Anda di halaman 1dari 83

BENTUK LAHAN HASIL

PROSES FLUVIAL Kampus


Bela Negara

Dr. Bambang Kuncoro


Ir. Sugeng Rahardja MT

JURUSAN TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL, UPN “VETERAN” YOGYAKARTA
DESEMBER 2018
MATERI PEMAPARAN

MENGAPA BENTUKLAHAN FLUVIAL PERLU


DIPELAJARI?

KONSEP DASAR SIKLUS FLUVIAL

PROSES-PROSES GEOMORFOLOGI: eksogen,


endogen dan ekstra terrestrial
Keilmuan:
menentukan secara lebih baik
konsep bentuk lahan fluvial secara
genesa, ruang dan waktu, proses-
proses geomorfologi.

Terapan:
pemahaman yang lebih baik
mengenai kaitan antara bentuk lahan
fluvial dan eksplorasi, bencana,
transportasi, pengembangan
wilayah, pembangunan wilayah,
konstruksi, pariwisata, dan
pertambangan.
KONSEP DASAR SIKLUS FLUVIAL

1. Akibat pengangkatan, menyebabkan tersedianya litologi


(material) dan adanya struktur geologi di atas permukaan
laut, yang berbeda-beda untuk dikenai oleh proses-proses
geomorfologi (eksogen, endogen dan ekstra terrestrial).
2. Dalam siklus fluviatil, pengurangan dan penambahan bentuk
lahan dapat terjadi karena kombinasi proses pelapukan,
mass wasting, dan erosi oleh air pada permukaan tanah,
baik yang terkonsentrasi dalam saluran (channel) maupun
tidak (banjir).
3. Tereduksinya bentuk-bentuk topografi dapat terjadi sewaktu
atau sesudah pengangkatan dan dapat berjalan cepat
atau lambat.
4. Bentuklahan yang dihasilkan tergantung kepada struktur
geologi, proses geomorfologi, dan tahap siklus.
5. Reduksi atau pemberian bentuk dapat terselesaikan atau tidak
terselesaikan selama satu siklus diastrofisma (dari permulaan
pengangkatan sampai berakhirnya), sehingga dapat terjadi
siklus majemuk. Pada siklus yang seluruhnya terselesaikan
merupakan suatu pengecualian.
6. Sewaktu satu siklus berjalan, terdapat perubahan dalam
bentuk bentangalam yang merupakan suatu deretan sistematis,
sehingga setiap tahap siklus ditandai oleh beberapa
kumpulan bentuk bentangalam yang khas.
7. Terdapat kemungkinan bahwa daratan yang terangkat
direduksi sampai stadium akhir yang dikenal dengan istilah
base level (limit atau batas erosi vertikal).
8. Dapat dibedakannya bermacam-macam tahap (stage) reduksi
dan pemberian bentuk bentangalam, yaitu muda (young),
dewasa (mature), dan tua (old age). Siklus geomorfologi
adalah deretan perubahan bentuk yang dialami oleh suatu
bentuklahan selama proses erosi berjalan.
Base level adalah limit (batas) erosi vertikal.

Base level dapat dibedakan menjadi:

1. Ultimate base level: permukaan air laut.


2. Local base level: batas erosi vertikal suatu daerah yang di
tentukan oleh sungai yang graded di daerah tersebut (cabang
sungai masuk ke dalam sungai utama).
3. Temporary base level: terjadi kalau terdapat batuan yang
sangat keras atau danau di suatu daerah yang membatasi erosi
vertikal sungai.
SUNGAI GRADED

Adalah sungai yang mempunyai lereng (grade) sedemikian


sehingga cukup untuk mengangkut material di dalam airnya
(sedimentary load) di bawah kondisi-kondisi debit dan bentuk
saluran (channel) yang dimiliki pada saat itu.

Sungai demikian dicirikan mempunyai profil memanjang


yang berada dalam ekuilibrium (tidak terdapat perubahan
kelerengan yang tiba-tiba)

Perubahan lereng ditandai oleh adanya jeram-jeram dan air


terjun. Daerahnya disebut dengan nickpoint dan profilnya
disebut interrupted profile.
LEMBAH

Bentuklahan negatif akibat pengikisan sungai yang menempati


dasar lembah.

