Anda di halaman 1dari 23

Laboratorium Geologi Minyak Bumi 2014

Nama : Faris Ahad S


NIM : 111 120 061
Plug : 2 Page 1

Geologi Regional Cekungan Sumatra Tengah
II.1 Geologi Regional Cekungan Sumatera Tengah
Cekungan Sumatera Tengah merupakan cekungan busur belakang (back arc
basin)yang berkembang di sepanjang pantai barat dan selatan Paparan Sunda di
barat daya Asia Tenggara. Cekungan ini terbentuk akibat penunjaman Lempeng
Samudera Hindia yang bergerak relatif ke arah utara (N 6 E) dan menyusup ke
bawah Lempeng Benua Asia.
Cekungan Sumatera Tengah terbentuk pada awal Tersier (Eosen - Oligosen)
merupakan seri dari struktur half graben dan berbentuk asimetris berarah barat
laut - tenggara. Bagian yang terdalam terletak pada bagian barat daya dan
melandai ke arah timur laut. Pada beberapa half graben ini diisi oleh sedimen
klastik non-marine dan sedimen danau (Eubank & Makki, 1981). Pada bagian
barat daya cekungan ini dibatasi oleh Uplift Bukit Barisan, bagian barat laut
dibatasi oleh Busur Asahan, sebelah tenggara dibatasi oleh Tinggian Tigapuluh
dan di sebelah timur laut dibatasi oleh Kraton Sunda (Mertosono & Nayoan,
1974) (Gambar II.1).
Pola struktur di Cekungan Sumatera Tengah dicirikan oleh blok-blok patahan
dantranscurent faulting. Sistem blok-blok patahan mempunyai orientasi sejajar
dengan arah utara - selatan membentuk rangkaian horst dan graben. Pola struktur
yang ada saat ini di Cekungan Sumatera Tengah merupakan hasil sekurang-
kurangnya 3 (tiga) fase tektonik utama yang terpisah, yaitu Orogenesa
Mesozoikum Tengah, Tektonik Kapur Akhir - Tersier Awal, dan Orogenesa Plio -
Plistosen (De Coster, 1974). Orogenesa Mesozoikum Tengah menyebabkan
termalihkannya batuan-batuanPaleozoikum dan Mesozoikum. Batuan-
batuan tersebut kemudian terlipatkan dan terpatahkan menjadi blok- blok
struktural berukuran besar yang diterobos oleh intrusi granit. Lajur-lajur batuan
Laboratorium Geologi Minyak Bumi 2014

Nama : Faris Ahad S
NIM : 111 120 061
Plug : 2 Page 2

metamorf ini tersusun oleh strata litologi yang berbeda, baik tingkat
metamorfismenya maupun intensitas deformasinya.


Gambar II.1 Kerangka tektonik regional Cekungan Sumatera Tengah
(modifikasi Yarmanto dkk., 1997)
Cekungan Sumatera Tengah mempunyai 2 (dua) set sesar yang berarah utara -
selatan dan barat laut - tenggara. Sesar-sesar yang berarah utara - selatan
diperkirakan berumur Paleogen, sedangkan yang berarah barat laut - tenggara
diperkirakan berumur Neogen Akhir. Kedua set sesar tersebut berulang kali
diaktifkan kembali sepanjang Tersier oleh gaya-gaya yang bekerja (Eubank &
Makki, 1981).
Laboratorium Geologi Minyak Bumi 2014

Nama : Faris Ahad S
NIM : 111 120 061
Plug : 2 Page 3

Berdasarkan teori tektonik lempeng, tektonisme Sumatera zaman Neogen
dikontrol oleh bertemunya Lempeng Samudera Hindia dengan Lempeng Benua
Asia. Batas lempeng ditandai oleh adanya zona subduksi di Sumatera - Jawa.
11

Struktur-struktur di Sumatera membentuk sudut yang besar terhadap vektor
konvergen, maka terbentuklah dextral wrench fault yang meluas ke arah barat laut
sepanjang busur vulkanik Sumatera yang berasosiasi dengan zona subduksi
(Yarmanto & Aulia, 1988). Heidrick dan Aulia (1993), membahas secara
terperinci tentang perkembangan tektonik di Cekungan Sumatera Tengah dengan
membaginya menjadi 4 (empat) episode deformasi tektonik utama, yaitu F0, F1,
F2 dan F3. FI (fase 1) berlangsung pada Eosen - Oligosen, F2 (fase 2)
Laboratorium Geologi Minyak Bumi 2014

Nama : Faris Ahad S
NIM : 111 120 061
Plug : 2 Page 4

berlangsung pada Miosen Awal - Miosen Tengah, dan F3 (fase 3) berlangsung
pada Miosen Tengah - Resen. Fase sebelum F1 disebut sebagai fase 0 (F0) yang
berlangsung pada Pra Tersier (Gambar II.2).

