Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

GEOMORFOLOGI PAPUA
Tugas Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia

Oleh Ibu. Dr. Cyrke A.N. Bujung, M.Si

Anggota Kelompok 1 :

Majesti Mamuaja (20508009)

Try Putri Sriayu Girsang (20508001)

UNIVERSITAS NEGERI MANADO

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN PENDIDIKAN IPA

SEPTEMBER 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
berkat, serta karunia -Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang
“GEOMORFOLOGI PAPUA” ini dengan baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya. Dan juga kami berterima kasih kepada Dosen mata kuliah Geomorfologi
Indonesia yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai GEOMORFOLOGI PAPUA . Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan
demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Tondano, 22 Agustus 2021

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..........................................................................................................................2


DAFTAR ISI .........................................................................................................................................3
BAB I
PENDAHULUAN ................................................................................................................................4
A. Latar Belakang .................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 5
C. Tujuan............................................................................................................... 5
BAB II
PEMBAHASAN ...................................................................................................................................6
A. Geomorfologi Pulau Papua ................................................................................. 6
B. Geomorfologi Kepulauan Aru dan Christmas ................................................... 14
C. Morfoekologi Pulau Papua............................................................................. 15
BAB III PENUTUP ............................................................................................................................20
A. Kesimpulan ........................................................................................................ 20
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................21
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pulau Papua secara administratif terletak pada posisi 130° 19'BT-150°


48' BT dan 10° 19' LS-10° 43' LS. Pulau ini terletak di bagian paling timur
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berbatasan langsung dengan
Papua Nugini, Irian Jaya merupakan ekspresi permukaan dari batas utara
deformasi blok Kontinen Australia dan Lempeng Pasifik.

Kenampakan Pulau Papua digambarkan sebagai seekor burung yang


terbang ke arah barat dengan mulut terbuka.Pulau papua merupakan daerah
yang sangat kompleks secara geologi yang melibatkan interaksi antara 2
lempeng, yaitu lempeng Australia dan lempeng Pasifik. Struktur tertua di
Papua berasal dari pergerakan lempeng pada Zaman Paleozoikum dan
hanya terdapat sedikit data yang terekam yang dapat menjelaskna fase
tektonik pulau tersebut. Geologi Papua dipengaruhi oleh dua elemen tektonik
yang saling bertumbukan dan serentak aktif pada zaman Kenozoikum.
Adanya aktivitas tektonik pada zaman Miosen Akhir menyebabkan pola
struktur pada pulau ini menjadi sangat rumit dan khas. Fase tektonik pada
zaman tersebut menyebabkan terjadinya orogenesa melanesia dan telah
membentuk fisiografi Papua yang ada saat ini. Secara fisiografis, Van
Bemmelen (1949) membagi Papua menjadi 3 bagian utama yaitu: Bagian
Kepala Burung, bagian. Tubuh Burung dan bagian Ekor Burung dan beberapa
pendapat lainnya.
B. Rumusan Masalah
1) Bagaimana geomorfologi Pulau Papua ?
2) Bagaimana geomorfologi Kepulauan Aru dan Crhistmast ?
3) Bagaimana morfoekologi Pulau Papua ?

C. Tujuan
1) Mengetahui bagaimana geomorfologi Pulau Papua
2) Mengetahui geomorfologi Kepulauan Aru dan Crhiustmast
3) Mengetahui morfoekologi Pulau Papua
BAB II

PEMBAHASAN

A. Geomorfologi Pulau Papua


1. Keadaan Geomorfologi Papua

Secara astronomis, Pulau Papua terletak pada 0°19' LU - 10"43' LS


dan 130 45 150°48' BT, mempunyai panjang 2400 km dan lebar 660 km.
Secara administratif pulau ini terdiri dari Papua sebagai wilayah RI dan
Papua Nugini yang terletak di bagian timur.

Gambar 1. Pulau Papua (source: google earth)

Kawasan Papua terbentuk dari interaksi Lempeng. Australia dan


Pasifik yang menghasilkan bentukan yang khas. Menurut Pigram dan Davies
(1987). Konvergensi dan deformasi bagian tepi utara Lempeng Australia
yang berada di bagian timur Papua New Guinea dimulai sejak Eosen hingga
sekarang.

