Anda di halaman 1dari 68

SEJARAH TEORI TEKTONIK LEMPENG

• Teori tektonik lempeng dihasilkan dari usaha


banyak ahli ilmu kebumian selama puluhan tahun.
Bukti yang sangat penting untuk teori ini datang
dari aplikasi teknologi dalam mempelajari geologi
lantai samudra, gempa bumi dan kemagnetan
batuan.

• Konsep utama; Pengapungan Benua (Continental


Drift), Pemekaran Benua (Sea-Floor Spreading) dan
Sesar Transform.

AHH-12
Geology ITB
SEJARAH PERKEMBANGAN TEORI PENGAPUNGAN BENUA
( THE DEVELOPMENT OF CONTINENTAL DRIFT)

• Francis Bacon (1561 – 1626) sebagai penulis yang mengemukakan


adanya gabungan benua.

• Di tahun 1620, Peta dunia muncul dalam karyanya (Novum Organum)


yang menyebutkan adanya kemiripan dua benua yang dipisahkan oleh
Samudra Atlantik.

• Father Francois Placet di tahun 1668 (La Corruption du Grand et Petit


Monde) yang menyebutkan Samudra Atlantik terbentuk akibat banjir
Nuh (catastrophic Flood of Noah).

• Compte de Buffon (1750), Alexander von Humboldt (1800-an),


Theodore Christoph Lilienthal (1756) dan Abraham Ortelius (1598).
Mempunyai pengamatan yang sama dengan penulis sebelumnya.

AHH-12
Geology ITB
A Fixist View of The Earth’s Crust)
• ‘Fixist’ adalah pandangan para ahli geologi tahun 1800-an
terhadap mekanisme bumi merupakan doktrin geologi.

• fixist dipelopori oleh James Dwight Dana (1813 – 1895).

• Pemahaman ini secara garis besar mengatakan sejak terbentuknya


bumi, cekungan samudra dan kontinen tetap pada tempatnya
(permanent fixed).

• Secara rinci, prinsip ini menyatakan bahwa bumi mendingin dari


kondisi cair (molten state). Selama proses pendinginnnya terjadi
kontraksi yang terjadi di seluruh permukaan bumi. Area yang
mendingin pertama kali menjadi benua, sementara area yang
mendingin lebih lambat membentuk depresi dan menjadi
cekungan samudra. Skenario ini selanjutnya dikenal dengan
pandangan ‘contractionist / fixist.’

AHH-12
Geology ITB
Nineteenth Century Speculations on Continental Separation

• Richard Owen, di tahun 1857. Menafsirkan struktur bumi


berdasarkan analogi hukum dan gaya yang juga terjadi pada
perkembangan organik.

• Antonio Snider-Pellegrini, 1858, juga menyebutkan pemisahan


benua. Ia berspekulasi bahwa selama banjir Nuh, benua menjadi
retak dan akhirnya berpisah.

• Elisee Reclus 1860, menyatakan terdapat beberapa kesamaan


antara beberapa benua dan ia menyimpulkan bahwa benua
berpindah tempat dan bergerak mengelilingi bumi.

• Reverend Osmond Fisher, 1881, berpostulat bahwa bumi memiliki


bagian dalam yang cair, yang mengalami arus konveksi yang
muncul di tengah samudra dan menghilang di bawah benua.

AHH-12
Geology ITB
Continental Drift
Antonio
Snider-
Pelligrini
(1858)

Alfred
Wegener
(1915)

Bukti geologi; batuan fosil


dan gambaran struktur,
bentuk pantai, menunjukkan
bahwa kontinent pernah
menjadi satu.
AHH-12
Geology ITB
Continental Drift
Antonio
Snider-
Pelligrini
(1858)

Alfred
Bukti geologi; batuan fosil
Wegener
dan gambaran struktur,
(1915)
bentuk pantai, menunjukkan
bahwa kontinent pernah
menjadi satu.

