Anda di halaman 1dari 36

BAB VIII

HEALTH SAFETY AND ENVIRONMENT AND CORPORATE SOCIAL


RESPONSIBILITY
Health, safety and environment (HSE) merupakan hal yang sangat
penting bagi setiap perusahaan yang bergerak di indusiti minyak dan gas
bumi (migas). Disamping memiliki high technology dan high cost, juga
mempunyai tingkat resiko kecelakaan kerja yang lebih tinggi (high risk).
Dengan

demikian,

aturan

tentang

Kesehatan,

Keselamatan

dan

Lingkungan Hidup (HSE) di industri migas merupakan hal yang mutlak


harus

diberlakukan.

Melindungi

dan

menjaga

kesehatan

pekerja,

keamanan pekerja serta keadaan dan kelestarian lingkungan baik secara


fisik

maupun

sosial

harus

menjadi

mengembangkan suatu lapangan.


HSE sangat efektif

prioritas

perusahaan

dalam

Oleh sebab itu, Penerapan prinsip

apabila diberlakukan sejak dibangunnya suatu

perusahaan atau dimulainya suatu kegiatan serta dalam pelaksanaannya


dibutuhkan manajemen yang baik agar kegiatan industri tersebut tidak
menyebabkan dampak negatif
maupun

sosial

dan

juga

terhadap
untuk

lingkungan baik secara fisik

mencegah,

mengurangi

bahkan

meminimalkan resiko kecelakaan kerja (zero accident). Penerapan konsep


ini tidak boleh dianggap sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja yang dapat menghabisakan banyak biaya untuk
perusahaan, melainkan harus sebagai investasi jangka panjang yang
dapat memberi keuntungan untuk perusahaan pada masa yang akan
datang dan berkelanjutan.
Untuk

membuat

suatu

pembangunan

suatu

industri

yang

berkelanjutan perlu dilakukan studi awal terkait kondisi lingkungan


sebelum konstruksi dan operasi dijalankan. Analisis mengenai dampak
lingkungan yang akan terjadi dan potensi dari suatu daerah

serta

permasalahannya harus diketahui sejak awal untuk membangun suatu


perencanaan yang baik. Sebagai mana yang dikemukaka oleh Hadi
(2001) menyatakan bahwa pembangunan berkelanjutan secara implisit
juga mengandung arti untuk memaksimalkan keuntungan pembangunan
dengan tetap menjaga kualitas dari sumber daya alam dan pengelolaan
lingkungan bagi industri di bidang usaha minyak dan gas bumi merupakan
hal terpenting dari suatu kegiatan usaha yang harus dilakukan agar
industri dapat berjalan dengan baik dan berkelanjutan.
Corporate Social Responsibility merupakan bentuk tanggung jawab
suatu

perusahaan

dalam

membantu

pemerintah

daerah

guna

meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Corporate Social Responsibility


(CSR) berlandaskan UU No. 22 Tahun 2001 tentang Undang-Undang
Minyak dan Gas Bumi Bab VIII pasal 40 ayat 3,4,5 dan 6 yang berisikan
badan usaha dan bentuk usaha tetap yang melaksanakan kegiatan usaha
minyak dan gas bumi ikut bertanggung jawab dalam mengembangkan
lingkungan dan masyarakat setempat.
8.1. PERUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pengelolaan pada bidang HSE yang cocok untuk
pengembangan

Lapangan Beta.

2. Bagaimana program CSR yang sesuai untuk daerah Lapangan Beta,


sebagai bentuk tanggung

jawab sosial dalam pemberdayaan

masyarakat sekitar daerah Lapangan Beta.


3. Bagaimana rona lingkungan awal yang terdapat pada Lapangan Beta
baik itu penggunaan lahan dan daerah sensitif yang terdapat pada
Lapangan Beta dan sekitaranya.
4. Bagaimana nilai perubahan dari pembangunan dan pengembangan
kemajuan pada Lapangan Beta baik jenis maupun besarnya dampak
yang ditumbulkan dari operasi Lapangan Beta dan sekitarnya.

5. Bagaimana perusahaan melakukan perbaikan dan penyempurnaan


terus menerus berdasarkan hasil evaluasi untuk menciptakan HSE
yang baik di lingkungan perusahaan.
8.2. SAFETY GOLDEN RULES PT. SANGSAKA ENERGY
1. Pertama-tama Berpikirlah & Rencanakan
Penilaian resiko yang terperinci dan perencanaan yang baik sebelum
memulai perkerjaan membantu anda untuk dalam memilh APD (alat
pelindung diri) yang tepat dan menyelesaikan pekerjaan dengan aman
dan effisien.
2. Hentikan segera jika tidak aman
Keputusan anda untuk menghentikan pekerjaan yang tidak aman
akan mendapat dukungan dari semua manajer PT. Sangsaka Energy
.
3. Laporkan tindakan & kondisi tidak aman
Melaporkan semua kecelakan dan kejadian / nyaris celaka akan
menyelamatkan nyawa dan tidak melaporkan dapat dihukum.
8.3. TUJUAN DAN MANFAAT MELAKUKAN EBA (ENVIRONMENTAL
BASELINE ASSESSMENT)
Tujuan dari pelaksanaan Environmental Baseline Assessment (EBA) ini
yaitu :
4. Mengetahui pengelolaan lingkungan yang seharusnya dilakukan
untuk proyek pengembangan Lapangan Beta.
5. Mengetahui kondisi karakteristik rona lingkungan awal dari
Lapangan Beta baik itu penggunaan lahan serta kawasan sensitif
disekitar lokasi operasi.
6. Mengetahui penilaian yang menggambarkan apa yang bisa terjadi
pada dasar yang merupakan hasil proyek pembangunan dan
pengembangan Lapangan Beta dengan memprediksi besarnya

dampak. Istilah besarnya digunakan sebagai singkatan untuk


mencakup semua dimensi meramalkan dampak yang meliputi :
a) Sifat perubahan (apa yang dipengaruhi dan bagaimana).
b) Batas geografisnya dan distribusi.
c) Ukurannya, skala atau intensitas.
d) Durasi, frekuensi,reversibilitas dan
e) Jika relevan, kemungkinan dampak yang terjadi sebagai akibat
dari disengaja atau tidak direncanakan peristiwa.
Manfaat dari pelaksanaan Environmental Basseline Assessment
(EBA) pada Lapangan Beta ini :
7. Sebagai bahan pertimbangan SKK Migas serta Pemda dalam
memberikan izin pengembangan Lapangan Beta, Kecamatan
Bayung Lencir, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan.
8. Sebagai media informasi bagi masyarakat yang berbeda di
wilayah sekitar lokasi operasi mengenai dampak lingkungan
serta tindakan peminimalisirkan dampak oleh pihak Kontrak
Karya Kerjasama (KKKS).
8.4. PENERAPAN SAFETY TRAINING OBSERVATION PROGRAM
(STOP)
STOP merupakan singkatan dari Safety Training

Observation

Program. Program ini merupakan suatu program PEDULI untuk


menunjukan bahwa kita peduli terhadap orang lain dengan mengamati,
berbicara dan diskusi mengenai permasalahan keselamatan kerja serta
memberikan

kepada

mereka penghargaan

kepada mereka

untuk

mendorong praktek kerja yang aman , dan memberikan umpan balik untuk
menghilangkan perilaku yang beresiko.
STOP didasarkan pada ide bahwa keselamatan kerja adalah
tanggung jawab bersama semua orang.

Ini membantu para pekerja

melihat keselamatan kerja dari sudut pandang baru, sehingga mereka


dapat membantu mereka sendiri dan rekan kerja mereka untuk bekerja

dengan aman . Program ini mendorong cara berpikir dimana keselamatan


kerja adalah diskusi yang terjadi setiap hari , bukan hanya ketika
melakukan observasi formal.
8.4.1. Maksud dan Tujuan Safety Training Observation Program
(STOP)
9. Memastikan semua karyawan mampu mendefinisikan istilah bahaya
dan meningkatkan keterampilan pengenalan bahaya.
10.

