Anda di halaman 1dari 4

Tatanan geologi dan batuan penyusun Kota Banda Aceh

Kota Banda Aceh terletak pada sebuah cekungan yang dikontrol secara struktural, dimana
cekungan ini dibatasi di kedua sisinya oleh patahan-patahan aktif yakni, Patahan Aceh di barat
daya dan Patahan Seulimum di timur laut seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1. Kondisi ini
mengakibatkan batuan sedimen Banda Aceh akan bergetar cukup kuat bila gempa terjadi di
sekitarnya.

Gambar 1: Tatanan geologi Kota Banda Aceh (Barber & Crow, 2005)

Litologi penyusun yang ada di Banda Aceh dan sekitarnya ditunjukkan pada Gambar 2. Dari
bagian barat hingga ke selatan Patahan Aceh disekitar kawasan pesisir dibentuk terutama oleh
Endapan Pra-Tersier tipis berlapis-lapis hingga sangat tebal berupa batu kapur Formasi
Batugamping Raba. Di sebelah timur Banda Aceh tersusun oleh batuan andesit hingga dasit dari
endapan vulkanik Lam Teuba. Endapan vulkanik ini mencakup sebagian besar kawasan di pesisir
utara dan kaki bukit di kedua sisi Patahan Seulimum. Vulkanik Lam Teuba diendapkan dari
Plistosen Holosen.
Gambar 2: Batuan penyusun Kota Banda Aceh dan sekitarnya (Bennett dkk., 1981)

Banda Aceh dialasi oleh Aluvium yang sangat tebal (Siemon dkk., 2006). Ketebalan Aluvium di
dekat pantai Banda Aceh mencapai kedalaman 206 m di bawah muka tanah eksisting. Aluvium ini
di sepanjang pesisir Kota Banda Aceh terdiri dari lapisan pasir dengan ketebalan 20 m di bagian
atas dan tanah liat tebal yang diselang-selingi oleh tiga buah lapisan pasir-kerikil dengan ketebalan
yang bervariasi dari 3 hingga 9 m. Bukti lainnya dari ketebalan Aluvium dibawah Kota Banda
Aceh adalah sumur-sumur lama peninggalan Belanda di Ulee Lheue (158 m), Peukan Krueng Cot
(125 m), dan P. Perak (179 m). Sekitar sepuluh kilometer kearah hulu Krueng Aceh, tepatnya di
Lambaro, Aluvium memiliki ketebalan minimal 70 m. Diagram skematik potongan melintang
yang menunjukkan Aluvium di Banda Aceh (Kuarter pasir dan tanah liat) disajikan pada Gambar
3.
Berdasarkan hasil penelitian dari Direktorat Tata Lingkungan Geologi dan Kawasan
Pertambangan Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (2005) lokasi pembangunan hotel
ini berada dalam zonasi lapisan pasir lanuan (S), coklat muda kekuningan, berbutir halus-sedang,
agak membulat hingga bulat, lepas hongga agak lepas, dan mudah meluluskan air dengan daya
dukung sedang dan rentan liquifaksi (Gambar 4). Evaluasi kerentanan terhadap bahaya liquifaksi
juga dilakukan oleh Tohari dkk. (2015) seperti disajikan dalam Gambar 5. Oleh karena itu, evaluasi
kerentanan terhadap bahaya liquifaksi harus dilakukan dalam penyusunan DED bangunan.

Gambar 3: Skematik potongan melintang Aluvium di Banda Aceh ( Farr & Djaeni 1975)

Gambar 4: Peta Geologi Teknik Banda Aceh dan sekitarnya (GTL, 2005)
Gambar 5: Peta mikrozonasi kerentanan penurunan permukaan tanah akibat likuifaksi untuk
wilayah Kota Banda Aceh (Tohari dkk., 2015)

Anda mungkin juga menyukai