Anda di halaman 1dari 10

Laboratorium Geologi Minyak dan Gas Bumi 2014

Nama : Cahyo Ary Prastanto Wicaksono


NIM : 111120015
Plug : 2 1
GEOLOGI REGIONAL CEKUNGAN SUMATRA TENGAH
Cekungan Sumatra tengah merupakan cekungan sedimentasi tersier
penghasil hidrokarbon terbesar di Indonesia. Ditinjau dari posisi tektoniknya,
Cekungan Sumatra tengah merupakan cekungan belakang busur.
Cekungan Sumatra tengah ini relatif memanjang Barat laut-Tenggara, dimana
pembentukannya dipengaruhi oleh adanya subduksi lempeng Hindia-Australia
dibawah lempeng Asia (gambar 1). Batas cekungan sebelah Barat daya adalah
Pegunungan Barisan yang tersusun oleh batuan pre-Tersier, sedangkan ke arah
Timur laut dibatasi oleh paparan Sunda. Batas tenggara cekungan ini yaitu
Pegunungan Tigapuluh yang sekaligus memisahkan Cekungan Sumatra tengah
dengan Cekungan Sumatra selatan. Adapun batas cekungan sebelah barat laut
yaitu Busur Asahan, yang memisahkan Cekungan Sumatra tengah dari Cekungan
Sumatra utara
Proses subduksi lempeng Hindia-Australia menghasilkan peregangan
kerak di bagian bawah cekungan dan mengakibatkan munculnya konveksi panas
ke atas dan diapir-diapir magma dengan produk magma yang dihasilkan terutama
bersifat asam, sifat magma dalam dan hipabisal. Selain itu, terjadi juga aliran
panas dari mantel ke arah atas melewati jalur-jalur sesar. Secara keseluruhan, hal-
hal tersebutlah yang mengakibatkan tingginya heat flow di daerah cekungan
Sumatra tengah (Eubank et al., 1981 dalam Wibowo, 1995).

Laboratorium Geologi Minyak dan Gas Bumi 2014

Nama : Cahyo Ary Prastanto Wicaksono
NIM : 111120015
Plug : 2 2
Faktor pengontrol utama struktur geologi regional di cekungan Sumatra
tengah adalah adanya Sesar Sumatra yang terbentuk pada zaman kapur. Subduksi
lempeng yang miring dari arah Barat daya pulau Sumatra mengakibatkan
terjadinya strong dextral wrenching stress di Cekungan Sumatra tengah (Wibowo,
1995). Hal ini dicerminkan oleh bidang sesar yang curam yang berubah sepanjang
jurus perlapisan batuan, struktur sesar naik dan adanya flower structure yang
terbentuk pada saat inversi tektonik dan pembalikan-pembalikan struktur (gambar
3). Selain itu, terbentuknya sumbu perlipatan yang searah jurus sesar dengan
penebalan sedimen terjadi pada bagian yang naik (inverted) (Shaw et al.,
1999). Struktur geologi daerah cekungan Sumatra tengah memiliki pola yang
hampir sama dengan cekungan Sumatra Selatan, dimana pola struktur utama yang
berkembang berupa struktur Barat laut-Tenggara dan Utara-Selatan (Eubank et al.,
1981 dalam Wibowo, 1995). Walaupun demikian, struktur berarah Utara-Selatan
jauh lebih dominan dibandingkan struktur Barat lautTenggara.
Elemen tektonik yang membentuk konfigurasi Cekungan Sumatra tengah
dipengaruhi adanya morfologi High Low pre-Tersier. Pada gambar 4 dapat
dilihat pengaruh struktur dan morfologi High Low terhadap konfigurasi basin di
Cekungan Sumatra tengah (kawasan Bengkalis Graben), termasuk penyebaran
depocenter dari graben dan half graben. Lineasi Basement Barat laut-Tenggara
sangat terlihat pada daerah ini dan dapat ditelusuri di sepanjang cekungan
Sumatra tengah. Liniasi ini telah dibentuk dan tereaktivasi oleh pergerakan
tektonik paling muda (tektonisme Plio-Pleistosen). Akan tetapi liniasi basement
ini masih dapat diamati sebagai suatu komponen yang mempengaruhi
pembentukan formasi dari cekungan Paleogen di daerah Cekungan Sumatra
tengah.
Laboratorium Geologi Minyak dan Gas Bumi 2014