Menghilangkan kejadian dengan menangani perilaku karyawan

yang aman dan tidak aman di lingkungan kerja.


11.

Merubah perilaku dengan memngamati orang dan memberikan

umpan balik untuk mendorong praktek kerja yang aman dan


menghilangkan perilaku yang beresiko.
8.4.2. Siklus Observasi Safety Training Observation Program (STOP)

8.1. Gambar Siklus STOP


Berikut adalah Siklus Observasi Safety Training Observation Program
(STOP) yaitu :
1.

Pertama kali anda harus MEMUTUSKAN untuk melakukan


observasi keselamatan.

2.

Berikutnya anda harus BERHENTI didekat para karyawan


sehingga anda bisa melihat apa yang sedang merka
lakukan.

3.

Kemudian MENGAMATI karyawan dengan cara yang


seksama dan sistematis , perhatikan segala sesuatu yang
dikerjakan, fokuskan pada perilaku aman dan tidak aman.

4.

Setelah anda mengamati karyawan, anda BERTINDAK . Hal


ini

melibatkan

pembicaraan

dengan

karyawan

yang

bersangkutan, hal ini juga untuk membina tata kerja yang


aman dan memperhatikan perilaku yang beresiko.
5.

Pada sewaktu waktu setelah anda bertindak dengan cara


berbicara kepada karyawan, anda MELAPOR observasi dan
tindakan anda meanggunakan Kartu observasi keselamatan
STOP.

8.4.3. Teknik Observasi Safety Training Observation Program (STOP)


Bicaralah dengan orang yang bersangkutan hingga dia memahami
mengapa tindakannya yang tidak aman berbahaya.
Gunakan Sikap bertanya :
1. Cedera APA yang dapat terjadi JIKA hal yang tak terduga terjadi?
2. BAGAIMANA pekerjaan ini dapat dilakukan dengan lebih aman.
3. Gunakan akal sehat anda dan tindakan untuk mencegah terulangnya
kejadian dan harus sesuai dengan kebijakan perusahaan
4. Gunakan observasi total :
5. LOOK ABBI (above, below, behind and inside - Lihat atas, bawah,
belakang dan didalam)
6. Dengarkan adanya getaran dan suara yang tidak biasa (aneh).
7. Cium adanya bau yang tidak biasa.
8. Rasakan adanya suhu dan getaran yang tidak biasa.
9. Gunakan siklus observasi keselamatan kerja
10. Rencanakan, berhenti, bertindak, dan laporkan.

8.5. LOKASI KAJIAN


Secara administratif lokasi Lapangan Beta sebagian besar berada
di Kecamatan Bayung Lencir, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera
Selatan.

Secara geografis Kabupaten Musi Banyuasin terletak pada

posisi 1,3 - 4 LS dan 103 - 105 BT dengan batas wilayah sebelah


Barat berbatasan dengan Kabupaten, sebelah Utara berbatasan dengan
Provinsi Jambi, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Muara
Enim , sebelah Timur berbatasan Kabupaten Banyuasin. Cakupan wilayah
administrasi pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin saat ini terdiri dari 14
Kecamatan, 236 desa dan 13 kelurahan, dengan luas wilayah 14.265,96
Km2. Pola penggunaan lahan menurut data GIS (Geographic Information
System) Bapeda Kabupaten Musi Banyuasin, wilayah seluas 204.011 Ha
tersebut terdiri dari Sawah Irigasi 121.355 Ha (59,50%); Sawah tadah
hujan 12.420 ha (06,09%); Perkebunan 42.130 ha (15,75%); Pemukiman
17.980 ha (08,81%); Empang 12.600 ha (06.18%); Lainnya 7.526 ha
(03,67%).
LOKASI
LAPANGAN

Gambar 8.2. Lokasi Lapangan Beta

Sedangkan Kecamatan Bayung lencir berada di bagian perbatasan


Provinsi Jambi. Bayung Lencir terletak di bagian utara dari Kabupaten
Musi Banyuasin dan berada sekitar 51 kilometer di sebelah Selatan Kota
Jambi itu sendiri. Secara topografi , wilayah Bayung Lencir berada di
dataran rendah berawa. Koordinat Bayung Lencir berada pada 6 28' 0"
lintang Selatan dan 108 17' 0" bujur Timur. Kecamatan Bayung Lencir
berbatasan langsung dengan Provinsi Jambi di bagian Barat , di sebelah
Selatan berbatasan dengan Tungkal Jaya dan Batanghari Leko,
Kecamatan Lalan di bagian Timur, Provinsi Jambi Utara. Luas wilayah
4.847 km2.

Gambar 8.3. Lokasi Sumur Beta


8.6 ANALISIS PENENTUAN KAWASAN SENSITIF
Pembangunan dan pengembangan di lapangan Beta akan
membutuhkan Production rig untuk melakukan eksploitasi secara onshore
dan pembangunan jaringan pipa untuk mengirim minyak hasil produksi
dari lapangan Beta menuju ke stasiun pengumpul yang berada di daerah

Balongan. Perlu diketahui deskripsi karakteristik lingkungan dan sosial


untuk menentukan kawasan sensitif dan permasalahan lingkungan baik
fisik maupun sosial yangberada di daerah tersebut.
8.6.1. Bentuk Lahan
Bentuk lahan pada Kecamatan Bayung Lencir

Kabupaten Musi

Banyuasin berupa daratan alluvial pada bagian Timur sakibat aktifitas dari
sungai di tengah kapling dan batuan yang ada di kecamatan Bayung
Lencir terutama disusun oleh endapan aluvium dataran banjir dan back
swamp dikarenakan aktifitas fluviatil dan denudasional di daerah tersebut.
8.6.2. Tanah
Wilayah Kecamatan Bayung Lencir memiliki jenis Organosol dan
tanah Gley Humus yang sebagian besar merupakan satuan jenis tanah
yang berada di daerah dataran tinggi yang berbukit-bukit yang tidak jauh
dari pengaruh aliran sungai. Sedangkan daerah yang jauh dari sungai
terdiridari jenis tanah Podzolik Merah Kuning.
Merupakan tanah hasil pelapukan material organik yang sangat
cocok untuk bercocok tanam. Tanah podzolik adalah tanah yang terbentuk
di daerah yang memiliki curah hujan tinggi dan suhu udara rendah. Di
Indonesia jenis tanah ini terdapat di daerah pegunungan. Umumnya,
tanah ini berada di daerah yang memiliki iklim basah dengan curah hujan
lebih dari 2500 mm per tahun. Di Indonesia, tanah ini tersebar di daerahdaerah dengan topografi pegunungan, seperti Sumatera Utara dan Papua
Barat.Alfisols adalah tanah yang mempunyai epipedon okrik dan horizon
argilik dengan kejenuhan basa sedang sampai tinggi,

pada umumnya

tanah ini tidak kering. Jika dilihat dari ciri dan karakteristik tanah ini, bisa di
simpulkan bahwa tanah podzolik merupakan tanah yang tergolong tidak
subur baik itu secara fisik maupun kimianya. Akan tetapi mengingat lahan
yang semakin susah dicari maka tanah podzolik pun menjadi sasaran
para petani untuk melakukan proses bercocok tanam.