AHH-12
Geology ITB
Edward P. Dutton on Isostasy

• Prinsip Isostasi bermula dari karya Pratt dan Airy, 1855, yang
kemudian diadopsi oleh Dutton yang diaplikasikan sebagai dasar
untuk membedakan benua dan cekungan samudra di tahun 1889.

• Prinsip Isostasi menyatakan bahwa bumi berbentuk menonjol


(bulged) ketika bahan pembentuknya ringan. Sementara bumi
berbentuk depresi ketika bahan pembentuknya berat.

• Prinsip ini selanjutnya mengukuhkan pandangan fixist terhadap


bumi.

AHH-12
Geology ITB
ISOSTASY THEORY

AHH-12
Geology ITB
The Geological Contributions of Eduard Suess
• Eduard Suess (1904 – 1924), menyebutkan bahwa kontraksi akan
menghasilkan pembentukan kubah (updoming) yang berikutnya diikuti oleh
runtuhnya kubah tersebut (collapse) menjadi beberapa sistim blok sesar
turun (terdiri dari horst dan graben). Sistim sesar ini menerangkan terjadinya
cekungan samudra.

• Suess mengenali adanya perubahan muka laut yang menurutnya, hal


tersebut diakibatkan oleh naik dan turunnya kerak dan translokasi sedimen.

• Suess membagi kerak dalam istilah kimia, yaitu sal (sial; komposisi
dominan silika dan alumina), serta sima (ma = mafic = magnesia).

• Suess mengenali keserupaan flora dan fauna di Benua Amerika dan Afrika
yang sekarang dipisahkan oleh Samudra atlantik. Menurutnya keserupaan
tersebut membutuhkan adanya suatu daratan penghubung (former land
bridge), yang akhirnya runtuh (collapse).

• Ia juga mengenali adanya superkontinen yang ia namakan Gondwana-Land.

AHH-12
Geology ITB
Taylor’s Creeping Crustal Sheets
• Taylor, di tahun 1910, mempublikasikan karyanya mengenai circum-
tectonics arcs, yang mengawalinya ke aliran mobilist.

• Benua besar dan dua buah kutub ketika bumi berumur sebelum Tersier.

• Gaya deformasi (deforming force) untuk membuat dua kutub bergerak


ke daerah equator. Gerakan kerak tersebut bergerak perlahan melalui
shear zone. Deformasi melalui sesar naik (thrust) sehingga
membentuk pegunungan. Gerak menjauhi zona kutub, membentuk
lembah regangan (widening rift) yang menjadi cekungan Samudra Artik
(Arctic Ocean Basin) dan cekungan Samudra bagian selatan.

• Pematang tengah samudra (mid-atlantic ridge) adalah sisa


pembentukan regangan (residual feature) ketika benua amerika selatan
terpisah dari benua afrika.

• Pasang-surut (tidal force) sebagai satu-satunya penyebab mekanisme


tersebut.

AHH-12
Geology ITB
AHH-12
Geology ITB
Alfred Wegener & Theory of Continental Drift

• Wegener mendapat ide pengapungan benua di tahun 1910 ketika


menemukan kesamaan garis pantai di kedua tepi samudra
atlantik (benua amerika selatan dan benua afrika).

• Tahun 1915 ‘The Origin of the Continents and Oceans’.

• Tahun 1920, ia membuat edisi kedua yang menarik banyak


perhatian karena mengandung kontroversi. Edisi-edisi
berikutnya ia publikasikan tahun 1922 dan 1929.

• Hipotesa Wegener tidak diterima oleh para ahli karena ia tidak


dapat menerangkan penjelasan mekanika dari gerakan
pengapungan tersebut dan kekuatan yang mengendalikannya.

AHH-12
Geology ITB
Wegener Observation of Continental Drift

AHH-12
Geology ITB
Dasar Argumen Wegener (Wegener’s Basic Arguments)
• Terdapat dua argument yang saling bertentangan antara aliran
fixist dan mobilist yang merupakan argumen Wegener, yaitu:

a) Daratan Penghubung (Land bridges) vs Pengapungan Benua (Drift)

b) Kontraksi (Contraction) vs Pengapungan Benua (Drift).

