Anda di halaman 1dari 10

Geomorfologi Sumatera Utara

Triyatno,S.Pd, M,Si

Kelompok 1 ;
Muhammad Arif Kuntara
Muhammad Iqbal
Annisa Nolvi Warni (19136006)

GEOGRAFI (NK)
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020

1
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap rasa syukur kehadirat Allah SWT, Atas segala rahmat dan ridhoNYA  kepada
kami sehingga  makalah ini  dapat kami selesaikan tepat waktu. Penyusunan makalah dilakukan
untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen pembimbing mata kuliah geomorfologi
indonesia. Selain itu juga bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa melalui usaha
tugas kelompok/tidak semata-mata diperoleh dari dosen pembimbing
Makalah ini disusun atas bantuan Dosen Pembimbing Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia,
serta teman-teman yang pada akhirnya penyusunan makalah ini dapat diselesaikan. Untuk itu
kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu demi terselesaikannya
makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini kami menyadari masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena
itu saran dan kritik yang bersifat membangun dari berbagai pihak sangat kami harapkan untuk
memperbaiki makalah ini dan makalah-makalah yang akan datang.

 Padang, Februari 2020

                                                                                                            Penulis

   

2
DAFTAR ISI

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Sejarah geologi Indonesia yang kompleks telah menghasilkan lebih dari enam puluh cekungan
sedimen. Cekungan-cekungan ini berdasarkan persebaran daerahnya dibagi menjadi 2 kelompok,
yaitu bagian barat dan bagian timur. Bagian barat Indonesia memiliki sekitar 22 cekungan yang
telah berproduksi, sedangkan bagian timur Indonesia memiliki lebih banyak cekungan, yaitu
sekitar 38 cekungan sedimen yang masih berada pada tahap eksplorasi.
Sebagian besar cekungan produktif yang ada di Indonesia berada di bagian barat. Sedangkan,
pada Indonesia bagian timur, sebenarnya memiliki prospek hidrokarbon yang sangat besar,
berdasarkan data stratigrafi pada masa mesozoikum dan Paleozoikum
Cekungan-cekungan di Indonesia wilayah barat yang terletak pada bagian Back-arc
Basin Lempeng Sunda (Eurasia), meliputi cekungan Sumatera Utara, cekungan Sumatera
Tengah, cekungan Sumatera Selatan, cekungan Sunda-Asri, Cekungan Utara Jawa, Cekungan
Jawa Timur, Cekungan Barito, Cekungan Kutai, Cekungan Tarakan, Cekungan Natuna Barat,
dan Cekungan Natuna Timur.
Cekungan-cekungan sedimen pada wilayah Barat ini terbentuk pada akhir kala Eosen
dimana pada kala tersebut terjadi proses pelebaran cekungan yang diisi oleh material sedimen
lakustrin dan fluvial. Proses transgresi yang terjadi pada pertengahan kala oligosen sampai
pertengahan kala miosen, yang terisi oleh material-material fluvial, kemudian tertimbun sedimen
delta dan karbonat pada kala oligosen akhir sampai miosen awal. Selanjutnya terbentuk lapisan
perangkap pada pertengahan kala miosen, di mana pada saat itu berlangsung proses transgresi
secara maksimum. di akhir kala miosen sampai dengan pliosen, akhirnya mulai terbentuk
struktur-struktur kompresi, akibat adanya desakan gaya tektonik dari lempeng Indo-Australia
terhadap lempeng sunda (Eurasia).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahan yang akan dibahas ialah:
1.      Bagamanakah Geomorfologi Cekungan Sumatera Utara?
2.      Bagaimanakah Stratigrafi Cekungan Sumatera Utara?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini ialah:
1.      Untuk mengetahui mengenai Cekungan Sumatera Utara.
2.      Untuk mengetahui mengenai Stratigrafi Cekungan Sumatera Utara.
3.      Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Geomorfologi Indonesia.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Cekungan Sumatera Utara

