Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

KONVERSI ENERGI – SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GELOMBANG


LAUT

Disusun Oleh :
Rafi Theda Prabawa 121150069

JURUSAN TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL

“VETERAN”

YOGYAKARTA

2018
KONVERSI ENERGI – SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA LAUT

A. PENDAHULUAN

Pembangkitan energi listrik dengan memanfaatkan air laut terbagi menjadi beberapa cara.
Beberapa di antaranya adalah dengan memanfaatkan energi arus laut, memanfaatkan energi dari
gelombang lautan, memanfaatkan energi dari pasang-surut air laut, memanfaatkan sifat osmosis,
serta memanfaatkan energi panas air laut. Dari cara-cara tersebut, yang paling banyak
dikembangkan saat ini adalah pemanfaatan gelombang dan arus laut. Krisis energi telah
diprediksikan akan melanda dunia pada tahun 2015. Hal ini dikarenakan semakin langkanya
minyak bumi dan semakin meningkatnya permintaan energi. Untuk itu diperlukan sebuah
terobosan untuk memanfaatkan energi lain, selain energi yang tidak terbarukan. Karena kalau
kita tergantung pada energi tidak terbarukan, maka di masa depan kita juga akan kesulitan untuk
memanfaatkan energi ini karena keterbatasan populasi dari energi tersebut.

Untuk itu kita akan mencoba menggali informasi tentang tenaga ombak yang sebenarnya sudah
dimanfaatkan oleh banyak negara, termasuk Indonesia. Berdasarkan survei yang dilakukan
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan Pemerintah Norwegia sejak tahun 1987,
terlihat bahwa banyak daerah-daerah pantai yang berpotensi sebagai pembangkit listrik bertenaga
ombak. Ombak di sepanjang Pantai Selatan Pulau Jawa, di atas Kepala Burung Irian Jaya, dan
sebelah barat Pulau Sumatera sangat sesuai untuk menyuplai energi listrik. Kondisi ombak
seperti itu tentu sangat menguntungkan, sebab tinggi ombak yang bisa dianggap potensial untuk
membangkitkan energi listrik adalah sekitar 1,5 hingga 2 meter, dan gelombang ini tidak pecah
hingga sampai di pantai.

Potensi tingkat teknologi saat ini diperkirakan bisa mengonversi per meter panjang pantai
menjadi daya listrik sebesar 20-35 kW (panjang pantai Indonesia sekitar 80.000 km, yang terdiri
dari sekitar 17.000 pulau, dan sekitar 9.000 pulau-pulau kecil yang tidak terjangkau arus listrik
nasional, dan penduduknya hidup dari hasil laut). Dengan perkiraan potensi semacam itu, seluruh
pantai di Indonesia dapat menghasilkan lebih dari 2~3 Terra Watt Ekuivalensi listrik, bahkan
tidak lebih dari 1% panjang pantai Indonesia (~800 km) dapat memasok minimal ~16 GW atau
sama dengan pasokan seluruh listrik di Indonesia tahun ini.
Oscillating Wave Column

Untuk sistem mekaniknya, PLTO dikenal memakai teknologi OWC (Oscillating Wave Column).
Untuk OWC ini ada dua macam, yaitu OWC tidak terapung dan OWC terapung. Untuk OWC
tidak terapung prinsip kerjanya sebagai berikut. Instalasi OWC tidak terapung terdiri dari tiga
bangunan utama, yakni saluran masukan air, reservoir (penampungan), dan pembangkit. Dari
ketiga bangunan tersebut, unsur yang terpenting adalah pada tahap pemodifikasian bangunan
saluran masukan air yang tampak berbentuk U, sebab ia bertujuan untuk menaikkan air laut ke
reservoir.

Bangunan untuk memasukkan air laut ini terdiri dari dua unit, kolektor dan konverter. Kolektor
berfungsi menangkap ombak, menahan energinya semaksimum mungkin, lalu memusatkan
gelombang tersebut ke konverter. Konverter yang didesain berbentuk saluran yang runcing di
salah satu ujungnya ini selanjutnya akan meneruskan air laut tersebut naik menuju reservoir.
Karena bentuknya yang spesifik ini, saluran tersebut dinamakan tapchan (tappered channel).

