Anda di halaman 1dari 6

Geologi Indonesia

GEOLOGI PULAU JAWA BAGIAN TIMUR

Di Susun

Kelompok 6

Tari Arma Yunita 21045022

Nita Apriani Dlm 21045089

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2022
Geologi Indonesia

Sejarah Geologi Pulau Jawa

Menurut para ahli, Pulau Jawa terbentuk akibat peristiwa vulkanik, yakni terjadinya gempa yang
disebabkan oleh tubrukan dua lempeng benua Australia dan Asia sekitar 20 juta tahun sebelum masehi.
Pada saat itu, daratan wilayah jawa tengah dan jawa timur belum muncul dan masih berupa lautan.
Kemudian sekitar Lima juta tahun yang lalu konfigurasi serta bentuk pulau-pulau diIndonesia sudah
mirip dengan yang ada saat ini. Pulau Jawa dan pulau Sumatra sudah terdapat gunung-gunung api yg
aktif hingga saat ini. Patahan-patahan di sumatra masih saja bergerak, juga saat itu patahan-patahan
Jawa mulai terbentuk dan semakin jelas.

Pendapat mengenai anggapan bahwa kawasan jawa tengah dan jawa timur dulunya merupakan dasar
laut, ialah dengan di temukanya fosil – fosil binatang laut berusia jutaan tahun di beberapa tempat di
pulau ini. Salah satunya adalah sangiran dan wonosari, Jawa tengah. Bukti lainya ialah dengan
banyaknya dijumpai gunung gamping di daerah selatan Pulau Jawa. Yang menurut para ahli
geologi/kebumian, bahwa gamping itu dulunya terumbu karang yg hidup dan berada di laut. Sebagai
contoh Pulau Seribu atau Great Barier di sebelah timur Australia.

Konon, proses tersebut terjadi pada 20-36 juta tahun yang silam. Anak benua yang di selatan sebagian
terendam air laut, sehingga yang muncul di permukaan adalah gugusan-gugusan pulau yang merupakan
mata rantai gunung berapi. Gugusan pulau-pulau di Asia Tenggara, yang sebagian adalah Nuswantoro
(Nusantara), yang pada zaman dahulu disebut Sweta Dwipa. Dari bagian daratan ini salah satunya adalah
gugusan anak benua yang disebut Jawata, yang satu potongan bagiannya adalah pulau Jawa.

Proses Pembentukan Pulau Jawa

1. Pengaruh gerak lempeng

a. Kala kapur hingga oligosen tengah diperkirakan busur vulkanis terbentuk di Pulau Jawa dan satu
busur vulkanis terbentuk di daratan Pulau Jawa.

Busur non volkanis di perkirakan berumur eosen, tersusun oleh fragmen kerak bumi yang tertimbun
pada jalur subdaksi dan mengandung kwarsa.

c. Antar busur volkanis dan non volkanis terdapat cekungan busur luar yang relative dalam, terletak
di sekitar pantai utara Jawa.

d. Akhir miosen dan oligosen terjadi perubahan tegas yaitu jalur subdaksi bergeser ke selatan.

e. Busur volkanis diperkirakan di pantai selatan Pulau Jawa sekarang. Gunung api muncul di dasar
laut membentuk deretan gunung api. Aktivitas vulkanik ini merupakan tahap pertama pembentukan
Pulau Jawa.

f. Satu busur gunungapi dengan laut dangkal yang luas sampai Kalimantan (sampai pliosen tengah)
Geologi Indonesia

g. Busur dalam bergeser ke utara hingga pantai utara Jawa, laut dangkal mengalami pengangkatan
membentuk daratan sehingga sedimen marin muncul ke atas permukaan laut. Kala pliosen kuarter garis
besar pulau Jawa sudah terbentuk.

h. Akhir pliosen di perkirakan Pulau Jawa sering tenggelam yang muncul hanya perbukitan di bagian
selatan Jawa.

