Anda di halaman 1dari 9

Pembangkit listrik tenaga ombak

Energi ombak adalah energi alternatif yang dibangkitkan melalui efek osilasi tekanan udara
(pumping effect) di dalam bangunan chamber (geometri kolom) akibat fluktuasi pergerakan
gelombang yang masuk ke dalam chamber. Berkaitan dengan hal tersebut pada 22 Juni 2007
bertempat di Parang Racuk Yogyakarta telah diresmikan Technopark Parang Racuk melalui
Uji Operasional PLTO (Pembangkit Listrik Tenaga Ombak) pada Kondisi Air Pasang oleh
Kepala BPPT Said D. Jenie
Acara yang dihadiri Sekretaris Utama, Deputi TIRBR, Deputi TPSA, Deputi TAB, Eselon II
di lingkungan Setama dan Eselon I, II dan III di lingkungan TIRBR, dan Bupati Gunung
Kidul, Staf Ahli Kepala BPPT serta pimpinan dan peneliti dari BPDP Yogyakarta.
Tujuan kegiatan ini adalah memberikan paket model sumber energi alternatif yang
ketersediaan sumbernya cukup melimpah di wilayah perairan pantai Indonesia. Paket model
tersebut akan menunjukkan tingkat efisiensi energi yang dihasilkan dan parameter-parameter
minimal hidrooseanografi yang layak, baik itu secara teknis maupun ekonomis untuk
melakukan konversi energi.
Hasil survei hidrooseanografi di wilayah perairan Parang Racuk menunjukkan bahwa sistem
akan dapat membangkitkan daya listrik optimal jika ditempatkan sebelum gelombang pecah
atau pada kedalam 4m-11m. Pada kondisi ini akan dapat dicapai putaran turbin antara 3000-
700rpm. Posisi prototip II OWC (Oscilating Wave Column) masih belum mencapai lokasi
minimal yang diisyaratkan, karena kesulitan pelaksanaan operasional alat mekanis. Posisi
ideal akan dicapai melalui pembangunan prototip III yang berupa sistem OWC apung.
Kegiatan ini dimulai pada tahun 2005 dan telah menghasilkan Sistem Pengendali Berbasis
DC dengan kapasitas 3500 KW. Pada saat ini sistem tersebut telah dipasang di Baron Energy
Park - BPPTdan Parang Racuk yang siap diujicoba (OT&E) bersama UPT LAGG yang
mengembangkan wind turbine serta BPDP yang mengembangkan OWC System.
Yogyakarta merupakan daerah di Indonesia yang memiliki potensi gelombang laut terbesar
dibanding daerah lainnya. Pantai Selatan di daerah Yogyakarta memiliki potensi gelombang
19 kw/panjang gelombang). Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut di daerah
Yogyakarta dikembangkan oleh BPPT khususnya BPDP (Balai Pengkajian DinamikaPantai).
Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut ini menggunakan metode OWC (Ocillating
Water Column).














BPDP BPPT pada tahun 2004 telah berhasil membangun prototype OWC pertama di
Indonesia. Prototype itu dibangun di pantai Parang Racuk, Baron, Gunung Kidul. Prototype
OWC yang dibangun adalah OWC dengan dinding tegak. Luas bersih chamber 3m x 3m.
Tinggi sampai pangkal dinding miring 4 meter, tinggi dinding miring 2 meter sampai ke
ducting, tinggi ducting 2 meter. Prototype OWC 2004 ini setelah di uji coba operasional
memiliki efisiensi 11%. Pada tahun 2006 ini pihak BPDP BPPT kembali membangun
OWC dengan sistem Limpet dipantai Parang Racuk, Baron, Gunung Kidul . OWC Limpet
dibangun berdampingan dengan OWC 2004 tetapi dengan model yang berbeda. Dengan
harapan besar energi gelombang yang bisa dimanfaatkan dan efisiensi dari OWC Limpet ini
akan lebih besar dari pada OWC sebelumnya.
Image has been scaled down 76% (640x427). Click this bar to view original image
(2576x1716). Click image to open in new window.