Fisiografi di Papua di bagi menjadi 3 bagian yaitu:


Gambar 2 : Bagian Pulau Papua

a. Kepala Burung dan Leher

Sejajar dengan pantai utara, pada bagian kepala. terdapat rangkaian


pegunungan yang membujur timur barat antara Salawati dan Manokwari.
Sehingga wilayah terbagi menjadi bagian utara dan selatan oleh depresi
memanjang. Rangkaian utama tersusun dari batuan volkanis Neogen dan
Kuarter yang diduga masih aktif atau volkan Umsini pada tingkat solfatar.
Rangkaian selatan. terdiri dari sedimen tersier bawah dan per-tersier yang
terlipat kuat. Arahnya timur-barat, kemudian melengkung ke selatan sampai
Pegunungan Lima. Bagian utara kepala dipisahkan terhadap bagian selatan
(Bombarai) oleh teluk Macculer yang lua A dangkal, karena sedimentasi yang
besar dan di dangkalan yang berisi pulau pulau, parit-parit, dan bukit-bukit
yang terpisah-pisah.

b. Batang atau Daratan Utama

Bagian barat pulau ini menunjukkan zone-zone yang arahnya barat


laut-tenggara yang sejajar satu sama lain. Selanjutnya berupa zone
memanjang dari tanah rendah. dan bukit-bukit, yaitu depresi Memberamo-
Bewani yang sebagian jalin-menjalin dengan jalur pantai utara daratan utama.
Depresi tersebut membujur dari pantai timur teluk Geelvink di sepanjang
danau Rambebal dan Sentani sampai ke pantal Finch dengan Aitape. Di
sebelah selatan depresi ini terdapat rangkaian pegunungan kompleks yang
disebut rangkaian Pembagi Utara.

Rangkaian Pembagi Utara ini merupakan deretan pegunungan dan


pegunungan yang terletak di antara teluk. Geelvink di bagian barat dan muara
sungai Sepik di bagian timur. Di bagian barat terdapat Puncak Dom (1.340 m)
ke arah timur pegunungan Van Res yang secara melintang terpotong oleh
Sungai Memebramo yang diikuti oleh Pegunungan Gauttier (>1.000 m),
Pegunungan Poya, Karamor, dan Bongo. Di sebelah selatan Pegunungan
Cyclops terdapat sebuah sumbu depresi. Bagian barat didominasi oleh
pegunungan tengah, dataran pegunungan tinggi dengan lereng di utara dan
selatan berupa dataran dan rawa pada permukaan dekat laut. Dataran di
utara terdiri dari cekungan luar antar bukit dikenal sebagai dataran danau
yang dibatasi di bagian utaranya oleh medan kasar dengan relief rendah
sampal sedang.

c. Bagian Ekor

Mulai 143,5° BT garis-garis arah umum fisiografinyal menjadi barat


laut-tenggara. Bagian timur menunjukan beberapa bentang alam yang
berbeda dengan dataran utama. Di antara rangkaian timur laut dan rangkaian
tengah terbentang sebuah depresi yang ditandai oleh lembah-lembah Ramu
dan Markham. Ke arah timur zona ini melintas sampai Teluk Huon dan
rangkaian tengah, dimana rangkaian Victoi Emanuel merupakan bagian yang
relatif sempit dari sistem Pegunungan Lengan Papua.

Perbedaan antara rangkaian tengah di bagian barat daratan utama


pada suatu pihak dan bagian timur serta ekor di pihak lain adalah dibentuk
oleh perluasan volkanisme Tertier dan Kuarter di bagian timur tersebut. Pada
bagian utara geantiklinal terdapat unsur volkan lain, seperti Gunung
Lamington, Trafalgal, Victory Goropu, dan Gunung Dayman. Jalur vulkanis
membujur sejajar sampai ke ujung tenggara ekor Papua. Jalur tersebut
merupakan zone dalam yang volkanis dari sistem orogen, sedangkan zone
luar yang tidak vulkanis merupakan pulau-pulau Trobriand dan Eoodlark yang
terletak sampai di sebelah utaranya.

2. Jalur Sesar dan Lipatan

Berikut ini adalah gambar jalur sesar dan lipatan yang ada di Papua
yang kelompok temukan.
Gambar 3: Jalur Sesar dan Patahan Papua

a) Jalur Sesar Naik New Guinea (JSNNG)


JSNNG merupakan Jalur Lasak Irian (jalasir) yang sangat luas,
terutama di daerah tengah-selatan badan burung. Jalur ini melintasi seluruh
zona yang ada di daerah sebelah timur New Guinea yang menerus kearah
barat dan dikenal sebagai Jalur Sesar Naik Pegunungan Tengah (JSNPT).
Zona JSNNGJSNPT merupakan zona interaksi antara Lempeng. Australia
dan Pasifik. Lebih dari setengah bagian selatan New Guinea ini dialasi oleh
batuan yang tak terdeformasikan dari kerak benua. Zone JSNPT di utara
dibatasi oleh sesar Yapen dan sesar Sungkup Mamberamo. Batas tepi barat
oleh sesar Benawi Torricelli dan di selatan oleh sesar Naik Foreland. Sesar
terakhir yang membatasi JSSNG ini diduga aktif sebelum orogen Melanesia.

b) Jalur Sesar Naik Pegunungan Tengah (JSNPT)