Gambar II.2 Perkembangan tektonostratigrafi Tersier, Cekungan Sumatera
Tengah (Heidrick & Aulia, 1993)


1. Episode F0 (Pre-Tertiary)

Batuan dasar Pra Tersier di Cekungan Sumatra Tengah terdiri dari
lempeng-lempeng benua dan samudera yang berbentuk mozaik. Orientasi struktur
pada batuan dasar memberikan efek pada lapisan sedimen Tersier yang
menumpang di atasnya dan kemudian mengontrol arah tarikan dan pengaktifan
ulang yang terjadi kemudian. Pola struktur tersebut disebut debagai elemen
struktur F0. Ada 2 (dua) struktur utama pada batuan dasar. Pertama kelurusan
utara-selatan yang merupakan sesar geser (Transform/Wrench Tectonic) berumur
Karbon dan mengalami reaktifisasi selama Permo-Trias, Jura, Kapur dan Tersier.
Tinggian-tinggian yang terbentuk pada fase ini adalah Tinggian Mutiara, Kampar,
Napuh, Kubu, Pinang dan Ujung Pandang. Tinggian-tinggian tersebut menjadi
batas yang penting pada pengendapan sedimen selanjutnya.

2. Episode F1 (26 - 50 Ma)

Episode F1 berlangsung pada kala Eosen-Oligosen disebut juga Rift
Phase. Pada F1 terjadi deformasi akibat Rifting dengan arah Strike timur laut,
diikuti oleh reaktifisasi struktur-struktur tua. Akibat tumbukan Lempeng
Samudera Hindia terhadap Lempeng Benua Asia pada 45 Ma terbentuklah suatu
sistem rekahan Transtensional yang memanjang ke arah selatan dari Cina bagian
selatan ke Thailand dan ke Malaysia hingga Sumatra dan Kalimantan Selatan
(Heidrick & Aulia, 1993). Perekahan ini membentuk serangkaian Horst dan
Graben di Cekungan Sumatra Tengah. Horst-Graben ini kemudian menjadi danau
tempat diendapkannya sedimen-sedimen Kelompok Pematang. Pada akhir F1
Laboratorium Geologi Minyak Bumi 2014

Nama : Faris Ahad S
NIM : 111 120 061
Plug : 2 Page 5

terjadi peralihan dari perekahan menjadi penurunan cekungan ditandai oleh
pembalikan struktur yang lemah, denudasi dan pembentukan daratan Peneplain.
Hasil dari erosi tersebut berupa paleosol yang diendapkan di atas Formasi Upper
Red Bed.

3. Episode F2 (13 26 Ma)

Episode F2 berlangsung pada kala Miosen Awal-Miosen Tengah. Pada
kala Miosen Awal terjadi fase amblesan (sag phase), diikuti oleh pembentukan
Dextral Wrench Fault secara regional dan pembentukan Transtensional Fracture
Zone. Pada struktur tua yang berarah utara-selatan terjadi Release, sehingga
terbentuk Listric Fault, Normal Fault, Graben, dan Half Graben. Struktur yang
terbentuk berarah relatif barat laut-tenggara. Pada episode F2, Cekungan Sumatra
Tengah mengalami transgresi dan sedimen-sedimen dari Kelompok Sihapas
diendapkan.

4. Episode F3 (13Recent)

Episode F3 berlangsung pada kala Miosen Tengah-Resen disebut juga
Barisan Compressional Phase. Pada episode F3 terjadi pembalikan struktur akibat
gaya kompresi menghasilkan reverse dan Thrust Fault di sepanjang jalur Wrench
Fault yang terbentuk sebelumnya. Proses kompresi ini terjadi bersamaan dengan
pembentukan Dextral Wrench Fault di sepanjang Bukit Barisan. Struktur yang
terbentuk umumnya berarah barat laut-tenggara. Pada episode F3 Cekungan
Sumatra Tengah mengalami regresi dan sedimen-sedimen-sedimen Formasi
Petani diendapkan, diikuti pengendapan sedimen-sedimen Formasi Minas secara
tidak selaras.

Laboratorium Geologi Minyak Bumi 2014

Nama : Faris Ahad S
NIM : 111 120 061
Plug : 2 Page 6


Gambar 2. Perkembangan tektonik Cekungan Sumatra Tengah pada fase F2 dan
F3 (Heidrick dan Turlington, 1994


Gambar 3. Peta Struktur Top Basement Cekungan Sumatra Tengah(Heidrick &
Aulia, 1993)










Laboratorium Geologi Minyak Bumi 2014

Nama : Faris Ahad S
NIM : 111 120 061
Plug : 2 Page 7

STRATIGRAFI REGIONAL CENTRAL SUMATRA BASIN






























Gambar II.3 Stratigrafi Tersier Cekungan Sumatera Tengah
(Heidrick & Aulia, 1996)



II.2 Stratigrafi Regional
Stratigrafi regional Cekungan Sumatera Tengah tersusun dari beberapa unit
formasi dan kelompok batuan dari yang tua ke yang muda, yaitu batuan dasar
(basement), Kelompok Pematang, Kelompok Sihapas, Formasi Telisa, Formasi
Petani dan Formasi Minas (Eubank dan Makki, 1981; Heidrick dan Aulia, 1996)
(Gambar II.3).
Laboratorium Geologi Minyak Bumi 2014

Nama : Faris Ahad S
NIM : 111 120 061
Plug : 2 Page 8

II.2.1 Batuan Dasar (Basement)