Suatu lembah mendapatkan bentuknya karena proses


pendalaman, pelebaran, dan perpanjangan lembah asalnya.
PENDALAMAN LEMBAH

1. Proses hidrolik
(hydraulic action)
2. Korosi
3. Erosi dasar lembah
4. Penggalian pothole
pada dasar lembah
5. Pelapukan batuan
dasar lembah disusul
oleh pengangkutan
material lapuk.
PELEBARAN LEMBAH

1. Erosi lateral.
2. Sheet wash atau rain wash yang terjadi oleh karena air
permukaan mengalir ke lembah dan mengangkut material
lereng lembah.
3. Gulleying (alur liar).
4. Pelapukan dan mass wasting di tepi atau lereng lembah.
5. Cabang-cabang sungai yang sering mempunyai efek seperti
alur liar.
PERPANJANGAN
LEMBAH

1. Headward
erosion
2. Sungai
bermeander
3. Sedimentasi
pada muaranya
(delta coastal
plain)
SAYATAN MELINTANG LEMBAH
(CROSS PROFILE)

Memberi banyak informasi mengenai sejarah geomorfologi


lembah.

Profil sering asimetris dan dapat sebagai kunci untuk mengetahui


sejarah geomorfologi.

Penyebab bentuk sayatan melintang lembah asimetri:


1.Pada meander suatu sungai, adanya undercut (tepi sungai yang
terkena erosi) dan slip off slopes (tepi sungai dimana terjadi
sedimentasi).
2.Refleksi kontrol struktur (batuan yang berbeda kekerasan).
3.Adanya sesar atau homoclinal shifting.
4.Adanya arah hujan konstan.
KLASIFIKASI LEMBAH SECARA GENETIK

Berdasarkan kandungan air pada tubuh sungai:


1. Sungai normal/permanen/parenial: sungai yang debit
airnya tetap.
2. Sungai periodik/intermittent: kandungan airnya tergantung
musim, di musim hujan debit air besar, sedangkan di musim
kemarau debit airnya kecil sampai kering.
3. Sungai episodik/ephemeral: di daerah gurun, hanya berair
setelah turun hujan lebat.
Menurut lembah yang memotong struktur geologi
(transversal):

Superposed/superimposed: sungai semula mengalir di atas


dataran aluvial. Jika terjadi rejuvenasi, maka sungai mengikis
endapan aluvial hingga menyingkap lapisan dibawahnya tanpa
mengubah pola aliran semula. Struktur geologi lebih tua daripada
lembah.

Anteseden: sungai yang mengalir terjadi rejuvenasi tetap pada


alirannya, meski selama itu terjadi perubahan struktur, misal
sesar atau lipatan. Struktur geologi lebih muda daripada
lembah, tetapi struktur terbentuk secara perlahan-lahan.
KLASIFIKASI
LEMBAH
Menurut struktur
pengontrolnya: lembah
homoklin, antiklinal,
sinklinal, patahan, dan
fault line valley.

Klasifikasi menurut efek perubahan base level :


1.Lembah tenggelam (drowned): muka air laut naik.
2.Lembah rejuvenated: muka air laut turun.
Klasifikasi lembah menurut taraf siklus geomorfologi:
young, mature, dan old age.
KLASIFIKASI LEMBAH SECARA GENETIK
• Konsekuen: mengalir searah kemiringan awal kubah
pegunungan atau dataran pantai yang baru terangkat.
• Subsekuen: mengalir dan membentuk lembah sepanjang
daerah lunak, disebut juga strike stream (sepanjang jurus
lapisan).
• Insekuen: tidak diketahui pengontrolnya, tidak mengikuti
struktur batuan atau kemiringan lapisan, umumnya dendritik.
• Obsekuen: berlawanan dengan arah kemiringan lapisan dan
arah sungai konsekuen, biasanya pendek, gradien tinggi, pada
gawir.
• Resekuen: mengalir searah sungai konsekuen dan arah
kemiringan. Terbentuk baru (resekuen berasal dari recent dan
consequent)
Gradasi sungai

• Tercapainya taraf gradasi sungai secara seimbang di sepanjang


penampangnya. Kemampuan membawa beban dari sungai
diimbangi jumlah beban itu sendiri.
• Di alam kondisi di atas tidak pernah tercapai.
• Perubahan terjadi disebabkan oleh kompetensi sungai
(kemampuan sungai membawa beban sesuai volume dan
kecepatan air) serta kapasitas sungai (jumlah beban).
• Perubahan gradien antara lain disebabkan oleh:
- pembentukan delta, dapat menimbulkan banjir
- peremajaan sungai karena penurunan muka laut, dapat
membentuk teras-teras sungai
- pengendapan oleh cabang sungai di sungai utama, menga-
kibatkan sedimentasi dan banjir.
Endapan sungai