2. Pengaruh iklim

a. Pada zaman kuarter terjadi perubahan tegas iklim di bumi.

b. Sebelumnya pada zaman tersier iklim di wilayah Indonesia merupakan iklim tropis lembab dengan
suhu rata-rata pertahun lebih tinggi dari sekarang.

c. Perubahan iklim menyebabkan berbagai peristiwa seperti terjadinya zaman es dan zaman
pencairan es, yang akibatnya terbentuk teras marin, pembentukan sedimen pada lingkungan marin di
darat dan pembentukan sedimen darat di lingkungan marin.

d. Pengaruh iklim tersebut berpengaruh pada proses pelapukan, erosi, abrasi, dan gerak masa
batuan, yang sangat menentukan bentukan geomorfologis dan pembentukan tanah.

Struktur Geologi Daerah Jawa

Perkembangan tektonik pulau Jawa dapat dipelajari dari pola-pola struktur geologi dari waktu ke waktu.
Struktur geologi yang ada di pulau Jawa memiliki pola-pola yang teratur. Secara geologi pulau Jawa
merupakan suatu komplek sejarah penurunan basin, pensesaran, perlipatan dan vulkanisme di bawah
pengaruh stress regime yang berbeda-beda dari waktu ke waktu. Secara umum, ada tiga arah pola
umum struktur yaitu arah Timur Laut –Barat Daya (NE-SW) yang disebut pola Meratus, arah Utara –
Selatan (N-S) atau pola Sunda dan arah Timur – Barat (E-W) (Gambar 7).

Perubahan jalur penunjaman berumur kapur yang berarah Timur Laut – Barat Daya (NE-SW) menjadi
relatif Timur – Barat (E-W) sejak kala Oligosen sampai sekarang telah menghasilkan tatanan geologi
Tersier di Pulau Jawa yang sangat rumit disamping mengundang pertanyaan bagaimanakah mekanisme
perubahan tersebut. Kerumitan tersebut dapat terlihat pada unsur struktur Pulau Jawa dan daerah
sekitarnya.

Gambar 7. Pola stuktur di Pulau Jawa berupa pola Meratus , pola Sunda dan arah Timur – Barat (Sujanto
dan Sumantri , 1977 dalam Natalia dkk., 2010).

Pola Meratus di bagian barat terekspresikan pada Sesar Cimandiri, di bagian tengah terekspresikan dari
pola penyebarab singkapan batuan pra- Tersier di daerah KarangSambung.
Geologi Indonesia

Sedangkan di bagian timur ditunjukkan oleh sesar pembatas Cekungan Pati, “Florence” timur, “Central
Deep”. Cekungan Tuban dan juga tercermin dari pola konfigurasi Tinggian Karimun Jawa, Tinggian
Bawean dan Tinggian Masalembo. Pola Meratus tampak lebih dominan terekspresikan di bagian timur.

Pola Sunda berarah Utara - Selatan, di bagian barat tampak lebih dominan sementara perkembangan ke
arah timur tidak terekspresikan.Ekspresi yang mencerminkan pola ini adalah pola sesar-sesar pembatas
Cekungan Asri, Cekungan Sunda dan Cekungan Arjuna.

Pola Sunda pada Umumnya berupa struktur regangan.Pola Jawa di bagian barat pola ini diwakili oleh
sesar-sesar naik seperti sesar Beribis dan sesar-sesar dalam Cekungan Bogor. Di bagian tengah tampak
pola dari sesar-sesar yang terdapat pada zona Serayu Utara dan Serayu Selatan (Gambar 8). Di bagian
Timur ditunjukkan oleh arah Sesar Pegunungan Kendeng yang berupa sesar naik.

Dari data stratigrafi dan tektonik diketahui bahwa pola Meratus merupakan pola yang paling tua. Sesar-
sesar yang termasuk dalam pola ini berumur Kapur sampai Paleosen dan tersebar dalam jalur Tinggian
Karimun Jawa menerus melalui Karang Sambung hingga di daerah Cimandiri Jawa Barat. Sesar ini
teraktifkan kembali oleh aktivitas tektonik yang lebih muda.

Pola Sunda lebih muda dari pola Meratus. Data seismik menunjukkan Pola Sunda telah mengaktifkan
kembali sesar-sesar yang berpola Meratus pada Eosen Akhir hingga Oligosen Akhir.