• Terhadap land-bridge hypothesis, Wegener mengajukan bukti


geophysic dan oseanografi.

 Bukti geophysic ditemukan di struktur kerak (crustal structure)


dan isostasi. Dengan kurva hypsographic ia memperlihatkan frekuensi
daerah permukaan sebagai fungsi ketinggian yang dibandingkan
dengan kurva gaussian-normal.

 Kerak benua sebagai lapisan es yang mengambang di atas air (kerak


samudra) Menggunakan model Airy (Isostasi) dan data gravitasi yang
diperoleh Vening-Meinesz untuk mendukung model kerak samudra
yang berbeda dengan kerak benua.

AHH-12
Geology ITB
Kurva hypsographic Wegener: memperlihatkan frekuensi
daerah permukaan sebagai fungsi ketinggian yang
dibandingkan dengan kurva gaussian-normal.

AHH-12
Geology ITB
Vening Meinesz Isostasy Hypothesis

Wegener Isostasy Hypothesis

AHH-12
Geology ITB
• Bukti seismologi berupa kecepatan rambat gelombang P dan S pada
kerak samudra dan benua, menyangkal adanya daratan penghubung
(land bridge) yang semula berupa kerak benua, yang kemudian runtuh
menjadi kerak samudra. Jika daratan penghubung memang ada, maka
muka laut akan naik sehingga membanjiri benua yang ada sekarang.

• Argumennya berikutnya adalah argumen yang berhubungan dengan bukti


pemendekan kerak (crustal shortening) dari lapisan sesar naik (thrust sheet)
dan nappe pada rangkaian pegunungan tersier. Terhadap aliran fixist yang
menyatakan bahwa rangkaian pegunungan tersebut terjadi akibat kontraksi,
ia menyatakan terjadinya kerut (wrinkle) dapat saja terjadi, namun tidak
begitu besar. Kerut tersebut tidak sanggup menyebabkan gerakan horizontal
sehingga menyebabkan terjadinya pegunungan.

• Selanjutnya Wegener menyerang aliran fixist dengan radioaktif dan hasil


panasnya (radiogenic heat). Ia menyatakan pandangan bumi mengalami
pendinginan itu muncul sebelum diketemukannya radium. Wegener
memandang sistim panas internal (internal heat system) sebagai kondisi
kesetimbangan antara produksi panas radioaktif di inti bumi dengan
kehilangan panasnya (thermal loss into space).

AHH-12
Geology ITB
SEJARAH TEORI TEKTONIK LEMPENG

Pengapungan Benua (Continental Drift)

• Alfred Wegener (1920) ahli meterologist dari


Jerman
• Persamaan garis pantai Benua Amerika dan
Afrika disimpulkan pemisahan terjadi akibat
pembukaan laut Atlantik
• Didukung oleh persamaan endapan geologi
(glacial), sejarah geologi
• Persamaan fossils flora dan fauna
• Persamaan struktur geologi batuan

Geology ITB
Pengapungan Benua (Continental Drift)

• Wegener percaya bahwa hubungan geologi dan


proses pembentukan pegunungan dapat dihubungan
dengan pengapungan benua.
• Satu benua (supercontinent) bernama Pangea
dikelilingi oleh satu samudra dengan nama
Panthalasa.
• Proses pemisahan benua terjadi pada 100 Ma
• Himalaya terjadi karena pergerakan keutara benua
India yang akhirnya bertabrakan dengan Asia.
• Tidak berhasil memecahkan masalah gaya penyebab
pergerakan benua. Wegener mengusulkan kombinasi
rotasi bumi atau gaya pasang surut matahari dan
bulan yang menyebabkan pergerakan benua melalui
lautan.
AHH-09
Geology ITB
Pengapungan Benua (Continental Drift)