Pengendapan oleh sungai disebabkan oleh :


• Berkurangnya daya transport dan
• Ketidakselarasan sungai untuk mengangkut seluruh bahan yang
masuk kedalam sungai oleh cabang-cabangnya.
TERAS-TERAS SUNGAI
(RIVER TERRACES)

Teras sungai adalah


permukaan topografi
yang menandakan
bekas dasar lembah.

Dapat dibedakan menjadi:


1. Bed rock terraces (gejala erosi)
2. Alluvial terraces (gejala sedimentasi).
3. Paired terraces (menandakan pengangkatan daratan yang tidak
kontinyu)
4. Unpaired terraces (pengangkatan kontinyu)
SIKLUS FLUVIAL: STADIA MUDA (YOUTH)
1. Erosi vertikal lebih kuat, karena lereng yang curam. Erosi sungai ter-
diri atas korosi dan impact disebabkan gerusan, benturan, dan pen-
dongkelan dasar sungai oleh bongkah/kerikil/pasir yg terbawa arus.
2. Volume sungai, kecepatan arus dan kemampuan transportasi besar.
3. Banyak air terjun dan jeram, long-
soran terjadi pada tebing sungai.
4. Profil lembah berbentuk V, sempit,
tebing terjal, terdiri dari batuan
dasar.
5. Daerah pemisahan antar sistem
sungai (stream devide) lebar, tidak jelas.
6. Pada tanah gembur tanpa penutup vegetasi akan terbentuk
topografi badland.
7. Pada lubang kecil di dasar sungai, butiran beban dapat berputar-
putar oleh arus dan menggerus membentuk potholes, di dasar air
terjun membentuk plunge pools.
STADIA DEWASA (MATURE)

1. Lembah-lembah menjadi lebih lebar, ada kesesuaian bentuk


lembah dan kekerasan batuan.
2. Flood plain dan tanggul alam, menempati bagian besar dari
lembah, tidak ada air terjun atau jeram.
3. Meander dengan cut off dan oxbow lake.
4. Aliran air perlahan dan berlumpur, tebing lembah rendah, soil
tebal, sedikit singkapan batuan.
STADIA DEWASA (MATURE)

5. Meander tidak terjepit lagi oleh dinding lembah, tetapi dapat


bergerak agak bebas.
6. Antar sistem sungai dipisahkan punggungan.
7. lebar dasar lembah sama atau lebih lebar dari meander belt.
8. Perbedaan tinggi mencapai maksimum (pegunungan masih
tinggi, lembah sudah dalam).
Sungai Cipunagara adalah sungai terpanjang di Kabupaten Subang,
membentang lebih dari 80 km dari ujung selatan Subang hingga bermuara di
Laut Jawa di ujung utara. Daerah Aliran Sungainya meliputi 24 sungai dan 74
anak sungai. Bentuk lahan berupa bentuk lahan fluvial. Tampak adanya sungai
purba dan meander scar.
STADIA TUA (OLD STAGE)

1. Sungai utama, cabang sungai, dan alur sungai telah


mengalami gradasi.
2. Lembah sangat lebar dengan lereng-lereng sangat landai,
secara lateral maupun longitudinal.
3. Daerah limpahan sangat luas.
4. Lebar lembah jauh lebih besar daripada lebar meander belt.
STADIA TUA (OLD STAGE)

5. Stream devide sudah tidak jelas


6. Terdapat danau dan rawa di daerah limpahan.
7. Mass wasting lebih penting daripada erosi sungai sebagai
proses geomorfologi.
8. Penyesuaian dengan kekerasan batuan tidak tampak lagi.
9. Banyak daerah telah mencapai base level.
Gangguan pada siklus fluviatil

Proses-proses yang menyebabkan siklus fluviatil tidak


diselesaikan dengan sempurna.
Rejuvenation (peremajaan)
Proses yang menyebabkan suatu sungai mempunyai profil
equilibrium mengadakan erosi vertikal kembali.