KONSTRUKSI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA OMBAK

Unsur yang paling penting dari instalasi PLTO adalah pada pemodifikasian saluran air
masuk, kemudian dinaikkan di penampungan. Bangunan ini terdiri dari dua unit, yaitu
kolektor dan konvertor. Kolektor berfungsi menangkap ombak, menahan energinya
semaksimal mungkin dan mengarahkan gelombang itu ke konverter. Oleh converter yang
ujungnya meruncing, air diteruskan menuju ke penampungan. Saluran ini dinamai tapchan,
kependekkan dari tappered channel atau saluran penjebak. Setelahair terkumpul, tahap
berikutnya tidak jauh berbeda dengan mekanisme kerja yang ada pada pembangkit listrik
umumnya. Banyak manfaat yang bisa dipetik dari teknologi PLTO. Selain hemat biasanya
investasi dan biaya operasional, pembangkit listrik tersebut juga ramah lingkungan karena
tidak mengeluarkan limbah padat, cair, maupun gas. Bahkan, kolam penampungannya dapat
digunakan untuk budidaya ikanair laut.
Selain memanfaatkan ombak, energi listrik ternyata juga bisa diperoleh dari arus laut. Arus
laut mempunyai kelebihan dibanding gelombang, karena bisa dihitungdan diperkirakan.
Untuk wilayah Indonesia, energi arus laut memiliki prospek yang cukup baik karena
Indonesia memiliki banyak pulau dan selat. Ketika melewati selat yang sempit, arus laut
mengalami percepatan sebagai akibat dari interaksi bumi-bulan-matahari. Energi inilah yang
digunakan untuk menggerakkan roda gigi generator sehingga dapat menghasilkan setrum
(arus/energi/tenaga listrik). Energi arus laut bersifat ramah lingkungan, juga mempunyai
intensitas energi kineticyang besar. Karena kerapatan air laut 830 kali lipat dibandingkan
dengan udara sehingga daun turbin arus laut akan jauh lebih kecil dibandingkan dengan daun
turbin angin. Turbin arus laut juga tidak memerlukan rancangan struktur dengan kekuatan
berlebihan seperti halnya turbin anginyang dirancang dengan memperhitungkan adanya angin
topan.

OWC 2004

FWP adalah suatu peningkatan pada desain Oscillating water column (OWC). Itu
mengadopsi beberapa konsep dari mesin bahan bakar. FWP berisi suatu array dari kolamair
yang dapat bergerak kesana kemari.

where ?p is the pressure drop from the high pressure chamber to the low pressure chamber
times the air flow rate Q

To calculate wave energy for the one linear meter we use the formula below

Power (in kW/m) = k H 2 T ~ 0.5 H 2 T,

Where k = constant, H = wave height (crest to trough) in meters, and T = wave period (crest
to crest) in seconds.

For deep water, the relationship between speed and wavelength is given by the formula:

l = g x t x t / (2 x pi)

l = t x c for all kinds of waves, substitute in above equation:
t x c = g x t x t / (2 x pi)
c = g x t / (2 x pi) or t = c x 2 x pi / g or t = c x 0.641 (s) where t= wave period (sec), f= wave
frequency, l= wave length (m) and phi=3.1415...

to calculate c and l from wave period t (in sec):

c = t x 1.56 m/s= t x 5.62 km/hr = t x 3.0 knot

l = 1.56 x t x t (metres)

Penelitian Siswa SMU Negeri 1 Singaraja Bali
Pemanfaatan potensi laut Indonesia belum optimal. Paling tidak, dalam pandangan Ni
Nyoman Mestri Agustini dan Arista Dewi, pemanfaatan yang dilakukan baru sebatas pada
kekayaan alam yang ada di dalamnya. Gelombang laut yang, disebutnya, memiliki potensi
cukup besar, kenyataannya selama ini belum termanfaatkan.