• Harlod Jeffreys, ahli fisika dari Inggris


membuktikan bahwa gaya pasang-surut terlalu
kecil untuk bisa mengerakan benua. Setelah ini
teori ini dilupakan oleh banyak ahli ilmu kebumian
sampai pada tahun 1950 setelah penelitian sifat
kemagnetan batuan berkembang.
• Alexander du Toit (1930), mengusulkan dua
supercontinent; di utara Laurasia (North America
dan Eurasia) dan selatan Gondwana (South
America, Africa, India, Australia and Antarctica)

Geology ITB
Continental Drift
“ Continental Drift”
– Wegener membuat seri peta dengan 3 proses drift
diawali dengan “Pangea”. Komposisi kontinen
bersifat granitik yang relatif lebih ringan, diatas
lantai samudera yang lebih berat, dipengaruhi oleh
gaya akibat perputaran bumi.
– Hipotesa ini masih banyak ditentang, karena tidak
dapat menjelaskan mekanisme pergerakan.
– Beberapa pendukung diantaranya; Alexander du
Toit, “Our Wandering Continent “(1937),
membandingkan bentuk bentang alam dan fosil.
Arthur Holmes, “Principles of Physical Geology”
(1944).

AHH-09
Geology ITB
Pengapungan Benua (Continental Drift)

Awal Perkembangan Teori :


“ Continental Drift”
– Antonio Snider-Pelligrini, “La Creation et ses
Mysteres Devoiles” (1858), menunjukkan bentuk
kontinen sebelum terpisah. Bukti fosil di Amerika
Utara dan Eropa.
– Frank B. Taylor (1908), menjelaskan fakta geologi
yang dapat dijelaskan dengan continental drift
(perpindahan benua).
– Alfred Wegener, pertama melakukan penyelidikan
tentang continental drift, “ The Origin of the
Continents and Oceans (1915). Membahas bentuk
kontinent dan bukti geologi, kemiripan batuan dan
fauna.

Geology ITB
Wegener’s Map of Pangaea and its Breakup

AHH-12
Geology ITB
(Wegener’s Evidence in Favor of Continental Drift)

• Bukti-bukti lain yang mendukung teorinya adalah:


 Kemiripan struktur di Afrika bagian selatan dengan argentina.
 Kemiripan plateu gneiss di afrika dan brazil
 Pegunungan yang ada di tepi benua afrika dan amerika selatan.
 Struktur sesar mendatar (strike slip) di timur laut Greenland yang
berkorelasi dengan Pulau Ellesmere.

Wegener on Mountain and Island Arcs


• Terhadap rangkaian pegunungan yang ada di Asia, terjadi akibat deformasi
kompresi dari gerakan massa benua.

• Adanya busur kepulauan di Pasifik diterangkannya dengan deformasi


kompresi yang terjadi pada batas lempeng ketika bergerak diatas kerak
samudra.

• Terhadap busur kepulauan yang berada di bagian barat dan utara Pasifik,
sebagai ‘trailing feature’ yang terbentuk ketika benua bergerak.

AHH-12
Geology ITB
Paleontological and Biological Arguments

• Sebelum Wegener, para ahli paleontologi telah mengumpulkan data


yang memperlihatkan keserupaan dan perbedaan kondisi flora dan
fauna dari kedua benua (Benua Amerika Selatan dan Benua Afrika),
yang selanjutnya dibagi pada sekuen Kambrium sampai Tersier.

• Sekuen dari data paleontologi tersebut memberikan kesimpulan


bahwa memang ada gabungan benua (Pangaea) sehingga adanya
keserupaan flora dan fauna berlangsung. Namun sesudah itu, terjadi
evolusi radiasi secara terpisah sehingga mengurangi keserupaan flora
dan fauna.

• Kebanyakan ahli biologi yang mendukung hipotesa daratan


penghubung sepakat bahwa daratan penghubung tersebut tidak
diperlukan untuk ada.