Batuan dasar (basement) berumur Pra Tersier berfungsi sebagai landasan
Cekungan Sumatera Tengah. Eubank dan Makki (1981) serta Heidrick dan
13
Aulia (1996) menyebutkan bahwa batuan dasar Cekungan Sumatera Tengah
terdiri dari batuan berumur Mesozoikum dan batuan metamorf karbonat berumur
Paleozoikum - Mesozoikum. Batuan tersebut dari timur ke barat terbagi dalam 3
(tiga) satuan litologi, yaitu Mallaca Terrane, Mutus Assemblage, dan Greywacke
Terrane.
Mallaca Terrane disebut juga Quartzite Terrane, litologinya terdiri dari kuarsit,
argilit, batugamping kristalin serta intrusi pluton granodioritik dan granitik yang
berumur Jura. Kelompok ini dijumpai pada coastal plain, yaitu pada bagian timur
dan timur laut Cekungan Sumatera Tengah. Mutus Assemblage atau Kelompok
Mutus merupakan zona sutura yang memisahkan antara Mallaca
Terrane dan Greywacke Terrane.Kelompok Mutus ini terletak di sebelah barat
daya coastal plain. Litologinya terdiri dari baturijang radiolaria, meta-
argilit, serpih merah, lapisan tipis batugamping dan batuan beku basalt serta
sedimen laut dalam lainnya. Greywacke Terrane disebut jugaDeep Water Mutus
Assemblage. Kelompok ini tersusun oleh litologi greywacke, pebbly mudstone dan
kuarsit. Kelompok ini terletak di bagian barat dan barat daya Kelompok Mutus
yang dapat dikorelasikan dengan pebbly mudstone Formasi Bahorok (Kelompok
Tapanuli) yang berumur Perm - Karbon.

Laboratorium Geologi Minyak Bumi 2014

Nama : Faris Ahad S
NIM : 111 120 061
Plug : 2 Page 9

II.2.2 Kelompok Pematang (Pematang Group)
Kelompok Pematang merupakan lapisan sedimen tertua berumur Eosen -
Oligosen yang diendapkan secara tidak selaras di atas batuan dasar. Sedimen
Kelompok Pematang disebut sebagai syn rift deposits. Kelompok ini diendapkan
pada lingkungan fluvial dan danau dengan sedimen yang berasal dari tinggian
sekelilingnya. Pada lingkungan fluvial litologinya terdiri dari konglomerat,
batupasir kasar, dan batulempung aneka warna. Sedangkan pada lingkungan
danau litologinya terdiri dari batulempung dan batupasir halus berselingan dengan
serpih danau yang kaya material organik. Serpih organik dari Kelompok
Pematang merupakan batuan induk (source rock) bagi hidrokarbon yang ada di
Cekungan Sumatera Tengah Kelompok ini tersusun oleh Formasi Lower Red
Bed, Formasi Brown Shale, dan Formasi Upper Red Bed.
Formasi Lower Red Bed tersusun atas litologi
batulumpur (mudstone), batulanau, batupasir, dan sedikit konglomerat. Formasi
ini diendapkan pada lingkungan darat dengan sistem pengendapan kipas alluvial
dan berubah secara lateral menjadi lingkungan fluviatil dan lakustrin.
Formasi Brown Shale menumpang di atas Lower Red Bed namun di beberapa
tempat menunjukkan adanya kesamaan lingkungan pengendapan secara lateral.
Litologi penyusunnya terdiri dari serpih berlaminasi baik, kaya akan material
organik, berwarna cokelat sampai hitam mengindikasikan lingkungan
pengendapan dengan kondisi air tenang seperti lakustrin. Pada bagian cekungan
yang lebih dalam dijumpai perselingan batupasir yang diperkirakan diendapkan
oleh mekanisme arus turbidit. Formasi Upper Red Bed di beberapa tempat
dijumpai ekuivalen secara lateral dengan Formasi Brown Shale dan di tempat lain
menunjukkan menumpang di atasnya. Litologinya terdiri atas serpih, batubara,
dan sedikit batupasir yang diendapkan pada lingkungan lakustrin.

Laboratorium Geologi Minyak Bumi 2014

Nama : Faris Ahad S
NIM : 111 120 061
Plug : 2 Page 10

II.2.3 Kelompok Sihapas (Sihapas Group)

Kelompok Sihapas diendapkan di atas Kelompok Pematang, merupakan
suatu seri sedimen pada saat aktifitas tektonik mulai berkurang, terjadi selama
Oligosen Akhir sampai Miosen Tengah. Kompresi yang terjadi bersifat setempat
yang ditandai dengan pembentukan sesar dan lipatan pada tahap inversi yang
terjadi bersamaan dengan penurunan muka air laut global. Proses geologi yang
terjadi pada saat itu adalah pembentukan morfologi hampir rata
(peneplain) yang terjadi pada Kelompok Pematang dan basement yang tersingkap.
Periode ini diikuti oleh terjadinya subsiden kembali dan transgresi ke dalam
cekungan tersebut. Kelompok Sihapas ini terdiri dari Formasi Menggala, Formasi
Bangko, Formasi Bekasap dan Formasi Duri.


