Anda di halaman 1dari 3

Nama : Irwandi Pakpahan

Nim : 111200067

Kelas : Geologi Indonesia C

POLISTORY SULAWESI, PAPUPA, MALUKU

POLYSTORY SULAWESI

Tektonik pulau Sulawesi terbentuk akibat dari peristiwa konvergen dan transform. Untuk kawasan
konvergen di Sulawesi ini, lempeng Eurasia, lempeng Pasific dan lempeng Indo-Australia saling
bergerak dan mendekati. Pergerakan ketiga lempeng ini bersifat tumbukan. Tumbuk anantar lempeng
Eurasia, lempeng Pasific dan lempeng Indo-Australia ini tertekuk dan menyusup kebawah lempeng
benua hingga masuk keAstenosfer merupakan (zonamelange), dimana di tempat ini merupakan
kedudukan titik-titik focus Gempa tektonik. Pada saat terjadi zona mélange di pulau sulawesi, palung
lantai samudra dan sedimen terakumulasi di dalamnya. Akibatnya sedimen tersebut terperangkap
diantara lempeng, menjadi hancur, mengalami pergeseran dan teranjakan. Setelah mengalami
pergeseran dan teranjakan, maka terbentuklah cekungan sedimen di pulau jawa Setelah mengalami
pergeseran dan teranjakan, akibat dari tumbukan antar ketiga lempeng ini, Pulau Sulawesi mengalami
morfologi yaitu terjadinya Pre - Cretaceous accretionary Complex berupa busur vulkanik Neogene yang
terjadi di daerah barat Sulawesi. Kemudian juga terbentuk Ophiolite complex pada bagian timur dan
sisa lengan timur selatan sulawesi. Setelah itu, terbentuk batuan metamorf yang mana batuan
metamorfini terkandung pada material-material yang terdapat pada kedua benua dan lautan, yang
kemudian mengalami pendorongan dari barat menuju bagian atas barat Sulawesi, kemudian terangkat
keatas sehingga terbentuk lahrangkaian pegunungan. Di bagian pegunungan di pulau Sulawesi, aktivitas
magmatic tersier khususnya di bagian barat Sulawesi ini terjadi pada waktu geologi Cretecouis sampai
zaman Kristalisasi Eosen dan juga terjadi pada masa waktu Oligocene hingga Obduksi Miocene.
Khuspada zaman Miocene dijelaskan dimana Pada zaman Miocene akhir hingga Pliocene terjadi prores
ekstruksi dan intruksi magma batuan yang terjadi dalam selang waktu yang pendek dari Miocene tengah
hingga Pliocene yang menyebabkan terjadinya peleburan lapisan Lithosphere (3-18 Ma) sedangkan
Miocene akhir, busur Magmatik Sulawesi barat pada umumnya terasosian dengan tubrukan antar benua-
benua, pada benua kecil terbagi dari lempeng Australian-New Guinea yang di subduksikan bagian
bawah barat-Sundaland utama. Untuk pegunungan Neogene dibentuk oleh tubruk nantara dua benua
(Buton-Tukang besi dan Baggai-Sula). Selain terdapat pegunungan di pulau Sulawesi ini jug aterdapat
benua kecil (microcontinent) yang terpisah dari New Guinea pusat, terbawah kearah barat sepanjang
pergerakan system patahan Sorong-Yapen pada lempeng laut Philipine, yang kemudian berlanjut
mengalami tubrukan pada margin timur dari ophiolite Complex. Sedangkan untuk kawasan Transform
di pulau Sulawesi ini, ketiga lempeng bergerak lateral berlawanan arah, yang manatepi lempeng
bergesekan sehingga mengakibatkan adanya patahan yang terjadi akibat tubrukan antara SSE-NNW
bagian palukoro yang mengalami sesar Horizontal/ mendatar yang bergerak kearah kiri menuju bagian
utara dari Sulawesi timur. Patahan ini merupakan pergerakan patahan yang terjadi akibat terasosiasi
dengan rezimtran stensional. Pergerakan transtensional ini juga mengalami cekungan-cekungan
sehingga terbentuklah danau-danau kecil di Propinsi Sulawesi.