JSNPT merupakan jalur sesar sungkup yang berarah. timur-barat
dengan panjang 100 km, menempati daerah. pegunungan tengah Irian Jaya.
Batuannnya dicirikan oleh kerak benua yang terdeformasikan sangat kuat.
Sesar sungkup telah menyeret batuan alas yang berumur perm, batuan
penutup berumur mesozoikum dan batuan sediment laut dangkal yang
berumur tersier awal ke arah selatan. Di beberapa tempat kelompok batuan
ini terlipat kuat. Satuan. litologi yang paling dominan di JSNPT ialah
batugamping. New Guinea dengan ketebalan mencapai 2.000 m. Sesar
sungkup JSNPT dihasilkan oleh gaya pemampatan yang sangat intensif dan
kuat dengan komponen utama berasal dari arah utara. Gaya ini juga
menghasilkan beberapa jenis antiklin dengan kemiringan curam bahkan
sampai mengalami pembalikan (overtuning). Proses ini juga menghasilkan
sesar balik yang bersudut lebar (reserve fault). Penebalan batuan kerak yang
diduga terbentuk pada awal pliosen ini memodifikasi bentuk daerah JSNPT.
Periode ini juga menandai kerak yang bergerak ke arah utara, membentuk
sesar Sungkup Mamberamo (The Mamberamo Thrust Beit) dan mengawali
alih tempat gautier (The Gautier Offset).

c) Jalur Sesar Naik Mamberamo


Jalur sesar ini memanjang 100 km ke arah selatan dan terdiri dari
sesar anak dan sesar geser (shear) sehingga menyesarkan batuan plioesten
formasi mamberamo dan batuan kerak Pasifik yang ada di bawahnya.
William, (1984) mengenali daerah luas dengan pola struktur tak teratur. Di
sepanjang jalur sesar sungkup dijumpai intrusi poton-poton Batuan Serpih
(shale diapirs) dengan radius seluas 50 km, hal ini menandakan zona lemah.

d) Zona Sesar Sorong


Batas lempeng Pasifik yang terdapat di Papua barat berupa sesar ke
kiri yang dikenal dengan sistem sesar Sorong-Yapen. Zona sesar ini lebarnya
15 km dengan pergeseran diperkirakan mencapai 500 km (Dow, 1985). Sesar
ini dicirikan oleh potongan-potongan sesar yang tidak teratur, dan dijumpai
adanya bongkahan beberapa jenis litologi yang setempat dikenali sebagai
batuan. bancuh. Zona sesar ini di sebelah selatan dibatasi oleh. kerak
kontinen tinggian Kemum dan sedimen cekungan. Salawati yang juga
menindih kerak di bagian barat. Di utara sesar geser ini ditutupi oleh laut,
tetapi di pantai utara menunjukkan harga anomall positif tinggi. Hal ini
menandakan bahwa dasar laut ini dibentuk oleh batuan kerak samudera.
Lima kilometer kearah barat daya batuan kerak Pasifik tersingkap di Pulau
Batanta, terdiri dari lava bawah laut dan batuan gunung api busur kepulauan.
Peredaran beberapa ratus kilometer dari Zona Sesar Sorong-Yapen
pertama kali dikenal oleh Visser Hermes (1962). Adalah sesar ke kiri dan
berlangsung sejak miosen tengah. Kejadian ini didukung oleh bergesernya
anggota batu serpih formasi Tamrau berumur Jura-Kapur yang telah terseret
sejauh 260 km dari tempat semula yang ada di sebelah timurnya dan
hadirnya blok batuan vulkanik alih tempat (allochtonous) yang berumur
miosen tengah sejauh 140 km di daerah batas barat laut Pulau Salawati
(Visser & Hermes, 1962).

e) Zona Sesar Wandamen


Sesar Wandamen (Dow, 1984) merupakan kelanjutan dari belokan
Sesar Ransiki ke utara dan membentuk batas tepi timur laut daerah kepala
burung memanjang ke barat daya Pantai Sasera, dan dari zona kompleks
sesar yang sajajar dengan leher burung. Geologi daerah zona sesar.
Wandamen terdiri dari batuan alas berumur paleozoikum awal, batuan
penutup paparan dan batuan sedimen yang berasal dari lereng benua.
Kelompok ini dipisahkan oleh zona dislokasi dengan lebar sampai ratusan
kilometer. terdiri dari sesar-sesar sangat curam dan zona perlipatan isoklinal.
Perubahan zona arah sesar Wandamen dari tenggara ke timur di
tandai bergabungnya sesar-sesar tersebut dengan sesar Sungkup Weyland.
Timbulnya alih tempat (allochtonous) yang tidak luas tersusun oleh batuan
sedimen Mezozoic. Di atas satuan ini diendapkan kelompok batugamping
New Guenia. Jalur Sesar Wandamen dan sesar sungkup lainnya di zona ini
merupakan bagian dari barat laut JSNPT.