8.6.3.Topografi
Berdasarkan topografinya ketinggian wilayah Bayung Lencir pada
umumnya berkisar antara 100 - 200 m diatas permukaan laut. Secara
garis besar morfologi wilayah Kabupaten Musi Banyuasin di bagi menjadi
daerah perbukitan rendah bergelombang dan dataran alluvial. Perbukitan
Barisan menempati daerah di bagian Barat daya membentuk perbukitan
yang memanjang dengan arah Barat laut - tenggara sedangkan dataran
rendah menempati bagian tengah sampai ke Utara.
8.6.4. Iklim dan curah hujan
Letak Kabupaten Musi Banyuasin yang berada di tengah sumatra
membuat suhu udara di Kabupaten Musi Banyuasin cukup tinggi berkisar
antara 22.9 30 C. Tipe iklim di Musi Banyuasin termasuk iklim tropis,
menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson termasuk iklim tipe D (iklim
sedang) dengan karakteristik iklim antara lain:

Suhu udara harian berkisar antara 13,7 dengan suhu udara


tertinggi 17,6 C dan terendah 9 C

Kelembaban udara antara 70-80%

Curah hujan rata-rata tahunan 233,88 mm pertahun dengan


jumlah hari hujan 91 hari

Angin Barat dan angin Timur tertiup secara bergantian setiap


5-6 bulan sekali. (sumber : BMKG Musi Banyuasin 2013).

Berdasarkan Schmidt dan Ferguson tipe iklim untuk kabupaten


Musi Banyuasin termasuk ke dalam iklim tipe A, yaitu sangat basah.
Daerah berikilm sangat basah sangat cocok untuk dikembangkan
pertaniannya dan

perkebunannya dengan tersedianya air karena

intensitas hujan cukup tinggi sepanjang tahun. Berdasarkan rata-rata


curah hujan per bulan musim kemarau terjadi pada bulan Juli - September
sedangkan musim penghujan terjadi pada bulan Oktober - Mei.

10

8.6.5. Hidrologi
Berdasarkan

kondisi

geografis

dan

fisiografi

wilayah

yang

merupakan dataran rendah pada bagian hilir daerah aliran sungai yang
besar, yaitu DAS Lalan dan DAS. Kabupaten Musi Banyuasin menjadi
salah satu wilayah di Sumatera Selatan sebagai daerah sentra pertanian
dan merupakan daerah penyangga pengadaan stok pangan Provinsi dan
Nasional.
A. Daerah Aliran Sungai (DAS)
Kabupaten Musi Banyuasin merupakan daerah rawa dan sungai besar
serta kecil seperti Sungai Musi, Sungai Banyuasin, Sungai Batanghari
Leko dan lain-lain. Untuk aliran Sungai Musi yang berada di bagian
Timur dipengaruhi oleh pasang surutnya air laut. Disamping itu daerah
ini juga terdiri dari lebak dan danau-danau kecil. Kelestarian fungsi
sumber daya air. Berdasarkan pada letak atau posisinya sumber daya
air dibedakan menjadi :
1) Air Permukaan
Sungai-sungai yang mengalir di wilayah Kab. Muba beserta debit ratarata hariannya adalah
sebagai berikut :
Tabel VIII.1. DAS Kabupaten Musi Banyuasin
DAS

PANJANG SUNGAI

LUAS DAS

DEBIT

Sungai Ibul ( Anak Sungai


Musi )
Sungai A. Calik ( Anak
Sungai A.Banyuasin )
Sungai Dawas ( Anak
Sungai A. Calik )
Sungai Supat ( Anak
Sungai A. Calik )
Sungai Keluang ( Anak
Sungai A. Calik )
Sungai Tungkal ( Anak
Sungai A. Calik )

35

14.500

3,3

57

96.400

28

50

6.500

1,6

32

22.600

5,1

19

9.400

2,1

82

149.500

33,6

11

Sungai Lalan ( Anak


Sungai A.Banyuasin )
Sungai Merang ( Anak
Sungai Lalan )
Sungai Bohar ( Anak
Sungai Lalan )
Sungai Medak ( Anak
Sungai Lalan )
Sungai Tungkal ( Anak
Sungai Lalan )
Sungai Serdang ( Anak
Sungai Lalan )
Sungai Meranti ( Anak
Sungai Lalan )
Sungai Kepahiang ( Anak
Sungai Lalan )
Sungai Mangsang ( Anak
Sungai Lalan )
Sungai Mendis ( Anak
Sungai Lalan )
Sungai Batang Hari Leko
(Anak Sungai Musi)
Sungai Kapas (Anak S.
Batang Hari Leko)
Sungai Meranti (Anak S.
Batang Hari Leko)
Sungai Putat (Anak S.
Batang Hari Leko)
Sungai A. Aur (Anak S.
Batang Hari Leko)
Sungai Rampasan (Anak
S. Batang Hari Leko)
Sungai Angit (Anak S.
Batang Hari Leko)
Sungai Kukui (Anak S.
Batang Hari Leko)
Sungai Lalang (Anak S.
Batang Hari Leko)

243

830.300

196,8

66

83.900

24,4

20

10.000

2,2

72

108.300

25,7

25

5.900

1,9

34

8.300

2,4

28

15.100

4,4

16

13.300

3,9

18

7.400

1,8

19

3.900

0,9

176

374.600

103,9

63

71.300

16,9

38

26.400

8,8

38

20.100

8,6

19

12.700

5,4

19

11.600

4,9

13

5.300

2,3

15

10.200

4,3

25

21.900

5,2

Sumber : Dinas PU Cipta Karya dan Pengairan Kab. Musi Banyuasin

Potensi Sumber Air


Wilayah Kabupaten Musi Banyuasin yang memiliki kemampuan

sebagai lahan mata air di wilayah bagian Selatan Kecamatan


Haurgeulis dan Cikedung dan sebagian besar di Wilayah Kabupaten
Musi Banyuasin mempunyai zona lahan air tanah bebas (zona air
tanah dangkal). Air tanah tawar dapat diperoleh dengan cara membuat
sumur bor dalam yang selanjutnya akan memancarkan air tanah tawar.

12

Daerah Bayung Lencir mermpunyai akumulasi air tanah dalam tawar


yang cukup besar.
8.6.6. Daerah Rawan Bencana
Kabupaten

Musi

Banyuasin

baik

secara

geologi

maupun

berdasarkan topografi memiliki tingkat kerawanan yang tinggi terhadap


beberapa jenis bencana, diantaranya adalah kebakaran, dan kekeringan.
Untuk potensi bencana kegempaan baik tektonik maupun vulkanik di
Kabupaten Musi Banyuasin relatif besar untuk beberapa daerah, hal ini
disebabkan karena letak Musi Banyuasin yang berada di Tegah pulau
Sumatera, dan berada di belakang Pegunungan Barisan yang relatif dekat
dari pertemuan antara lempeng Indo-Australia dan lempeng Eurasia yang
berada pantai Selatan sumatera serta jauh dari lokasi keberadaan gunung
berapi. Kawasan rawan bencana dapat dilihat pada Gambar.