Ada 3 macam rejuvenation:


1. Dinamis: pengangkatan daratan yang bersifat lokal
(berhubungan dengan orogenesa)
2. Eustatis: penurunan permukaan air laut yang meliputi seluruh
dunia. Terdapat diastrophic eustatism dan glacio eustatism.
3. Statis: tidak terdapat penurunan muka air laut atau
pengangkatan daratan.
Dapat terjadi karena: (1) berkurangnya sedimen yang ditran-
sport sungai, (2) pembesaran debit, (3) bertambah besarnya
jaringan sungai (volume sungai).
Bukti topografi dari rejuvenation: adanya ketidakselarasan
topografis, umpama bentang alam old age dengan lembah youth
full, conto valley invalley. Bukti lain adalah incised meanders.
Sungai Teranyam (braided stream)

Terbentuk pd bagian hilir sungai yg memiliki slope hampir datar-datar,


alurnya luas dan dangkal. terbentuk karena adanya erosi yang berlebih
an pada bagian hulu sungai sehingga terjadi pengendapan pada bagian
alurnya dan membentuk endapan gosong tengah. Karena adanya en-
dapan gosong tengah yang banyak, maka alirannya memberikan kesan
teranyam. Keadaan ini disebut juga anastomosis (Fairbridge, 1968)
Bar deposit

Endapan sungai yang terdapat pada tepi atau tengah dari alur
sungai. Endapan pada tengah alur sungai disebut gosong tengah
(channel bar) dan endapan pada tepi disebut gosong tepi (point
bar).Bar deposit ini bisa berupa kerakal, berangkal, pasir, dll.
Dataran limpah banjir (flood plain) dan Tanggul
alam (natural levee)

Sungai stadia dewasa mengendapkan sebagian material yang ter-


angkut saat banjir pada sisi kanan maupun kiri sungai, seiring de-
ngan proses yang berlangsung menerus akan terbentuk akumulasi
sedimen yang tebal sehingga akhirnya membentuk tanggul alam.
Kipas Aluvial (alluvial fan)
Suatu onggokan material lepas, berbentuk seperti kipas, biasanya terda-
pat pada suatu dataran di depan suatu gawir.
Sungai dengan muatan sedimen yang besar mengalir dari bukit atau pe-
gunungan, lalu masuk ke dataran rendah, maka akan terjadi perubahan
gradien kecepatan yang drastis, sehingga terjadi pengendapan material
yang cepat, dikenal sebagai kipas alluvial.
Di daerah kipas aluvial air tanahnya melimpah, karena terdiri atas perse-
lingan pasir & lempung yang merupakan lapisan pembawa air yg baik.
Meander
Fenomena pada dataran banjir sungai yang berbentuk kelokan
akibat pengikisan tebing sungai, daerah alirannya disebut sebagai
meander belt.
Meander ini terbentuk pada sungai yang berstadia dewasa/tua,
mempunyai dataran banjir yang cukup luas, aliran sungai tidak
teratur karena adanya pembelokan aliran. Pembelokan ini terjadi
karena ada batuan yang menghalangi sehingga aliran membelok
dan terus menggerus ke batuan yang lebih lemah.
Danau tapal kuda

Danau tapal kuda adalah sebuah danau yang terbentuk jika


lengkung meander terpotong oleh pelurusan air.
MANFAAT MEMPELAJARI BENTUK LAHAN FLUVIAL

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Mengenal obyek bentuk lahan fluvial
KLASIFIKASI LEMBAH SECARA GENETIK
Berdasarkan kandungan air pada tubuh sungai KAMPUS
BELA
NEGARA

Sungai normal/permanen/parenial:
sungai yang debit airnya tetap.

Sungai periodiK intermiten: kandungan air-


nya tergantung musim, di musim hujan de-
bit air besar, sedangkan di musim kemarau
debit airnya kecil sampai kering.

Sungai episodik/ephemeral: di daerah


gurun, hanya berair setelah turun hujan
lebat.
LEMBAH YANG MEMOTONG STRUKTUR GEOLOGI
(TRANSVERSAL): KAMPUS
BELA
NEGARA

SUPERPOSED/SUPERIMPOSED: sungai se--


mula mengalir di atas dataran aluvial. Jika
terjadi rejuvenasi, maka sungai mengikis
endapan aluvial hingga menyingkap lapisan
di bawahnya tanpa mengubah pola aliran
semula. Struktur geologi lebih tua daripada
lembah.

