Anda di halaman 1dari 12

PARTIAL MELTING,

ASIMILASI,DAN DIFERENSIASI
MAGMA
Sutarto
Laboratorium Petrologi dan Endapan Mineral
Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral UPNVY
Email : sutarto_geomin@upnyk.ac.id

Disampaikan pada Webinar di Jurusan T. Geologi Universitas Halu Oleo, 15 Agustus 2020
Bagaimana partial melting terbentuk?

◼ Partial melting atau leburan Sebagian adalah Ketika Sebagian

KERAK
padatan (solid) pada lapisan bumi Sebagian membentuk
leburan. Derajad leburan sebagian yang dibutuhkan untuk
pembentukan magma basaltic adalah antara 5-30%.
◼ Dalam kondisi geothermal normal, mantel dan kerak tidak
mengalami leburan sebagian
◼ Untuk mencapai derajad leburan sebagian pada mantel
tersebut tersebut, maka diperlukan beberapa faktor atau

MANTEL LITOSFER
proses diantaranya (Wilson, 1989, Hill, 2010):
• Adanya penambahan temperatur, dengan tekanan relatif
sama atau sedikit berubah
• Terjadinya adiabatic (temperature relative tidak berubah)
decompression dari mantel
• Penambahan unsur-unsur H2O dan volatile lain pada
mantel

MANTEL ASTENOSFER
◼ Partial melting umumnya terbentuk pada
lapisan mantel astenosfer, walaupun juga
memungkinakan terbentuk pada mantel
listosfer maupun kerak litosfer, terutama
pada BATAS LEMPENG.
1. Untuk menghasilkan magma dalam
jumlah besar kemungkinannya hanya
pd kondisi adiabatic decompression,
diantaranya dpt terbentuk pada:
◼ MORB
◼ Back-arc rifting
◼ Within intraplate (hot spot).

◼ Post Collision
◼ Dillamination

2. Magmatisme pada lingkungan tektonik


busur magmatic lebih disebabkan oleh
penambahan unsur-unsur volatile dan
H2O yang berasal dari komponen slab
kerak yang menunjam (Wilson, 1989)
◼ Mantle wedge di atas slab yang
menunjam ( magmatic arcs)

3. Sedangkan lingkungan geologi yang


mengindikasikan terjadinya partial
melting yang disebabkan oleh kenaikan
temperatur diantaranya pada:
◼ Slab yang menunjam berumur
muda dan masih panas
(magmatic arcs)
◼ Syn collision
◼ Underplating kontinen (sekitar
Best (2003)
di atas bidang moho)
Bagaimana magma begerak dari mantel hingga permukaan?
KERAK

Kantong magma Pergerakan magma dari kantong pada kerak bagian atas ke permukaan banyak
Diferensiasi membentuk beragam jenis batuan beku, baik ragam komposisi maupun tekstur

Asimilasi, ▪ Asimilasi dan fraksionasi magma basaltic juga dapat membentuk magma andesitik
diferensiasi atau dasitik.
▪ Magma basaltic yang terakumulasi membentuk kantong pada batas mantel dan
kerak menambah panas pada kerak di sekitarnya yang memungkinkan terjadinya
MANTEL LITOSFER

leburan pada kerak. Yang membentuk magma dasitik atau magma andesitik;

Pergerakan magma basaltik melalui mantel litosfer, secara umum


tidak banyak merubah komposisi magma basaltic atau masih
sebagai magma primitive atau magma primer.

Akumulasi Jika yg lebur 1/3 opx+1/cpx+1/3 garnet lebur, maka didapatkan 54%SiO2 dari
Magma basaltik opx+cpx dan 42% SiO2 garnet, sehingga leburan yang dibentuk leburan sebagai
MANTEL ASTENOSFER

mantel akan mengandung 50% SiO2 (basaltic).

◼ Ketika tekanan terus menurun, leburan terus bertambah, olivine ikut mengalami lebur. Leburan
membentuk inter-connected dan mulai memisah dari bagian yang tidak lebur, bergerak ke atas
membentuk diapiric;
◼ Partial melting pada lherzolite garnet dimulai pada triple junction mineral opx-cpx-garnet,
dikarenakan penurunan tekanan. Pada fase ini olivine tidak lebur;
Jadi…………Apa itu magma?
◼ Magma adalah leburan atau lelehan panas atau leburan sebagian batuan pada mantel atau kerak di bawah
permukaan bumi. Pada umumnya mempunyai komposisi silikat, walaupun juga memungkinakan
terbentuknya magma yang berkomposisi karbonat atau sulfida. Leburan silikat umumnya kaya aka Si, O, Al,
Fe, Mg, Ca, Na, dan K serta unsur jarang. Temperatur magma silikat umumnya berkisar dari 700-1300 C,
tetapi magma carbonatite hanya mempunyai T 490C.

Ada berapa macam magma?