Gambar 8.4 Peta kawasan Rawan Bencana Kabupaten Musi


Banyuasin

13

Gambar 8.5 Peta kawasan Rawan Bencana Gempa Bumi Kabupaten


Musi Banyuasin

Gambar 8.6 Peta kawasan Rawan Bencana Kekeringan Kabupaten


Musi Banyuasin
Dikabupaten Musi Banyuasin beberapa daerah yang dikhawatirkan
akan mengalami banjir merupakan daerah yang berada disekitar

14

sepanjang sungai Musi. Khususnya pada daerah-daerah yang terjadi


diwilayah sungai musi, selain itu wilayah lainnya mencakup sebagian Kec.
Bayung Lencir dengan luasan keseluruhan 30.457,750 Ha. Pengelolaan
daerah yang sering mengalami banjir adalah dengan membatasi kegiatan
pembangunan khususnya perumahan dan permukiman pada daerah
tersebut. Pada beberapa daerah tertentu perlu diarahkan menjadi ruang
terbuka hijau (RTH)
Kebakaran yang terjadi dipengaruhi oelh faktor alam yang berupa
cuaca kering serta faktor manusia yang berupa pembakaran baik sengaja
maupun tidak sengaja, kebakaran ini akan menimbulkan efek panas yang
sangat tinggi sehingga akan meluas dengan cepat kerusakan yang
ditimbulkan berupa kerusakan lingkungan, jiwa dan harta benda. Dampak
lebih

lanjut

adalah

adanya

asap

yang

ditimbulkan

yang

dapat

mengakibatkan pengaruh pada kesehatan terutama pernafassan serta


gangguan

aktivitas

sehari-hari,

seperti

terganggungnya

jadwal

penerbangan. Tebalnya asap juga dapat menggagu cuaca.wialyah


bencana kebakaran ini mencakup wilayah: Kec.Babat Toman, Kec.Bayung
Lencir, Kec Lalan, Kec.Lais, Kec.Plakat Tinggi, Kec. Sanga Desa dengan
luas keseluruhan 218.608,803 Ha.
8.6.7. Kawasan Lindung
Kawasan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi
pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur
tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut
dan memelihara kesuburan tanah atau pun kawasan yang memiliki fungsi
utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber
alam, sumber daya buatan dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna
kepentingan pembangunan berkelanjutan ( KEPRES RI nomor 32 Tahun
1990 Tentang Pengelolaan Kawasan Lindung pasal 1 butir 1). Kawasan
Lindung yang terdapaat pada daerah sekitar Lpangan stuktur cemara ini
adalah

kawasan

resapan

air

dan

15

kawasan

sempadan

sungai.

Perencanaan pembangunan dan pengawasan sistem pengolaan limbah


yang dikasilkan harus diperatikan agar tidak mengganggu kawasan
lindung.

Gambar 8.7 Peta Penggunaan lahan kawasan Musi Banyuasin

8.6.8 Komponen Sosial


A. Infrastuktur
1. Air Bersih
Sebagian besar sumber air bersih di Kecamatan Bayung Lencir
bersumber dari air sumur, baik jenis sumur dangkal maupun dalam. Untuk
jenis sumur dangkal, sumber air dapat mulai ditemukan pada kedalaman
8-10 meter sudangkan untuk sumur dalam ditemukan sumber air mulai
kedalaman 20-30 meter. Kualitas air yang didapat pun beragam, ada yang
sudah baik namun maih ada juga yang masih buruk karena banyak
mengandung kapur. Kondisi yang demikian menyebabkan untuk konsumsi
sehari-hari perlu dilakukan penyaringan lebih lanjut atau lebih memiloh
untuk membeli air isi ulang untuk kebutuhan memasak dan minum. Akan
tetapi, Pemerintah setempat juga berupaya dalam membantu warga untuk

16

memenuhi kebutuhan air bersih. Ini tercermin dari seringnya pemerintah


memberi bantuan air bersih untuk beberapa desa yang rawan kekeringan
terutama untuk musim kemarau.
2. Telekomunikasi
Sebagian desa di Kecamatan Bayung Lencir ada yang sudah
terjangkau oleh jaringan telepon kabel dan ada juga yang masih belum.
Namun, untuk saat ini walaupun jaringan telpon kabel sudah ada, banyak
warga yang lebih memilih menggunakan handphone yang dianggap lebih
fleksibel dalam kemudahan dan kenyamanan berkomunikasi.
3.Listrik
Semua desa/ kelurahan di Kecamatan Bayung Lencir terlah teraliri
listrik. Daya listrik yang digunakan juga beragam, namun yang
mendominasi adalah daya listrik 450 dan 900 watt.
4. Drainase
Saluran drainase di kecamaatan Bayung Lencir pada umumnya
masih menggunakan sistem drainase dengan sistem gravitasi. Sunngai
merupakan muara akhir dari pembuangan aliran drainase. Hal ini dapat
dilihat dari banyaknya lintasan air sungai di Kecamatan Bayung Lencir.
Sungai-sungai tersebut masih tergolong sungai sungi kecil dan terdapat
sungai besar di Kecamatan Bayung Lencir yaitu sungai cimanuk yang
memiliki luas 4.325 km.
B. Sosial dan Budaya
Kondisi sosial budaya suatu masyarakat merupakan salah satu
indikator tingkat keberhasilan pembangunan yang dapat dilihat secara
kasat mata. Dari berbagai macam kondisi sosial budaya akan dirangkum
dalam beberapa indikator, seperti indikator pendidikan, kesehatan, tingkat
pendapatan, keluarga berencana, dan agama.
1. Agama

17

Kehidupan beragama diatur dalam UUD 1945 Pasal 29 dan Sila


Pertama Pancasila. Kehidupan beragama dikembangkan dan diarahkan
untuk peningkatan akhlak demi kepentingan bersama untuk membangun
masyarakat adil dan makmur. Kabupaten Musi Banyuasin merupakan
salah satu Kabupaten dengan mayoritas penduduknya memeluk Agama
Islam. Pada tahun 2014 penduduk yang beragama Islam tercatat
sebanyak 2.053.372 jiwa, sedangkan sisanya tersebar pada empat agama
lain seperti

Protestan tercatat sebesar 4.102 jiwa, Katolik 1.982 jiwa,

Hindu 257 jiwa, Budha 213 jiwa dan Konghucu sebanyak 5 jiwa.
2. Kesehatan Dan Keluarga Berencana
Pembangunan

kesehatan

bertujuan

untuk

meningkatkan

kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
terwujud derajat

kesehatan yang optimal. Untuk

tersebut pondasi adalah

mencapai

tujuan

fasilitas kesehatan yang murah, representatif

serta mudah diakses diharapkan dapat meningkatakan kesadaran untuk


hidup sehat. Jumlah Puskesmas termasuk puskesmas pembantu di
Kabupaten Musi Banyuasin tercatat sebanyak 119 unit. Jumlah tenaga
medis yang bertugas di Kabupaten Musi Banyuasin pada tahun 2014
tercatat sebanyak 1.303 orang. Banyaknya dokter yang melayani
penduduk Musi Banyuasin tercatat sebanyak 75 dokter (termasuk dokter
gigi). Sedang jumlah bidan yaitu 567 orang.
3. Pendidikan
Indikator lain dari keberhasilan pembangunan manusia adalah
kemajuan dibidang pendidikan. Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan
dan Kebudayaan Kabupaten Musi Banyuasin pada tahun ajaran
2012/2013 untuk tingkat Sekolah Dasar jumlah sekolah tercatat sebanyak
885, murid sebanyak 189.726 orang dan guru sebanyak 9.024. Kemudian
di tingkat SLTP jumlah sekolah tercatat sebanyak 157, murid sebanyak
68.850 orang dan guru sebanyak 3.625 orang. Sedangkan di tingkat SLTA
jumlah sekolah tercatat sebanyak 51, murid sebanyak 17.954 orang dan

18

guru sebanyak 1.452 orang. Dan untuk Sekolah Menengah Kejuruan


tercatat memilik sekolah sebanyak 61 sekolah, 23.951 murid dan 1.662
guru.
C. Kependudukan
Dari data yang diperoleh dari BPS Kabupaten Musi Banyuasin
penduduk di Kabupaten Musi Banyuasin, rata-rata mengalami kesamaan
untuk tiap kecamatan yaitu yang paling ramai berada di pusat kecamatan
karena

disana

banyak

dijumpai

roda

perekonomian,

sedangkan

permukiman yang lain menyebar di wilayah sekitarnya.