Formasi Menggala merupakan bagian terbawah dari Kelompok Sihapas
yang berhubungan secara tidak selaras dengan Kelompok Pematang yang
dicirikan oleh kontak berupa hiatus. Litologinya tersusun atas batupasir
konglomeratanberselang-seling dengan batupasir halus sampai sedang.
Diendapkan pada saat Miosen Awal pada lingkungan fluvial channel dengan
ketebalan pada tengah cekungan sekitar 900 kaki, sedangkan pada daerah yang
tinggi ketebalannya tidak lebih dari 300 kaki. Sedimen klastik diendapkan
pada fluvial braided stream dan secara lateral berubah menjadi marine deltaic ke
arah utara.
Formasi Menggala onlap terhadap basement dan struktur yang dihasilkan
oleh inversi Oligosen dan jarang dijumpai pengendapan di atas tinggian. Formasi
ini berubah secara lateral dan vertikal ke arah barat menjadi marine shale yang
termasuk Formasi Bangko dan menjadi lingkungan transisi dan laut terbuka ke
arah timur yang merupakan Formasi Bekasap. Batupasir formasi ini merupakan
reservoir yang penting pada Cekungan Sumatera Tengah. Formasi Menggala
diperkirakan berumur N4 atau Miosen Awal.
Laboratorium Geologi Minyak Bumi 2014

Nama : Faris Ahad S
NIM : 111 120 061
Plug : 2 Page 11

Formasi Bangko berumur awal N5 atau sekitar Miosen Awal. Diendapkan
secara selaras di atas Formasi Menggala. Litologinya tersusun atas batulempung
yang diendapkan pada lingkungan laut terbuka (open marine shelf) mulai dari
lingkungan paparan (shelf) sampai delta plain dan batulempung karbonatan yang
berselingan dengan batupasir lanauan dan berubah secara lateral menjadi
batugamping pada daerah yang sedikit menerima suplai material klastik. Pengaruh
lingkungan laut menyebabkan pengendapan foraminifera yang berfungsi sebagai
penunjuk umur formasi ini yaitu Miosen Awal. Ketebalan formasi ini mencapai
300 kaki. Formasi ini merupakan batuan tudung (seal) bagi batupasir yang ada di
bawahnya.
Formasi Bekasap disusun oleh litologi batupasir glaukonit halus sampai
kasar, struktur sedimen masif, berselang-seling dengan serpih tipis, dan
diendapkan secara selaras di atas Formasi Bangko. Kadang kala dijumpai lapisan
tipis batubara dan batugamping. Formasi ini diendapkan pada Miosen Awal di
lingkungan delta plain dan delta frontatau laut dangkal. Ketebalan formasi ini
mencapai 1300 kaki. Batupasir Formasi Bekasap adalah sedimen yang
secaradiacronous menutup Cekungan Sumatera Tengah yang pada akhirnya
menutup semua tinggian yang terbentuk sebelumnya. Formasi ini diperkirakan
mempunyai kisaran umur akhir N5 sampai N8.
Formasi Duri yang diperkirakan berumur N7 N9 ini diendapkan secara
selaras di atas Formasi Bekasap dan merupakan bagian teratas dari Kelompok
Sihapas. Di beberapa tempat Formasi Duri mempunyai umur yang sama dengan
Formasi Bekasap. Litologinya tersusun atas suatu seri batupasir yang terbentuk
pada lingkungan inner neritic - deltaicdi bagian utara dan tengah cekungan. Seri
tersebut dicirikan oleh batupasir berbutir halus sampai sedang yang secara lateral
menjadi batupasir laut dalam dari Formasi Telisa. Formasi ini berumur Miosen
Tengah dengan ketebalan mencapai 900 kaki.
Laboratorium Geologi Minyak Bumi 2014

Nama : Faris Ahad S
NIM : 111 120 061
Plug : 2 Page 12

II.2.4 Formasi Telisa

Formasi Telisa berumur Miosen Awal - Miosen Tengah (N7 N10).
Formasi ini diendapkan secara selaras di atas Formasi Bangko, memiliki
hubungan menjari dengan Formasi Bekasap di sebelah barat daya dan menjari
dengan Formasi Duri di sebelah timur laut (Yarmanto & Aulia, 1998). Litologinya
tersusun oleh suksesi batuan sedimen yang didominasi oleh serpih dengan sisipan
batu lanau yang bersifat gampingan, berwarna abu kecoklatan dan terkadang
dijumpai batugamping. Lingkungan pengendapannya berupa middle
neritic sampai upper bathyal (Dawson et. al., 1997). Ketebalan formasi ini
mencapai 1600 kaki. Formasi ini dikenal sebagai batuan tudung dari reservoar
Kelompok Sihapas di Cekungan Sumatera Tengah.
II.2.5 Formasi Petani

Formasi Petani berumur Miosen Tengah hingga Pliosen. Formasi ini
diendapkan secara tidak selaras di atas Formasi Telisa dan Kelompok Sihapas.
Formasi ini berisi sikuen monoton shale - mudstone dan berisi interkalasi
batupasir minor dan lanau yang ke arah atas menunjukkan pendangkalan.
Lingkungan pengendapan berubah dari laut pada bagian bawah menjadi
daerah delta pada bagian atasnya.
Formasi Petani merupakan awal dari fase regresif yang menunjukkan akhir
periode panjang transgresif di Cekungan Sumatera Tengah. Formasi ini
diendapkan mulai dari lingkungan laut dangkal, pantai dan ke atas sampai
lingkungan delta yang menunjukkan regresi laut. Litologinya terdiri dari
batupasir, batulempung, batupasir glaukonitan, dan batugamping yang dijumpai
pada bagian bawah, sedangkan batubara banyak dijumpai di bagian atas dan
terjadi pada saat pengaruh laut semakin berkurang. Komposisi dominan batupasir
Laboratorium Geologi Minyak Bumi 2014