Daerah ini merupakan bagian dari Back-arc Basin lempeng Sunda yang meliputi suatu jalur
sempit yang terbentang dari Medan sapai ke Banda Aceh. Di sebelah barat jalur ini jelas dibatasi
oleh singkapan-singkapan pra-Tersier. Dapat dikatakan bahwa yang dikenal sebagai lempung
hitam (black clay) dan batupasir bermika (micaceous sandstone), mungkin merupakan
pengendapan non-marin. Transgresi baru dimulai dengan batupasir Peunulin atau batupasir
Belumai, yang tertindih oleh Formasi Telaga. Formasi regresi diwakili oleh Formasi Keutapang
dan Formasi Seureula yang merupakan lapisan resevoir utama. Daerah cekungan ini juga terdiri
dari cekungan yang dikendalikan oleh patahan batuan dasar. Semua cekungan tersebut adalah
pendalaman Paseh (Paseh deep). Di sini jugalah letak dearah terangkat blok Arun, yang dibatasi
oleh patahan yang menjurus ke utara-selatan.
Cekungan Paseh membuka ke arah utara ke lepas pantai, ke sebelah selatan tempat
depresi Tamiang dan depresi Medan. Di antara kedua depresi tersebut terdapat daerah tinggi, dan
di sana Formasi Peunulin/Telaga/Belumai langsung menutupi batuan dasar. Minyak ditemui
pada formasi ini (Diski, Batumandi), lebih ke selatan lagi terdapat depresi Siantara dan kemudian
daerah cekungan dibatasi oleh lengkung Asahan dari cekungan Sumatera Tengah. Struktur
daerah cekungan Sumatera Utara diwakili oleh berbagai lipatan yang relatif ketat yang membujut
barat laut-tenggara yang diikuti oleh sesar naik. Di sini diketahui bagian barat relatif naik
terhadap bagian timur. Perlipatan terjadi di Plio-Plistosen. Semua unsur struktur yang lebih tua
direfleksikan pada paleotopografi batuan dasar, seperti misalnya di blik Arun yang menjurus ke
utara-selatan.

5
Cekungan sumatera Utara secara tektonik terdiri dari berbagai elemen yang berupa
tinggian, cekungan maupun peralihannya, dimana cekungan ini terjadi setelah berlangsungnya
gerakan tektonik pada zaman Mesozoikum atau sebelum mulai berlangsungnya pengendapan
sedimen tersier dalam cekungan sumatera utara. Tektonik yang terjadi pada akhir Tersier
menghasilkan bentuk cekungan bulat memanjang dan berarah barat laut – tenggara. Proses
sedimentasi yang terjadi selama Tersier secara umum dimulai dengan trangressi, kemudian
disusul dengan regresi dan diikuti gerakan tektonik pada akhir Tersier. Pola struktur cekungan
sumatera utara terlihat adanya perlipatan-perlipatan dan pergeseran-pergeseran yang berarah
lebih kurang lebih barat laut – tenggara Sedimentasi dimulai dengan sub cekungan yang
terisolasi berarah utara pada bagian bertopografi rendah dan palung yang tersesarkan.
Pengendapan Tersier Bawah ditandai dengan adanya ketidak selarasan antara sedimen dengan
batuan dasar yang berumur Pra-tersier, merupakan hasil trangressi, membentuk endapan berbutir
kasar – halus, batu lempung hitam, napal, batulempung gampingan dan serpih.
Transgressi mencapai puncaknya pada Miosen Bawah, kemudian berhenti dan
lingkungan berubah menjadi tenang ditandai dengan adanya endapan napal yang kaya akan fosil
foraminifora planktonik dari formasi Peutu. Di bagian timur cekungan ini diendapkan formasi
Belumai yang berkembang menjadi 2 facies yaitu klastik dan karbonat. Kondisi tenang terus
berlangsung sampai Miosen tengah dengan pengendapan serpih dari formasi Baong. Setelah
pengendapan laut mencapai maksimum, kemudian terjadi proses regresi yang mengendapkan
sedimen klastik (formasi Keutapang, Seurula dan Julu Rayeuk) secara selaras diendapkan diatas
Formasi Baong, kemudian secara tidak selaras diatasnya diendapkan Tufa Toba Alluvial.