◼ Magma primer atau magma primitive adalah magma yang terbentuk dari leburan awal yang belum mengalami
belum mengalami evolusi atau diferensiasi (umumnya berkomposisi basaltic). Pada kenyataannya sangat
sulit mendapatkanbatuan yang berasal dari pembekuan magma primer.
◼ Parental magma adalah komposisi magma yang berasal proses diferensiasi. Batuan yang terbentuk karena
proses fractional crystallization diistlahkan sebagai parental magma.

◼ Magma basaltic dari mantel, ketika mengalami diferensiasi atau asimilasi dengan kerak maka akan
mengalami peningkatan kandungan silika, yang kemudian dapat membentuk magma andesitik dan
kemungkinan magma granitik.

◼ Disamping adanya isitilah magma primitive-parental, magma basaltic-dasitik, ada juga istilah seri magma
tholeiitic-alkaline.
Apa itu seri magma atau afinitas magma?

◼ Seri magma atau afinitas magma adalah pengelompokan tipe magma yang yang
memperlihatkan variasi diagram dengan pola tertentu berdasarkan komposisi
kimia maupun karakterisik mineralogi kelompok batuan tertentu. Kelompok seri
magma lebih dipengaruhi oleh tingkat alkalinitas (kandungan Na2O dan K2O) dan
kandungan silika (SiO2) yang terkandung dalam batuan;

◼ Konsep ini didasarkan bahwa magma parental yang berasal pada lingkungan
tektonik dan geologi tertentu akan mengalami evolusi yang berbeda beda,
sehingga akan memperlihatkan pola geokimia tertentu (White, 2001);

◼ Iddings (1892) menyebut semua batuan beku merupakan bagian magma seii
alkaline atau subalkaline.

◼ Batuan yang masuk Seri magma Alkaline, mempunyai kandungan alkali (Na2O dan
K2O) yg tinggi dan umumnya tidak jenuh (undersaturated) SiO2. Sedangkan
subalkaline seri magma dengan kandungan alkali yg lebih rendah dan jenuh-
sangat jenuh (saturated-oversaturated) SiO2.
Apa itu seri magma atau afinitas magma?

◼ Tilley (1950) membagi “subalkaline” menjadi tholeiitic dan calc-


alkaline. Kedua sub alkaline ini dibedakan berdasar redox Magma tholeiitic yang reduksi, kristalisasi
diawali dengan pembentukan Mg Olivin
magma, tholeiitic untuk magma yg reduksi, sedangkan calk-
maupun Mg Px, dan tidak atau sedikit
alkaline magma yang oksidasi. mengkonsumsi Fe, karena itu magma
mengalami pengkayaan Fe.
◼ Kristalisasi magma tholeiitic diawali penurunan MgO dan
kenaikan FeO, baru kemudian diteruskan penurunan FeO dan
pengkayaan Na2O dan K2O.
◼ Sedangkan pada magma calc-alkaline diawali kristalisasi
magnetite, maka rasio penurunan MgO dan FeO konstan
menuju pengkayaan Na2O+K2O. Calc-alkaline hanya terbentuk
pada lingkungan tektonik convergen, sedangkan tholeiitic
dapat terbentuk pada semua lingkungan tektonik.

◼ Irvine dan Baragar (1971) kemudian membagi seri alkali


menjadi seri Sodic (Na)-alkaline dan seri potassic (K)-alkaline.
Dan Middlemost (1975) menambah seri high-K alkaline untuk
Pada magma Calc-alkaline yang teroksidasi,
pembagian seri alkaline, disampaing Na-alkaline dan K-alkaline. memungkinkan pembentukan Magnetite yang
. mengkonsusmsi Fe, sehingga selama fraksionasi
◼ Beberapa penulis menyebut seri magma menjadi seri Low-K langsung terjadi penurunan baik Mg maupun Fe
bersamaan dengan pengkayaan senyawa alkali.
(tholeiitic), Calk-alkaline, high-K Calk-alkaline, dan Shosonitic
(alkaline) (Wilson, 2009).
KRISTALISASI MAGMA
DERET SERI REAKSI BOWEN

1. Secara umum diferensiasi magma yang homogen mbt


batuan-batuan yang heterogen dapat dijelaskan dengan
deret seri reaksi Bowen. Disebut seri reaksi karena
melibatkan satu seri reaksi kristal yang pertama
terbentuk dengan larutan magma sisa.

2. Reaksi Bowen adalah suatu skema yang menunjukkan


urutan kristalisasi dari mineral pembentuk batuan beku.

3. Terdiri dari dua bagian, yaitu urutan seri raksi mineral


feromagnesia (Fe-Mg silikat dari olivin,
ortopiroksen-klinopiroksen, hornblende, biotit)
yang dikenal sebagai deret discontinous.