Jumlah

penduduk

Kabupaten

Musi

Banyuasin

tahun

2013

sebanyak 1.868.395 jiwa, dengan komposisi jumlah laki-laki sebanyak


858.942 jiwa dan jumlah perempuan sebanyak

809.453 jiwa. Jumlah

rumah tangga Kabupaten Musi Banyuasin tahun 2013 sebanyak 488.546


KK. Kecamatan Musi Banyuasin merupakan kecamatan dengan jumlah
penduduk terbesar sebanyak 106.688 jiwa. Konsentrasi sebaran jumlah
penduduk terpusat pada kecamatan-kecamatan bagian Utara Kabupaten
Musi Banyuasin.
Pada akhir Tahun 2012 berdasarkan hasil Registrasi Penduduk
jumlah penduduk Kabupaten Musi Banyuasin tercatat sebanyak 1.844.897
jiwa. Sedangkan pada akhir Tahun 2010 berdasarkan hasil Sensus
Penduduk

2010

angkanya

hanya

tercatat

1.668.395

jiwa.

Bila

dibandingkan dengan hasil Sensus Penduduk 2000 maka terdapat


kenaikan rata-rata laju pertumbuhan penduduksetiap tahunnya 0,54
persen.
D. Ekonomi
Dari segi mata pencarian, Kecamatan Bayung Lencir didominasi
oleh pekerjaan sebagai petani dan buruh tani serta peternak . Hal ini juga
disebabkan oleh pengguaan lahan yang sebagian besar digunakan
sebagai lahan pertanian dan juga untuk pengembangan peternakan

19

khususnya peternakan sapi dan unggas. Di pidang pertanian dan


perkebunan warga kabupaten Musi Banyuasin bekerja sebagai Petani
padi dan perkebunan mangga.
Dari segi pendapatan per kapita, daerah kabupaten Musi
Banyuasin tergolong rendah dilihan dari banyaknya keluarga miskin di
daerah kabupaten Musi Banyuasin. Hal ini dikarenakan banyak faktor
seperti kurangnya kesadaran warga kabupaten Musi Banyuasin tentang
pentingnya pendidikan dilihat dari mimimnya kelulusan wajib sekolah 12
tahun.
8.7 PELAKSANAAN
8.7.1. Health and Safety
Kajian dari aspek HSE menguraikan tentang Kesehatan dan
keselamatan kerja(K3) yang akan diupayakan oleh Sangsaka Energy
dalam pengembangan Lapangan Beta .
merencanakan,

mengatur

Fungsi dari divisi ini adalah

mengenalisa

dan

mengkoordinasikan

pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja dengan tujuan agar


pekerja dapat bekerja dalam suatu lingkungan industri yang aman sesuai
dengan norma keselamatan dan menghindarkan rugi perusahaan. Hal ini
berpedoman pada Undang-undang keselamatan kerja yaitu

UU No.1

Tahun 1970, Peraturan Pemerintahan RI No. 13 Tahun 2003 tentang


tenaga kerja pasal 86 tentang hak perlindungan keselamatan kera, dan
pasal 87 tentang sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja.

Management
Checking
review
and
Corrective
action

20
act
chec Implementation
do
plan
improvement

Commirment
& Policy
Planning

Gambar 8.8. Diagram Alir Management K3 di PT Sangsaka Energy


a. Commitment & Policy
Peraturan yang berlaku di daerah tempat beroperasi dan komitmen
perusahaan sebagai acuan perusahaan dalam membuat suatu
kebijakan K3.
b. Planning (perencanaan)
12. Identifikasi kecelakaan, penilaian resiko, menentukan solusinya
13. Membuat standart operasional dan kebutuhan lainnya
14. Penentuan sasaran dan program yang akan dijalankan

Implementation (implementasi)

Pengadaan sumber daya manusia, pembagian peran dan tanggung


jawab, memberi kejelasan otoritas masing-masing peran.

Peningkatan kompetensi sumber daya dengan meningkatkan


pelatihan dan kepedulian sumber daya pada pentingnya K3.

Menjalin komunikasi, partisipasi, dan konsultasi antar pekerja

21

Dokumentasi

Kontrol dokumen

Kontrol operasi

Membuat kesiapsiagaan dan respon terhadap bahaya darurat


(emergency).

Checking and Corrective Action ( Pemantauan dan Koreksi)

Pengukuran dan Pemantauan


1. Evaluasi
2. Identifikasi kecelakaan
3. Memantau kondisi kenyamanan pekerja
4. Koreksi dan pengambilan kebijakan preventif
5. Menyimpan data yang terekam
6. Audit internal

Management Review
Melihat hasil dari program yang telah dijalanan kemudian menentukan

kebijakan manajemen selanjutnya.


8.7.2. Environment
Divisi

Environment

adalah

divisi

yang

berfokus

pada

penanggulangan dampak lingkungan kegiatan operasi pada lapangan


Beta. Dengan tugas melakukan koordinasi, pengawasan serta memimpin
jalannya pemantauan/pengelolaan limbah baik non-B3 maupun limbah B3,
penjagaan fungsi lingkungan selama jalannya operasi, dan penghijauan
lingkungan.

a. Pemantauan dan Pengelolaan Limbah


Pemantauan dan pengelolahan limbah dibagi menjadi dua yaitu
pengelolaan limbah B3 dan Pengelolaan Limbah Non-B3.

22

Gambar 8.9. Proses Pengelolaan Limbah PT. Sangsaka Energy


b. Pengolahan Limbah Domestik
Unit Sewage Treatment Plant (STP) digunakan untuk mengolah air
limbah domest ik yang berasal dari kegiatan perkantoran, messhall dan
camp agar kualitas air buangannya memenuhi nilai baku mutu sesuai
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup no. 112 tahun 2003.
Pengolahan limbah domestik berdampak penting bagi lingkungan oleh
karena itu pengelolaannya harus dikelola dengan baik.
c. Pengelolaan Bioremidiasi
Pengelolaan Fluida pemboran dan cutting mempunyai kandungan
yang sangat berbahaya bagi lingkungan apabila tidak di-treatment dengan
benar. Fluida pemboran merupakan fluida yang memiliki kandungan kimia

23

dari aditif-aditif yang ditambahkan saat pemboran berlangsung. Cutting


sendiri merupakan serbuk batuan akibat tergerusnya batuan formasi dan
disirkulasikan

oleh

fluida

pemboran

menuju

permukaan,

hal

ini

menyebabkan cutting yang juga memiliki kandungan kimia dari bawah


permukaan juga akan terkontaminasi oleh kandungan kimia fluida
pemboran.
Pertimbangan dari pembuangan fluida pemboran dan cutting
adalah proses dari peralatan treatment yang berkelanjutan sehingga fluida
pemboran

dan

cutting

dapat

aman

dibuang

tanpa

mengganggu

lingkungan. berdasarkan kep. No- 03/BAPEDAL/09/1995, parameter yang


dianalisa

dari

Drill

Cutting

TCLP (ToxicityCharacteristic

Leaching

Procedure) dan pH. Parameter TCLP yang dites adalah Arsen, Barium,
Boron, Cadmium, Chromium, Copper, Lead, Mercury, Selenium, Silver,
Zinc. Jenis lumpur pemboran yang digunakan pada pengembangan
lapangan ini sebagai berikut.
Langkah kerja cutting SBM dengan cara bioremediasi adalah
sebagai berikut :

Cutting SBM yang TPH < 15% dibawa ke BA (Bioremediation


Area ).

Cutting dimasukkan kedalam cutting bin/ cutting bag.

Cutting yang berada di dalam cutting bin / cutting bag


disebarkan secara merata kedalam pit/ pada permukaan tanah
yang dipadatkan

Selanjutnya cutting yang berada didalam pit diberi tambahan/


campuran bulking agent berupa sekam dan atau pasir. Proses
pencampuran dengan menggunakan traktor.

24

Setelah diberi tambahan bulking agent selanjutnya dilakukan


proses pembajakan dengan mesin pembajak agar bulking
agent dan cutting tercampur.