B. Stratigrafi Cekungan Sumatera Utara

Proses tektonik cekungan tersebut telah membuat stratigrafi regional cekungan Sumatera
Utara dengan urutan dari tua ke muda adalah sebagai berikut :

1. Basement Pre-Tersier

6
Terdiri dari dari batuan beku, batuan metamorf, karbonat dan dijumpai fosil Halobia yang
berumur Trias terletak tidak selaras menyudut dibawah batuan sedimen diatasnya.

2. Formasi Parapat
Formasi Parapat dengan komposisi batupasir berbutir kasar dan konglomerat di bagian
bawah, serta sisipan serpih yang diendapkan secara tidak selaras. Secara regional, bagian bawah
Formasi Parapat diendapkan dalam lingkungan laut dangkal dengan dijumpai fosil Nummulites
di Aceh. Formasi ini diperkirakan berumur Oligosen.

3.   Formasi Bampo
Formasi Bampo dengan komposisi utama adalah serpih hitam dan tidak berlapis, dan
umumnya berasosiasi dengan pirit dan gamping. Lapisan tipis batugamping, ataupun
batulempung berkarbonatan dan mikaan sering pula dijumpai. Formasi ini miskin akan fosil,
sesuai dengan lingkungan pengendapannya yang tertutup atau dalam kondisi reduksi (euxinic).
Berdasarkan beberapa kumpulan fosil bentonik dan planktonik yang ditemukan, diperkirakan
formasi ini berumur Oligosen atas sampai Miosen bawah. Ketebalan formasi amat berbeda dan
berkisar antara 100 – 2400 meter.

4. Formasi Belumai
Pada sisi timur cekungan berkembang Formasi Belumai yang identik dengan formasi
Peutu yang hanya berkembang dicekungan bagian barat dan tengah. Terdiri dari batupasir
glaukonit berselang – seling dengan serpih dan batugamping. Didaerah Formasi Arun bagian atas
berkembang lapisan batupasir kalkarenit dan kalsilutit dengan selingan serpih. Formasi Belumai
terdapat secara selaras diatas Formasi Bampo dan juga selaras dengan Formasi Baong, ketebalan
diperkirakan antara 200 – 700 meter. Lingkungan pengendapan Formasi ini adalah laut dangkal
sampai neritik yang berumur Miosen awal.

5. Formasi Baong
Formasi Baong terdiri atas batulempung abu-abu kehijauan, napalan, lanauan, pasiran.
Umumnya kaya fosil Orbulina sp, dan diselingi suatu lapisan tipis pasir halus serpihan. Didaerah
Langkat Aru beberapa selingan batupasir glaukonitan serta batugampingan yang terdapat pada
bagian tengah. Formasi ini dinamakan Besitang River Sand dan Sembilan sand, yang keduanya
merupakan reservoir yang produktif dengan berumur Miosen Tengah hingga Atas.

6. Formasi Keutapang
Formasi Keutapang tersusun selang-seling antara serpih, batulempung, beberapa sisipan
batugampingan dan batupasir berlapis tebal terdiri atas kuarsa pyrite, sedikit mika, dan karbonan
terdapat pada bagian atas dijumpai hidrokarbon. Ketebalan formasi ini berkisar antara 404 –
1534 meter. Formasi Keutapang merupakan awal siklus regresi dari sedimen dalam cekungan
sumatera utara yang terendapkan dalam lingkungan delta sampai laut dalam sampai Miosen
akhir.

7
7. Formasi Seurula
Formasi ini agak susah dipisahkan dari Formasi Keutapang dibawahnya. Formasi Seurula
merupakan kelanjutan facies regresi, dengan lithologinya terdiri dari batupasir, serpih dan
dominan batulempung. Dibandingkan dengan Formasi Keutapang, Formasi Seurula berbutir
lebih kasar banyak ditemukan pecahan cangkang moluska dan kandungan fornifera plangtonik
lebih banyak. Ketebalan Formasi ini diperkirakan antara 397 – 720 meter. Formasi ini
diendapkan dalam lingkungan bersifat laut selama awal Pliosen.