f) Jalur Lipatan Lengguru


Jalur lipatan lengguru adalah merupakan daerah. bertopografi relatif
rendah dan jarang yang mencapai ketinggian 1000 m di atas muka laut.
Daerah ini dicirikan oleh pegunungan dengan jurus yang memenjang hingga
mencapai 50 km, batuanya tersusun oleh batu gamping New Guenia yang
resistan. Jalur lipatan ini menempati daerah segitiga leher burung dengan
panjang 3000 km dan lebar 100 km di bagian paling selatan dan lebar 30 km
di bagian utara. Termasuk di daerah ini adalah batuan paparan sedimen
klastik mesozoikum yang secara selaras ditindih oleh batugamping New
Guinea (Kapur Awal Miosen), Batuan penutup ini telah mengalami penutupan
dan tersesar kuat. Pengerutan atau lebih dikenal dengan thin skin
deformation, berarah barat laut dan hampir searah dengan posisi leher
burung. Intensitas perlipatan tersebut cenderung melemah ke arah utara zona
perlipatan dan meningkat kearah timur laut yang. berbatasan dengan Zona
Sesar Wandemen (Dow, 1984)
JLL adalah kerak benua yang telah tersungkup sungkupkan ke arah
barat daya di atas kerak benua Kepala Burung (subduksi menyusut atau
oblique subduction). Jalur ini telah mengalami rotasi searah jarum jam (antara
75-80 km). Porsi bagian tengah dari JLL ini terlipat kuat sehingga
menimbulkan pengerutan. Dow (1985) menyarankan pengkerutan kerak
(crustal shortening) ini sebesar 40-60 km. diperkirakan proses pemendekan
tersebut masih berlangsung hingga sekarang. Jalur JLL di sebelah timur
dibatasi oleh sesar Wandamen di selatan oleh sesar Tarera Aiduna dan
dibagian barat oleh sesar Aguni. Hal ini dapat menutup kemungkinan bahwa
jalur JLL merupakan perangkap hidrokarbon jenis struktur yang melibatkan
batuan alas akibat gaya berat memampat.

3. Geomorfologi Irian Jaya Menurut Van Bammelen


Secara fisiografis P. Irian Jaya dari utara keselatan dibagi kedalam
lima unit sebagai berikut: (Van Bemmelen, 1949, 713).
a. Pantai utara yang merupakan batas selatan Blok Melanesia.
b. Trough Mamberamo-Bewani, yang terletak antara batas selatan
Malanesia dengan pegunungan di selatannya. Depresi geosinklin ini
membentang dari pantai Waropen barat sampai ke Matapau di Timur.
c. Pegunungan utara, terdiri dari batuan metamorfik dan batuan beku
berumur pre-tertier dan secara tidak merata tertutup oleh limestone
berumur tertier bawah. Pegunungan ini mulai terangkat pada miosen
bawah.
d. Depresi median, depresi ini terletak antara dataran pantai dan
pegunungan di bagian tengah.
e. Pegunungan tengah yang bersalju.Daerah ini terdiri dari endapan
geosinklin pretertier dan intrusi batuan. beku, kemudian disusul oleh
(ditutup) endapan berumur paleogen dan miosen bawah. Pegunungan
tengah ini benar-benar terangkat keatas permukaan laut pada
paleogen akhir. Puncak tertingginya (5000 eter) berada di tepi selata
komplek Pegunungan Nasau dan Pegunungan Orange (Nasau range
and Orange range). Adapun komplek pegunungan ini memiliki lebar
100-150 Km. Dari batas selatan ini ke arah utara ketinggiannya mulai
menurun dan membentuk beberapa lembah dan pegunungan yang
sejajar. Di batas utara pegunungan tengah ini memiliki ketinggian
tertinggi 4050 m yaitu di puncak Dormant.
f. Depresi digul-Fly. Sebagai kompensasi terhadap adanya
pengangkatan di bagian tengah maka bagian selatan pulau Irian
mengalami penurunan di sepanjang tepi selatannya.
g. Igir Maroke. Igir ini hanya beberapa meter tingginya dan dapat di
telusuri mulai dari Kep. Aru, Kep. Adi kearah timur sampai Bombarai
dan Misool.

Secara astronomis, irian terletak antara 00 19' - 10 43' LS dan 130° 45'
150° 48' BT, mempunyai panjang 2400 km dan lebar 660 km. secara
administratif pulau ini terdiri dari papua sebagai wilayah RI dan papua Nugini
yang terlatak di bagian timur. Fisiografi papua dibedakan menjadi tiga bagian:

1. Semenanjung barat atau kepala burung yang dihubungkan oleh leher yang
sempit terhadap pulau utama (1300-1350 BT)

2. Pulau utama atau tubuh (1350-143,50 BT)

3. Bagian timur termasuk ekor (143,50 1510 BT)

Di sebelah utara papua terdapat bagian Samudra Pasifik yang


dalamnya 4000m, dibatasi oleh kepulauan Carolina di sebelah utara. Pulau-
pulau karang yang muncul terjal dari dasar samudra itu (Mapia di sebelah
utara Manokwari) menunjukkan bahwa bagian samudra ini merupakan block.
kontinen yang tenggelam. Block kontinen yang tenggelam di sebelah utara
Papua ini dianggap sebagai tanah batas "Melanesia", Kearah selatan,
Dangkalan Sahul (laut Arafura) dan selat torres menghubungkan Papua
dengan Australia.

