Anda di halaman 1dari 5

BENTANG ALAM EOLIAN

VI.1. Pendahuluan
Pembentukan morfogenesa eolian diageni oleh angin. Morfogenesa
ini dijumpai pada bagian permukaan bumi yang terbatas. Ditinjau dari
koordinat lintang, morfogenesa ini berada pada lintang menengah
(300-500 LS/LU). Secara geografi morfogenesa eolian dijumpai di daerah
aliran sungai besar, daerah bekas salju/gletser mencair, atau zona pesisir
yang di depannya terbentang samudra.
Di atas telah dituliskan, bahwa angin sebagai syarat utama pada
pembentukan morfogenesa eolian. Selain itu masih melibatkan dua syarat
pembentukan lainnya, yaitu pasokan pasir (sand supply) yang kontinyu
dalam jumlah banyak, dan tutupan vegetasi yang jarang. Interaksi dan
intensitas ketiga di atas, akan menghasilkan jenis roman muka bumi
tertentu.
Pada peta topografi, morfogenesa eolian dimengerti dari
kenampakan- kenampakan banyaknya frekuensi pembentukan depresi
(oase, wadi, bolson), sehingga dari keadaan awal seperti itu akan
berkembang pola penyaluran sungai jenis multibasinal, analoginya di
kawasan morfogenesa kars. Pada daerah, dimana morfogenesa eolian
intens terbentuk, jenis morfologi besar seperti gumuk pasir (sand dunes)
kemungkinan dapat diamati melalui peta kontur/topografi. Relief
morfogenesa ini kurang ekspresif, disebabkan dinamika pasir yang sangat
aktif, sehingga dalam rentang waktu yang sebentar sudah terjadi
perubahan morfologi yang signifikan. Akibat lebih lanjut dari keadaan
tersebut adalah dalam cara penggambaran kontur yang disajikan secara garis-
garis putus (karena sifatnya tentatif).
VI.2. Proses-proses oleh Angin
6.2.1 Erosi
Angin sebagai agen proses geomorfologi, dalam melakukan
aktifitasnya (erosi, dan transportasi) menempuh dua cara yaitu abrasi dan
ablasi. Abrasi berlangsung apabila angin bekerja tanpa ada butir pasir di
dalamnya, sedangkan ablasi terjadi apabila di dalam angin terkandung
butir pasir.
6.2.2 Transportasi
Cara transportasi oleh angin pada dasarnya sama dengan cara
transportasi oleh air, yaitu secara melayang (suspesion) dan menggeser di
permukaan (traction). Secara umum partikel halus (debu) dibawa secara
melayang dan yang berukuran pasir dibawa secara menggeser di permukaan
(traction). Pengangkutan secara traction ini meliputi meloncat (saltation) dan
menggelinding (rolling).
7.2.3 Deposisi/Pengendapan
Hasil sedimentasi oleh angin mempunyai banyak kesamaan dengan
sedimen hasil pembentukan oleh proses fluvial. Kesamaan yang teramati pada
struktur sedimen jenis laminasi, perlapasan silang siur, dengan
sortasi/pemilahan yang baik. Sedikit perbedaan antara keduanya yaitu
laminasi sangat mencolok sebagai penciri produk proses angin, tekstur
sedimen dengan butiran berukuran lebih dari pasir sangat jarang. Dua
hal itu dikarenakan oleh kekuatan angin berubah dalam satuan jam.
VI.3. Macam-macam Bentang Alam Eolian
6.3.1 Hasil deflasi
1) Cekungan deflasi, merupakan suatu cekungan yang diakibatkan oleh
angin pada daerah yang lunak dan tidak terkonsolidasi atau material-
material yang tersemen jelek. Cekungan terbentuk akibat material yang
ada dipindahkan oleh angin ke tempat lain. Contoh cekungan ini terdapat di
Gurun Gobi, Cina daratan, yang terbentuk karena batuan telah
terpelapuk. Cekungan ini mempunyai ukuran panjang 300 m - > 45 km,
dan kedalamannya 15 – 150 m.
2) Lag gravel. Proses ini merupakan suatu reaksi dari adanya cekungan-
cekungan yang disebut sebagai blowout. Biasanya terdapat di daerah
akumulasi pasir di mana terbentuk cekungan-cekungan kecil yang di
dalamnya terdapat dune dan tipe akumulasi pasir yang lain. Pada proses
pengkikisan pasir dan partikel lain yang berukuran halus oleh deflasi,
terdapat pemilahan material yang mengacu pada ukuran butiran, di
mana material yang berukuran lebih kasar akan tertinggal. Kumpulan dari
material yang berukuran kerakal hingga berangkal pada suatu blowout akan
membentuk suatu morfologi yang disebut sebagi lag deposits. Kenampakan
tersebut ditemukan di daerah gurun.
3) Desert varnish. Beberapa lagstone yang tipis, mengkilat, berwarna hitam
atau coklat dan permukaannya tertutup oleh oksida besi, dikenal sebagai
desert varnish.
6.3.2 Hasil abrasi
Abrasi oleh angin hanya dapat terjadi di dekat permukaan tanah
karena angin tidak mampu mengangkat pasir lebih tinggi dari satu kaki.
Bagnold, 1941 (dalam Thornbury, 1969) menyatakan bahwa semburan
pasir jarang dapat mencapai tinggi >2 m di atas permukaan tanah.