Setelah air tertampung pada reservoir, proses pembangkitan listrik tidak berbeda dengan
mekanisme kerja yang ada pada pembangkit listrik tenaga air (PLTA). 

Selain OWC tidak terapung, kita juga mengenal OWC tidak terapung lain seperti OWC tidak
terapung saat air pasang. OWC ini bekerja pada saat air pasang saja, tapi OWC ini lebih kecil.
Hasil survei hidrooseanografi di wilayah perairan Parang Racuk menunjukkan bahwa sistem
akan dapat membangkitkan daya listrik optimal jika ditempatkan sebelum gelombang pecah atau
pada kedalam 4-11 meter. Pada kondisi ini akan dapat dicapai putaran turbin antara 3000-700
rpm. Posisi prototip II OWC (Oscillating Wave Column) masih belum mencapai lokasi minimal
yang disyaratkan, karena kesulitan pelaksanaan operasional alat mekanis. Posisi ideal akan
dicapai melalui pembangunan prototip III yang berupa sistem OWC apung. Untuk OWC
terapung, prinsip kerjanya sama seperti OWC tidak terapung, hanya saja peletakannya yang
berbeda.

Energi tidal juga merupakan salah satu macam dari energi ombak. Kelemahan energi ini
diantaranya adalah membutuhkan alat konversi yang handal yang mampu bertahan dengan
kondisi lingkungan laut yang keras yang disebabkan antara lain oleh tingginya tingkat korosi dan
kuatnya arus laut.
Saat ini baru beberapa negara yang yang sudah melakukan penelitian secara serius dalam bidang
energi tidal, diantaranya Inggris dan Norwegia. Di Norwegia, pengembangan energi ini dimotori
oleh Statkraft, perusahaan pembangkit listrik terbesar di negara tersebut. Statkraft bahkan
memperkirakan energi tidal akan menjadi sumber energi terbarukan yang siap masuk tahap
komersial berikutnya di Norwegia setelah energi hidro dan angin. Keterlibatan perusahaan listrik
besar seperti Statkraft mengindikasikan bahwa energi tidal memang layak diperhitungkan baik
secara teknologi maupun ekonomis sebagai salah satu solusi pemenuhan kebutuhan energi dalam
waktu dekat.

SEJARAH

Tercatat, paten pertama penggunaan gelombang laut ada pada tahun 1799 di Paris, dibuat oleh
Girard, namun paten ini belum diteruskan menjadi sebuah alat konversi energi. Alat konversi
energi gelombang laut pertama dibuat oleh Bochaux-Praceique, seorang Perancis, untuk
menyalakan lampu-lampu dan alat listrik di rumahnya sendiri. Selanjutnya, dari tahun 1855
hingga 1973, sudah ada 340 paten (hanya di Inggris) mengenai penggunaan energi gelombang
laut ini. Eksperimen modern mengenai sumber energi ini dimulai oleh seorang warga Jepang
bernama Yoshio Masuda. Dia sudah merancang berbagai alat konversi gelombang laut, beberapa
ratus di antaranya digunakan untuk menyalakan lampu navigasi (mercusuar). Munculnya
kembali ketertarikan orang untuk meneliti sumber energi jenis ini dimulai saat krisis minyak
pada tahun 1973, banyak peneliti dari berbagai universitas yang meriset alat konversi energi jenis
ini. Tahun 1980, harga minyak turun kembali dan ketertarikan pada sumber energi ini kembali
menurun. Namun, isu perubahan iklim baru-baru ini membuat ketertarikan pada sumber-sumber
energi terbarukan, termasuk energi gelombang laut, menjadi tinggi kembali.

Lalu, pembangkit yang menggunakan energi pasang-surut air laut pertama dibangun antara tahun
1960 hingga 1966 di Perancis dengan kapasitas 240MW. Setelah, itu bermunculan berbagai
pembangkit listrik mulai dari kapasitas kecil (0.4 MW) hingga kapasitas 1320 MW yang
dijadwalkan akan dibangun Korea Selatan pada tahun 2017.

