Gambar 1 Rekonstruksi Evolusi Lempeng-lempeng Tektonik di Kawasan Asia Tenggara dari Jura Akhir sampai Eosen Awal
(Hall dkk., 2009 ).
Hall dkk. (2009) melakukan rekontruksi tentang perkembangan Sundaland dan interaksinya
dengan lempeng tektonik disekitarnya. Pada Jurasic Akhir (150 juta tahun yang lalu – Gambar
2) diperkitakan Blok Banda yang sebelumnya bergabung dengan Gondawa terpisah dan
UAS GEOLOGI INDONESIA
menjauhi Sula Spur. Blok Argo lalu terpisah kemudian melalui proses pemekaran (spreading).
Pemekaran berkembang ke barat menerus sampai pada margin dari Greater India 2. Busur
kepulauan dan fragmen-fragmen benua bergerak menjauh dari Gondawa sebagai hasil dari
rollback dari subduksi. Lalu 135 juta tahun yang lalu (Kapur Awal – Gambar 2), India mulai
terpisah dari Australia dan Papua yang masih bergabung dengan Antartika. Pemekaran di Ceno
Tethys memiliki orientasi rata-rata NW-SE. Blok Argo dan Busur Woyla bergerak ke Asia
Tenggara.
Gambar 2 Rekonstruksi Evolusi Lempeng-lempeng Tektonik di Kawasan Asia Tenggara dari Eosen Tengah sampai Miosen
Tengah (Hall dkk., 2009).
Sekitar 25 juta tahun kemudian (Kapur Awal – Gambar 3) India terpisah dari Australia. Blok
Argo mendekati Sundaland dan pemekaran pada Ceno-Tethys yang berarah NW-SE berhenti.
Pusat pemekaran antara India-Australia berkembang ke arah utara. Terjadi subduksi di bagian
selatan Sumatra dan tenggara Kalimantan. Pada 90 juta tahun yang lalu (Kapur Tengah –
Gambar 2), Blok Argo mendekati Kalimantan sebelah barat laut Kalimantan dan Busur Woyla
mendekati tepian Sumatra. Koalisi-koalisi tersebut menyebabkan subduksi yang berlangsung
sebelumnya berhenti. India terus bergerak ke utara melalui subduksi pada Busur Incertus.
Australia dan Papua mulai bergerak perlahan menjauhi Antartika. Pada Kapur Akhir, India
bergerak cepat ke utara dikarenakan pemekaran yang cepat di bagian selatan dan terbentuk
sesar-sesar tranform. Tidak ada pergerakan yang signifikan antara Australia dengan Sundaland
serta tidak terjadi subduksi di bawah pulau Sumatra dan Jawa. Sekitar 55 juta tahun yang lalu
(Eosen Awal – Gambar 2), pergerakan Australia-Sundaland menyebabkan terbentuknya
subduksi sepanjang barat tepi Sundaland, di bawah Pulau Sumba dan Sulawesi Barat, dan
mungkin menerus ke utara. Batas antara lempeng Australia-Sundaland pada bagian selatan
Jawa merupakan zona strike-slip sedangkan pada selatan Sumatra berupa zona strike-slip
UAS GEOLOGI INDONESIA
tangensional. Busur Incertus dan batas utara dari Greater India bergabung dan terus bergerak
ke utara.
Gambar 3 . Evolusi Tektonik dari 45 juta tahun yang lalu sampai saat ini (Slide mata kuliah Geologi Indonesia). Menunjukan
pembentukan pergerakan Australia, Papua, dan India yang memisah diri dari arah selatan. Pergerakan dan tumbukan yang
terjadi mempengaruhi d
Pada 45 juta tahun yang lalu (Miosen Tengah – Gambar 4 dan Gambar 5), Australia dan Papua mulai
bergerak dengan cepat menjauhi Antartika. Terbentuk cekungan di sekitar daerah Celebes dan Filipina
serta jalur subduksi yang mengarah ke selatan pada proto area Laut Cina Selatan. Pada 35 juta tahun
yang lalu (Gambar 5), daerah Sundaland mulai berotasi berlawanan dengan arah jarum jam, bagian
timur Kalimantan dan Jawa secara relatif bergerak ke utara. Rotasi tersebut berlangsung disebabkan
karena adanya interaksi lempeng India ke Asia. Lalu pada 15 juta tahun yang lalu (Miosen Tengah –
Gambar 4), bagian kerak samudra pada Blok Banda yang berumur lebih tua dari 120 juta tahun yang
lalu mencapai jalur subduksi pada selatan Jawa. Palung berkembang ke arah timur sepanjang batas
lempeng sampai bagian selatan dari Sula Spur. Australia dan Papua mendekat ke posisi sekarang ini
dan lengan-lengan dari Sulawesi mulai bergabung. Lalu 5 juta tahun yang lalu (Gambar 5) jalur-jalur
subduksi dan gunung berapi berkembang hampir mendekati keadaan saat ini. Australia dan Papua
terus bergerak ke utara.