Pola Jawa menunjukkan pola termuda dan mengaktifkan kembali seluruh pola yang telah ada
sebelumnya (Pulunggono, 1994 dalam Natalia dkk., 2010 ). Data seismik menunjukkan bahwa pola sesar
naik dengan arah barat-timur masih aktif hingga sekarang.

TOPOGRAFI PULAU JAWA

Pulau Jawa memiliki sifat fisiografi yang khas, dan hal ini disebabkan karena beberapa keadaan. Satu di
antaranya adalah iklim tropis, disamping itu ciri-ciri geografisnya disebabkan karena merupakan
geosinklinal muda dan jalur orogenesa dengan banyak vulkanisme yang kuat. Karena kekuatan inilah
mengakibatkan Pulau Jawa berbentuk memanjang dan sempit.

Perubahannya dalam bagian-bagian tertentu sepanjang dan searah dengan panjangnya pulau, dari tepi
satu ke tepi yang lainnya. Sifat relief yang disebabkan oleh iklim tropis sudah diketahui dan dipetakan di
Indonesia. Curah hujan yang besar dan temperatur yang tinggi menyebabkan pelapukan yang cepat dan
intensif, juga denudasi, gejala yang mengikuti adalah erosi vertikal.

Perbedaan topografi yang disebabkan adanya perbedaan batu-batuannya nampak kurang jelas bila
dibandingkan dengan daerah iklim lain, meskipun lembah kecil mempunyai tebing yang curam.
Geologi Indonesia

Akibatnya banyak hujan berarti banyak air yang harus dibuang, sehingga banyak parit alam (guliy) yang
begitu rapat.

Karena banyaknya parit-parit yang rapat tersebut topografinya terkikis-kikis. Akibatnya sisa-sisa
permukaan yang dulu pernah terangkat hilang dalam waktu yang singkat.Sebaliknya peneplain dan lain-
lain yang permukaannya datar juga terbentuk dalam waktu yang singkat dari pada iklim yang lainnya.
Dalam hal ini mungkin mengherankan mengapa topografi Pulau Jawa semuanya belum merupakan
peneplain? Hal ini karena erosi dan denudasi dapat diimbangi orogenesa muda dan epirogenesa yang
masih bergerak, yang mana gerak pelipatan masih terus berlangsung dalam sebuah periode dari era
pleistosen, tapi di balik itu semua gunung berapi banyak mengeluarkan bahan-bahan material yang lebih
banyak daripada apa yang dihasilkan oleh gejala erosi pada permukaan tanah.

STRUKTUR GEOLOGI JAWA TIMUR

Gambaran Umum Jawa Timur dilihat dari Aspek Geologi

Provinsi Jawa Timur terletak pada 111˚0’ hingga 114˚4’ Bujur Timur, dan 7˚12’ hingga 8˚48’ Lintang
Selatan. Luas wilayah Provinsi Jawa Timur mencapai 46.428 km², terbagi kedalam empat badan
koordinasi wilayah (Bakorwil), 29 kabupaten, Sembilan kota, dan 658 kecamatan dengan 8.457
desa/kelurahan (2.400 kelurahan dan 6.097 desa).

Secara umum wilayah Jawa Timur terbagi dalam dua bagian besar, yaitu Jawa Timur daratan hampir
mencakup 90% dari seluruh luas wilayah Provinsi Jawa Timur, dan wilayah Kepulauan Madura yang
sekitar 10% dari luas wilayah Jawa Timur. Di sebelah utara, Provinsi Jawa Timur berbatasan dengan Laut
Jawa. Di sebelaht timur berbatasan dengan Selat Bali.Di sebelah selatan berbatasan dengan perairan
terbuka, Samudera Indonesia, sedangkan di sebelah barat berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah.