Anteseden: sungai yang mengalir terjadi re-


juvenasi tetap pada alirannya, meski sela-
ma itu terjadi perubahan struktur, misal
sesar atau lipatan. Struktur geologi lebih
muda daripada lembah, tetapi struktur
terbentuk secara perlahan-lahan.
LEMBAH YANG MEMOTONG STRUKTUR GEOLOGI
(TRANSVERSAL): KAMPUS
BELA
NEGARA

Teras sungai adalah permukaan topografi


yang menandakan bekas dasar lembah.

Teras dapat dibedakan menjadi:


1. Bed rock terraces (gejala erosi)
2. Alluvial terraces (gejala sedimentasi).
3. Paired terraces (menandakan peng-
angkatan daratan yg tidak kontinyu)
4. Unpaired terraces (pengangkatan
kontinyu)
KLASIFIKASI LEMBAH
KAMPUS
BELA
NEGARA

Menurut struktur pengontrolnya: lembah-


lembah homoklin, antiklinal, sinklinal,
patahan dan fault line valley.

Menurut efek perubahan base level :


1. Lembah tenggelam (drowned): muka air
laut naik.
2. Lembah rejuvenated: muka air laut turun

Menurut taraf siklus geomorfologi: young


valley, mature valley, dan old age valley.
KLASIFIKASI LEMBAH SECARA GENETIK
Konsekuen: mengalir searah kemiringan awal kubah
pegunungan atau dataran pantai yang baru terangkat.
Subsekuen: mengalir dan membentuk lembah sepanjang daerah
lunak, disebut juga strike stream (sepanjang jurus lapisan).
Insekuen: tidak diketahui pengontrolnya, tidak mengikuti
struktur batuan atau kemiringan lapisan, umumnya dendritik.
Obsekuen: berlawanan dng arah kemiringan lapisan dan arah
sungai konsekuen, biasanya pendek, gradien tinggi, pada gawir.
Resekuen: mengalir searah sungai konsekuen dan arah
kemiringan. Terbentuk baru (resekuen berasal dari recent dan
consequent).

Catatan: klasifikasi lembah ini tidak sesuai bila diterapkan pada daerah sempit
atau tugas akhir. Alasan lain adalah bahwa klasifikasi ini hanya sekedar
memilah-milah sungai berdasarkan kemiringan lapisan batuan, sehingga tidak
memberi makna yang dalam.
Perubahan bentuklahan dapat terjadi karena:
KAMPUS
BELA
NEGARA

Medium alamiah (agent) adalah sesuatu yang dapat menge-


rosi dan mengangkut bahan2 di permukaan bumi. Agen geo-
morfologi tersebut antara lain air permukaan yang terkon-
sentrasi (sungai, danau, rawa dll) serta air permukaan yang
tidak terkonsentrasi.

Adanya kombinasi pelapukan, mass wasting, dan erosi oleh


air pada permukaan tanah, baik yang terkonsentrasi dalam
saluran (sungai) maupun tidak (banjir).

Sewaktu atau sesudah pengangkatan dan dapat berjalan


cepat atau lambat.

Bentuklahan yang dihasilkan tergantung kepada struktur


geologi, proses geomorfologi dan tahap silklus fluvial.
BENTUKLAHAN FLUVIAL: Kipas aluvial (alluvial fan)

Sungai dengan muatan sedimen besar yang mengalir dari lereng bukit
atau pe-gunungan, lalu masuk ke dataran rendah, maka akan terjadi
pengendapan ma-terial secara cepat. Hal ini terjadi karena perubahan
gradien lereng dan kece-patan yang drastis, sehingga, berupa suatu
onggokan material lepas, berbentuk seperti kipas, biasanya terdapat
pada suatu dataran di depan suatu gawir.

Selanjutnya dikenal sebagai kipas aluvial dan biasanya terdapat air ta-
nah yang melimpah, karena umumnya kipas aluvial terdiri atas perse-
lingan pasir dan lempung yang merupakan lapisan pembawa air yg baik.
KLASIFIKASI LEMBAH SECARA GENETIK
Berdasarkan kandungan air pada tubuh sungai KAMPUS
BELA
NEGARA

Meander adalah bentuk kelokan sungai pada dataran banjir,


daerah alirannya disebut sebagai meander belt. Meander
terbentuk karena adanya pembelokan aliran sungai akibat
pengikisan pada tebing sungai bagian luar (under cut) dan
sedimentasi pada tebing bagian dalam (slip of slope).