• daerah Paparan Sunda terletak di bagian barat Indonesia, sedangkan Paparan Sahul di
bagian timur Indonesia
• Paparan Sunda meliputi daerah-daerah perairan Selat Malaka, Laut Cina Selatan dan Laut
Jawa, sedangkan Paparan Sahul meliputi daerah-daerah di selatan Laut Banda dan Laut
Aru.
• Paparan Sunda adalah lempeng bumi yang bergerak dari Kawasan Oriental (Benua Asia)
dan berada di sisi barat Garis Wallace. Garis Wallace merupakan suatu garis khayal pembatas
antara dunia flora fauna di Paparan Sunda dan di bagian lebih timur Indonesia. Garis ini
bergerak dari utara ke selatan, antara Kalimantan dan Sulawesi, serta antara Bali dan Lombok.
Garis ini mengikuti nama biolog Alfred Russel Wallace yang, pada 1858, memperlihatkan
bahwa sebaran flora fauna di Sumatera, Kalimantan, Jawa, dan Bali lebih mirip dengan yang
ada di daratan Benua Asia, sedangkan
Paparan Sahul adalah lempeng bumi yang bergerak dari Kawasan Australesia (Benua
Australia) dan berada di sisi timur Garis Weber. Garis Weber adalah sebuah garis khayal
pembatas antara dunia flora fauna di Paparan Sahul dan di bagian lebih barat Indonesia. Garis
ini membujur dari utara ke selatan antara Kepulauan Maluku dan Papua serta antara Nusa
Tenggara Timur dan Australia. Garis ini mengikuti nama biolog Max Weber yang, sekitar
1902, memperlihatkan bahwa sebaran flora fauna di kawasan ini lebih serupa dengan yang
ada di Benua Australia.
2. Sejak dulu kita telah mengenal bahwa batas daratan Sunda (Sundaland) pada
zaman Kapur mengikuti arah Meratus (Hamilton, 1979). Tetapi akhir-akhir ini
beberapa peneliti mempunyai hipotesa bahwa batas tersebut terletak lebih ke
arah timur (ke arah Sulawesi Selatan - Bantimala).
a. Jelaskan, data apa yang menjadi pertimbangan bagi para peneliti dalam
mengemukakan hipotesa tentang batas Daratan Sunda ?.
b. Jika hipotesa tersebut di atas adalah benar, coba anda gambarkan atau
sketsa penampang tektonik pada zaman Kapur dari Timur ke arah Barat
(melalui Sulawesi Selatan, Selat Makassar, Pulau Laut dan Pulau
Kalimantan serta memotong Pegunungan Meratus sampai ke cekungan
Barito ? Sebutkan juga nama elemen-elemen tektonik dari masing-masing
tempat pada penampang saudara ?