Nama : Cahyo Ary Prastanto Wicaksono
NIM : 111120015
Plug : 2 3

Sejarah tektonik cekungan Sumatra tengah secara umum dapat
disimpulkan menjadi beberapa tahap, yaitu
1. Konsolidasi Basement pada zaman Yura, terdiri dari sutur yang berarah Barat
laut-Tenggara.
2. Basement terkena aktivitas magmatisme dan erosi selama zaman Yura akhir
dan zaman Kapur.
3. Tektonik ekstensional selama Tersier awal dan Tersier tengah (Paleogen)
menghasilkan sistem graben berarah Utara-Selatan dan Barat laut-Tenggara.
Kaitan aktivitas tektonik ini terhadap paleogeomorfologi di Cekungan Sumatra
tengah adalah terjadinya perubahan lingkungan pengendapan dari longkungan
darat, rawa hingga lingkungan lakustrin, dan ditutup oleh kondisi lingkungan
fluvial-delta pada akhir fase rifting.
Laboratorium Geologi Minyak dan Gas Bumi 2014

Nama : Cahyo Ary Prastanto Wicaksono
NIM : 111120015
Plug : 2 4
4. Selama deposisi berlangsung di Oligosen akhir sampai awal Miosen awal yang
mengendapkan batuan reservoar utama dari kelompok Sihapas, tektonik Sumatra
relatif tenang. Sedimen klastik diendapkan, terutama bersumber dari daratan
Sunda dan dari arah Timur laut meliputi Semenanjung Malaya. Proses akumulasi
sedimen dari arah timur laut Pulau Sumatra menuju cekungan, diakomodir oleh
adanya struktur-struktur berarah Utara-Selatan. Kondisi sedimentasi pada
pertengahan Tersier ini lebih dipengaruhi oleh fluktuasi muka air laut global
(eustasi) yang menghasilkan episode sedimentasi transgresif dari kelompok
Sihapas dan Formasi Telisa, ditutup oleh episode sedimentasi regresif yang
menghasilkan Formasi Petani.
5. Akhir Miosen akhir volkanisme meningkat dan tektonisme kembali intensif
dengan rejim kompresi mengangkat pegunungan Barisan di arah Barat daya
cekungan. Pegunungan Barisan ini menjadi sumber sedimen pengisi cekungan
selanjutnya (later basin fill). Arah sedimentasi pada Miosen akhir di Cekungan
Sumatra tengah berjalan dari arah selatan menuju utara dengan kontrol struktur-
struktur berarah utara selatan.
6. Tektonisme Plio-Pleistosen yang bersifat kompresif mengakibatkan terjadinya
inversi-inversi struktur Basement membentuk sesar-sesar naik dan lipatan yang
berarah Barat laut-Tenggara. Tektonisme Plio-Pleistosen ini juga menghasilkan
ketidakselarasan regional antara formasi Minas dan endapan alluvial kuarter
terhadap formasi-formasi di bawahnya.
Stratigrafi Regional
Proses sedimentasi di Cekungan Sumatra tengah dimulai pada awal
tersier (Paleogen), mengikuti proses pembentukan cekungan half graben yang
sudah berlangsung sejak zaman Kapur hingga awal tersier.
Konfigurasi basement cekungan tersusun oleh batuan-batuan
metasedimen berupa greywacke, kuarsit dan argilit. Batuan dasar ini diperkirakan
berumur Mesozoik. Pada beberapa tempat, batuan metasedimen ini terintrusi oleh
granit (Koning & Darmono, 1984 dalam Wibowo, 1995).
Laboratorium Geologi Minyak dan Gas Bumi 2014

Nama : Cahyo Ary Prastanto Wicaksono
NIM : 111120015
Plug : 2 5

Secara umum proses sedimentasi pengisian cekungan ini dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
Rift (Siklis Pematang)
Secara keseluruhan, sedimen pengisi cekungan pada fase tektonik
ekstensional (rift) ini dikelompokkan sebagai Kelompok Pematang yang
tersusun oleh batulempung, serpih karbonan, batupasir halus dan batulanau
aneka warna. Lemahnya refleksi seismik dan amplitudo yang kuat pada data
seismik memberikan indikasi fasies yang berasosiasi dengan lingkungan
lakustrin.
Laboratorium Geologi Minyak dan Gas Bumi 2014