B. PEMBAHASAN

Prinsip Kerja
Secara umum, sistem kerja pembangkit listrik tenaga gelombang laut sangat sederhana. Sebuah
tabung beton dipasang pada ketinggian tertentu di pantai dan ujungnya dipasang di bawah
permukaan air laut. Ketika ada ombak yang datang ke pantai, air dalam tabung beton tersebut
mendorong udara di bagian tabung yang terletak di darat. Gerakan yang sebaliknya terjadi saat
ombat surut. Gerakan udara yang berbolak-balik inilah yang dimanfaatkan untuk memutar turbin
yang dihubungkan dengan sebuah pembangkit listrik. Terdapat alat khusus yang dipasang pada
turbin sehingga turbin berputar hanya pada satu arah walaupun arus udara dalam tabung beton
bergerak dalam 2 arah.

Ada 2 cara untuk mengkonversi energi gelombang laut menjadi listrik, yaitu dengan sistem off-
shore (lepas pantai) atau on-shore (pantai). 
 Sistem off-shore  dirancang pada kedalaman 40 meter dengan mekanisme kumparan yang
memanfaatkan pergerakan gelombang untuk memompa energi. Listrik dihasilkan dari
gerakan relatif antara pembungkus luar (external hull) dan bandul dalam (internal
pendulum). Naik-turunnya pipa pengapung di permukaan yang mengikuti gerakan
gelombang berpengaruh pada pipa penghubung yang selanjutnya menggerakkan rotasi
turbin bawah laut. Cara lain untuk menangkap energi gelombang laut dengan sistem off-
shore adalah dengan membangun sistem tabung dan memanfaatkan gerak gelombang yang
masuk ke dalam ruang bawah pelampung sehingga timbul perpindahan udara ke bagian atas
pelampung. Gerakan perpindahan udara inilah yang menggerakkan turbin.
 Sedangkan pada sistem on-shore, ada 3 metode yang dapat digunakan, yaitu channel
system, float system, dan oscillating water column system. Secara umum, pada prinsipnya,
energi mekanik yang tercipta dari sistem-sistem ini mengaktifkan generator secara langsung
dengan mentransfer gelombang fluida (air atau udara penggerak) yang kemudian
mengaktifkan turbin generator.
1. Float System
Alat ini akan membangkitkan listrik dari hasil gerakan vertikal dan rotasional pelampung dan
dapat ditambatkan pada untaian rakit yang mengambang atau alat yang tertambat di dasar laut
dan dihubungkan dengan engsel Cockerell. Gerakan pelampung ini menimbulkan tekanan
hidrolik yang kemudian diubah menjadi listrik. Menurut penelitian, deretan rakit sepanjang 1000
km akan mampu membangkitkan energi listrik yang setara dengan 25000 MW.

2. Oscillating Water Column System


Alat ini membangkitkan listrik dari naik turunnya air akibat gelombang dalam sebuah pipa
silindris yang berlubang. Naik turunnya kolom air ini akan mengakibatkan keluar masuknya
udara di lubang bagian atas pipa dan menggerakkan turbin. Sederhananya, OWC merupakan
salah satu sistem dan peralatan yang dapat mengubah energi gelombang laut menjadi energi
listrik dengan menggunakan kolom osilasi. Alat OWC ini akan menangkap energi gelombang
yang mengenai lubang pintu OWC, sehingga terjadi fluktuasi atau osilasi gerakan air dalam
ruang OWC, kemudian tekanan udara ini akan menggerakkan baling-baling turbin yang
dihubungkan dengan generator listrik sehingga menghasilkan listrik.

3. Channel System (Wave Surge atau Focusing Devices)


Peralatan ini biasa juga disebut sebagai tapered channel atau kanal meruncing atau sistem
tapchan, dipasang pada sebuah struktur kanal yang dibangun di pantai untuk mengkonsentrasikan
gelombang dan menyalurkannya melalui saluran ke dalam bangunan penjebak seperti kolam
buatan (lagoon) yang ditinggikan. Air yang mengalir keluar dari kolam penampung ini yang
digunakan untuk membangkitkan listrik dengan menggunakan teknologi standar hydropower.

Spesifikasi platform sistem energi yang Terkait.

