakunya
untuk suatu waktu yang lama, sehingga membentu karakteristik “pola hidup” tingkah
lakunya menetap, konsisten dan dapat diramalkan.Hasil pembelajaran pada tingkat ini
berkaitan dengan pribadi, emosi, dan sosial.
6
B. Prosedur Penyusunan Alat Ukur Sikap
7
3. Menetapkan seperangkat prosedur atau definisi untuk menerjemahkan hasil
pengukuran ke dalam pernyataan atau data kuantitatif. Bagaimanapun juga
dalam pengukuran, penguantitatifan informasi adalah penting untuk membuat
ketetapan hati atau kebulatan tekad atau membedakan suatu atribut sehingga
kesimpulan yang diambil tidak subjektif
8
Bisa mengingat dengan lebih cepat dan kuat dengan melihat.
Tidak terganggu dengan suara- suara yang berisik.
Memiliki hobi membaca.
Suka melihat dan mendemonstrasikan sesuatu. Memiliki ingatan yang kuat
tentang bentuk, warna, dan pemahaman artistik.
Belajar dengan melihat dan mengamati pengajar.
Memiliki kemampuan menggambar dan mencatat sesuatu dengan detail.
Ciri lain secara penampilan pada orang dengan gaya belajar visual pada
umumnya orangnya cenderung rapi, tidak suka mendengarkan namun lebih
suka melihat, orangnya teratur, berpakaian indah. Orang dengan gaya belajar
visual memiliki kesulitan dalam menyalin tulisan dari papan tulis, tulisannya
tampak berantakan dan tidak mudah dibaca. Anak dengan gaya belajar visual
menyukai percobaan atau peragaan. Metode pembelajaran yang tepat yaitu
dengan metode mindmap, video ilustrasi, alat tulis berwarna, pembelajaran
menggunakan bentuk.
9
Gaya belajar auditori ini memiliki kendala yaitu anak sering lupa apa yang
dijelaskan guru. Orang dengan gaya belajar ini cenderung tidak suka membaca
petunjuk dan lebih suka langsung bertanya untuk mendapatkan informasi.
Kendala gaya belajar ini adalah anak tidak tertarik untuk memperhatikan
sekitarnya. Kurang cakap dalam mengarang atau menulis.Cenderung suka
berbicara.Oleh karena itu, metode belajar yang tepat yaitu dengan musik,
menggunakan media auditori, berdiskusi, bercerita di depan kelas, dan lainnya.
Anak dengan gaya belajar ini biasanya saat menghafal akan membaca keras
keras kata- kata yang dihafalnya dan menjadi lebih efektif baginya ketika
dicapkan dan dia dengar kembali.
Ketika menghafal yaitu dengan cara berjalan atau membuat gerakan- gerakan.
Menyukai belajar dengan praktik langsung atau menyentuh secara
langsungAnak yang aktif dan banyak bergerak, memiliki perkembangan otak
yang baik.
Menggunakan objek nyata sebagai alat bantu.Orang atau anak dengan gaya
belajar kinestetik ini cenderung tidak bisa diam. Cenderung bosan dengan
gaya pembelajaran konvensional yang hanya duduk diam mendengar. Lebih
cocok dengan pembelajaran yang melibatkan kerjasama tim, partisipasi aktif
siswa, dan kegiatan aktif lainnya.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengukuran, penilaian dan evaluasi merupakan tiga kata yang saling terkait
dalam melihat proses dan keberhasilan suatu program, termasuk di dalamnya adalah
program pembelajaran. Kita sering dikaburkan oleh makna mengukur, menilai dan
mengevaluasi, yang identik kita lihat adalah untuk menilai dengan pemberian tes atau
menilai dengan angka terhadap aspek kognitif saja.Indikator merupakan penanda
pencapaian KD yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang
mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.Afektif atau sikap merupakan suatu
kecendrungan tingkah laku untuk berbuat sesuatu dengan cara, metode, teknik, dan
pola tertentu terhadap dunia sekitarnya.
11
DAFTAR PUSTAKA
12