Pembelokan juga dapat terjadi karena ada batuan atau


endapan yang menghalangi arah aliran sungai, sehingga
alirannya membelok dan terus melakukan penggerusan ke
batuan yang lebih lemah.

Danau tapal kuda adalah sebuah danau yang terbentuk jika


lengkung meander terpotong oleh pelurusan sungai. Apabila
bentuk tapal kuda tersebut tidak berair, maka disebut
dengan meander terpotong.
MEANDER DAN DANAU TAPAL KUDA ATAU MEANDER TERPOTONG
Jembatan Grindulu (Ploso-Pacitan-Hadiwarno) Jembatan Grindulu (Ploso-Pacitan-Hadiwarno)

Jembatan Bajulmati Balekambang-Sendangbiru

Sungai Grindulu (Ploso-Pacitan-Hadiwarno)


FLORES BF1 STA 284

Kondisi
jembatan

FLORES TIMOR LT 30 STA 265+850


KONSEP DASAR SIKLUS FLUVIAL
1. Akibat pengangkatan, menyebabkan terse-
dianya litologi atau material dan struktur geo-
logi di atas permukaan laut, yg berbeda-beda
untuk dikenai oleh proses-proses geomorfologi
2. Dalam siklus fluviatil, pengurangan dan pe-
nambahan bentuklahan dapat terjadi karena
kombinasi proses pelapukan, mass wasting,
dan erosi oleh air pada permukaan tanah, baik
yang terkonsentrasi dalam saluran (channel)
maupun tidak (banjir).
3. Tereduksinya bentuk-bentuk topografi dapat
terjadi sewaktu atau sesudah pengangkatan
dan dapat berjalan cepat atau lambat.

4. Reduksi atau pemberian bentuk dapat terse-


lesaikan atau tidak terselesaikan selama satu
siklus diastrofisma (dari permulaan pengang-
katan sampai berakhirnya), sehingga dapat
terjadi siklus majemuk. Pada siklus yang
seluruhnya terselesaikan merupakan suatu
pengecualian.
5. Dapat dibedakannya bermacam-macam tahap
(stage) reduksi dan pemberian bentuk bentang-
alam, yaitu muda (young), dewasa (mature),
dan tua (old age). Siklus geomorfologi adalah
deretan perubahan bentuk yang dialami oleh
suatu bentuklahan selama proses erosi
berjalan.

6. Sewaktu satu siklus berjalan, terdapat peru-


bahan dalam bentuk bentangalam yang
merupakan suatu deretan sistematis, sehingga
setiap tahap siklus ditandai oleh beberapa
kumpulan bentuk bentangalam yang khas.
7. Bentuklahan yang dihasilkan tergantung
kepada struktur geologi, proses geomorfologi,
dan tahap siklus.

8. Terdapat kemungkinan bahwa daratan yang


terangkat direduksi sampai stadium akhir
yang dikenal dengan istilah base level.
Base level
Base level adalah limit (batas) erosi vertikal.

Base level dapat dibedakan menjadi:


• Ultimate base level: permukaan air laut.
• Local base level: batas erosi vertikal suatu
daerah yang di tentukan oleh sungai yang
graded di daerah tersebut (cabang sungai
masuk ke dalam sungai utama).
• Temporary base level: terjadi kalau terdapat
batuan yang sangat keras atau danau di suatu
daerah yang membatasi erosi vertikal sungai.
Sungai graded
Adalah sungai yang mempunyai lereng (grade) sedemikian
sehingga cukup untuk mengangkut material di dalam airnya
(sedimentary load) di bawah kondisi-kondisi debit dan bentuk
saluran (channel) yang dimiliki pada saat itu.