Nama : Cahyo Ary Prastanto Wicaksono
NIM : 111120015
Plug : 2 6
Pengendapan pada awal proses rifting berupa sedimentasi klastika darat
dan lakustrin dari Lower Red Bed Formation dan Brown Shale Formation. Ke
arah atas menuju fase late rifting, sedimentasi berubah sepenuhnya menjadi
lingkungan lakustrin dan diendapkan Formasi Pematang sebagai Lacustrine Fill
sediments.
a) Formasi Lower Red Bed
Tersusun oleh batulempung berwarna merah hijau, batulanau, batupasir
kerikilan dan sedikit konglomerat serta breksi yang tersusun oleh pebble kuarsit
dan filit. Kondisi lingkungan pengendapan diinterpretasikan berupa alluvial
braid-plain dilihat dari banyaknya muddy matrix di dalam konglomerat dan
breksi
b) Formasi Brown Shale
Formasi ini cukup banyak mengandung material organik, dicirikan oleh
warna yang coklat tua sampai hitam. Tersusun oleh serpih dengan sisipan
batulanau, di beberapa tempat terdapat selingan batupasir, konglomerat dan
paleosol. Ketebalan formasi ini mencapai lebih dari 530 m di bagian
depocenter.
Formasi ini diinterpretasikan diendapkan di lingkungan danau dalam
dengan kondisi anoxic dilihat dari tidak adanya bukti bioturbasi. Interkalasi
batupasir batupasirkonglomerat diendapkan oleh proses fluvial channel fill.
Menyelingi bagian tengah formasi ini, terdapat beberapa horison paleosol yang
dimungkinkan terbentuk pada bagian pinggiran/batas danau yang muncul ke
permukaan (lokal horst), diperlihatkan oleh rekaman inti batuan di komplek
Bukit Susah (gambar 6).
Secara tektonik, formasi ini diendapkan pada kondisi penurunan
cekungan yang cepat sehingga aktivitas fluvial tidak begitu dominan.
c) Formasi Coal Zone
Secara lateral, formasi ini dibeberapa tempat equivalen dengan Formasi
Brown Shale. Formasi ini tersusun oleh perselingan serpih dengan batubara dan
sedikit batupasir.
Laboratorium Geologi Minyak dan Gas Bumi 2014

Nama : Cahyo Ary Prastanto Wicaksono
NIM : 111120015
Plug : 2 7
Lingkungan pengendapan dari formasi ini diinterpretasikan berupa danau
dangkal dengan kontrol proses fluvial yang tidak dominan. Ditinjau dari
konfigurasi cekungannya, formasi ini diendapkan di daerah dangkal pada
bagian aktif graben menjauhi depocenter (gambar 6).
d) Formasi Lake Fill
Tersusun oleh batupasir, konglomerat dan serpih. Komposisi batuan
terutama berupa klastika batuan filit yang dominan, secara vertikal terjadi
penambahan kandungan litoklas kuarsa dan kuarsit. Struktur sedimen gradasi
normal dengan beberapa gradasi terbalik mengindikasikan lingkungan
pengendapan fluvial-deltaic.
Formasi ini diendapkan secara progradasi pada lingkungan fluvial
menuju delta pada lingkungan danau. Selama pengendapan formasi ini, kondisi
tektonik mulai tenang dengan penurunan cekungan yang mulai melambat (late
rifting stage). Ketebalan formasi mencapai 600 m.
e) Formasi Fanglomerate
Diendapkan disepanjang bagian turun dari sesar sebagai seri dari endapan
aluvial. Tersusun oleh batupasir, konglomerat, sedikit batulempung berwarna
hijau sampai merah. Baik secara vertikal maupun lateral, formasi ini dapat
bertransisi menjadi formasi Lower Red Bed, Brown Shale, Coal Zone dan Lake
Fill.
Di beberapa daerah sepertihalnya di Sub-Cekungan Aman, dua formasi
terakhir (Lake Fill dan Fanglomerat) dianggap satu kesatuan yang equivalen
dengan Formasi Pematang berdasarkan sifat dan penyebarannya pada
penampang seismik.
Sag
Secara tidak selaras diatas Kelompok Pematang diendapkan sedimen
Neogen. Fase sedimentasi ini diawali oleh episode transgresi yang diwakili oleh
Kelompok Sihapas dan mencapai puncaknya pada Formasi Telisa.
(Siklis Sihapas transgresi awal)
Laboratorium Geologi Minyak dan Gas Bumi 2014