Sistem ini kontrol pada pembangkit tenaga gelombang laut terdiri dari fisik, generator turbin
drive, dan inersia. Area turbin dan torsi reaksi generator dapat dikontrol oleh berbagai tegangan
dan kontrol frekuensi. Ada beberapa sistem pendukung lainnya, misalnya rem dan katup. Sistem
kontrol dalam pembangkit harus berhubungan satu sama lain. Gambar dibawah ini menunjukkan
turbin yang dikendalikan oleh suatu algoritma pitch dan kombinasi drive generator yang
dikendalikan oleh suatu algoritma daya.
Untuk prototipe pertama, controlsystem yang dibuat harus kuat, efisien dan stabil. Salah satu
contoh sistem kontrol pada pembangkit misalnya pada turbin. Turbin akan dikontrol untuk
menghasilkan torsi maksimum, sehingga sebuah inherent inertia akan digunakan untuk
memperhalus pengaruh gelombang dan menjaga agar keseluruhan sistem dapat tuning sendiri.
Turbin udara pada aliran unsteady atau bi-directional dapat menghasilkan daya yang lebih bersih
jika kecepatan rotasi bervariasi. Karena alasan inilah maka diputuskan untuk secara aktif
mengontrol kecepatan sistem dalam hubungannya dengan torsi turbin.

Teknik Pengukuran, Instrumentasi dan Kontrol

Prediksi daya yang dapat dibangkitkan melalui tenaga ombak dilakukan dengan memanfaatkan
data angin. Angin yang bertiup di permukaan laut merupakan faktor utama penyebab timbulnya
gelombang laut. Angin yang berhembus di atas permukaan air akan memindahkan energinya ke
air. Semakin lama dan semakin kuat angin berhembus, semakin besar gelombang yang terbentuk.
Menurut teori Sverdrup, Munk dan Bretchneider (SMB) kecepatan angin minimum yang dapat
membangkitkan gelombang adalah sekitar 10 knot atau setara dengan 5 m/det. Untuk
mengkonversi tinggi dan perioda gelombang digunakan persamaan gelombang untuk perairan
dangkal (CERC,1984). Persamaan yang digunakan adalah: 

dimana F adalah panjang fetch, UA adalah faktor stress angin, dan g adalah percepatan gravitasi.

Sedangkan daya yang dapat dibangkitkan dari energi gelombang dihitung dengan menggunakan
persamaan daya gelombang, yaitu: 

dimana P adalah daya (kW/m panjang gelombang), H adalah tinggi gelombang (m), S adalah
perioda (detik), dan Tz adalah zero crossing period. Daya yang terkandung dalam ombak juga
dirumuskan oleh K. Hulls dalam bentuk sebagai berikut:

dimana P adalah daya, b adalah berat jenis air laut, g adalah percepatan gravitasi, T adalah
periode gelombang, dan H adalah tinggi ombak rata-rata. 

Perkembangan Teknologi 

Berbagai macam riset dan teknologi telah diterapkan oleh beberapa lembaga dan perusahaan
untuk mengembangkan madel baru bagi sistem konversi energi tenaga ombak ini sehingga dapat
menghasilkan efisiensi yang lebih tinggi. Beberapa contoh perusahaan tersebut adalah:
 Renewable Energy Holdings, memiliki ide untuk menghasilkan listrik dari tenaga ombak
menggunakan peralatan yang dipasang di dasar laut dekat tepi pantai sedikit mirip dengan
Pelamis. Prinsipnya menggunakan gerakan naik turun dari ombak untuk menggerakkan
piston yang bergerak naik turun pula di dalam sebuah silinder. Gerakan dari piston tersebut
selanjutnya digunakan untuk mendorong air laut guna memutar turbin.
 SRI International, menggunakan konsep pemakaian sejenis plastik khusus bernama
elastomer dielektrik yang bereaksi terhadap listrik. Ketika listrik dialirkan melalui elastomer
tersebut, elastomer akan meregang dan terkompresi bergantian. Sebaliknya jika elastomer
tersebut dikompresi atau diregangkan, maka energi listrik pun timbul. Berdasarkan konsep
tersebut idenya ialah menghubungkan sebuah pelampung dengan elastomer yang terikat di
dasar laut. Ketika pelampung diombang-ambingkan oleh ombak, maka regangan maupun
tahanan yang dialami elastomer akan menghasilkan listrik.
 BioPower System, mengembangkan inovasi sirip-ekor-ikan-hiu buatan dan rumput laut
mekanik untuk menangkap energi dari ombak. Idenya bermula dari pemikiran sederhana
bahwa sistem yang berfungsi paling baik di laut tentunya adalah sistem yang telah ada
disana selama beribu-ribu tahun lamanya. Ketika arus ombak menggoyang sirip ekor
mekanik dari samping ke samping sebuah kotak gir akan mengubah gerakan osilasi tersebut
menjadi gerakan searah yang menggerakkan sebuah generator magnetik. Rumput laut
mekaniknya pun bekerja dengan cara yang sama, yaitu dengan menangkap arus ombak di
permukaan laut dan menggunakan generator yang serupa untuk merubah pergerakan laut
menjadi listrik.
 Ocean Power Delivery; perusahaan ini mendesain tabung-tabung yang sekilas terlihat
seperti ular mengambang di permukaan laut (dengan sebutan Pelamis) sebagai penghasil
listrik. Setiap tabung memiliki panjang sekitar 122 meter dan terbagi menjadi empat
segmen. Setiap ombak yang melalui alat ini akan menyebabkan tabung silinder tersebut
bergerak secara vertikal maupun lateral. Gerakan yang ditimbulkan akan mendorong piston
diantara tiap sambungan segmen yang selanjutnya memompa cairan hidrolik bertekanan
melalui sebuah motor untuk menggerakkan generator listrik. Supaya tidak ikut terbawa
arus, setiap tabung ditahan di dasar laut menggunakan jangkar khusus. 