Nama : Faris Ahad S
NIM : 111 120 061
Plug : 2 Page 13

adalah kuarsa, berbutir halus sampai kasar, umumnya tipis dan mengandung
sedikit lempung yang secara umum mengkasar ke atas.
II.2.6 Formasi Minas
Formasi Minas merupakan endapan Kuarter yang diendapkan secara tidak
selaras di atas Formasi Petani. Disusun oleh pasir dan kerikil, pasir kuarsa lepas
berukuran halus sampai sedang serta limonit berwarna kuning. Formasi ini
berumur Plistosen dan diendapkan pada lingkungan fluvial - alluvial.
Pengendapan yang terus berlanjut sampai sekarang menghasilkan endapan
alluvium yang berupa campuran kerikil, pasir dan lempung.

Petroleum System Sumatera Tengah
















Source Rock
Sumber utama akumulasi minyak di cekungan Sumatera Tengah adalah
serpihan lakustrin dari Formasi Kelompok serpih Pematang/Kelesa. Unit-unit
sumber ini merupakan lapisan tertekan terhadap sebuah rangkaian graben rift
Laboratorium Geologi Minyak Bumi 2014

Nama : Faris Ahad S
NIM : 111 120 061
Plug : 2 Page 14

berumur paleogen dengan sumber utama tak lebih dari trend arah utara-selatan.
Distribusi lapisan batuan sumber sampai graben ini sangat dipengaruhi oleh
morfologi struktur, gelombang sedimen, posisi graben dan lakustrin yang
terhubung dengan variasi fasies. Meskipun batuan sumber paling baik berasosiasi
dengan fasies lakustrin energi rendah, unit sumber lakustrin dangkal juga
terbentuk. Vairasi faises sampai unit-unit sumber memiliki timah terhadap
bermacam-macam minyak yang dikembangkan.

Reservoir
Pada cekungan Sumatera Tengah, reservoir terdapat pada Kelompok
Sihapas dan Pematang. Baik bagian atas maupun bawah formasi Sihapas,
batupasir merupakan penghasil minyak pada daerah Lalang dan Mengkapan,
namun hanya batupasir bagian bawah Formasi Sihapas yang sesuai dengan ilmu
pengetahuan saat ini, menjadi cukup tebal dan berkelanjutan untuk menyediakan
aspek komersil yang sangat penting. Reservoir Sihapas bagian bawah umumnya
bersih, batupasir berkuarsa, mengandung sedikit glaukonit, lempung detrital,
feldspar dan fragmen batuan. Porositas secara umum baik dengan rata-rata 25%
pada daerah Lalang dan agak sedikit di daerah Mengkapan bagian dalam.

Seal
Sebuah penutup untuk mengidentifikasikan rangkaian reservoir adalah
interbedded batulanau dan batulempung yang terlihat sampai masing-masing
formasi. Sebelumnya belum terlihat tanda-tanda adanya minyak atau resapan gas,
jika ada dapat mengindikasikan baik kurang dan terobosan penutup cekungan
Sumatera Tengah.
Secara regional, serpih di atas Formasi Telisa menyediakan penutup atas
untuk akumulasi minyak sampai pasri Kelompok Sihapas. Hasil dari sumur
Lalang adalah serpih pada kelompok Sihapas biasanya tidak efektif sebagai
penutup intraformasi.



Laboratorium Geologi Minyak Bumi 2014

Nama : Faris Ahad S
NIM : 111 120 061
Plug : 2 Page 15

Migrasi
Migrasi terjadi sepanjang retakan, sesar dan ketidakselarasan. Susunan
keseluruhan struktur graben telah ditunjukkan oleh arah migrasi, baik primer
maupun sekunder. Migrasi yang terjadi adalah hidrokarbon keluar dari sumber ke
arah flexural hinge graben sepanjang garis tepi batas sesar.




BLOK BLOK DI CENTRAL SUMATRA

Wilayah operasi PT Chevron Pacific Indonesia secara keseluruhan
mencapai 42.000 km
2
, mencakup 7 wilayah kontrak yang tersebar di 4 propinsi
yaitu Riau, Jambi, Sumatra Utara, dan Aceh.
Daerah kerja PT CPI yang pertama seluas hampir 10.000 km
2
dikenal
dengan nama Kangaroo Block dan terletak di Kabupaten Bengkalis. Selain
mengerjakan daerahnya sendiri PT CPI juga bertindak sebagai operator
bagi Calastiatic/Chevron dan Topco/Texaco (C&T). Pada bulan September 1963,
ditandatangani perjanjian C&T yang pertama (berdasarkan Perjanjian Karya)
untuk jangka waktu 30 tahun, meliputi 4 daerah seluas 12.328 km
2
, dikenal
dengan Blok A, B, C dan D. Setelah mendapat tambahan daerah seluas 4.300 km
2
,
maka pada tahun 1968 sebagian Blok A, sebagian Blok D dan seluruh blok C
diserahkan pada Pemerintah Republik Indonesia. Pengembalian daerah-daerah
berikutnya dilakukan pada tahun 1973 dan 1978 seingga tersisa 8.314 km
2
.
Pada bulan Agustus 1971, C&T menandatangani Perjanjian Coastal
Plains Pekanbaru Blockseluas 21.975 km
2
, kemudian bulan Januari 1975,
menandatangani Perjanjian Mountain Front Kuantan Block seluas 6.865 km
2
.
Setelah dilakukan pengembalian beberapa bagian daerah kerja secara bertahap,
sekarang Coastal Plains Pekanbaru tinggal 9.996 km
2
. Antara tahun 1979-1991,
C&T menandatangani lima perjanjian lagi, yaitu:
Laboratorium Geologi Minyak Bumi 2014