Nama : Cahyo Ary Prastanto Wicaksono
NIM : 111120015
Plug : 2 8
Kelompok Sihapas yang terbentuk pada awal episode transgresi terdiri
dari Formasi Menggala, Formasi Bangko, Formasi Bekasap dan Formasi Duri.
Kelompok ini tersusun oleh batuan klastika lingkungan fluvial-deltaic sampai
laut dangkal. Pengendapan kelompok ini berlangsung pada Miosen awal
Miosen tengah.
a) Formasi Menggala
Tersusun oleh batupasir konglomeratan dengan ukuran butir kasar
berkisar dari gravel hingga ukuran butir sedang. Secara lateral, batupasir ini
bergradasi menjadi batupasir sedang hingga halus. Komposisi utama batuan
berupa kuarsa yang dominan, dengan struktur sedimen trough cross-bedding
dan erosional basal scour. Berdasarkan litologi penyusunnya diperkirakan
diendapkan pada fluvial-channel lingkungan braided stream.
Formasi ini dibedakan dengan Lake Fill Formation dari kelompok
Pematang bagian atas berdasarkan tidak adanya lempung merah terigen pada
matrik (Wain et al., 1995). Ketebalan formasi ini mencapai 250 m, diperkirakan
berumur awal Miosen bawah.
b) Formasi Bangko
Formasi ini tersusun oleh serpih karbonan dengan perselingan batupasir
halus-sedang. Diendapkan pada lingkungan paparan laut terbuka. Dari fosil
foraminifera planktonik didapatkan umur N5 (Blow, 1963). Ketebalan
maksimum formasi kurang lebih 100 m.
c) Formasi Bekasap
Formasi ini tersusun oleh batupasir masif berukuran sedang-kasar dengan
sedikit interkalasi serpih, batubara dan batugamping. Berdasarkan ciri litologi
dan fosilnya, formasi ini diendapkan pada lingkungan air payau dan laut
terbuka. Fosil pada serpih menunjukkan umur N6 N7. Ketebalan seluruh
formasi ini mencapai 400 m.
Formasi Duri
Laboratorium Geologi Minyak dan Gas Bumi 2014

Nama : Cahyo Ary Prastanto Wicaksono
NIM : 111120015
Plug : 2 9
Di bagian atas pada beberapa tempat, formasi ini equivalen dengan
formasi Bekasap. Tersusun oleh batupasir halus-sedang dan serpih. Ketebalan
maksimum mencapai 300 m. Formasi ini berumur N6 N8.
(Formasi Telisa transgresi akhir)
Formasi Telisa yang mewakili episode sedimentasi pada puncak
transgresi tersusun oleh serpih dengan sedikit interkalasi batupasir halus pada
bagian bawahnya. Di beberapa tempat terdapat lensa-lensa batugamping pada
bagian bawah formasi. Ke arah atas, litologi berubah menjadi serpih mencirikan
kondisi lingkungan yang lebih dalam. Diinterpretasikan lingkungan
pengendapan formasi ini berupa lingkungan Neritik Bathyal atas.
Secara regional, serpih marine dari formasi ini memiliki umur yang sama
dengan Kelompok Sihapas, sehingga kontak Formasi Telisa dengan
dibawahnya adalah transisi fasies litologi yang berbeda dalam posisi stratigrafi
dan tempatnya. Ketebalan formasi ini mencapai 550 m, dari analisis fosil
didapatkan umur N6 N11.
(Formasi Petani regresi)
Tersusun oleh serpih berwarna abu-abu yang kaya fosil, sedikit
karbonatan dengan beberapa lapisan batupasir dan batulanau. Secara vertikal,
kandungan tuf dalam batuan semakin meningkat.
Selama pengendapan satuan ini, aktivitas tektonik kompresi dan
volkanisme kembali aktif (awal pengangkatan Bukit Barisan), sehingga
dihasilkan material volkanik yang melimpah. Kondisi air laut global (eustasi)
berfluktuasi secara signifikan dengan penurunan muka air laut sehingga
terbentuk beberapa ketidakselarasan lokal di beberapa tempat.
Formasi ini diendapkan pada episode regresif secara selaras diatas
Formasi Telisa. Walaupun demikian, ke arah timur laut secara lokal formasi ini
memiliki kontak tidak selaras dengan formasi di bawahnya. Ketebalan
maksimum formasi ini mencapai 1500 m, diendapkan pada Miosen tengah
Pliosen.
Laboratorium Geologi Minyak dan Gas Bumi 2014

Nama : Cahyo Ary Prastanto Wicaksono
NIM : 111120015
Plug : 2 10
Daerah Sumatra Tengah memiliki lapangan Minyak yaitu diantaranya
terletak pada Andan, Besikap, Duri yang di kelola oleh PT CHEVRON, Kota
batak, Lirik, Lapangan minyak di Minas yang mayoritas dikelola oleh Caltex,
North Pulai, Sago, Pungut, Sebangai, Lapangan minyak Ukui yang dikelola
Pertamina,

Anda mungkin juga menyukai