Pegunungan Meratus yang sebelumnya dinyatakan oleh beberapa ahli seperti Katili,
1974 dan Hamilton, 1979 sebagai batas Sundaland dan merupakan jalur subduksi yang dapat
dihubungkan dengan melange Ciletuh dan Karangsambung, menurut penelitian terbaru
(Satyana, 2003 -HAGI & IAGI; Satyana & Armandita, 2008-HAGI, Satyana, 2010-IPA;
Satyana, 2012-AAPG) merupakan sebuah suture Mesotethys hasil benturan antara
mikrokontinen Schwaner dan Paternoster pada early Late Cretaceous, yang emplacement-nya
UAS GEOLOGI INDONESIA
dengan cara “obduction of detached oceanic slab”, yang lalu naik ke permukaan karena
ekshumasi Paternoster di bawahnya.
b. Element – element yang ada adalah Magmatic Arc, Fore Arc Basin, Back Arc Basin,
South China Sea, Sunda and Microcontinent Plate, Meratus Wedge. Adapun
penampang tektonik zaman Kapur Pulau Kalimantan berarah NW-SE dijelaskan dengan
gambar yang ada dibawah:
UAS GEOLOGI INDONESIA
80 - 60 MA INDIAN -AUSTRALIA
L.CRET. - PALEOC. PLATE PATERNOSFER -
KANGEAN BLOCK
FIRST EPISODES PLATE
SCS SPREADING
MA
BA 2 NW
FA
LUPAR WEDGE
AUSTRALIA PLATE
60 - 40 MA
PALEOC. - M. EOCENE
EAST DIPPING SUBDUCTION COLLISION MICCRO CONTINEN - MERATUS
MA = MAGMATIC ARC
BA = BACK ARC BASIN
FA = FORE ARC BASIN
SCS = SOUTH CHINA SEA
Gambar 4 . NW – SE Cross section Schematic reconstruction (A) Late Cretaceous, and (B) Eocene (Pertamina BPPKA, 1997,
op cit., Bachtiar, 2006).
Gambar 5 . Penampang Pulau Kalimantan berarah NW-SE Zaman Kapur (Hasan, 1991; Wakita, 2000; dimodifikasi
Satyanan dan Armandita, 2008)
Pegunungan Meratus mulai terangkat pada Miosen Akhir dan efektif membatasi sebelah barat
Cekungan Barito pada Plio-Pleistosen (Penrose, 1972; Coleman, 1977 dalam Clague dan
Straley, 1977).
Pada Miosen Awal, karena perbedaan densitas, kerak benua Paternoster yang
densitasnya paling ringan pun mengalami break-off dengan kerak samudera di depannya yang
melaju terus memasuki astenosfer yang semakin dalam ke sebelah barat. Selanjutnya, kerak
benua Paternoster yang sempat menunjam menjadi terangkat (ekshumasi) oleh tektonik gaya
berat akibat perbedaan densitas segmen – segmen kerak yang pernah mengalami benturan dan
astenosfer sekelilingnya. Tektonik gaya berat ekshumasi berupa pengangkatan kembali kerak
benua ini turut mengangkat detached oceanic slab ofiolit Meratus yang hanya menumpang
secara pasif (obducted) di atas kerak benua Paternoster. Demikian, terangkatlah Pegunungan
Meratus, seluruhnya melalui tektonik gaya berat ekshumasi akibat perbedaan densitas.
Gambar 39. Penampang melintang NW – SE (A) Oligocen –Miocen Tengah, and (B) Miocene Tengah - Resen
(Pertamina BPPKA, 1997, op cit., Bachtiar, 2006).
4. Sebutkan empat perbedaan utama antara Busur Barat dan Busur Timur dari
Pulau Sulawesi ?. Dan dibagian mana dataran luas ofiolit yang dapat ditemukan
di Pulau Sulawesi ?. Zona penunjaman manakah di kawasan Sulawesi yang
berkaitan dengan vulkanisma aktif saat ini ? (jawaban disertai gambar).
Perbedaan utama antara Busur Barat dan Busur Timur dari Pulau Sulawesi dijelaskan oleh tabel
dibawah :
Tabel 1. Perbedaan Busur Barat dan Busur Timur dari Pulau Sulawesi
UAS GEOLOGI INDONESIA
• Busur barat kaya akan logam-logam • Busur timur kaya akan mineral
yang berasiosiasi dengan aktivitas logamnya seperti nikel, krom dan
volkanik seperti besi, tembaga, dan kobalt.
emas
Dataran luas ofiolit ditemukan di Busur Timur tepatnya pada Lengan Timur dan
Tenggara Sulawesi yang dinamakan the Eastern Sulawesi Ophiolite Belt.