Geology ITB
Continental Drift

Bukti Paleoklimate dari jenis endapan batuan AHH-12


Geology ITB
Continental Drift

Bukti Paleoklimate dari jenis endapan batuan AHH-16


Geology ITB
Geology ITB
Paleoclimatic Arguments
• Wegener bersama dengan Koppen (ahli klimatologi), pada edisinya
yang keempat menyertakan bukti-bukti paleoclimatology. Ide
dasarnya yaitu lapisan dapat memiliki bukti iklim saat diendapkan.
Bukti tersebut berasal dari sedimentologi dan paleontologi.
• Dari bukti sedimentologi indikator iklim adalah: a) lithified till (tillite)
yang mengindikasikan adanya glacier; b) lapisan batubara,
mengindikasikan iklim basah yang berada dekat dengan ekuator –
garis lintang tengah; c) lapisan garam dan gypsum yang
mengindikasikan iklim gurun (desert).
• Namun dari bukti paleontologi, kriterianya kurang dapat dipercaya.
Fosil reptil dapat menunjukkan iklim tropis hingga subtropis
sementara herbivora dapat menunjukkan iklim steppe / grassland.
• Bukti lainnya yang ia gunakan adalah distribusi Pectoperis (pohon
pakis) yang menggambarkan daerah ekuator dan distribusi
glossopteris pada lapisan tillite.

• Terhadap data-data tersebut, Wegener membuat peta paleogeography


saat bumi berumur Karbon dan Perm.

AHH-16
Geology ITB
Continental Drift

Bukti kesamaan fauna dan flora


AHH-12
Geology ITB
Peta Paleogeography saat bumi berumur Karbon dan Perm

AHH-12
Geology ITB
Polar Wandering and Continental Drift

Rekonstruksi iklim paleogeografi, stratigrafi dan biota yang dilakukan oleh


Wegener dan Koppen membutuhkan dua jenis gerakan kerak, yaitu:
1) Continental Drift
2) Gerakan Polar (Polar Wandering)

Wegener mendapatkan bahwa pola gerakan kutub tersebut berbeda


terhadap Benua Amerika Selatan dan Benua Afrika. Menurutnya,
perbedaan tersebut berhubungan dengan gerakan pengapungan benua.

Geology ITB
Polar Wandering and Continental Drift

Rekonstruksi iklim paleogeografi, stratigrafi dan biota yang dilakukan oleh


Wegener dan Koppen membutuhkan dua jenis gerakan kerak, yaitu:
1) Continental Drift
2) Gerakan Polar (Polar Wandering)

Wegener mendapatkan bahwa pola gerakan kutub tersebut berbeda


terhadap Benua Amerika Selatan dan Benua Afrika. Menurutnya,
perbedaan tersebut berhubungan dengan gerakan pengapungan benua.

Geology ITB
Rates of Continental Drift – estimated and observed
• Wegener meninjau kemajuan penentuan umur radiometrik.
Kemudian ia menaksir kecepatan pengapungan benua melalui:
a) Jarak total kedua benua (benua afrika dan benua amerika selatan)
b) Umur terpisahnya kedua benua.

Geology ITB
Perbandingan Hasil Radiometric Dating

AHH-12
Geology ITB
Forces Causing Continental Drift

• Wegener sadar akan kesulitan untuk menerangkan gaya yang


menyebabkan pengapungan benua. Ia memprediksi bahwa
solusinya masih akan ditemukan pada waktu yang lama.

• Ia mengenal ada dua jenis gerakan, yaitu: a) pengapungan benua ke


arah barat; b) gerakan kutub dari garis lintang tinggi ke garis lintang
rendah (dinamakan juga meridional drift).

• Terhadap gerakan meridional drift, ia menerangkan kekuatan yang


menyebabkannya terjadi karena Gaya Eotvos.

• Terhadap gaya pengapungan benua ke arah barat, ia menerangkan


terjadi karena arus konveksi pada sima yang dirujuknya dari Kirsch
(1928)

AHH-12
Geology ITB
• Wegener mengakui bahwa model yang diajukan Kirsch dapat
menerangkan pecahnya Gondawanland.