Sungai demikian dicirikan mempunyai profil memanjang


yang berada dalam ekuilibrium (tidak terdapat perubahan
kelerengan yang tiba-tiba)

Perubahan lereng ditandai oleh adanya jeram-jeram dan air


terjun. Daerahnya disebut dengan nickpoint dan profilnya
disebut interrupted profile.
LEMBAH
Bentuklahan negatif akibat pengikisan sungai
yang menempati dasar lembah.
Suatu lembah mendapatkan bentuknya karena
proses pendalaman, pelebaran, dan perpanjangan
lembah asalnya.
PENDALAMAN LEMBAH

1. Proses hidrolik
(hydraulic action)
2. Korosi
3. Abrasi dasar
lembah
4. Penggalian pothole
pada dasar lembah
5. Pelapukan batuan
dasar lembah disu-
sul oleh pengangkut
an material lapuk
PELEBARAN LEMBAH

1. Erosi lateral
2. Sheet wash atau rain wash yang terjadi oleh
karena air permukaan mengalir ke lembah dan
mengangkut material lereng lembah
3. Gulleying (alur liar)
4. Pelapukan dan mass wasting di tepi atau
lereng lembah
5. Cabang-cabang sungai yang sering mempu-
nyai efek seperti alur liar
PERPANJANGAN
LEMBAH
1. Headward
erosion
2. Sungai ber-
meander
3. Sedimentasi
pada muaranya
(delta coastal
plain)
SAYATAN MELINTANG LEMBAH
(CROSS PROFILE)
Memberi banyak informasi mengenai sejarah
geomorfologi lembah.

Profil sering asimetris dan dapat sebagai kunci


untuk mengetahui sejarah geomorfologi.
SAYATAN MELINTANG LEMBAH
(CROSS PROFILE)
Penyebab bentuk sayatan melintang lembah
asimetri:
• Pada meander suatu sungai, adanya undercut
(tepi sungai yang terkena erosi) dan slip off
slopes (tepi sungai dimana terjadi sedimentasi).
• Refleksi kontrol struktur (batuan yang berbeda
kekerasan).
• Sesar, homoclinal shifting.
• Adanya arah hujan konstan.
KLASIFIKASI LEMBAH SECARA GENETIK

• Berdasarkan kandungan air pada tubuh sungai:


– Sungai normal/permanen/parenial:
sungai yang debit airnya tetap.
– Sungai periodik/intermittent: kandung-
an airnya tergantung musim, di musim
hujan debit air besar, sedangkan di musim
kemarau debit airnya kecil sampai kering.
– Sungai episodik/ephemeral: di daerah
gurun, hanya berair setelah turun hujan
lebat.
Menurut lembah yang memotong struktur
geologi (transversal):
Superposed/superimposed: sungai semula
mengalir di atas dataran aluvial. Jika terjadi re-
juvenasi, maka sungai mengikis endapan aluvial
Hingga menyingkap lapisan dibawahnya tanpa
mengubah pola aliran semula. Struktur geologi
lebih tua daripada lembah.
Anteseden: sungai yang mengalir terjadi reju-
venasi tetap pada alirannya, meski selama itu
terjadi perubahan struktur, misal sesar atau
lipatan. Struktur geologi lebih muda daripada
lembah, tetapi struktur terbentuk secara
perlahan- lahan.
KLASIFIKASI LEMBAH
• Menurut struktur
pengontrolnya: lembah
homoklin, antiklinal,
sinklinal, patahan, dan
fault line valley.
• Klasifikasi menurut efek perubahan base level :
- Lembah tenggelam (drowned): muka air
laut naik.
- Lembah rejuvenated: muka air laut turun.
• Klasifikasi lembah menurut taraf siklus
geomorfologi: young, mature, dan old age.
KLASIFIKASI LEMBAH SECARA GENETIK
• Konsekuen: mengalir searah kemiringan awal kubah
pegunungan atau dataran pantai yang baru terangkat.
• Subsekuen: mengalir dan membentuk lembah
sepanjang daerah lunak, disebut juga strike stream
(sepanjang jurus lapisan).
• Insekuen: tidak diketahui pengontrolnya, tidak
mengikuti struktur batuan atau kemiringan lapisan,
umumnya dendritik.
• Obsekuen: berlawanan dengan arah kemiringan
lapisan dan arah sungai konsekuen, biasanya pendek,
gradien tinggi, pada gawir.
• Resekuen: mengalir searah sungai konsekuen dan
arah kemiringan. Terbentuk baru (resekuen berasal
dari recent dan consequent)
Gradasi sungai
• Tercapainya taraf gradasi sungai secara seimbang di
sepanjang penampangnya. Kemampuan membawa beban dari
sungai diimbangi jumlah beban itu sendiri.
• Di alam kondisi di atas tidak pernah tercapai.
• Perubahan terjadi disebabkan oleh kompetensi sungai
(kemampuan sungai membawa beban sesuai volume dan
kecepatan air) serta kapasitas sungai (jumlah beban).
• Perubahan gradien antara lain disebabkan oleh:
- pembentukan delta, dapat menimbulkan banjir
- peremajaan sungai karena penurunan muka laut, dapat
membentuk teras-teras sungai
- pengendapan oleh cabang sungai di sungai utama, menga-
kibatkan sedimentasi dan banjir.
Endapan sungai