Gambar 6.1 Sketsa bentukan morfologi bentang alam eolian yang berupa Batu Jamur
(Mushroom fiocfr) (Sumber : Dynamic Earth)
Manifestasi hasil abrasi berupa:
1. Pengkilapan (polishing), terbentuk pada batuan berukuran butir halus,
sebagai hasil dari sand blast atau silt blast yang mempunyai kekuatan
lemah, sehingga hasilnya memberikan kenampakan pengkilapan pada
permukaan batuan.
2. Alur-alur (grooves), aktivitas angin berpasir dapat menggosok dan menyapu
permukaan batuan membentuk alur-alur yang tampak cekung. Pada
daerah kering, alur yang demikian itu sangat jelas. Alur-alur tersebut
memperlihatkan kenampakan yang sejajar dengan sisi sangat jelas.
3. Batu jamur (mushroom rock, sculpturing) terbentuk oleh kondisi awal batuan
yang mempunyai resistensi berbeda, sehingga ketika terkena abrasi angin
menghasilkan sisa erosi yang berbeda dan membentuk batu-jamur.
4. Shaping dan faceting
6.3.2 Hasil deposisi
1. Skala minor, morfologi yang dihasilkan adalah gelembur
(ripple), menampakkan punggungan minor (ukuran lebar sentimeter)
yang asimetri. Sisi punggungan yang landai sebagai wind face (lereng
yang berhadapan dengan arah datangnya angin) dan yang terjal sebagai
slip face.
2. Skala mayor, morfologi hasil pengendapan pasir:
a. Sand shadow dan sand drifts
Sand shadow merupakan akumulasi pasir yang terhenti karena di lokus
itu ada penghalang. Penghalang dapat berupa tebing menggantung,
atau
bongkah. Apabila ditemukan dua penghalang, dan pengangkutan pasir
terhenti di antara keduanya, maka terbentuk sand drift.
b. Gumuk pasir (sand dunes)
Gumuk pasir tampak sebagai roman muka bumi yang khas, berupa
bukit sampai perbukitan rendah, dua lerengnya asimetri dimana lereng
yang landai berhadapan langsung dengan datangnya angin dan lereng
lainnya sebagai lereng bayangan angin, ukuran individu luasnya 10 an –
104 m2, dengan tinggi beberapa meter sampai 20 an meter. Sifat gumuk
dinamis, artinya selalu bergerak dengan kecepatan beberapa meter
sampai 30-an meter per tahun. Tumbuh kembang gumuk pasir
dipengaruhi kehadiran vegetasi penutup lahan.
Berdasarkan geometri, gumuk pasir dibagi menjadi tiga, yaitu gumuk
pasir melintang (tranversal sand dunes) dimana sebaran memanjang ke
arah lateral tegaklurus terhadap arah datangnya angin. Gumuk pasir
parabolic (parabolic sand dunes), secara lateral mirip gumuk transversal,
tetapi secara individu lebih kecil dari gumuk transversal, morfologi
modifikasinya adalah gumuk pasir bulan sabit (barchan sand
dunes). Gumuk pasir memanjang (longitudinal sand dunes)
menampakkan sebagai punggungan memanjang sejajar terhadap arah angin
yang dominan, dengan bentuk modifikasi adalah lee sand dunes, seif sand
dunes. Dikarenakan ada kondisi khusus, seperti angin yang berubah-ubah,
sementara pasokan pasir dan tutupan vegetasi banyak, maka pembentukan
gumuk pasir berkembang setempat-setempat dengan bentuk yang tidak lagi
khas. Gumuk pasir seperti itu disebut sebagai complex sand dune.
c. Tanggul pasir (sand levees, whaleback), merupakan morfologi yang
datar, terletak di bagian atas dari suatu punggungan pasir, memanjang
sejajar dengan arah angin.
d. Undulasi (undulating), pada hasil ini tidak morfologi khusus, kecuali
di medan hanya tampak naik – turun, dengan beda tinggi cukup rendah.
e. Sand sheets, menampakkan roman muka bumi yang sangat datar, dan
tidak memiliki relief topografi, hanya terdapat gelembur-gelembur (ripples)
minor.

3. Skala mayor, morfologi hasil pengendapan lempung dan meterial halus


lainnya.
Selain mengendapkan pasir, proses oleh angin juga mengendapkan
butiran berukuran lempung, membentuk roman muka bumi gumuk
lempung (clay dunes). Morfologi lain yang dihasilkan adalah loess,
tanpa kenampakan yang khas, terdiri dari material berukuran halus, bersifat
lepas-lepas. Tergantung material penyusun, kadang-kadang kawasan loess
merupakan daerah subur. Penyelidikan secara mikroskopis membuktikan
loess terdiri dari partikel yang runcing (angular), berdiameter kurang
dari 0,5 mm. Terdiri dari kuarsa, feldspar, hornblende, dan mika.
Kebanyakan partikel dalam keadaan segar atau terlapukkan sedikit.

Anda mungkin juga menyukai