• Pada paragraph terakhir di bab terakhirnya, ia menyatakan bahwa gaya


penyebab gerakan benua adalah gaya yang sama dengan penyebab
rangkaian pegunungan lipatan. Selanjutnya ia menerangkan bahwa
pengapungan benua, gempa, gunungapi, siklus transgresi dan gerakan kutub
merupakan gejala yang saling berkaitan dalam skala besar. Namun, apakah
penyebab dan dampaknya hanya dapat dipecahkan di masa depan.

AHH-09
Geology ITB
The Response to Wegener’s Hypothesis

• Beberapa ahli menyatakan keberatan terhadap hipotesa Wegener,


yaitu terhadap: a) blok sial yang bergerak ‘mengambang’ melalui
sima; b) blok sial yang mengalami lipatan pada bagian ujung ketika
bergerak melalui sima.

• Salah satu bantahan datang dari Harold Jeffrey, yang menyatakan


gaya penyebab benua bergerak pastilah sangat besar.

• Bantahan lainnya datang dari Willis, yang menanyakan bagaimana


massa benua yang lebih ringan dapat bergerak melalui massa
samudra yang lebih berat, namun massa samudra tersebut tetap
berada pada tempatnya dalam pengaruh gaya?

• Berbagai keberatan tersebut pada dasarnya menunjukkan


ketidakcocokan data geophysic dengan hipotesa Wegener.

AHH-12
Geology ITB
Continental Drift

2 Bya

Deformasi
terjadi antara
450 – 650 Mya

Geology ITB
Bukti kesamaan jenis dan umur batuan AHH-12
PERKEMBANGAN TEORI TEKTONIK LEMPENG

 Penyelidikan di tahun 1950-1960 tentang Topografi


dan Geologi dasar laut, dan Paleomagnetisme.
 Morfologi Punggungan Samudera, panjang 84.000
km dan lebar 1.500 km, dengan lembah kedalaman
3 km, “Rift Valley”.
 Cekungan muda, mempunyai komposisi basaltik.
 1960, H.H. Hess, mengusulkan teori “Sea-floor
Spreading”, samudera merupakan hasil pemekaran
yang terjadi karena arus konveksi pada mantel,
melalui punggungan samudera (oceanic ridge).
 Menjelaskan kemungkinan mekanisme dari
Continental Drift.

AHH-16
Geology ITB
PERKEMBANGAN TEORI TEKTONIK LEMPENG

 Paleomagnetisme, studi kemagnitan purba pada batuan


basaltik, pengaruh medan magnit bumi menjadikan batuan
dengan komposisi besi berubah menjadi “fosil magnet”.
 Medan magnet bumi digambarkan sebagai bar magnetik
dengan inklinasi terhadap arah utara geografik. Medan magnet
dihasilkan seperti prinsip elektromagnet atau dinamo.
 Studi paleomagnetik menunjukkan berbagai batuan berubah
posisi terhadap waktu, mengikuti pola yang tetap, yang
menunjukkan kutub yang berbeda. Ini tidak mungkin
dijelaskan dengan beberapa medan magnet yang berbeda.
 Hal ini menjimpulkan bahwa hanya ada satu medan magnet
yang tetap, sementara kontinen bergerak mengikuti pola yang
ada.

