OLEH :
KELOMPOK VI
KENDARI
2021
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Secara garis besar perkembangan tektonik Pulau Jawa tidak berbeda banyak
dengan perkembangan Pulau Sumatra. Hal ini disebabkan disamping keduanya masih
merupakan bagian dari batas tepi lempeng Mikro Sunda, juga karena masih berada
dalam sistim yang sama yaitu interaksi konvergen antara lempeng India-Australia dan
Lempeng Eurasia demgam lempeng Mikro Sunda. Perbedaan utama dalam pola
interaksi ini terletak pada arah mendekatnya lempeng India-Australia ke lempeng
Sunda. Di Jawa, arah tersebut hadir hampir tegak lurus.
Sifat umum relief Pulau Jawa mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1. Mempunyai iklim tropis basah sehingga tingkat pelapukan, erosi, dan denudasi
besar.
2. Aktivitas volkanik dan tektonik besar sehingga selalu terjadi peremajaan,
walaupun tingkat pelapukan, erosi dan denudasi besar. Dengan karakteristik yang
demikian itu berarti kondisi relief relatif seimbang atau tidak cepat menjadi datar.
3. Berbentuk sempit dan memanjang arah barat-timur. Hal ini disebabkan oleh arah
pengangkatan dan posisi kelompok volkan yang juga barat-timur.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas penulis dapat menarik rumusan masalah sebagai
berikut.
1) Bagaimana sejarah proses terbentuknya Pulau Jawa?
2) Bagaimana sturktur geologi regional Pulau jawa?
3) Bagaimana tatanan geologi Jawa Barat?
4) Bagaimana tatanan geologi Jawa Tengah?
5) Bagaimana tatanan geologi Jawa Timur?
BAB II
PEMBAHASAN
c. Mandala Sedimentasi
Didasarkan pada mayoritas cirri sedimen, Menurut Soedjono (dalam Natalia,
dkk. 2009), membagi daerah Jabar menjadi 3 mandala sedimentasi, yaitu mandala
paparan kontinen yang terletak di utara, diikuti oleh Mandala Cekungan Bogor di
bagian tengah, dan ke arah barat terdapat mandala Banten. Mandala paparan kontinen
bertepatan dengan zona stratigrafi dataran pantai utaranya Van Bemmelem. Dicirikan
oleh pola pengendapan paparan, umumnya terdiri dari endapan gamping, lempung
dan pasir kwarsa serta lingkungan pengendapannya dangkal. Kedalamannya
mencapai lebih dari 5000m. Mandala Cekungan Bogor meliputi beberapa zona
fisiografi Van Bemmelem (1949), yakni Zona Bogor, Zona Bandung, dan Zona
Pegunungan Selatan. Mandala sedimentasi ini dicirikan oleh endapan “aliran
gravitasi” yang sebagian besar terdiri dari fragmen batuan beku dan sedimen, seperti
andesit,tufa dan gamping. Ketebalannya mencapai 7000m. Mandala sedimentasi
Banten mempunyai ciri-ciri yang serupa dengan Mandala Bogor dan Paparan
Kontinen.
Bagian utara jawa tengah urut-urutan lapisan miosen sebagian besar terdiri
dari endapan laut dalam yang berupa kipas-kipas turbidit. Jenis endapan tersebut
menyebar sampai hampir dekat cilacap. Tetapi keselatannya stratigrafinya berubah
dan didominasi oleh endapan laut dangkal dengan lingkungan yang tenang seperti
batu pasir dan batu gamping.
b. Satuan-satuan tektonik
Batuan tertua di jawa tengah tersingkap di dua tempat yaitu di loh-ulo dan di
Bayat (pegunungan jiwo, selatan kota klaten). batuan yang berumur kapur itu
bercampur aduk, terdiri dari ofiolit,sedimen laut dalam, batuan malihan berderajat
fasies sekis hijau yang tercampur secara tektonik dalam masadasar serpih sampai batu
sabak dengan bongkah-bongkah batupasir greywackey yang termalihkan, masa
dasarnya memperlihatkan bidang-bidang belah gerus dengan arah sama.
Pulau Jawa terbentuk dari paduan dua lempeng benua serta sisi barat Pulau
Jawa dipercaya mempunyai usia yang lebih tua di banding sisi timurnya. Batas
diantara ke-2 sisi ini tertandai karenanya ada sesar purba yang membentang di bawah
Sungai Luk Ulo di Kebumen, Jawa Tengah, menyeberangi Laut Jawa serta selesai di
Pegunungan Meratus yang membelah Kalimantan Selatan.
Berdasarkan sejarah dan evolusi tektonik yang terjadi dari zaman kapur
sampai sekarang ini, maka Pulau Jawa dibagi menjadi beberapa fase tektonik
diantarannya adalah (Ady, 2013). Periode akhir kapur-awal tersier (75-35 Ma),
Periode Oligosen-Miosen (35-20 Ma), Periode Miosen Tengah-Miosen Akhir (20-5
Ma).
Mennurut Van Bammelen (dalam Natalia, dkk. 2009), secara fisiografis
daerah Banten sangat mendekati sifat-sifat pulau Sumatera, apabila dibandungkan
dengan bagian sebelah timurnya. Kecuali beberapa kemiripan bentuk-bentuk
morfologinya, juga adanya produk vulkanisme yang banyak tufa asam, seperti halnya
tufa lempung yang asam.
Secara fisiografi, jawa tengah dibagi menjadi 4 bagian:
1. Dataran pantai selatan
2. Pegunungan serayu selatan
3. Pegunungan serayu utara, dan
4. Dataran pantai utara
Batuan tertua dijawa tengah tersingkap di dua tempat yaitu di loh-ulo dan di
Bayat (pegunungan jiwo, selatan kota klaten).batuan yang berumur kapur itu
bercampur aduk, terdiri dari ofiolit,sedimen laut dalam, batuan malihan berderajat
fasies sekis hijau yang tercampur secara tektonik dalam masadasar serpih sampai batu
sabak dengan bongkah-bongkah batupasir greywackey yang termalihkan, masa
dasarnya memperlihatkan bidang-bidang belah gerus dengan arah sama.
Menurut van Bemmelen 1949 (dalam Miftahulfa, 2013), Jawa Timur dibagi
menjadi enam zona fisiografi dengan urutan dari utara ke selatan sebagai berikut.
1. Dataran Aluvial Jawa Utara
2. Antiklinorium Rembang,
3. Zona Depresi Randublatung,
4. Antiklinorium Kendeng (Pegunungan Kendeng),
5. Zona Pusat Depresi Jawa (Zona Solo, Subzona Ngawi),
6. Busur Vulkanik Kuarter, dan
7. Pegunungan Selatan
Daftar Pustaka
Hartono, Bowo. 2015. Cerita Terbentuknya Pulau Jawa serta Jalinan
dengan Gunung Purba, (Online),
(http://www.faktaunik.news/2015/09/kisah- terbentuknya-pulau-jawa-
dan.html)
Hasibuan, Zul Hayuddin. 2013. Geologi dan Geomorfologi Sumatera dan Jawa,
(Online), (http://zullogist.blogspot.co.id/2013/05/geologi-dan-geomorfologi-
sumatera-dan.html)
Miftahulfa, 2013. Geologi Regional, (Online),
(http://digilib.itb.ac.id/files/disk1/620/jbptitbpp-gdl-miftahulfa-30999-3-
2008ta-2.pdf)
Natalia, dkk. 2009. Geologi Pulau Jawa, (Online),
(https://www.scribd.com/doc/293583729/Geologi-Pulau-Jawa)