Gambar 4 : Pulau Papua

a. Kepala burung dan Leher

Sejajar dengan pantai utara Kepala burung terjadi rangkaian


pegunungan yang membujur timur-barat antara Salawati dan Manokwari. Ini
terbagi oleh utara dan selatan oleh sebuah depresi memanjang. Rangkaian
utara tersusun dari batuan volkanis neogen dan kuarter yang diduga masih
aktif atau volkan Umsini pada tingkat solfatar. Rangkaian selatan terdiri dari
sediment tertier bawah dan per-tertier yang terlipat kuat. Arahnya timur-barat,
kemudian melengkung ke selatan sampai Pegunungan Lima. Bagian utara
kepala burung dipisahkan terhadap bagian selatan (Bombarai) oleh teluk
Macculer yang luas tetapi dangkal, karena sedimentasi yang besar dan di
tandai dangkalan yang berisi pulau-pulau, parit-parit, dan bukit-bukit yang
terpisah pisah.

b. Batang atau Daratan Utama

Bagian utara pulau ini menunjukkan zone-zone yang arahnya barat


laut-tenggara yang sejajar atau sama lain. Selanjutnya berupa zone
memanjang dari tanah rendah dan bukit-bukit, yaitu depresi memberamo-
bewani yang sebagian jalin-menjalin dengan jalaur pantai utara daratan
utama. Depresi tersebut membujur dari pantai timur teluk geelvink di
sepanjang danau rambebai dan sentani sapai ke pantai finch dengan aitape.
Disebelah selatan depresi ini terdapat rangkaian pegunungan kompleks yang
disebut rangkalana pembagi utara. Rangkaian pembagi utara ini merupakan
deretan pegunungan dan pegunungan antara teluk geelvink di bagian barat
dan muara sungai sepik di bagian timur. Dibagian barat terdapat puncak dom
(1340 m), ke arah timur pegunungan van rees, yang secara melintang
terpotong oleh sungai mamberamo, yang di ikiuti oleh pegunungan gauttier
(>1000 m), pegunungan poya, karamoor, dan bongo. Di sebelah selatan
pegunungan Cyclops terdapat sebuah sumbu depresi.

c. Baglan timur ("ekor") Papua

Mulai 143,50 BT garis-garis arah umum fisiografinya menjadi barat


laut-tenggara. Bagian timur menujukkan beberapa bentang alam yang
berbeda dengan daratan utama. Di antara rangkaian timur laut dan rangkaian
tengah, terbentang sebuah depresi, ditandai oleh lembah-lembah Ramu dan
Markham. Ke arah timur zone ini melintas sampai teluk Huon. Rangkaian
tengah, dimana rangkaian victoe emanuel merupakan bagian yang relatif
sempit dari sistem pegunungan lengan papua. Perbedaan antara rangkaian
tengah di bagian barat daratan utama pada satu pihak dan bagian timur serta
ekor di pihak lain adalah dibentuk oleh perluasan volkanisme tertier dan
kuarter di bagian timur tersebut. Pada tepi utara geantiklinal terdapat unsur
volkan lain, seperti gunung lamington. Trafalgar, victory goropu, dan gunung
dayman. Jalur volkanis membujur ini membujur sejajar sampai ke ujung
tenggara ekor papua. Jalur tersebut. merupakan zone dalam yang volkanis
dari sistem orogen, sedangkan zone luar yang tidak volkanis merupakan
pulau pulau trobriand dan eoodlark, terletak sampai di sebelah utaranya

B. Geomorfologi Kepulauan Aru dan Christmas


Kepulauan Aru terdiri dari empat pulau besar dan 85 pulai kecil
disekelilingnya. Kepulauan ini terletak di laut Arafura (dangkalan Sahul), tetapi
merupakan pengecualikan, karena pemebtukan kepulauan ini dipengaruhi
oleh proses proses orogenetik termuda di Indonesia. Luas keseluruhan
kepulauan ini kurang lebih 8000 km² sedangkan panjangnya. dari arah timur
laut hingga barat daya sekitar 183 km dan lebarnya 92 km. Pulau-pulau
tersebut muncul secara perlahan dari kedalaman 20 m. Sekitar 30 km arah
barat kepulauan ini, dasar lautnya turun dengan curam sampai kedalaman
1000 m dan turun lagi sampai basin Aru yang mempunyai kedalaman 3650
m.
Pulau-pulau ini mempunyai permukaan yang datar dengan ketinggian
beberapa puluh meter dari permukaan laut. Bentang alam yang paling unik
dari empat pulau besar adalah terdapatnya kanal-kanal yang memisahkan
pulau-pulau tersebut. Pada bagian pantai timur pulau-pulau besar dijumpai
rumbai-rumbai karang besar dengan lebar sekitar 40 km. sedangkan di pantai
barat hanya dijumpai pada tempat tempat tertentu.