Setelah dilakukan pembajakan maka diberi tambahan nutrisi


berupa Urea, TSP, KCL.

Melakukan penyiraman untuk menjaga kelembaban tanah,


dalam melakukan penyiraman diperlukan peralatan sistem
irigasi.

Dilakukan

proses pembajakan

kembali

untuk mengatasi

terjadinya kekurangan oksigen. Semakin sering dilakukan


pembajakan laju biodegradasi semakin meningkat.

Dilakukan proses pemantauan secara rutin dan kontinyu setiap


2 minggu sekali. Pemantauan dilakukan untuk mengetahui
konsentrasi hidrokarbon didalam tanah terkontaminasi.

Untuk mengetahui konsentrasi hidrokarbon (TPH) didalam


tanah terkontaminasi berkurang atau < 1% membutuhkan
waktu 3-6 bulan.

Setelah dilakukan pemantauan maka dilakukan pengukuran


konsentrasi TPH. Jika konsentrasi TPH < 1% maka cutting yang
berada didalam pit diberi tambahan mikroba dengan cara
disemprotkan. Tetapi jika konsentrasi TPH > 1% maka
dilakukan pembajakan kembali sampai konsentrasi TPH < 1%.

Selanjutnya setelah konsentrasi TPH < 1% dan sesuai dengan


baku mutu lingkungan maka dapat dibuang kelingkungan
sehingga dapat ditanami tanaman penghijauan serta dapat
digunakan sebagai material penimbun.

d. Pengelolaan Limbah B3 dan Non B3

25

Limbah organik merupakan limbah yang membusuk dan dapat


terurai oleh mikroorganisme. Macam-macam limbah organik yaitu sisa
makanan, metabolisme manusia, kertas, kardus, puntung rokok, kayu,
daun. Sampah organik bisa ditimbun di trash pit atau dibakar di incenetor,
tergantung jenis sampah yang dihasilkan. Sampah basah (limbah dapur,
sisa makanan) dibuang di trash pit. Sampah kering bisa dibuang di trash
pit atau dibakar di incinerator. Proses incinerator adalah proses tempat
pembakaran limbah domestik yang berupa kertas, kardus, tissue, puntung
rokok.
Limbah non B3 yang dibakar di incinerator yaitu limbah organik
sebanyak 90 % dan anorganik sebanyak 10 %. Dari hasil pembakaran
incinerator menimbulkan emisi udara yang di periksa per 3-6 bulan,
parameter yang diukur adalah CO dan temperatur. Pembakaran
incinerator terdapat 2 ruangan yaitu primary room dan secondary room.
Pembakaran dilakukan diruang primary room dengan temperatur 6000C
8000C, kemudian asap yang ditimbulkan dari proses incinerator disaring
di secondary room dengan temperatur 8000C 10000C, sebelum asap
keluar ke alam bebas, cerobong asap disemprot air agar dapat
mengurangi emisi udara, air dari hasil emisi udara tersebut dibuang
kelingkungan, acuan baku mutu yang dikeluarkan oleh KLH.
Insinerator yang dipantau yaitu abu, kemudian abu diolah
berdasarkan standar baku mutu (KLH), baru dibuang kelingkungan
dengan cara abu disaring, sedangkan abu halus dengan cara TCLP
(Toxicity Characteristic Leaching Procedure) kemudian abu kasar dibuat
batako. Berdasarkan SOP dari KLH daya tampung incinerator 15 Kg/jam
dalam sekali rolling dan dalam sehari hanya bisa melakukan pembakaran
sebanyak 75 Kg/hari dan dibagi menjadi 5 kali rolling.
e. Pengelolaan Emisi Udara
Pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat,
energi, dari komponen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan
manusia, sehingga mutu udara turun sampai ke tingkat tertentu yang

26

menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya (PP No. 41


Tahun 1999, Sekertaris Negara PROF. DR. H. Muladi S.H.). Sumber
utama emisi:
1. Kompresor turbin
2. Generator turbine
3. Boiler/heater
4. Well testing
5. Drilling dan peralatan atau transportasi yang berkaitan dengan
logistik
6. Venting
7. Oily Water Treatment Unit (OWTU)
8. Figitve emissions
9. Oil Spill incidents dan Bioremediasi
Gas H2S merupakan gas beracun yang berasal dari formasi bawah
permukaan dan sering dijumpai pada lokasi pemboran. Gas ini sangat
berbahaya karena sangat beracun dan sangat mudah terbakar. Gas ini
dapat membunuh apabila dijumpai pada konsentrasi yang tinggi dan tidak
melaksanakan SOP yang tepat. Gas CO2 juga berasal dari bawah
permukaan dan sangat sensitif terhadap isu polusi udara secara global.
Walaupun tidak terlalu berbahaya, namun gas CO2 juga merupakan salah
satu poin dari HSE yang paling penting. Flaring dapat dilakukan dengan
mengacu pada PERMEN ESDM Nomor 31 Tahun 2012 Tentang
Pelaksanaan Pembakaran Gas Suar Bakar (Flaring) Pada Kegiatan
Usaha Minyak Dan Gas Bumi.
1. Kebisingan
Polusi suara dapat terjadi akibat peralatan-peralatan berat yang
bekerja pada proses pengembangan lapangan. Tingkat

kebisingan

tersebut diukur dan dipantau serta diberikan jarak aman (embarkasi)


sehingga dapat ditentukan jarak aman baik bagi pekerja maupun warga
sekitar yang dekat dengan daerah operasi,

27

karena dapat berpotensi

menggangu warga, bahkan pada level yang terlampau tinggi

dapat

memahayakan pendengaran tenaga kerja dan warga. Tingkat kebisingan


yang disarankan adalah 85 dB (A) untuk waktu kerja 8 jam/hari, 40
jam/minggu, atau pada kasus jam kerja lembur, waktu keterlibatan dalam
setahun tidak boleh lebih dari 2000 jam. Tingkat kebisingan di ruang
akomodasi yang digunakan untuk kegiatan di luar jam kerja harus tidak
lebih dari 70 dB (A). Namun, tingkat suara 70 dB (A) dapat mengganggu
konsentrasi mental serta kenyamanan tidur. Oleh sebab itu disarankan
agar tingkat kebisingan ruang tidur harus di bawah 45 dB (A). Pada
prakteknya, pengontrolan tingkat kebisingan dan persyaratan untuk
perlindungan pendengaran dapat berjalan apabila dibuat peta kebisingan
lokasi kerja di mana seluruh mesin- mesin dijalankan pada beban kerja
yang normal. Tanda-tanda yang menyatakan bahaya bising harus
dipasang dan pelindung telinga yang layak harus tersedia bagi seluruh
karyawan yang bekerja di daerah yang tingkat kebisingannya tinggi.
Kebisingan yang terjadi dipengaruhi sejak awal proses konstruksi hingga
operasi berlangsung.
2. Penjagaan Fungsi Lingkungan Selama Jlannya Operasi dan
Penghijauan Lingkungan
Karena

adanya

pembangunan

akan

merubah

lahan

dan

karekteristik lingkungan suatu wilayah diperlukan pemantauan dan usahausaha pengurangan dampak negatif terhadap lingkungan .
a. Pemantauan Kualitas Air
Pemantauan dilakukan untuk menilai dampak dari kegiatan
operasi terhadap air permukaan maupun air tanah yang ada
disekitar lokasi operasi.
b. Pemantauan Kualitas udara dan suhu
Pemantauan