Zona penunjaman aktif yang berkaitan dengan vulkanisme akif saat ini berada di Busur
Barat diantaranya Camba Volcanik yang terletak di Western Divide Ran.
5. Banyak perdebatan dari para ahli yang mempelajari evolusi tektonik Papua,
salah satu perdebatan yang hangat adalah model subduksi ke utara atau ke
selatan. Menurut saudara bagaimana seharusnya ?. Bukti apa yang mendukung
ide saudara tersebut jika dikaitan dengan pola tektonik Papua saat ini ?.
Model yang lebih tepat adalah ke utara dengan penjabaran sebagai berikut. Lempeng
Indo-Australia, yang berkembang akibat adanya pertemuan antara Lempeng Australia yang
bergerak ke utara dengan Lempeng Pasifik yang bergerak ke barat.
Dua lempeng utama ini mempunyai sejarah evolusi yang diidentifikasi yang berkaitan
erat dengan perkembangan sari proses magmatik dan pembentukan busur gunung api yang
berasoisasi dengan mineralisasi emas phorpir dan emas epithermal. Menurut Smith (1990),
perkembangan Tektonik Pulau Papua dapat dipaparkan sebagai berikut:
Pada bagian belakang busur Lempeng kontinental Australia terjadi pemekaran yang
mengontrol proses sedimentasi dari Kelompok Batugamping Papua Nugini selama Oligosen –
Awal Miosen dan pergerakan lempeng ke arah utara berlangsung cepat dan menerus.
Pada bagian tepi utara Lempeng Samudera Solomon terjadi aktivitas penunjaman,
membentuk perkembangan Busur Melanesia pada bagian dasar kerak samudera selama periode
44 – 24 Juta Tahun yang lalu (JTL).
Kejadian ini seiring kedudukannya dengan komplek intrusi yang terjadi pada Oligosen
– Awal Miosen seperti yang terjadi di Kepatusan Bacan, Komplek Porphir West Delta – Kali
Sute di Kepala Burung Papua.
Selanjutnya pada Pertengahan Miosen terjadi pembentukan ophiolit pada bagian tepi
selatan Lempeng Samudera Solomon dan pada bagian utara dan Timur Laut Lempeng Indo-
Australia. Kejadian ini membentuk Sabuk Ofiolit Papua dan pada bagian kepala Burung Papua
diekspresikan oleh adanya Formasi Tamrau.
UAS GEOLOGI INDONESIA
Pada Akhir Miosen terjadi aktivitas penunjaman pada Lempeng Samudera Solomon ke
arah utara, membentuk Busur Melanesia dan ke arah selatan masuk ke lempeng Indo-Australia
membentuk busur Kontinen Calc Alkali Moon – Utawa dan busur Maramuni di Papua Nugini.
Pada 10 juta tahun yang lalu, pergerakan lempeng Indo-Australia terus berlanjut dan
pengrusakan pada Lempeng Samudra Solomon terus berlangsung mengakibatkan tumbukan di
perbatasan bagian utara dengan Busur Melanesia.
Busur tersebut terdiri dari gundukan tebal busur kepulauan Gunung Api dan sedimen
depan busur membentuk bagian “Landasan Sayap Miosen” seperti yang diekspresikan oleh
Gunung Api Mandi di Blok Tosem dan Gunung Api Batanta dan Blok Arfak.
Kemiringan tumbukan ini mengakibatkan kenampakan berbentuk sutur antara Busur
Melanesia dan bagian tepi utara Lempeng Australia yang diduduki oleh Busur Gunung Api
Mandi dan Arfak terus berlangsung hingga 10 juta tahun yang lalu dan merupakan akhir dan
penunjaman dan perkembangan dari busur Moon – Utawa.
Kenampakan seperti jahitan ditafsirkan dari bentukan tertutup dari barat ke timur mulai
dari Sorong, Koor, Ransiki, Yapen, dan Ramu – Zona Patahan Markam.
Pasca tumbukan gerakan mengiri searah kemiringan ditafsirkan terjadi sepanjang
Sorong, Yapen, Bintuni dan Zona Patahan Aiduna, membentuk kerangka tektonik di daerah
Kepala Burung. Hal ini diakibatkan oleh pergerakan mencukur dari kepala tepi utara dari
Lempeng Australia.