Kiri: Pelamis Wave Energy Converters dari Ocean Power Delivery. Tengah: Rumput laut
mekanik yang disebut juga Biowave. Kanan: Sirip ekor ikan hiu buatan yang disebut
Biostream.
Kelebihan dan kekurangan

Pembangkit listrik tenaga ombak ini memiliki banyak keunggulan dibandingkan pembangkit
listrik lainnya. Sumber energi pembangkit listrik, yaitu gelombang laut, dapat diperoleh secara
gratis sehingga biaya operasinya cenderung lebih rendah daripada pembangkit lainnya.
Pembangkit ini tidak membutuhkan bahan bakar sehingga tidak menghasilkan limbah yang
membahayakan lingkungan. Kapasitas energi yang dihasilkan jauh lebih besar daripada
pembangkit tenaga angin. Energi yang dihasilkan oleh arus air 12 mph sebanding dengan energi
yang dihasilkan oleh angin dengan kecepatan 110 mph. Produksi listrik juga relatif lebih stabil
dan dapat diprediksi karena intensitas dan kondisi ombak di laut dapat diperkirakan sejak jauh-
jauh hari. 

Di samping keunggulannya, sistem ini juga memiliki beberapa kekurangan, yaitu


ketergantungannya pada ombak, sehingga hanya dapat mensuplai energi selama lebih kurang 10
jam setiap harinya ketika ada pergerakan ombak masuk ataupun keluar, dan jika ombaknya kecil
maka energi yang dihasilkan juga akan kecil. Namun kekurangannya yang paling utama adalah
sangat sulitnya menemukan lokasi yang tepat untuk dibangun pembangkit listrik, karena untuk
dibangun instalasi pembangkit listrik tenaga gelombang laut, tempat tersebut harus memiliki
ombak yang kuat dan muncul secara konsisten.

Estimasi Biaya

Meskipun biaya operasional pembangkit listrik tenaga ombak sangat rendah, namun untuk
membangun instalasi pembangkit ini diperlukan dana yang besar. Apalagi instalasi
pembangkit ini terletak di tengah laut, sehingga diperlukan biaya yang lebih besar untuk
menjamin safety dan endurability-nya. Berikut adalah estimasi biaya yang dibutuhkan untuk
membangun sebuah instalasi pembangkit listrik dengan memanfaatkan gelombang laut. 

Potensi di Dunia

Gelombang laut memiliki potensi yang sangat besar sebagai sumber energi. Ombak di
perairan dalam dapat menghasilkan daya sebesar 1 hingga 10 terrawatt. Lokasi yang
sangat potensial untuk menjadi tempat pengembangan pembangkit listrik tenaga
gelombang laut adalah wilayah laut bagian barat Eropa, pantai utara Inggris, dan sepanjang
garis pantai Samudera Pasifik di Afrika Selatan, Amerika Selatan, Australia, dan Selandia
Baru. Pengembangan instalasi pembangkit energi listrik dengan memanfaatkan energi
gelombang dan pasang surut telah dilakukan hingga mencapai tingkat komersil di beberapa
negara, seperti Skotlandia dan Portugal untuk energi gelombang, dan Perancis dan
Amerika Serikat untuk energi pasang surut.