Tenaga gelombang laut ini, menurut kedua siswi Sekolah Menengah Umum Negeri (SMUN)
1 Singaraja, Bali, ini merupakan salah satu bentuk energi yang dapat diubah menjadi energi
yang dapat dipergunakan untuk keperluan hidup sehari-hari. Model pemanfaatannya hampir
sama dengan pemanfaatan air terjun sebagai pembangkit energi listrik.

Berangkat dari pemikiran itulah, keduanya kemudian melakukan penelitian mengenai
transformasi energi gelombang laut menjadi energi listrik. Penelitian menyangkut bagaimana
mekanisme transformasinya serta kuantitas energi listrikyang dapat dihasilkan.

Penelitian yang berhasil menyabet juara harapan II bidang Teknologi Lomba Karya Ilmiah
Remaja (LKIR) 2002 ini dilakukan awal Juni hingga Juli 2002 di Laboratorium Fisika SMU
Negeri 1 Singaraja,dan di Pantai Buleleng. Penelitian yang dilakukan di laboratorium sekolah
yaitu dengan pembuatan model transformasi energi gelombang laut menjadi energi listrik dan
cara kerjanya. Sedang di Pantai Buleleng, dilakukan pengujian terhadap model transformasi
energi gelombang laut menjadi energi listrik.jumlah gerigi 44 dan dengan jumlah gerigi 16,
besi batangan, dan engsel.
Peralatan yang digunakan dalam melakukan penelitian ini meliputi alat las, gergaji besi,
gergaji kayu, penggaris, pensil, bor, obeng, palu, pemotong besi, siku, tahanan 500 ohm,dan
voltmeter. Bahan-bahan yang dipakai, free wheel, roda sepeda, jeruji besi, paku, triplek
dengan tebal 1 cm ukuran 60 x 40 cm, baut, dinamo, besi siku, roda gergaji dengan

Percobaan penelitian dilakukan dengan lebih dulu mengukur periode datangnya ombak. Ini
dilakukan dengan mengukur selang waktu datangnya ombak pertama dengan ombak kedua,
ombak kedua dengan ombak ketiga, dan seterusnya hingga ombak kesepuluh. Percobaan ini
dilakukan sebanyak lima kali. Hasil yang didapatkan pada setiap percobaan, kemudian dirata-
ratakan.

Dari sejumlah peralatan yang telah dipersiapkan, dibuat alat untuk mentransformasi energi
gelombang laut menjadi energi listrik. Dari alat ini pula dilakukan pengukuran tegangan
listrik yang dihasilkan alat transformasi energi laut menjadi energi listrik. Caranya, dinamo
yang berfungsi mengubah energi mekanik menjadi energi listrik dihubungkan dengan tahanan
dan voltmeter melalui kabel.

Selain itu, tegangan listrik yang dihasilkan generator diukur dengan voltmeter, sedangkan
untuk mengetahui kuat arus yang dihasilkan dapat dilakukan dengan menggunakan data
tegangan dan hambatan yang ada.

Dari percobaan yang dilakukan diperoleh data periode datangnya gelombang laut sebesar
5,56 detik. Dengan data ini dapat dibuat suatu alat yang bisa mengubah energi gelombang
laut menjadi energi listrik. Data periode tersebut digunakan untuk mengetahui waktu yang
diperlukan oleh alat untuk tetap mempertahankan putaran selama belum datang gelombang
berikutnya.

Dari alat percobaan yang dirancang, dapat dilihat adanya transformasi energi dari energi
gelombang laut menjadi gelombang mekanik, lalu menjadi energi listrik. Besarnya energi
listrik yang dihasilkan akan sebanding dengan energi gelombang laut yang mengenai alat.

Percobaan yang dilakukan diperoleh tegangan listrik rata-rata yang dihasilkan sebesar 2,151
volt dan rata-rata tegangan minimal yang dihasilkan adalah 1,457 volt. Setelah dilakukan
beberapa perhitungan, maka didapatkan besar arus listrik yang dihasilkan adalah 0,0036
amper dan besar daya yang dihasilkan adalah 0,0065 watt. Dengan mengalikan daya dengan
waktu maka diperoleh energi sebesar 0,0065 joule. Hal ini berarti bahwa energi yang
dihasilkan untuk setiap detiknya adalah 0,0065 joule.