Kejadian yang berasosiasi dengan tumbukan busur Melanesia ini menggambarkan
bahwa pada Akhir Miosen usia bagian barat lebih muda dibanding dengan bagian timur.
Intensitas perubahan ke arah kemiringan tumbukan semakin bertambah ke arah timur.
UAS GEOLOGI INDONESIA
Selama Pliosen (7 – 1 juta tahun yang lalu) Jalur lipatan papua dipengaruhi oleh tipe
magma I, yaitu suatu tipe magma yang kaya akan komposisi potasium kalk alkali yang menjadi
sumber mineralisasi Cu-Au yang bernilai ekonomi di Ersberg dan Ok Tedi.
UAS GEOLOGI INDONESIA
Selama pliosen (3,5 – 2,5 JTL) intrusi pada zona tektonik dispersi di kepala burung
terjadi pada bagian pemekaran sepanjang batas graben. Batas graben ini terbentuk sebagai
respon dari peningkatan beban tektonik di bagian tepi utara lempeng Indo-Australia yang
diakibatkan oleh adanya pelenturan dan pengangkatan dari bagian depan cekungan sedimen
yang menutupi landasan dari Blok Kemum. Menurut Smith (1990), sebagai akibat benturan
lempeng Indo-Australia dan Pasifik adalah terjadinya penerobosan batuan beku dengan
komposisi sedang kedalam batuan sedimen diatasnya yang sebelumnya telah mengalami
patahan dan perlipatan.
Hasil penerobosan itu selanjutnya mengubah batuan sedimen dan mineralisasi dengan
tembaga yang berasosiasi dengan emas dan perak.
Tempat – tempat konsentrasi cebakan logam yang berkadar tinggi diperkirakan terdapat pada
lajur Pegunungan Tengah Papua mulai dari komplek Tembagapura (Erstberg, Grasberg , DOM,
Mata Kucing, dll), Setakwa, Mamoa, Wabu, Komopa – Dawagu, Mogo Mogo – Obano,
Katehawa, Haiura, Kemabu, Magoda, Degedai, Gokodimi, Selatan Dabera, Tiom, Soba-
Tagma, Kupai, Etna Paririm Ilaga.
Sementara di daerah Kepala Burung terdapat di Aisijur dan Kali Sute. Sementara itu
dengan adanya busur kepulauan gunungapi (Awewa Volkanik Group) yang terdiri dari :
Waigeo Island (F.Rumai) Batanta Island (F.Batanta), Utara Kepala Burung (Mandi & Arfak
Volc), Yapen Island (Yapen Volc), Wayland Overhrust (Topo Volc), Memungkinkan
terdapatnya logam, emas dalam bentuk nugget.
Sabuk pegunungan lipatan tengah di Irian Jaya terbentuk oleh adanya collision antara
lempeng Pasifik dan lempeng Australia. Pada zaman Pra-Tersier belum ada aktivitas aktif
secara tektonik di wilayah bakal pulau Irian jaya ini. Fase tektonik aktif mulai muncul pada
UAS GEOLOGI INDONESIA
kala Eosen yang diwakili adanya busur volkanik di Pasifik. Tumbukan antara busur volkanik
Melanesia dan Australia terjadi di kala Oligo-Miosen (sekitar 25 Jtyl) dan diikuti dengan proses
delaminasi pada Miosen akhir (8 Jtyl). Delaminasi adalah proses penipisan lempeng dan diikuti
slab break off. Peristiwa ini menghasilkan kegiatan magnetisme di pegunungan tengah yang
menghasilkan beberapa sistem endapan mineral.
Proses organik ini menghasilkan struktur lipatan dan thrust fault akibat gaya dengan
arah U-S di sepanjang busur tumbukan. Selain itu, terdapat sesar-sesar mendatar akibat gejala
extrussion tectonics dari tumbukan ini.