Nama : Faris Ahad S
NIM : 111 120 061
Plug : 2 Page 16


1. Perjanjian Patungan (joint venture) dengan Pertamina (Jambi Selatan Blok
B) pada tahun 1979 seluas 5.826 km
2
, sudah dikembalikan seluruhnya
tahun 1988.
2. KPS Singkarak Block pada tahun 1981 seluas 7.163 km
2
di Sumatera
Barat, telah dikembalikan seluruhnya pada Juni 1984.
3. KPS Langsa Block seluas 7.080 km
2
pada tahun 1981 di Selat Malaka di
lepas Pantai Sumatera Utara dan Daerah Istimewa Aceh, juga telah
dikembalikan seluruhnya pada Mei 1986.
4. KPS Nias Block seluas 16.116 km
2
pada tahun 1991.
5. Perpanjangan Kontrak Karya ke dalam bentuk KPS untuk Siak Block
seluas 8.314 km
2
,berlaku 20 tahun sejak 28 November 1993.






Gambar 2.1 Peta daerah operasi PT CPI secara keseluruhan
Berdasarkan luas operasi dan kondisi geografis yang ada serta pertimbangan
efisiensi dalam operasi, maka PT Chevron Pacific Indonesia membagi daerahnya
menjadi 5 (lima) distrik yaitu:
1. Distrik Jakarta, merupakan kantor pusat untuk memudahkan hubungan
dengan pemerintah pusat.
2. Distrik Rumbai, merupakan pusat administrasi untuk wilayah Sumatra.
Laboratorium Geologi Minyak Bumi 2014

Nama : Faris Ahad S
NIM : 111 120 061
Plug : 2 Page 17

3. Distrik Minas, merupakan daerah operasi produksi minyak jenis Sumatera
Light Crude (SLC).
4. Distrik Duri, merupakan operasi produksi minyak jenis Heavy Crude /
Duri Crude (DC) dengan system steam flooding.
5. Distruk Dumai merupakan lokasi penampungan, pelabuhan, dan
pengapalan crude oil.

Gambar 2.2 wilayah operasi PT Chevron Pacific Indonesia di Riau

Minyak Sumatera Light Crude (SLC) digemari oleh negara-negara industri
karena mempunyai kadar belerang yang rendah dimana produksi kumulatif
dari lapangan minyak Minas dari tahun 1969 hingga akhir tahun 1990
mencapai 3 milyar barrel.
Lapangan Minyak Duri
Laboratorium Geologi Minyak Bumi 2014

Nama : Faris Ahad S
NIM : 111 120 061
Plug : 2 Page 18

Lapangan minyak duri merupakan lapangan minyak terbesar di
Indonesia. Lapangan minyak Duri ditemukan pada tahun 1941. Lapangan minyak
Duri menghasilkan jenis minyak yang berbeda denganladang-ladang minyak lain
yang ada di PT CPI, dengan kondisi alamiah yang sangat kental. Lapangan
minyak Duri mulai dioperasikan secara konvensional pada tahun 1958, walaupun
secara perhitungan hanya dapat menghasilkan 7,5% dari seluruh cadangan minyak
yang ada. Hal ini ditandai dengan selesainya pembangunan saluran pipa minyak
ke Dumai dengan diameter 36 inci dan dermaga minyak pelabuhan Dumai yang
pertama dioperasikan.
Lapangan minyak ini mencapai puncak produksi pada tahun 1965 dengan
produksi 65.000 barel/hari dengan produksi secara konvensional. Karena
digunakan secara besar-besaran dan waktu produksi lama, secara berangsur-
angsur terjadi penurunan produksi sebesar 13% setiap tahun. Untuk
mengantisipasi masalah ini, PT CPI menerapkan metode Enhanced Oil
Recovery (EOR). Uji coba terhadap sebuah sumur minyak dengan menggunakan
teknologi EOR, yaitu dengan injeksi air, pertama kali diterapkan pada tahun 1963.
Penerapan teknologi ini dapat meningkatkan perolehan minyak, namun secara
ekonomis kurang menguntungkan karena hanya memberikan kenaikan sebesar
16%.
Berdasarkan masalah tersebut PT CPI terus meningkatkan cara
penambangan, salah satunya dengan penerapan sistem injeksi uap dengan
teknologi Huff and Puff yang diterapkan oleh Texaco. Sebagai studi
perbandingan, Chevron melakukan uji coba injeksi soda caustic. Hasilnya
menunjukkan bahwa injeksi soda caustic tidak memberikan peningkatan yang
berarti. Setelah diuji coba dengan sistem injeksi uap didapatkan peningkatan yang
sangat besar, sebesar 55%. Hal ini dapat dianalisa secara global, yakni kekentalan
minyak di Duri sangat tinggi, sehingga dapat menimbulkan pembekuan pada
lorong-lorong atau celah-celah yang mengakibatkan terperangkapnya minyak
tersebut. Kemudian temperatur minyak di dalam sumur-sumur akan mengalami
penurunan dan dapat menimbulkan pembekuan cairan minyak mentah tersebut.
Pada tahun 1981 PT CPI mulai menerapkan sistem injeksi uap dengan
Laboratorium Geologi Minyak Bumi 2014