Untuk memperbesar energi yang dapat dihasilkan per satuan waktu, dapat dilakukan dengan
cara memperluas bidang yang dikenai oleh gelombang laut. Selain itu, memperbesar ukuran
dinamo (alat pengubah energi mekanik menjadi energi listrik), dan memperbesar putaran roda
pemutar dinamo.

Energi yang dihasilkan itu, menurut kedua siswi ini, memiliki kelebihan. Antara lain, tidak
menimbulkan polusi karena tidak ada limbahnya, energi gelombang laut tidak akan habis, dan
sistem transformasi energi gelombang laut menjadi energi listrik relatif sederhana.

Berdasarkan hasil penelitian ini disimpulkan bahwa energi gelombang laut dapat diubah
menjadi energi listrik melalui suatu mekanisme tranformasi energi. Dinamo adalah
komponen utama dalam mengubah energi gelombang laut menjadi energi listrik. Tenaga
listrik yang dihasilkan dari sistem yang digunakan sebesar 1,806 volt. Tegangan ini dapat
diperbesar























~ Tenaga Listrik Tenaga Ombak Berpotensi
Kumpulan Artikel - 106 - Energi Laut (Ombak/Gelombang/Arus)

Memetik Setrum Ombak
Pantai khatuliswa yang menghadap Samudra Indonesia dan Pasifik potensial untuk listrik
tenaga ombak. Ada pula energi alternatif lain: arus laut!
DERETAN pantai yang memanjang mengitari belasan ribu pulau sepanjang khatulistiwa
adalah kekayaan yang tiada tara. Laut biru yang terhampar hingga kaki cakrawala benar-
benar meneduhkan suasana. Gemuruh ombak laut berkejaran membentuk buih yang menjilati
bibir pantai menciptakan sensasi tersendiri. Adapun tingginya gelombang laut di pantai-
pantai selatan adalah idaman bagi para peselancar dari seluruh dunia.
Tapi kini, gelombang laut tak berharga bagi keperluan surfing semata. Dalam gelombang laut
ternyata ada energi besar untuk membangkitkan listrik. Energi gelombang itu dapat diubah
menjadi arus listrik melalui pembangkit listrik tenaga ombak (PLTO). Berdasarkan survei
dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan Pemerintah Norwegia yang
dilakukan sejak 1987, ditemukan beberapa pantai yang berpotensi untuk menciptakan energi
listrik tenaga ombak.
Ombak yang mampu mensuplai energi listrik tersebut terletak di sepanjang pantai selatan
Pulau Jawa, juga di atas "kepala burung" Irian Jaya, dan di sebelah barat Pulau Sumatera.
Ada beberapa karakteristik yang menjadikan gelombang laut layak dipakai sebagai bahan
PLTO: sepanjang tahun tinggi gelombang harus 1,5 meter hingga 2 meter. Selain itu,
gelombang harus tak pecah ketika sampai di tepi pantai.
Dari survei, tercatat ombak di Pantai Baron, Gunung Kidul, pernah mencapai tujuh meter
selama dua minggu. Sifat ombak di sana juga tak pecah, sehingga cocok untuk PLTO.
Teknologi yang dipakai dalam PLTO sebenarnya tak terlampau rumit. Instalasinya terdiri dari
tiga bangunan pokok, yakni saluran air masuk, penampungan (reservoir), dan pembangkit
listrik.
Dari tiga bagian itu, unsur yang paling krusial adalah pada pemodifikasian saluran air masuk,
untuk kemudian dinaikkan ke penampungan. Bangunan ini terdiri dari dua unit, yakni
kolektor dan konverter. Kolektor berfungsi menangkap ombak, menahan energinya
semaksimal mungkin dan kemudian mengarahkan gelombang itu ke konverter.
Oleh konverter yang ujungnya meruncing, air diteruskan menuju ke penampungan. Saluran
ini dinamai tapchan, kependekan dari tappered channel alias saluran penjebak. Setelah air
terkumpul, tahap berikutnya tak beda dengan mekanisme kerja yang ada pada pembangkit