dilakukan

untuk

melihat

dampak

yang

ditimbulkan selama operasi, penghijauan lahan disekitar lokasi

28

dilakukan untuk mengurangi dampak operasi terhadap kualitas


udara dan suhu di wilayah tersebut.
8.8. CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)
Corporate Social Resposibility (CSR) berlandaskan UU No.22
Tahun 2001 tentang Undang-Undang Minyak dan Gas Bumi Bab VIII pasal
40 ayat 3,4,5 dan 6 yang berisikan Badan Usaha dan Bentuk Usaha Tetap
yang melaksanakan kegiatan usaha minyak dan gas bumi ikut
bertanggung jawab dalam mengembangkan lingkungan dan masyarakat
setempat.
Program-program CSR dimaknai juga sebagai salah satu upaya
untuk mengatasi kesenjangan dan mencegah timbulnya konflik antara
masyarakat dengan perusahaan. Pemberdayaan komunitas secara
berkesinambungan, sesuai dengan kemampuan yang dimiliki perusahaan,
melalui peran aktif komunitas dengan memanfaatkan potensi yang ada di
dalam masyarakat dan lingkungannya agar meningkat kesejahteraannya
dan mendorong kemandirian masyarakat sekitar wilayah Ring 1
perusahaan, termasuk salah satunya wilayah Struktur Beta. Program yang
diusulkan unuk diimplementasikan di wilayah Lapangan Beta adalah
program Community Empowerment yang difokuskan pada 5 (lima) bidang,
yaitu bidang infrastruktur, ekonomi, pendidikan, dan kesehatan.
8.8.1. Community Empowerment
Tujuan dan manfaat Pelaksanaan
a. Tujuan

Mengembangkan potensi dari masyarakat kecamatan Bayung


Lencir.

Meningkatkan kesejahteraan

masyarakat Kecamatan Bayung

Lencir.

Pemerataan pembangunan ekonomi berdasarkan kemampuan dan


potensi komunitas pedesaan.

29

b. Manfaat
1. Terwujudnya

desa-desa

yang

mandiri

secara

finansial

dan

infrastruktur
2. Teratasinya permasalahan ekonomi di desa tersebut
3. Bagi

pemerintah,

Terbangunnya

sistem

pengembangan

pemerintahan desa berbasis ekonomi pedesaan yang kokoh,


mandiri dan berkelanjutan, serta berwawasan lingkungan
4. Bagi Perusahaan Implementasi corporate social responsibility

program

funder

sebagai

wujud

nyata

pengabdian

kepada

masyarakat dan meningkatkan goodwill funder di masyarakat.


c.

Pengembangan Ekowisata

Sebagai Strategi Pelestarian Hutan

Mangrove
Kabupaten Musi Banyuasin yang dikenal sebagai kabupaten yang
tekenal dengan sumberdaya alamnya dan pertaniannya juga dikenal
sebagai daerah yang memiliki potensi pesisir yang sangat menjanjikan.
Salah satunya adalah kawasan hutan mangrove. Saat ini Kabupaten Musi
Banyuasin masih meliki hutan mangrove yang berada di sepanjang pesisir
pantai seluas 8.023,55 ha. Hutan ini jika tidak dikelola dengan baik,
diperkirakan luasnya akan terus berkurang dan pada saatnya menjadi
sangat sedikit, sehingga keberadaannya tidak berarti atau berguna bagi
kehidupan organisme lain.
Berkurangnya luasan hutan bakau tersebut telah mengakibatkan :
1. Berkurangnya kemampuan daratan khusunya pantai Musi
Banyuasin dalam menghalangi abrasi pantai akibat gelombang
laut.
1. Penyusupan (intrusi) air laut ke daratan sehingga dapat
mengganggu aktifitas masyarakat
2. Penurunan hasil tagkapan (Produktivitas) ikan di pantai dan laut

lepas Indramaayu yang diduga akibat dari berkurangnya areal


pemijahan dan pembesaran anak-anak ikan (Nursey ground).
Sehingga mengakibatkan turunnya pendapatan para nelayan di

30

daerah sekitar dan menurunkan taraf hidup dari nelayan


kabupaten Musi Banyuasin.
d. Konsep Ekowisata
Secara konseptual, ekowisata dapat didefinisikan sebagai suatu
konsep pengembangan parawisata berkelanjutan yang bertujuan untuk
mendukung upaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya)

dan

meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan, sehingga


memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat dan pemerintah
setempat.
Definisi ekowisata tersebut diatas mengisyaratkan adanya 3
dimensi penting ekowisata yaitu :
1. Konservasi : suatu kegiatan wisata tersebut membantu usaha
pelestarian alam setempat dengan dampak negatif seminimal mungkin.
2. Pendidikan : wisatawan yang mengikuti wisata tersebut akan
mendapatkan

ilmu

pengetahuan

mengenai

keunikan

biologis,

ekosistem dan kehidupan sosial di kawasan yang dikunjungi.


3. Sosial : masyarakat mendapat kesempatan untuk menjalankan
kegiatan tersebut.
Perlu dipahami, bahwa tujuan dengan dilaksanakan pembangunan
dan pengembangan kawasan hutan mangrove sebagai obyek wisata alam
dan wisata pendidikan yaitu :
1. Melindungi kawasan hutan bakau sebagai plasma nulfah.
2. Mengembangkan hutan bakau menjadi obyek wisata alam dan
pendidikan yang dapat menarik kunjungan wisatawan .
3. Kawasan hutan bakau sebagai wisata pendidikan akan sangat
bermanfaat sebagai sarana pendidikan lingkungan.
4. Dalam rangka membentuk pola kemitraan usaha untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat setempat, serta peningkatan pendapatan
asli daerah.

31

Sedangkan sasaran dengan dibangunnya kawasan wisata alam


dan pendidikan di Kabupaten Musi Banyuasin ini adalah dalam rangka
melestarikan fungsi hutan mangrove dan meminimalisir kerusakan hutan
mangrove dari kegiatan penduduk setempat dan stekeholders yang hanya
mengejar keuntungan ekonomi tanpa memperlihatkan fungsi ekologi.
e. Pembangunan dan Pengebangan Kampung Wisata

Profil Komunitas
Kabupaten Musi Banyuasin terkenal sebagai kabupaten sentral

tempat memancing terbesar atau lumbung beras di daerah Sumatra


Selatan

dan sebagai kota rawa. Penataan yang kurang baik dan

dukungan pemerintah setempat menjadi salah satu faktor kurang


berkembangnya industri pertanian dan perkebunan di Kabupaten Musi
Banyuasin.

Potensi-potensi

tersebut

merupakan

sumberadaya

pembangunan yang telah banyak berperan dalam peningkatan


perekonomian masyarakat di Kabupaten Musi Banyuasin selama ini.
Mengingat sampai saat ini Kabupaten Musi Banyuasin masih
minim memiliki lokasi wisata yang mempunyai daya tarik bagi
wisatawan nusantara, maka

perusahaan

PT. Sangsaka Energy

bekerja sama dengan pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin dan PT.


Perhutani untuk membangun dan mengembangkan kawasan kampung
wisata.