Nama : Faris Ahad S
NIM : 111 120 061
Plug : 2 Page 19

pembangunan area I yang mulai digunakan pada tahun 1988. Pada tahun 1989
produksi minyak mentah mencapai 130.000 barel/hari.
Minyak Duri (Duri Crude) memiliki kadar lilin serta belerang yang tinggi dan
mudah membeku, sehingga biasanya pipa pengiriman minyak Duri menggunakan
sect heated pipe agar minyak Duri tidak membeku.
Kegiatan Operasi
PT CPI memiliki kegiatan operasi yang terdiri atas kegiatan eksplorasi dan
kegiatan produksi. Berikut uraian mengenai kegiatan operasi dan produk yang
dimiliki oleh PT CPI.
Kegiatan Eksplorasi
Setelah hak eksplorasi diperoleh NPPM pada tahun 1953, kegiatan seismik
secara intensif di Riau dilaksanakan, dimulai dengan daerah-daerah sepanjang
aliran sungai Rokan. Berdasarkan penyelidikan geologis pada tahun 1936 dan
1937, semakin diyakini bahwa cadangan minyak yang potensial terdapat di
wilayah yang lebih ke selatan. Atas dasar itu, atas permintaan Chevron, daerah
kerjanya diubah sehingga berbentuk seperti sekarang yaitu bentuk seekor
kangguru menghadap ke barat.
Pekerjaan eksplorasi yang pertama mencakup penelitian geologis beserta
pengeboran sumur, dan penelitian seismik. Penelitian seismik dilakukan tahun
1937-1941 dengan cara pengeboran pada lokasi-lokasi yang terpencar-pencar
dangan kedalaman seluruhnya 26.208 ft (7.862,4 m).
Pada tahun 1938 dimulai pengeboran eksplorasi di Kubu, namun tidak
terdapat indikasi adanya minyak. Tahun 1938-1944 sembilan sumur eksplorasi
berhasil diselesaikan dengan temuan di tiga tempat, yakni gas di Sebanga, serta
minyak di Duri dan Minas. Temuan gas di Sebanga merupakan tonggak sejarah
terpenting bagi eksplorasi perminyakan di bagian Tengah Pulau Sumatera,
sehingga meningkatkan kegiatan eksplorasi di wilayah yang baru ini.
Laboratorium Geologi Minyak Bumi 2014

Nama : Faris Ahad S
NIM : 111 120 061
Plug : 2 Page 20

Setelah Perang Dunia II, di samping mengembangkan temuannya di
Minas, PT CPI melanjutkan program eksplorasinya. Enam sumur pengembangan
berhasil diselesaikan pada waktu itu. Penelitian geologis dan pemetaan-pemetaan
dimulai di seluruh daerah kerja pada tahun 1951, disusul dengan pengeboran
eksplorasi dan penelitian geofisika pada tahun 1955.
Pada tahun 1968 PT CPI memanfaatkan helikopter untuk mendukung
kegiatan pengeboran seismik dan eksplorasi yang berhasil mengurangi secara
drastis hambatan yang dihadapi dalam penyediaansupply angkutan tenaga kerja
untuk penelitian geofisis.
Sumur-sumur yang dibor sejak tahun 1968 menghasilkan banyak temuan
baru. Sampai tahun 1990 pengeboran eksplorasi telah menghasilkan 119 temuan
(minyak atau gas). Temuan utama yang terjadi sejak tahun 1989 adalah Lapangan
Rintis dan Jingga di daerah KPS Mountain Front-Kuantan yang menjadi daerah-
daerah produksi baru sekaligus meningkatkan kegiatan eksplorasi di daerah
sekitarnya.
Hingga kini, PT CPI telah memiliki lebih dari 70.000 km
2
data seismik,
56.000 km
2
diantaranya dari daerah Riau Daratan. Kegiatan operasi pencarian
ladang minyak baru sudah tidak lagi gencar dilakukan. Kegiatan yang terus
dilakukan adalah meningkatkan produksi minyak dari sumur-sumur produksi yang
telah ada (enhanced oil recovery).
Kegiatan Produksi
Setelah 17 tahun berproduksi, pada tanggal 4 Mei 1969 Lapangan Minas
mencapai jumlah produksi akumulatif satu miliar barel yang pertama, dan menjadi
lapangan raksasa pertama di Asia di sebelah timur Iran dan ke-22 di dunia.
Hingga akhir tahun 1990, produksi akumulatif lapangan Minas telah melebihi tiga
miliar barel. Minas Crude Oil digemari oleh negara-negara industri karena kadar
belerangnya sangat rendah.
Laboratorium Geologi Minyak Bumi 2014