Gambar 5 Pulau Cristmast

Pulau Natal (Crhismast) terletak kurang lebih 300 km arah selatan


Pulau Jawa. Pulau ini mempunyai ketinggian sekitar 364 mdpl, dengan
diameter 14.5 19 km dan luas 161 km² Pulau mempunyai cliff abrasi pada
semua pantainya dan merupakan puncak dari kepulauan vulkanis bawah laut,
yang muncul dari kedalaman 4500-5000 m. Karena letak dan kedalamannya
yang berupa pengunungan bawah laut (timur ke barat), maka pulau ini
membatasi palung Jawa sampai ke selatan dan merupakan bagian dari
struktur Kepulauan Indonesia. Pulau-pulau kecil dan pulau Cocos yang
termasuk deretan punggung palung samudra yang membatasi basin Australia
barat sampai ke arah barat laut. Oleh Bemmelen dimasukkan pada bagian
sirkum Australia, karena munculnya dasar laut ini merupakan sebagian dari
punggungan sirkum Australia

C. Morfoekologi Pulau Papua


a. Sejarah Pulau Papua

Pulau Papua atau Guinea Baru (bahasa Inggris: New Guinea, bahasa
Indonesia: Nugini) atau yang dulu disebut. dengan Pulau Irian, adalah pulau
terbesar kedua (setelah Tanah Hijau) di dunia yang terletak di sebelah utara
Australia. Pulau ini dibagi menjadi dua wilayah yang bagian baratnya dikuasai
oleh Indonesia dan bagian timumya merupakan negara Papua Nugini. Di
pulau yang bentuknya menyerupai burung cendrawasih ini terletak gunung
tertinggi di Indonesia, yaitu Puncak Jaya (4.884 m). Nama Irian digunakan
dalam Bahasa Indonesia untuk mengacu terhadap pulau ini juga terhadap
provinsi, sebagaimana "Provinsi Irian Jaya". Nama ini diusulkan pada tahun
1945 oleh Marcus Kaisiepo, saudara dari Gubernur yang akan datang Frans
Kaislepo. Nama ini diambil dari Bahasa Biak yang berarti beruap, atau
semangat untuk bangkit. Nama ini juga digunakan dalam bahasa pribumil lain
seperti Bahasa Serul, Bahasa Merauke dan Bahasa. Waropen. Nama ini
digunakan sampai tahun 2001 di mana pulau beserta provinsinya kembali
dinamakan Papua, Nama Irian yang awalnya disukai oleh penduduk asli
Papua, sekarang dianggap sebagai nama yang diberikan oleh Jakarta

"Nugini" berasal dari kata New Guinea, nama yang diberikan oleh
orang Barat, yang di-Indonesiakan. Mereka dahulu berpendapat bahwa tanah
Papua mirip Guinea, sebuah wilayah di Afrika dan akhirnya pulau ini disebut
Guinea baru.

Istilah "Papua" digunakan untuk merujuk kepada pulau ini secara


keseluruhan. Istilah "Papua" sekarang juga digunakan untuk merujuk kepada
dua provinsi di Papua bagian barat yang termasuk dalam wilayah
pemerintahan negara Indonesia, yaitu Papua dan Papua Barat. Namun
beberapa publikasi (lihat misalnya Kartikasari et al. 2007) membatasi
penggunaan nama "Papua" untuk bagian barat Pulau Nugini.

b. Keadaan Iklim Pulau Papua

Keadaan iklim di Papua sangat dipengaruhi oleh topografi daerah.


Pada saat musim panas di dataran Asia (bulan Maret dan Oktober) Australia
mengalami musim dingin, sehingga terjadi tekanan udara dari daerah yang
tinggi (Australia) ke daerah yang rendah (Asia) melintasi pulau Papua
sehingga terjadi musim kering terutama Papua bagian selatan (Merauke).

Sedikitnya pada saat angin berhembus dari Asia ke Australia (bulan


Oktober dan Maret) membawa uap air yang menyebabkan musim hujan,
terutama Papua bagian. utara, dibagian selatan tidak mendapat banyak hujan
karena banyak tertampung di bagian utara. Keadaan iklim Papua termasuk
iklim tropis, dengan. keadaan curah hujan sangat bervariasi terpengaruh oleh
lingkungan alam sekitarnya. Curah hujan bervariasi secara lokal, mulai dari
1.500 mm. sampai dengan 7.500 mm setahun. Curah hujan di bagian utara
dan tengah rata-rata 2000 mm per tahun (hujan. sepanjang tahun). cuaca
hujan di bagian selatan kurang. dari 2000 mm per tahun dengan bulan kering
rata-rata 7 (tujuh) bulan. Jumlah hari-hari hujan per tahun rata-rata untuk
Jayapura 160, Biak 215, Enarotall 250, Manokwari 140 dan Merauke 100.