8. Formasi Julu Rayeu


Formasi Julu Rayeu merupakan formasi teratas dari siklus endapan laut dicekungan
sumatera utara. Dengan lithologinya terdiri atas batupasir halus sampai kasar, batulempung
dengan mengandung mika, dan pecahan cangkang moluska. Ketebalannya mencapai 1400 meter,
lingkungan pengendapan laut dangkal pada akhir Pliosen sampai Plistosen.

9. Vulkanik Toba
Vulkanik Toba merupakan tufa hasil kegiatan vukanisme toba yang berlangsung pada
Plio-Plistosen. Lithologinya berupa tufa dan endapan-endapan kontinen seperti kerakal, pasir dan
lempung. Tufa toba diendapkan tidak selaras diatas formasi Julu Rayeu. Ketebalan lapisan ini
diperkirakan antara 150 – 200 meter berumur Plistosen.

10. Alluvial
Satuan alluvial ini terdiri dari endapan sungai ( pasir, kerikil, batugamping dan
batulempung ) dan endapan pantai yaitu, pasir sampai lumpur. Ketebalan satuan alluvial
diperkirakan mencapai 20 meter.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Cekungan sumatera Utara secara tektonik terdiri dari berbagai elemen yang berupa
tinggian, cekungan maupun peralihannya, dimana cekungan ini terjadi setelah
berlangsungnya gerakan tektonik pada zaman Mesozoikum atau sebelum mulai
berlangsungnya pengendapan sedimen tersier dalam cekungan sumatera utara. Tektonik
yang terjadi pada akhir Tersier menghasilkan bentuk cekungan bulat memanjang dan
berarah barat laut – tenggara. Proses sedimentasi yang terjadi selama Tersier secara
umum dimulai dengan trangressi, kemudian disusul dengan regresi dan diikuti gerakan
tektonik pada akhir Tersier. Pola struktur cekungan sumatera utara terlihat adanya
perlipatan-perlipatan dan pergeseran-pergeseran yang berarah lebih kurang lebih barat
laut – tenggara Sedimentasi dimulai dengan sub cekungan yang terisolasi berarah utara
pada bagian bertopografi rendah dan palung yang tersesarkan.
Proses tektonik cekungan tersebut telah membuat stratigrafi regional cekungan Sumatera
Utara dengan urutan dari tua ke muda adalah sebagai berikut :

1.      Formasi Parapat

2.      Formasi Bampo

3.      Formasi Belumai

4.      Formasi Baong

5.      Formasi Keutapang

6.      Formasi Seurula

7.      Formasi Julu Rayeu

8.      Vulkanik Toba

9.      Alluvial

B. Saran

Semoga di masa depan prospek hidrokarbon yang ada di Sumatra utara dapat dimanfaatkan
dandieksploitasi dengan baik.

8
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/29214773/GEOLOGI_REGIONAL_CEKUNGAN_SUMATERA_UTARA

https://www.google.com/search?
q=cekungan+sumatera+utara&safe=strict&sxsrf=ACYBGNRap7Kke1zA9DQUwqLB2Yg4vDPHNQ:158087951773
9&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=2ahUKEwi5o9mQ07nnAhWBbSsKHYiICpoQ_AUoAnoECAwQBA&biw=13
66&bih=616#imgrc=02-D8fL--9VYtM

http://devinardhis.blogspot.com/2014/04/cekungan-sumatra-utarageologi-indonesia.html

https://docplayer.info/79528601-Bab-ii-kerangka-geologi-cekungan-sumatera-utara.html

https://www.scribd.com/document/106902534/Geologi-Regional-Cekungan-Sumatera-Utara

http://media.unpad.ac.id/thesis/270110/2008/140710080041_2_7253.pdf

Anda mungkin juga menyukai