Nama : Faris Ahad S
NIM : 111 120 061
Plug : 2 Page 21

Selama tahun 1951-1965, meskipun pengeboran eksplorasi menghasilkan 7
temuan, namun yang berproduksi hanya lapangan Minas dan Duri karena iklim
politik RI pada saat itu tidak mendukung penanaman modal. Ada beberapa cara
yang dilakukan untuk meningkatkan produksi minyak yang cenderung terus
menurun, diantarnya yang dilkakukan adalah:
Injeksi air yang dilakukan di distrik Bekasap
Injeksi air panas yang dilakukan di distrik Minas dan Zamrud
Injeksi uap air yang dilakukan di distrik Duri
Teknologi injeksi uap (steam flooding) mulai diterapkan pada tahun 1981
di Lapangan Duri sebagai usaha peningkatan produksi minyak bumi yang
mempunyai viskositas tinggi. Kegiatan proyek yang dikenal dengan nama Duri
Steam Flood (DSF) ini terus berlangsung dan merupakan proyek injeksi uap
terbesar di dunia. Kini di Area III dan IV tengah berlangsung sistem produksi
injeksi dengan pola tujuh titik (seven spot pattern) di mana satu sumur injeksi
dikelilingi oleh enam sumur produksi yang mana jika telah selesai akan meliputi
areal seluas 6.600 Ha. Daerah ini akan dikembangkan secara bertahap menjadi
belasan area dengan luas masing-masing 100 sampai 600 Ha.
Sampai tahun 1990, PT CPI telah mengebor 3.660 sumur, 3.094 sumur
diantaranya dibor sejak tahun 1966. PT CPI saat itu masih menggunakan mercu
bor yang dapat diangkut dengan helikopter. Pada perkembangannya, dengan
dukungan infrastruktur angkutan darat yang sudah banyak dibangun, menara bor
model angkut darat dipakai untuk pengeboran-pengeboran eksplorasi dan
pengembangan. Setiap tahun dapat diselesaikan kira-kira 215 hingga 525 sumur
eksplorasi dan pengembangan. Hingga akhir tahun 1990, jumlah produksi PT CPI
sejak tahun 1952 telah mencapai lebih dari tujuh miliar barel, berasal dari 3.237
sumur yang tersebar di 96 lapangan.
Program penyuntikan air (water flooding) di Lapangan Minas dimulai
tahun 1970. Air yang tersedot waktu pemompaan minyak disuntikkan kembali ke
dalam tanah sebanyak tiga juta barel sehari. Proses injeksi air lainnya
Laboratorium Geologi Minyak Bumi 2014

Nama : Faris Ahad S
NIM : 111 120 061
Plug : 2 Page 22

dilaksanakan di Lapangan Kotabatak sejak tahun 1974 dengan penyuntikan rata-
rata 32.000 barel sehari.
Sementara itu, terus dikembangkan Enhanced Oil Recovery (EOR) yang
lain untuk memungkinkan pengambilan cadangan minyak yang tidak bisa diambil
dengan metode primer, memperbaiki faktor perolehan, serta untuk menahan
merosotnya laju produksi lapangan-lapangan yang mulai menua.
Menyusul keberhasilan proyek perintis di 8 Lapangan Duri, pada tahun 1981
dimulai penerapan penyuntikan uap panas di seluruh lapangan Duri. Penyuntikan
uap di area 1 kira-kira seluas 1.157 hektar sejak April 1985, di area 2 seluas 247
hektar sejak 1986, di area 3 seluas 1.457 hektar pada tahun 1987 dan
pembangunan sarana produksi di area 4 dengan luas 1.140 hektar. Pada tanggal 3
Maret 1990 diresmikan proyek Injeksi Uap (Steam Injection) Duri yang
merupakan proyek injeksi uap terbesar di dunia.
Produk
Minyak mentah yang diproduksi oleh PT. CPI terdiri atas dua jenis, yaitu:
a. Sumatran Light Crude Oil
Sumatran Light Crude Oil mempunyai kadar belerang yang rendah, API yang
tinggi sehingga lebih encer.
b. Heavy Crude Oil atau Duri Crude Oil
Jenis minyak mentah ini hanya terdapat di lapangan minyak Duri yang
memiliki API rendah yaitu < 20.
Adapun produk lain yang dihasilkan, yaitu :
a. Gas
Gas yang dihasilkan tidak untuk dijual, tapi digunakan sebagai bahan bakar
pembangkit listrik (PLTG) untuk memenuhi kebutuhan sendiri, dan
Laboratorium Geologi Minyak Bumi 2014

Nama : Faris Ahad S
NIM : 111 120 061
Plug : 2 Page 23

b. Air
Air yang dihasilkan diolah dan digunakan untuk dijadikan steam untuk
diinjeksikan pada sumur injeksi, ataupun sebagai umpan dalam proses
pemisahan, dan juga untuk melalukan proses pencucian peralatan atau
tangki-tangki yang digunakan.

Anda mungkin juga menyukai