c. Keadaan Tanah Pulau Papua

Luas daerah Papua ± 410.660 Km2, tetapi tanah yang baru


dimanfaatkan ± 100.000 Ha. Tanahnya berasal dari batuan Sedimen yang
kaya Mineral, kapur dan kwarsa. Permukaan tanahnya berbentuk lereng,
tebing sehinggal sering terjadi erosi. Sesual penelitian tanah di Papua
diklasifikasikan ke dalam 10 (sepuluh) jenis tanah utama yaitu

1. tanah organosol terdapat di pantai utara dan selatan,

2. tanah alluvia juga terdapat di pantai utara dan selatan, dataran pantai,
dataran danau, depresi ataupun jalur sungai,

3. tanah litosol terdapat di pegunungan Jayawijaya,

4. tanah hidromorf kelabu terdapat di dataran Merauke,

5. tanah Resina terdapat di hampir seluruh dataran Papua,

6. tanah medeteren merah kuning,

7. tanah latosol terdapat diseluruh dataran Papua terutama zone utara,

8. tanah podsolik merah kuning,

9. tanah podsolik merah kelabu dan

10. tanah podsol terdapat di daerah pegunungan.

Tanah yang potensial untuk tanah pertanian antara lain

a. tanah rawa pasang surut luasnya ± 76.553 Km2,

b. tanah kering luasnya ± 58.625 Km2.

d. Keadaan Penduduk pulau Papua

Penduduk asli yang mendiami pulau Papua sebagian. besar termasuk ras
suku Melanesian, karena ciri-ciri seperti warna kulit, rambut, warna rambut
yang sama dengan penduduk asli di bagian utara, tengah dan selatan yang
memiliki ciri-ciri tersebut.

Di bagian barat (Sorong dan Fak Fak) penduduk di daerah pantai


mempunyai ciri yang sama dengan penduduk di kepulauan Maluku,
sedangkan penduduk asli di pedalaman mempunyai persamaan dengan
penduduk asli di bagian tengah dan selatan.

Selain penduduk asli di Papua terdapat juga penduduk yang berasal


dari daerah-daerah lainnya seperti Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi,
Nusa Tenggara dan Maluku: yang berada di Papua sebagai Pegawai Negeri,
ABRI, Pengusaha, Pedagang, Transmigrasi dan sebagainya, bahkan juga
ada yang dari luar Indonesia, misalnya Amerika, Perancis, Jerman dan lain-
lain yang berada di Papua sebagai Missionaris dan Turis.

e. Kebudayaan di Papua

Penduduk Papua terdiri dari kelompok ethnis (kelompok suku) yang


mempunyai keunikan tertentu, seperti bahasa, adat istiadat dan sebagainya.
Di Papua terdapat hampir ± 250 macam bahasa sesuai dengan kelompok
suku yang berada di daerah ini. tiap kelompok suku mengenal sistem strata
(kelas) dalam masyarakat (penduduk). Strata penduduk diklasifikasikan
berdasarkan faktor-faktor tertentu seperti keturunan, kekayaan dan
sebagainya.

Strata ini diwarisi secara turun temurun dengan nama dan struktur
yang berbeda dan tiap suku, dan strata ini dapat mempengaruhi
kepemimpinan dalam masyarakat atau Kepemimpinan Seseorang.
Kebudayaan penduduk asli Papua mempunyai persamaan. dengan penduduk
asli beberapa negara Pasifik Selatan maupun Rumpun, Malanesia.
Kebudayaan penduduk asli di daerah-daerah pedalaman Papua kebanyakan
masih asli (tradisional) dan sulit untuk dilepaskan dan sangat kuat
pengaruhnya.

Kebudayaan penduduk asli di daerah pantai sudah mengalami


perubahan (walaupun tidak secara keseluruhan). Oleh karena kemudahan
dalam transportasi maupun komunikasi, masyarakat di daerah pantal
biasanya lebih cepat menerima pengaruh atau perubahan. dari luar dengan
sendirinya ikut mempengaruhi kebudayaan penduduk daerah setempat.
Beberapa kelompok suku tertentu terutama di daerah daerah pedalaman
(Jayawijaya), Merauke. Yapen Waropen, Paniai dan Kepala Burung), masih
tetap mempertahankan kebudayaan aslinya secara utuh dan sulit dipengaruhi
kebudayaan luar.

Dalam perkembangannya dewasa ini sedikit demi sedikit mengalami


perubahan, terutama dengan adanya misi gereja yang beroperasi di daerah-
daerah pedalaman yang akan ikut mempengaruhi kebudayaan.

f. Flora di Pulau Papua

Dari seluruh daerah Papua ± 75% tanah daratanya ditumbuhi oleh


hutan-hutan tropis yang tebal serta mengandung ragam jenis kayu yang
terbesar secaral heterogen. Sebagian besar dari hutan tersebut sesuai
topografi daerah belum pernah dijamah oleh manusia.