Secara umum wilayah Provinsi Jawa Timur merupakan kawasan subur dengan berbagai jenis tanah
seperti Halosen, Pleistosen, Pliosen, Miosen, dan Kwarter yang dipengaruhi adanya gunung berapi,
sekitar 20,60 % luas wilayah yaitu wilayah puncak gunung api dan perbukitan gamping yang mempunyai
sifat erosif, sehingga tidak baik untuk dibudidayakan sebagai lahan pertanian. Sebagian besar wilayah
Jawa Timur mempunyai kemiringan tanah 0-15 %, sekitar 65,49 % dari luas wilayah yaitu wilayah
dataran aluvial antar gunung api sampai delta sungai dan wilayah pesisir yang mempunyai tingkat
kesuburan tinggi dan dataran aluvial di lajur Kendeng yang subur, sedang dataran aluvial di daerah
gamping lajur Rembang dan lajur Pegunungan Selatan cukup subur.

Kondisi geologi Jawa Timur yang cukup kaya akan potensi sumberdaya mineral, memiliki sekitar 20 jenis
bahan galian yang mendukung sektor industri maupun konstruksi, yang secara umum dapat
dikelompokkan menjadi empat lajur, yaitu: pertama lajur Rembang terbentuk oleh batu lempung
napalan dan batu gamping merupakan cekungan tempat terakumulasinya minyak dan gas bumi; kedua
lajur Kendeng terbentuk batu lempung dan batupasir, potensi lempung, bentonit, gamping; ketiga lajur
Gunung Api Tengah terbentuk oleh endapan material gunung api kuarter, potensi bahan galian
konstruksi berupa batu pecah (bom), krakal, krikil, pasir, tuf; keempat lajur Pegunungan Selatan
Geologi Indonesia

terbentuk oleh batu gamping dengan intrusi batuan beku dan aliran lava yang mengalami tekanan,
potensi mineral logam, marmer, onyx, batu gamping, bentonit, pospat.

Struktur Geologi Jawa Timur

· Cekungan Jawa Timur Utara

Cekungan Jawa Timur Utara sebelah barat dibatasi oleh Busur Karimun jawa dimana memisahkannya
dengan Cekungan Jawa Barat Utara, di sebelah selatan dibatasi oleh busur vulkanik, sebelah timur
dibatasi oleh Cekungan Lombok dan sebelah utara dibatasi oleh Tinggian Paternoster, dimana
memisahkannya dengan selat Makasar.

Berdasarkan posisinya, Cekungan Jawa Timur Utara dapat dikelompokkan sebagai cekungan belakang
busur dan berada pada batas tenggara dari lempeng Eurasia.

· Kerangka Tektonik Cekungan Jawa Timur Utara

Graben, half-graben, dan sesar-sesar hasil dari proses rifting telah dihasilkan

pada periode ekstensional yaitu pada Paleogen. Selanjutnya periode kompresi dimulai pada Miosen
Awal yang mengakibatkan reaktivasi sesar-sesar yang telah terbentuk sebelumnya pada periode
ekstensional. Reaktivasi tersebut mengakibatkan pengangkatan dari graben-grabenyang sebelumnya
terbentuk menjadi tinggian yang sekarang disebut sebagai Central High. Pada saat sekarang, Cekungan
Jawa Timur Utara dikelompokkan ke dalam tiga kelompok struktur utama dari arah utara ke selatan,
yaitu North Platform, Central Highdan South Basin

Perubahan struktur juga terjadi pada konfigurasi basement dari arah barat ke timur. Bagian barat pada
Platform Utara dapat dikelompokkan menjadi Muria Trough, Bawean Arc, JS-1 Ridge, Norhteast Java
Platform, Central-Masalembo Depression, North Madura Platformdan JS 19-1Depression. Sedangkan
pada South Basin, dari barat ke timur dapat dikelompokkan menjadi North East Java Madura Sub-
Basin(Rembang-Madura Strait-Lombok Zone), South Madura Shelf (kelanjutan dari Zona Kendeng) dan
Solo Depression Zone. Pada Central High tidak ada perubahan struktur yang berarti dari arah barat ke
timur. Daerah Cepu termasuk ke dalam South Basinsebelah barat, dimana termasuk ke dalam Zona
Rembang bagian selatan. Pada konfigurasi basement yang lebih detail, daerah Cepu termasuk ke dalam
Kening Trough.

Anda mungkin juga menyukai