Konsep Kampung Wisata


Konsep dari pembangunan dan pengembangan kampung

wisata Musi Banyuasin memiliki tujuan utama untuk meningkatkan


taraf hidup petani dengan pemanfaatan lahan pertanian dan
perkebunan yang baik dan terstuktur. Selain untuk meningkatkan taraf
hidup petani, kampung wisata juga bisa di jadikan kawasan wisata
edukasi khususnya untuk wisatawan nusantara yang dialamnya
terdapat taman buah, khusunya taman buah mangga dan tanaman
buah lain sebagai saranan wisata dan pembangunan lahan pertanian

32

serta area outbond di kampung wisata ini. Selain itu kampung wisata
Musi Banyuasin direncanakan sebagai pusat sanggar Tari

yang

merupakan tarian khas Sumatera Selatan. Sehingga tersedia kawasan


kampung wisata yang berwawasan lingkungan, pendidikan, sosial dan
budaya. Selain itu dengan dibangunnya kampung wisata Musi
Banyuasin dapat meningkatkan roda ekonomi warga sekitar sehingga
taraf hidup masyarakat sekitar dapat berkembang.
8.8.2

Penanggulangan bencana kekeringan ekstrim di Kecamatan

Bayung Lencir
Daerah Kecamatan Bayung Lencir merupakan daerah dengan
curah hujan terendah diantara kecamatan lain yang ada di kabupaten
Musi Banyuasin. Terdapat satu sungai besar pada wilayah ini yaitu sungai
Cimanuk terdapat pada bagian Selatan dari kecamatan Bayung Lencir.
Sebagian besar sumber air bersih di Kecamatan Bayung Lencir
bersumber dari air sumur, baik jenis sumur dangkal maupun dalam.
Untuk jenis sumur dangkal, sumber air dapat ditemukan mulai
kedalaman

8-9 meter sedang untuk sumur dalam dapat ditemukan

sumber air mulai kedalaman 20-30 meter. Kualitas air yang dihasilkan pun
beragam, ada yang sudah baik namun ada juga yang masih buruk karena
banyak mengandung kapur. Sebagian daerah kecamatan Bayung Lencir
juga rentan terhadap bencana kekeringan ekstrim saat bulan kemarau tiba
karena kurangnya hutan tadah hujan sebagai tempat persediaan alami
dari air tanah di daerah tersebut.
Pemda

setempat

telah

melakukan

langkah-langkah

untuk

mengurangi dampak dari kekeringan ekstrim yang terjadi di kecamatan


Jepon yaitu dengan memberikan bantuan air bersih dengan menggunakan
bantuan tanki air bersih untuk beberapa desa yang rawan kekeringan
terutama untuk musim kemarau. Dan untuk sektor pertanian ketika musim
kemarau petani akan mengganti tanamannya dengan tanaman dari jenis
palawija yang membutuhkan lebih sedikit air untuk hidup.

33

1. Pengadaan Air Bersih untuk Kebutuhan Sehari-hari


Kebutuhan akan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari adalah
kebutuhan dasar yang sangat penting bagi masyarakat. Pada musim
kemarau sebagian wilayah Bayung Lencir akan mengalami kekeringan
ekstrim yang menganggu akitvitas dari masyarakat. Berdasarkan keadaan
hidrologi Sumber air tanah dapat ditemukan mulai kedalaman 8-9 meter
sedang untuk sumur dalam dapat ditemukan sumber air tanah mulai
kedalaman 20-30 meter.
Pelaksanaan
1. Melakukan pencarian sumber mata air bersih dan uji kualitas air sumur
dalam.
Proses ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya sumber mata
air yang dapat dimaanfaatkan, dan juga untuk mengetahui kualitas dari
air tanah dalam pada daerah agar dapat menentukan masuk kedalam
kelas baku mutu untuk minum atau hanya untuk kebutuhan sehari-hari.
2. Menentukan sumber air bersih yang digunakan
Berdasarkan proses diatas kita dapat mengevaluasi hasilnya apakah
menggunakan sumur atau sumber mata air bedasarkan kuantitas air
dan kualitasnya.
3. Menentukan treatment yang akan digunakan
Berdasarkan uji kualitas dan uji kuantitas akan di desain pengolah air
agar sesuai dengan baku mutu. Bila tidak ekonomis sumber air
didatangkan dari luar kecamatan Bayung Lencir
4. Menentukan alur dan metode distribusi
Penentuan didasarkan pada ketersediaan akses transportasi , jarak,
dana keamanan dari daerah
2. Menghitung kebutuhan air yang diperlukan untuk metode SRI
SRI (System of Rice Intensification) adalah cara budidaya tanaman
padi yang intensif dan efisien dengan proses manajemen sistem
perakaran yang berbasis pada pengelolaan yang seimbang terhadap
tanah, tanaman dan air (Juhendi, 2008). Menurut Tim Balai Irigasi SRI

34

(2009) pada Buku Seri 19 Penelitian Hemat Air pada SRI, dalam
menghitung kebutuhan air pada irigasi terputus pada metode SRI
dilakukan dengan suatu model neraca air. Model tersebut disimulasikan
dalam interval harian, persamaan tersebut adalah sebagai berikut.
H + I + R = P + Etc + D
Keterangan:
H= perubahan simpanan air (mm),
I= irigasi (mm), P= perkolasi(mm),
E= evapotranspirasi(mm),
D= drainase (mm)
Besar simpanan air dalam tanah dipengaruhi oleh hujan dan irigasi
sebagai komponen air yang masuk dan evapotranspirasi, drainase dan
perkolasi sebagai komponen air yang keluar. Irigasi dan drainase
dilakukan untuk mengatur kondisi air sehingga simpanan air sesuai
dengan perlakuan yang dikehendaki. Pola irigasi terputus pada metode
SRI dilakukan dengan mengairi lahan (dari sumber hujan maupun irigasi)
saat terjadi retak rambut atau kandungan air mendekati 80% dari jenuh
lapang sampai keadaan jenuh.
8.8.3.

Pelatihan

Kewirausahaan

dan

Keterampilan

Kepada

Masyarakat Sekitar PT. Sangsaka Energy


PT. Sangsaka Enegry sekali lagi memberikan wujud kepeduliannya
terhadap masyarakat sekitar daerah operasi PT. Sangsaka Enegy dengan
memberikan pelatihan kewirausahaan kepada masyarakat di sekitar PT.
Sangsaka Enegy agar masyarakat dapat mandiri dalam kewirausahaan
dengan menyediakan sarana kursus dan pelatihan secara gratis seperti
pelatihan mengenai pertanian, perkebunan, perikanan, menjahit dan lainlain. Dengan harapan masyarakat sekitar PT. Sangsaka Energy dapat
mandiri dan memiliki keahlian dalam berwirausaha dan juga untuk
menekan angka pengangguran di Kecamatan Bayung Lencir dan dapat
meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar.

35

8.8.4 Beasiswa PT.Sangsaka Enegy


Sebagai wujud bakti pendidikan dan penjaminan mutupendidikan di
daerah operasi PT. Sangsaka

Energy,

perusahaan

kami membuat

program beasiswa dengan nama Beasiswa PT. Sangsaka Energy.


Program ini khusus diberikan kepada mahasiswa berprestasi atau murid
sma berprestasi yang ingin melanjutkan kuliah namun terkendala biaya.
Dengan harapan para penerima beasiswa ketika lulus nanti mampu
memberikan dampak positif kepada daerah asal mereka kecamatan
Bayung Lencir. Selain biaya mereka juga akan menerima pelatihan dari
beasiswa Sangsaka Energy yang akan sangat berguna bagi mereka.
Disini PT. Sangsaka Energy membagi jenis beasiswa menjadi 3 jenis yaitu
:
a. Beasiswa siswa/siswi berprestasi
Dengan keuntungan dapat melanjutkan perkuliahan secara
gratis di semua Univeritas yang diinginkan siswa/siswi sampai
mencapai sarjana. Dan setelah lulus dapat bergabung secara langsung
ke PT. Sangsaka Energy sebagai tenaga ahli.
b. Beasiswa Mahasiswa Tingkat Lanjut
Beasiswa ini berguna untuk putra dan putri daerah untuk dapat
melanjutkan perkuliahannya ke tingkat Lanjut atau S-2. Dan putra putri
lulusan beasiswa ini juga diberikan kesempatan untuk dapat bekerja
secara langsung di PT. Sangsaka Energy.
c. Beasiswa untuk siswa/siswi tidak mampu
Beasiswa ini di anjurkan bagi siswa / siswi tidak mampu agar
dapat melanjutkan pendidikannya dengan gratis dan menerima
bantuaan berupa peralatan sekolah sampai ke jenjang SMA.

36

Anda mungkin juga menyukai