AHH-16
Geology ITB
PALEOMAGNETISME
PEMBALIKAN PADA
PRINSIP MEDAN MAGNIT BUMI ZAMAN KUARTER

AHH-09
Geology ITB
PALEOMAGNETISME
PEMBALIKAN PADA
PRINSIP MEDAN MAGNIT BUMI ZAMAN KUARTER

AHH-09
Geology ITB
TEKTONIK LEMPENG

AHH-12
Geology ITB
PALEOMAGNETISME
PEMBALIKAN PADA
PRINSIP MEDAN MAGNIT BUMI ZAMAN KUARTER

AHH-09
Geology ITB
PALEOMAGNETISME
PERUBAHAN KUTUB MAGNIT SEJALAN WAKTU

KUTUB MAGNET TETAP, KONTINEN BERGERAK


MENGIKUTI PERUBAHAN JEJAK YANG ADA AHH-12
Geology ITB
PERKEMBANGAN TEORI TEKTONIK LEMPENG

 “Pola pembalikan medan magnet di lantai samudera”. Hasil


studi menunjukkan pembalikan selama kurun 70-80 juta
terakhir. Polaritas Normal, sesuai dengan kondisi sekarang
dan Polaritas terbalik (reversed polarity) yang berlawanan
arah.
 Terdapat paling tidak 9 kali pembalikan medan magnet pada
4.5 juta tahun terakhir. Periode normal sampai sekarang
dimulai sejak 700.000 tahun yang lalu. Dari anaomali magnetik
ini dilakukan penaggalan radiometrik yang digambarkan
dalam magnetic reversal.
 Tahun 1963, Fred Vine dan D H Matthews menerapkan pada
lantai samudera, sepanjang pertumbuhan dari magma yang
keluar dari pusat pemekaran (spreading centre), yang
hasilnya tergambar sebagai gambaran “Magnetic Stripes” dari
perubahan polaritas sejalan dengan waktu.

AHH-12
Geology ITB
PALEOMAGNETISME
PRINSIP MEDAN MAGNIT BUMI

REKAMAN MEDAN
MAGNIT TERAWETKAN
PADA BATUAN

Geology ITB
PALEOMAGNETISME
ORIENTASI MEDAN MAGNIT PEMBALIKAN PADA
SEKARANG ZAMAN KUARTER

AHH-12
Geology ITB
PALEOMAGNETISME
PENENTUAN UMUR DAN PERTUMBUHAN
SAMUDERA DARI PALEOMAGNETISME

DISTRIBUSI UMUR LANTAI


SAMUDERA

AHH-12
Geology ITB
PALEOMAGNETISME
PENENTUAN UMUR DAN PERTUMBUHAN
SAMUDERA DARI PALEOMAGNETISME

DISTRIBUSI UMUR LANTAI


SAMUDERA

AHH-12
Geology ITB
PALEOMAGNETISME
PENENTUAN UMUR DAN PERTUMBUHAN
SAMUDERA DARI PALEOMAGNETISME

AHH-16
Geology ITB
Pemekaran Samudera

BUKTI PEMEKARAN SAMUDERA


(VOLKANISME) DI ICELAND

AHH-12
Geology ITB
Pemekaran Samudera

BUKTI PEMEKARAN SAMUDERA


(VOLKANISME) DI ICELAND

AHH-16
Geology ITB
Pemekaran Samudera

AHH-12
Geology ITB
Pemekaran Samudera
PERKEMBANGAN AKTUAL PEMEKARAN SAMUDERA DI LAUT MERAH

AHH-16
Geology ITB
TEKTONIK LEMPENG

AHH-12
Geology ITB
Pemekaran Samudera

AHH-12
Geology ITB
TEKTONIK LEMPENG

AHH-12
Geology ITB
TEKTONIK LEMPENG

AHH-16
Geology ITB
TEKTONIK LEMPENG

PEMEKARAN & PEMBENTUKAN LANTAI SAMUDERA

AHH-12
Geology ITB
SUBDUCTION
&
COLLISION

>>
OROGESNESIS

AHH-12
Geology ITB
OROGENIC BELT

MOUNTAIN BELT

AHH-12
Geology ITB
TEKTONIK LEMPENG

TRANSFORM/STRIKE-SLIP BOUNDARY

AHH-12
Geology ITB
TEKTONIK LEMPENG

MEKANISME PERGERAKAN STRIKE-SLIP/TRANSFORM

AHH-12
Geology ITB
TEKTONIK LEMPENG

AHH-16
Geology ITB
TEKTONIK LEMPENG

Gaya Penggerak Lempeng

AHH-12
Geology ITB
TEKTONIK LEMPENG

Daya Gerak Lempeng AHH-12


Geology ITB

Anda mungkin juga menyukai