Gambar 13. Penampang Utara Selatan bagian Barat dari Pegunungan Tengah
Penampang U-S dari bagian barat (tertinggi) dari Pegunungan Tengah, menunjukkan
puncak dengan ketinggian hingga 5000 m yang terdiri dari batugamping Irian (Eosen-
Oligosen) yang terlipat. Daerah yang lebih rendah terdiri dari klastika dan karbonat berumur
Paleozoikum-Mesozoikum. (Dozy, 1939)
7. Jelaskan juga tentang model aktivitas magmatik berumur Tersier di Papua Barat
yang menghasilkan akumulasi tembaga dan emas. Jelaskan dengan singkat
sumber magma nya berasal dari mana ?.
8. Fisiografi Kawasan Timur Indonesia (KTI) memperlihatkan posisi Pulau Sumba
yang unik pada Cekungan Muka Busur Banda. Umbgrove (1949) mensinyalir
adanya problem geodinamik Pulau Sumba. Hipotesa tentang evolusi geodinamik
pulau Sumba menjadi bahan perdebatan diantara para ahli kebumian. Sebutkan
apa permasalahnnya ditinjau dari sudut pandang geodinamik (Teori Tektonik
Lempeng) dan Jelaskan juga secara singkat evolusi geodinamik dari Pulau Sumba
sejak umur kapur hingga kuarter?
Permasalahan Pulau Sumba adalah, Pulau Sumba terletak di antara Palung Jawa (bidang subduksi)
dan Palung Timor (bidang kolisi), namun bukan bagian dari keduanya. Pulau Sumba merupakan blok
mikrokontinen yang terperangkap terhadap busur kepulauan vulkanik aktif (Sumbawa, Flores) dalam
cekungan fore arc. Pulau Sumba tidak menunjukkan efek kompresi kuat, berbeda dengan pulau-pulau
sekitarnya yang merupakan bagian dari Busur Luar.
Pulau Sumba diperkirakan sebagai kepingan kerak benua karena ditemukannya batuan granodioritik
di beberapa tempat, pola struktur jarang yang menunjukan daerah tersebut relatif stabil, serta batuan
di sekeliling Sumba yang merupakan bagian dari kerak samudra sehingga membuktikan keberadaan
Pulau Sumba yang terisolasi sebagai mikrokontinen yang kemudian diteliti berasosiasi dengan
Sundaland.
Berikut merupakan evolusi geodinamik Pulau Sumba:
UAS GEOLOGI INDONESIA
Gambar 9. Empat tahap evolusi tektonik Pulau Sumba (Abdullah et al., 2000; Abdullah 2010)
UAS GEOLOGI INDONESIA
Kapur: Pada akhir Kapur, lempeng Indo-Australia mengalami penunjaman ke bawah lempeng
Eurasia akibat pemekaran laut Tethys, membentuk busur vulkanik di tepi Lempeng Eurasia.
Paleogen: Laju subduksi lebih besar dari laju pemekaran sehingga laut Tethys menyempit. Rezim
ekstensi di belakang busur vulkanik membentuk cekungan belakang busur. Zona subduksi mengalami
roll back membentuk busur kepulauan vulkanik.
Miosen Tengah-Pliosen: Benua Australia semakin mendekat, terjadi pelandaian sudut penunjaman
sehingga magmatisme mundur kea rah Eurasia membentuk Busur Banda. Blok Sumba mengalami
tumbukan dengan Lempeng Australia. Cekungan Selat Sumba terbentuk di antara Busur Banda dan
Sumba serta Cekungan Flores di utara Busur Banda.
Kuarter: Blok Sumba terangkat dan tersingkap sebagai Pulau Sumba. Di daerah timur timbul prisma
akresi sebagai Pulau Timor. Tumbukan juga menyebabkan Flores Thrust sebagai akibat tertahannya
lempeng di selatan Sumba.
9. Pulau Timor merupakan satu contoh produk tektonik dari proses tumbukan
antara Busur Kepulauan dengan Kontinen (Island Arc - Continent Collision) di
Kawasan Timur Indonesia.
a. Jelaskan tentang proses tersebut secara fisiografi dan tektonik ?.
b. Secara stratigrafi dan struktural Timor dapat dibedakan menjadi 3 bagian
utama. Sebut dan uraikan secara ringkas ?.
a. Fisiografi dan Tektonik
Secara Tektonik, Timor memiliki kondisi geologi yang kompleks adalah akibat dari
tumbukan Lempeng Australia bagian barat laut dengan Busur Kepulauan Banda sehingga kerak
Benua Australia menunjam di bawah busur kepulauan dengan arah penunjaman ke utara.