Jenis flora di Papua ada persamaan dengan jenis flora di benua


Australia. Adapun jenis flora yang terdapat di Papua adalah Auranlaris,
librocolnus, grevillea, ebny-dium dan lain-lain.
Sekitar 31 Juta ha di Papua penata gunanya belum ditetapkan secara
pasti Hutan lindung diperkirakan seluas ± 12.750.000 ha. Hutan produksi
diperkirakan 12.858.000 ha. Areal pengawetan dan perlindungan diperkirakan
± 5.000.000 ha. Daerah Inclove diperkirakan + 114.000 ha, daerah rawa-rawa
dan lain-lain diperkirakan ± 2478.000 ha.

Di Papua terdapat flora alam yang pada saat ini sedang dalam
pengembangan baik secara nasional maupun internasional yaitu sejenis
anggrek yang termasuk di dalam Farmika Orctdacede yang langka di dunia.
Anggrek alam Papua tumbuhnya terbesar dari pantai lautan rawa sampai ke
pegunungan. Umumnya hidup sebagai epihite menembel pada pohon-pohon
maupun di atas batu-batuan serta di atas tanah, humus di bawah hutan
primer.

g. Fauna Di Pulau Papua

Seperti halnya dengan flora, keadaan di Papua pun bermacam-macam


dalam dunia hewan misalnya, jenis. yang terdapat di Papua tidak sama
dengan jenis hewan di daerah-daerah di Indonesia lainnya seperti Kangguru,
kasuari, Mambruk dan lalin-lain. Demikian pula sebaliknya. jenis hewan
tertentu yang terdapat di Indonesia lainnya tidak terdapat di Papua seperti
Gajah, Harimau, Orang Utan dan lain-lain.

Fauna di Papua terdapat persamaan dengan fauna di Australia,


misalnya Kangguru, Kus-kus dan lain-lain. Burung Cendrawasih merupakan
burung yang cantik di dunia dan hanya terdapat di Papua. Selain burung
Cendrawasih terdapat jenis burung lainnya seperti Mambruk, Kasuari,
Kakauta dan lain-lain yang memberikan corak tersendiri untuk keindahan
daerah ini. Hewan-hewan yang langka dan dilindungi adalah burung Kakatua
Putih, Kakatua Hitam, Kasuari, Nuri, Mambruk dan lain-lain yang termasuk
burung Cendrawasih Jenis fauna laut Papua juga banyak dan beraneka
ragam, misalnya ikan Cakalang, ikan Hiu, Udang dan sejenis ikan lainnya.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Geomorfologi P. Irian Jaya / Papua dapat dibagi menjadi 3, yaitu

(1)Bagian kepala dan leher burung

(2)Bagian batang / daratan

(3)Bagian ekor burung

Kepulauan Aru terdiri dari empat pulau besar dan 85 pulai kecil
disekelilingnya. Kepulauan ini terletak di laut Arafural (dangkalan
pengecualikan, karena Sahul), tetapi merupakan pengecualian karena
pembentukan kepulauan ini dipengaruhi oleh proses-proses orogenetik
termuda di Indonesia.

Pulau Natal (Crhismast) terletak kurang lebih 300 km arah selatan


Pulau Jawa. Pulau ini mempunyai ketinggian sekitar 364 mdpl, dengan
diameter 14.5 19 km dan luas 161 km² Pulau mempunyai cliff abrasi pada
semua pantainya dan merupakan puncak dari kepulauan vulkanis bawah laut,
yang muncul dari kedalaman 4500-5000 m.
DAFTAR PUSTAKA

1. Munawaroh, Moony. 2011. Geomorfologi Papua, (online),


(https://id.GEOMORFOLOGI INDONESIA/geomorfologi papua/be a
GEOGRAPH GEOMORFOLOGI PAPUA.htm), diakses 8 Februari 2016.

2. Rauf. Cindra. 2015. Geomorfologi Pulau Papua, (online), (https://id./geomorfologi


papua/Cindra Rauf geomorfologi pulau papua.htm), diakses 10 Februari
2016.

3. Abrauw,RD.GEOMORFOLOGI 2012.TEKTONISME DAN (online),PAPUA,


(https://id./GEOMORFOLOGI INDONESIA/geomorfologi papua/Geographer
TEKTONISME & GEOMORFOLOGI PAPUA.htm), diakses 10 Februari 2016
(online).

4. Mega. 2013. Geologi dan Geomorfologi Pulau Papua,


(https://id.GEOMORFOLOGI INDONESIA/geomorfologi papua/mega
geologi dan geomorfologi pulau papua.htm), diakses 12 Februari 2016

5. Anggara Mukti, Riza. 2014. Geomorfologi Papua, (https://id.GEOMORFOLOGI


(online), INDONESIA/geomorfologi papua/Rizal Anggara Mukti
Geomorfologi Papua.htm), diakses 15 Februari 2016 6. Tozpenk. Supriadi.
2011. Tentang Papua. (online). (https://id./GEOMORFOLOGI
INDONESIA/geomorfologi papua/Goresan Pena di Tanah Papua Tentang
Papua.htm), diakses 17 Februari 2016

Anda mungkin juga menyukai