POLYSTORY PAPUA

Tatanan Tektonik Papua Geologi Papua dipengaruhi dua elemen tektonik besar yang saling
bertumbukan dan serentak aktif. Pada saat ini, Lempeng Samudera Pasifik-Caroline bergerak ke barat-
baratdaya dengan kecepatan 7,5 cm/th, sedangkan Lempeng Benua Indo-Australia bergerak ke utara
dengan kecepatan 10,5cm/th(Gambar 2). Tumbukan yang sudah aktif sejak Eosen ini membentuk suatu
tatanan struktur kompleks terhadap Papua Barat (Papua),yangsebagian besar dilandasi kerak Benua
Indo-Australia.Kompresi ini hasil dari interaksi yang bersifat konvergen miring (obliqueconvergence)
antara Lempeng Benua Indo-Australia dan Lempeng Samudera Pasifik-Caroline (Dow dan Sukamto,
1984) (Gambar 3). Konvergensi tersebut diikuti oleh peristiwa tumbukan yang bersifat kolisi akibat
interaksi pergerakan antara busur kepulauan dengan lempeng benua yang,terjadi selama Zaman
Kenozoikum (Dewey & Bird,1970; Abers & McCafferey, 1988 dalam Sapiie,1998). Interaksi kolisi ini
pergerakannya hampir membentuk sudut 246° Terhadap Lempeng Australia (Quarles van Ufford, 1996
dalam Sapiie, 1998).Visser dan Hermes (1966; Dalam Darman dan Sidi, 2000) berpendapat bahwa
kejadian kolisi terjadi pada Oligosen setelah pengendapan sedimen karbonat yang berubah menjadi
pengendapan sedimen klastik akibat proses pengangkatan. Batuan metamorf yang hadir di kawasan
ini memberikan umur proses kolisi terjadi pada Miosen (Pigram dkk., 1989 dalam Darman dan
Sidi, 2000). Dow dkk. (1998; dalam Darman dan Sidi, 2000) menyimpulkan bahwa Papua
merupakan produk dari dua kolisi yang terjadi pada Kala Oligosen (Orogenesa Peninsula) dan dikuti
kolisi yang terjadi pada Miosen (Orogenesa Melanesia).Orogenesa Peninsula bersifat lokal dan
terjadi pada bagian timur Pulau New Guinea, sedangkan Orogenesa Melanesia bersifat regional
dan berpengaruh terhadap seluruh Pulau new Guineaserta menyebabkan penyebaran sedimentasi
klastik secara luas. Van Ufford (1996) dalam Sapiie (1998) membagi orogenesa ini menjadi 2
tahap, yaitu tahap pra-kolisi dan tahap kolisi.Tahap pra-kolisi diawali oleh penunjaman Lempeng
Benua Australia ke bawah Lempeng Samudera pasihik sehingga terjadi pengangkatan endapan
passive marginLempeng benua Australia dan terjadi proses malihan regional akibat aktivitas
penunjaman ini. Setelah itu, terjadi tahap kolisi yang diawali dengan berhentinya proses penunjaman
lempeng ketika menumbuk batuan alas. Perbedaan daya apunglempeng menyebabkan pengangkatan
secara vertikal batuan sedimen Lempeng Australia dan juga penipisan lempeng. Penipisan lempeng
mengakibatkan magma astenosfer dapat menerobos hingga puncak Kompleks Pegunungan Tengah
Papua (Central Range). Menurut Cloos dkk. (1994; dalam Sapiie, 1998), proses inilah yang
menyebabkan adanya proses magmatisme dan aktifitas volkanismem yang menunjukkanmadanya
produk berupa batuan beku dengan ciri khasi afinitas magmatik yang berbeda.

POLYSTORY MALUKU

Pulau Halmahera dan beberapa pulau-pulau kecil di sekitarnya yang berada di Indonesia bagian Timur
merupakan pertemuan 3 (tiga) lempeng yakni lempeng Australia, lempeng Eurasia dan lempeng
Samudera Philipina. Bagian utara Halmahera adalah lempeng samudera Philipinayang menunjam ke
bagian bawah Philipina sepanjang palung Philipina yang merupakan suaty konfigurasi busur kepulauan
sebagai hasil tabrakan lempeng di bagian barat pasifik. Pulau ini dicirikan dengan Double Arc System
yang dibuktikan dengan adanya endapan vulkanik di lengan barat dan non-vulkanik di lengan timur.

Secara geologi dan tektonik Halmahera sangat unik, hal ini karena pulau Halmahera terbentuk melalui
pertemuan 3 (tiga) lempeng besar yakni Eurasia, pasifik, dan Indo- Australia yang terjadi sejak zaman
kapur. Halmahera bagian selatan menunjukkan pergerakan miring sesar Sorong ke arah barat yang
bersamaan dengan lempeng Indo-Australia struktur lipatan berupa sinklinal dan antiklinal terlihat jelas
pada Formasi Weda yang berumur Miosen Tengah hingga Pliosen Awal. Sumbu lipatan berarah Utara-
Selatan, Timur Laut-Barat Daya, dan Barat Laut-Tenggara.

Struktur sesar yang sering terjadi adalah sesar normal dan sesar naik, umunya berarah Utara- Selatan
dan Barat Laut-Tenggara. Kegiatan tektonik di Pulau halmahera sudah terjadi sejak zaman Kapur Awal
dan Awal Tersier, ketidakselarasan antara batuan berumur Paleosen-Eosen dengan batuan berumur
Eosen-Oligosen Awal mencerminkan kegiatan tektonik sedang berlangsung kemudian diikuti kegiatan
gunung api. Sesar naik akibat tektonik terjadi pada zaman Eosen-Oligosen, sedangkan tektonik terakhir
terjadi pada zaman Holosen berupa pengangkatan terumbu dan adanya sesar normal yang memotong
batu gamping. Pada pembahasan di atas telah dijelaskan bahwa Maluku dibagi ke dalam 2 (dua) bagian,
yakni utara dan selatan. Pembagian itu tentu saja menciptakan kegiatan tektonisme yang berbeda antara
utara dan selatan. Maluku utara pada dasarnya dibentuk oleh dua sistem punggung yang memusat yakni:

• Membatasi basin Sulawesi yang cembung ke timur.


• Membatasi bagian tengah kelompok Halmahera.

Sedangkan Maluku Selatan (Busur Banda) dibatasi oleh busur dalam (adanya vulkanisme aktif) dan
busur luar (bebas dari vulkanisme). Basin Banda sendiri terdiri dari bagian utara dan selatan, dimana
bagian utara terletak diantara Sulawesi dan Buru sedangkan bagian selatan terletak di bagian barat dan
Manuk sebelah timur. Antara Maluku utara dan Maluku selatan dipisahkan oleh sebuah punggungan
yang arahnya timur-barat membujur dari lengan timur Sulawesi ke kepala burung Papua melalui
banggai, sula, gomumu (sebelah selatan obi), dan misool. Ambang antara Maluku utara dan maluku
selatan dalam pandangan geo tektonik merupakan batas pemisah antara sistem orogen pasifik barat dan
sistem pegunungan sunda.

Anda mungkin juga menyukai