Peristiwa tumbukan tersebut diperkirakan terjadi pada umur Miosen Akhir. Tumbukan
awalnya terjadi di bagian tengah Timor dan kemudian berpindah ke arah baratdaya dengan
kecepatan sekitar 110 km/Ma (Harris, 1991). Setelah proses tumbukan tersebut, terjadi obduksi
dari lempeng Busur Banda ke atas batas pasif lempeng benua Australia. Ini menyebabkan
UAS GEOLOGI INDONESIA
endapan Banda Allochthon muncul di kerak muka busur sehingga menutupi endapan benua
Australia yang berumur Perm-Trias
Secara Fisiografis, Pulau Timor dapat dibagi menjadi dua kawasan yaitu Timor Barat
dan Timor Timur (Timor Leste). Pada kawasan Timor Barat yang secara administratif
termasuk dalam wilayah negara Indonesia. Timor Barat secara umum disusun oleh barisan
perbukitan bergelombang, dataran tinggi, dan dataran rendah yang tersebar di beberapa tempat.
Menurut Sani dkk. (1995), kawasan Timor Barat dapat dibagi menjadi tiga zona
fisiografi (Gambar 2.1) yaitu:
1. Barisan Perbukitan Utara (Northern Range)
Zona ini dicirikan oleh barisan perbukitan dengan topografi yang rapat dan
keras. Adapun litologi penyusun dari zona ini adalah batuan dari kompleks melange
serta batuan dari tepi kontinen Australia yang berumur Paleozoikum-Mesozoikum.
2. Cekungan Tengah (Central Basin)
Zona ini dicirikan oleh dataran rendah dengan kemiringan landai yang disusun
oleh endapan synorogenik klastik dan karbonat berumur Neogen Akhir.
3. Barisan Perbukitan Selatan (Southern Range)
Zona ini dicirikan oleh barisan perbukitan yang merupakan rangkaian lembar
sesar naik (thrust sheet). Zona ini sendiri disusun oleh batuan berumur Trias-Miosen
UAS GEOLOGI INDONESIA
yang termasuk dalam Sekuen Kekneno dan Sekuen Kolbano. Zona ini juga terkadang
disebut sebagai Perbukitan Kolbano.
Proses tektonik yang terdapat di Timor sangatlah kompleks dan sangat mempengaruhi
posisi stratigrafi batuan penyusunnya. Barber (1981) membagi Timor menjadi beberapa satuan
tektonostratigrafi yaitu:
- Satuan Kolbano; terdiri dari radiolarite Ofu dan kalsilutit Batuputih berumur
Kapur Akhir-Pliosen.
• Autochtone
Autochtone terdiri dari sedimen klastik Noele berumur Plio-Pleistosen yang
ditindih secara tidak selaras oleh endapan aluvial dan batugamping terumbu koral yang
berumur Kuarter.
10. Heidrick dan Aulia (1993) menyebut adanya fase-fase tektonik di kawasan
Sumatera Tengah yang menghasilkan bentuk-bentuk struktur yang khas.
Ceritakan proses-proses apa yang berlangsung selama kala Eosen - Oligosen dan
selama kala Miosen Tengah - Resen serta bentuk-bentuk struktur apa yang
dihasilkan ?.
Heidrick dan Aulia (1993), membahas secara terperinci tentang perkembangan tektonik
di Cekungan Sumatra Tengah dengan membaginya menjadi 3 (tiga) episode tektonik, F1 (fase
1) berlangsung pada Eosen-Oligosen, F2 (fase 2) berlangsung pada Miosen Awal-Miosen
Tengah, dan F3 (fase 3) berlangsung pada Miosen Tengah-Resen. Fase sebelum F1 disebut
sebagai fase 0 (F0) yang berlangsung pada Pra Tersier.