listrik tenaga air (PLTA). Air di penampungan diarahkan ke bagian lebih rendah. Energi
potensial inilah yang berfungsi menggerakkan turbin pembangkit listrik.
Banyak manfaat yang bisa dipetik dari teknologi PLTO. Selain hemat dari segi investasi
maupun biaya operasional, pembangkit listrik tersebut juga ramah lingkungan karena tak
mengeluarkan limbah padat, cair, maupun gas. Bahkan, kolam penampungannya yang banyak
mengandung oksigen bisa dimanfaatkan untuk budidaya ikan air laut.
Selain memanfaatkan ombak, energi listrik ternyata juga bisa dipetik dari arus laut. Arus laut
laut punya kelebihan dibanding gelombang, yaitu bisa diprediksi lewat perhitungan di atas
kertas. Untuk wilayah Indonesia, energi arus laut memiliki prospek yang cukup oke. Karena
Indonesia memiliki banyak pulau dan selat.
Ketika melewati selat yang sempit, arus laut akibat interaksi bumi-bulan-matahari mengalami
percepatan. Energi inilah yang digunakan untuk menggerakkan turbin. Daun turbin yang
berputar disodok arus akan menggerakkan roda gigi yang memusingkan generator sehingga
menghasilkan setrum.
Energi arus laut, selain ramah lingkungan, juga mempunyai intensitas energi kinetik yang
besar. Karena kerapatan air laut 830 kali lipat dibandingkan dengan udara sehingga, daun
turbin arus laut akan jauh lebih kecil dibandingkan dengan daun turbin angin. Turbin arus
laut juga tidak memerlukan rancangan struktur dengan kekuatan berlebihan seperti halnya
turbin angin yang dirancang memperhitungkan adanya angin topan.
Kekurangan energi arus laut adalah listrik yang dihasilkannya naik-turun sesuai dengan
pasang naik dan pasang surut akibat interaksi Bumi-Bulan-Matahari. Pada saat purnama,
kecepatan arus akan menderas. Saat pasang perbani pasang naik dan pasang surut terendah
kecepatan arus akan berkurang sampai setengah dari pasang purnama.
Namun kelemahan itu bisa disiasati melalui turbin yang dirancang khusus sesuai kondisi
pasang perbani. Hasilnya turbin itu tetap bisa memproduksi setrum meskipun arusnya
berkurang. Yang menjadi tantangan bagi para insinyur adalah bagaimana mendesain sistem
turbin, roda gigi, dan generator yang dapat bekerja secara terus-menerus selama lebih kurang
lima tahun.
Pasalnya, kita tahu air laut bersifat korosif atau penyebab karat. Laboratorium Hidrodinamika
Indonesia BPPT telah melakukan simulasi energi arus laut di selat Bali dan Lombok. Dengan
menggunakan daun turbin berdiameter 10 meter, pada kedalaman 12 meter, dalam kondisi
perbani selat Bali berpotensi menghasilkan listrik 300 kW. Sedangkan di selat Badung dan
Lombok, potensi energi listrik yang dihasilkan 80-90 kW.
Di negeri lain, penelitian tentang energi listrik dari arus laut memang tengah gencar
dilakukan. Inggris, misalnya, sudah memasang prototipe skala penuh dengan kapasitas 300
MW (dua kali kapasitas PLTA Jatiluhur) di Foreland Point, North Devon, Mei 2003.
Sedangkan Norwegia juga melakukan hal yang sama di Kvalsundet Hammerfest dengan
kapasitas 700 MW (setara dengan kapasitas PLTA Saguling, Jawa Barat).
Pemerintah kini tengah menghadapi krisis energi listrik. Jawa dan Bali terancam byar-pet,
akibat pasokan setrum yang semakin seret. Apalagi, pembangkit listrik kita banyak
mengandalkan tenaga uap yang menggunakan batu bara dan gas -yang kalaupun jumlahnya
melimpah tetap saja merupakan sumber energi yang tak terbarukan.

Anda mungkin juga menyukai