4. Dan deret seri reaksi Ca-Na silikat dari urutan


pembentukan plagioklas (dari anortit, bitownit,
labradorit, andesin, oligoklas, dan albit) yang
dikenal sebagai deret continous.

5. Kemenerusan dan mineral asesori


◼ Alkali (Na-K) Feldspar, K Feldspar: ortoklas, mikroklin,
sanidin, anortoklas, Feldspatoid (leusit, nefelin)
◼ Muscovit, plogofit, lepidolite; Kuarsa
◼ Mineral asesori: Magnetit-ilmenit, apatit, zirkon, sfen,
xenotime dll
DERET DISCONTINUOUS
◼ Deret discontinous merupakan deret yang tidak menerus, artinya mineral
olivin yang pertama terbentuk mempunyai fase (struktur kristal) yang
berbeda dengan fase piroksen yang terbentuk pada temperatur di
bawahnya dan seterusnya.
◼ Jadi piroksen bukan fase yang menerus dan bukan fase yang sama dengan
olivin. Jika silika cukup banyak dan cukup waktu olivin (island silicate) akan
bereaksi dg sisa magma membentuk piroksen (singgle-chain silcate),
piroksen mungkin terubah menjadi hornblende (a double-chain silicate),
dan hornblende berubah menjadi biotit (sheet silicate).
◼ Dalam hal magma basa yang tidak jenuh silika (SiO2) kristalisasinya akan
dimulai dengan olivin diikuti oleh atau bersamaan dengan plagiaklas-Ca.
Sebagian olivin bereaksi dengan SiO2 membentuk piroksen. Ketika SiO2
sudah tidak mencukupi, maka olivin tidak berubah menjadi piroksen.
Sehingga dalam batuan olivin dapat dijumpai bersama piroksen dalam
satu batuan.
◼ Sebaliknya bila magma jenuh akan SiO2 maka semua olivin yang terbetuk
akan bereaksi membentuk pioksen, atau piroksenlah yang akan terbentuk
langsung.
◼ Dengan lain kata sejarah kristalisasi olivin sangat bergantung pada
kandungan SiO2 dalam magma asal. Olivin dan Piroksen merupakan
pasangan incongruent melting dimana olivin setelah pembentukannya
bereaksi dengan larutan sisa membentuk piroksen.
DERET CONTINUOUS
◼ Deret continous, artinya mineral anortit hingga albit merupakan fase
yang sama, hanya berubah proporsi Ca dan Na pada senyawanya.
Sehingga tidak dijumpai anortit bersama dengan bitownit atau
labradorit dalam satu batuan, jika kristalisasi berjalan setimbang.

◼ Kalau kristalisasi berjalan tidak setimbang, misal terjadi fraksionasi,


maka pada batuan beku porfiritik kemungkinan akan dijumpai
fenokris bitownit dan mikrokris labbradorit.

◼ Kristalisasi plagioklas-Ca pada fasa awal berangsur-angsur dengan


jalan bereaksi dengan larutan sisa berubah komposisinya ke arah
plagioklas-Na. Plagioklas merupakan deret solid solution yang
merupakan reaksi yang kontinyu.

◼ Dalam hal magma basa yang tidak jenuh silika (SiO2) kristalisasinya akan dimulai
dengan olivin segera diikuti oleh atau bersamaan dengan plagiaklas-Ca.
◼ Jika magma jenuh silika kristalisasinya akan dimulai dengan olivin diikuti oleh piroksen
kemudian diikuti pembentukan plagiaklas-Ca.
◼ Jika maga sangat jenush silika, kristalisasi dimulai dengan pembentukan piroksen
besama dengan Ca Plagioklas. Diopsid merupakan pasangan congruent melting dengan
anortit.
Diferensiasi magmatic dan pembentukan fluida hidrotermal

• Kristalisasi pada kantong magma, dimulai dari


Endapan bagian tepi, kontak dengan wall rocks, karena
Fluida Hidrotermal mempunyai T lebih rendah.
magmatik • Kristalisasi awal adalah mineral-mineral
anhidrous, yang sedikit mengkonsumsi H2O dan
unsur volatil lainnya

H2O ≥ • Oleh karena itu ketika kristalisasi terus berjanjut,


maka pada fase akhir magmatisme, magma sisa
Endapan Volatil ≥ di bagian tengah, semakin kaya akan kandungan
Pegmatit ` H2O dan volatil lain dan semakin tinggi
tekannannya

• Hal tersebut sering menyebabkan terbentuknya


pegmatik-aplit yang memotong bagian tepi tubuh
intrusinya
Endapan
KANTONG MAGMA Magmatik • Pada akhirnya fluida magmatik tersebut akan
PADA KERAK ATAS menerobos bagian tepi intrusi dan terus
bergerak ke atas dan mungkin bercampur
dengan fluida lainnya membentuk sistem
Suplai magma hidrotermal
dari mantel
Terimakasih
perhatiannya

Anda mungkin juga menyukai