1. Episode F0 (Pre-Tertiary)
Batuan dasar Pra Tersier di Cekungan Sumatra Tengah terdiri dari lempeng-lempeng
benua dan samudera yang berbentuk mozaik. Orientasi struktur pada batuan dasar
memberikan efek pada lapisan sedimen Tersier yang menumpang di atasnya dan
kemudian mengontrol arah tarikan dan pengaktifan ulang yang terjadi kemudian.
Pola struktur tersebut disebut sebagai elemen struktur F0. Ada 2 (dua) struktur utama
pada batuan dasar. Pertama kelurusan utara-selatan yang merupakan sesar geser
(Transform/WrenchTectonic) berumur Karbon dan mengalami reaktifisasi selama
Permo-Trias, Jura, Kapur dan Tersier. Tinggian-tinggian yang terbentuk pada fase ini
adalah Tinggian Mutiara, Kampar, Napuh, Kubu, Pinang dan Ujung Pandang.
Tinggian-tinggian tersebut menjadi batas yang penting pada pengendapan sedimen
selanjutnya.
4. Episode F3 (13–Recent)
Episode F3 berlangsung pada kala Miosen Tengah-Resen disebut juga Barisan
Compressional Phase. Pada episode F3 terjadi pembalikan struktur akibat gaya
kompresi menghasilkan reverse dan Thrust Fault di sepanjang jalur Wrench Fault
yang terbentuk sebelumnya. Proses kompresi ini terjadi bersamaan dengan
pembentukan Dextral Wrench Fault di sepanjang Bukit Barisan. Struktur yang
terbentuk umumnya berarah baratlaut - tenggara. Pada episode F3 Cekungan Sumatra
Tengah mengalami regresi dan sedimen-sedimen Formasi Petani diendapkan, diikuti
pengendapan sedimen-sedimen Formasi Minas secara tidak selaras.
Gambar 42 . Perkembangan tektonik Cekungan Sumatra Tengah pada fase F2 dan F3 (Heidrick dan Turlington,
1994)
UAS GEOLOGI INDONESIA
Gambar 43. Peta Struktur Top Basement Cekungan Sumatra Tengah(Heidrick & Aulia, 1993)
UAS GEOLOGI INDONESIA
Daftar Pustaka:
Closs, Mark, Sapiee, Benyamin, dkk. 2005. Collisional Delamination in New Guinea: The
Geotectonic of Subducting Slab Breakoff. Austin, Texas. The Geological Society of
America.
Darman, Herman dan Sidi, F Hasan. 2000. An Outline of the Geology of Indonesia. Bandung.
Ikatan Ahli Geologi Indonesia.
Hall, R., Clements, B., Smyth, H. R. Sundaland: Basement Character, Structure and
Plate Tectonic Development. Proceedings, Indonesian Petroleum Association, Thirty-Third
Annual Convention & Exhibition, May 2009.
Janah, M. 2016. Karakterisasi Zona Subduksi Papua Bagian Utara Melalui Kajian Sejarah
Kegempaan. Semarang. FMIPA Universitas Negeri Semarang.
Nuraini, F. 2014. Tektonik Pulau Papua dan Sebelah Utara Australia. Makassar. FMIPA
Universitas Hasanuddin.
Satyana, A.H., C. Armandita, 2008. On the Origin of the Meratus Uplift, Southeast
Kalimantan –Tectonic and Gravity Constraints: A Model for Exhumation of Collisional
Orogen in Indonesia. Proceeding 33rd IAGI Annual Convention and Exhibition.
Satyana, A.H. 2010. Finding Remnants of The Tethys Oceans in Indonesia: Sutures of The
Terranes Amalgamation and Petroleum Implications. Proceeding 34th IPA Annual
Convention and Exhibition.
Satyana, A.H. dan Margaretha E.M.P. 2011. Sumba Area: Detached Sundaland Terrane and
Petroleum Implication. Proceeding 35th IPA Annual Convention and Exhibition.
https://www.sejarah-negara.com/2018/01/peta-sulawesi-lengkap-5-provinsi.html (diakses
pada 02 Mei 2019 pukul 22.00).
https://www.academia.edu/12240592/_UAS_GEOLOGI_INDONESIA_GL4012 (diakses
pada 03 Mei 2019 pukul 08.00).