Potensi di Indonesia dan Hambatan Pengembangan dan Aplikasi di Indonesia

Indonesia, sebagai negara kepulauan dengan wilayah perairan yang luas, sebenarnya
memiliki banyak lokasi yang potensial untuk dibangun sistem pembangkit listrik tenaga
ombak karena laut-laut di Indonesia memiliki arus yang kuat dan ombak yang cukup besar,
terutama di tempat-tempat yang menghadap ke Samudera Hindia dan Samudera Pasifik.
Laut Indonesia adalah satu-satunya jalur yang mempertemukan massa air Samudera
Pasifik dengan Samudera Hindia, dan tiap detiknya jalur ini dilewati oleh kurang lebih 15
juta meter kubik air laut. Indonesia juga merupakan negara dengan garis pantai terpanjang
kedua di dunia. Seorang warga negara Indonesia bernama Zamrisyaf telah menemukan
sistem listrik tenaga gelombang laut dengan metode bandulan dan dan bahkan telah
mematenkannya. Sayangnya, pemerintah Indonesia belum mengkaji potensi ini lebih dalam
dan mengembangkannya secara maksimal. Percobaan pengembangan instalasi untuk
memanfaatkan energi gelombang dengan sistem Oscillating Water Column pernah
dilakukan di pantai Baron, Yogyakarta, namun hingga saat ini belum menunjukkan hasil
yang memuaskan. 

Ada beberapa faktor yang menjadi kendala dalam pengembangan pembangkit listrik tenaga
gelombang laut di Indonesia. Pembangkit listrik tenaga gelombang laut ini akan
dihubungkan dengan jaringan bawah laut ke konsumen sehingga perlu biaya yang mahal
untuk perawatan dan biaya instalasi. Air laut dapat mempercepat terjadinya korosi pada
peralatan, dan kekuatan arus yang besar dan ketidakkontinuan gelombang laut disebabkan
terjadinya perputaran atau biasa disebut juga arus putar pun cenderung merusak peralatan.
Outputnya mengikuti grafik sinusoidal sesuai dengan respon pasang surut akibat gerakan
interaksi Bumi-Bulan-Matahari. Pada saat pasang purnama, kecepatan arus akan sangat
deras, sedangkan saat pasang perbani, kecepatan arus akan berkurang kira-kira setengah
dari pasang purnama.

Teknologi ini tergolong baru dan hanya dikuasai beberapa negara sehingga diperlukan
pendanaan yang besar dalam pengembangannya di Indonesia. Hal ini terkait kondisi
sumber arus Indonesia yang spesifik dan tidak dapat disamakan dengan negara-negara
yang telah berhasil mengembangkan teknologi ini sehingga diperlukan penelitian yang lebih
mendalam baik dalam hal perancangan alat ataupun penentuan tempat yang efektif untuk
dibangunnya teknologi ini dan tentu saja pendanaan untuk para ahli yang bersangkutan.

Untuk pengembangan energi alternatif yang terbarukan dibutuhkan regulasi oleh


pemerintah. Regulasi yang dibutuhkan berhubungan dengan tata niaga sumber energi dan
perangkat hukum sehingga energi alternatif dapat diperdagangkan. Ketiadaan subsidi dana
untuk riset dan produksi energi alternatif merupakan kendala serius. Hal ini berdampak
terhadap peningkatan kualitas dan pemanfaatan sumber energi alternatif belum bisa
memberikan nilai tambah yang besar. Selain itu juga kurangnya dukungan kelembagaan,
dukungan fiskal dan moneter serta dukungan ketentuan peraturan perundang-undangan.

C. DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Energi_gelombang
http://www.listrikindonesia.com/pembangkit_listrik_tenaga_gelombang_laut_tanpa_bahan_bakar_fo
sil__dan_ramah_lingkungan_70.html

Anda mungkin juga menyukai