Pengendapan oleh sungai disebabkan oleh :


• Berkurangnya daya transport dan
• Ketidakselarasan sungai untuk mengangkut
seluruh bahan yang masuk kedalam sungai oleh
cabang-cabangnya.
SIKLUS FLUVIAL: STADIA MUDA (YOUTH)
• Erosi vertikal lebih kuat, karena lereng yang
curam. Erosi sungai terdiri atas korosi dan
impact disebabkan gerusan, benturan, dan
pendongkelan dasar sungai oleh bongkah/keri-
kil/pasir yang terbawa arus.
• Volume sungai, kecepatan arus dan
kemampuan transportasi besar.
• Banyak air terjun dan jeram, longsoran banyak
terjadi pada tebing sungai.
SIKLUS FLUVIAL: STADIA MUDA (YOUTH)
• Profil lembah berbentuk
V, sempit, tebing terjal,
terdiri dari batuan dasar
• Daerah pemisahan antar
sistem sungai (stream devide) lebar, tidak jelas.
• Pada tanah gembur tanpa penutup vegetasi
akan terbentuk topografi badland.
• Pada lubang kecil di dasar sungai, butiran
beban dapat berputar-putar oleh arus dan
menggerus membentuk potholes, di dasar air
terjun membentuk plunge pools.
TERAS-TERAS SUNGAI
(RIVER TERRACES)
Teras sungai adalah per
mukaan topografi yang
menandakan bekas
dasar lembah.

Dapat dibedakan menjadi:


1. Bed rock terraces (gejala erosi)
2. Alluvial terraces (gejala sedimentasi).
3. Paired terraces (menandakan pengangkatan
daratan yang tidak kontinyu)
4. Unpaired terraces (pengangkatan kontinyu)
STADIA
TAHAPDEWASA
dewasa (maturity) :
(MATURE)

• Lembah-lembah
menjadi lebih
lebar, ada kese-
suaian bentuk lembah dan kekerasan batuan.
• Flood plain dan tanggul alam, menempati
bagian besar dari lembah, tidak ada air terjun
atau jeram.
• Meander dengan cut off dan oxbow lake.
• Aliran air perlahan dan berlumpur, tebing
lembah rendah, soil tebal, sedikit singkapan
batuan.
STADIA
TAHAP dewasa (maturity) :
DEWASA
(MATURE)
• Meander ti-
dak terjepit
lagi oleh din-
ding lembah, tetapi dapat bergerak agak bebas.
• Antar sistem sungai dipisahkan punggungan.
• lebar dasar lembah sama atau lebih lebar dari
meander belt.
• Perbedaan tinggi mencapai maksimum (pegu-
nungan masih tinggi, lembah sudah dalam).
STADIA TUA
Masa tua (old age) :
(OLD STAGE)
• Sungai utama, cabang
sungai, dan alur sungai
telah mengalami gradasi.
• Lembah sangat lebar dengan lereng-lereng
sangat landai, secara lateral maupun
longitudinal.
• Daerah limpahan sangat luas.
• Lebar lembah jauh lebih besar daripada lebar
meander belt.
STADIA TUA (OLD STAGE)
Masa tua (old age) :
• Stream devide sudah
tidak jelas
• Terdapat danau dan
rawa di daerah limpahan.
• Mass wasting lebih penting daripada erosi
sungai sebagai proses geomorfologi.
• Penyesuaian dengan kekerasan batuan tidak
tampak lagi.
• Banyak daerah telah mencapai base level.
Gangguan pada siklus fluviatil

Proses-proses yang menyebabkan siklus


fluviatil tidak diselesaikan dengan sempurna.
Rejuvenation (peremajaan).
Proses yang menyebabkan suatu sungai
mempunyai profil equilibrium mengadakan
erosi vertikal kembali.

Ada 3 macam rejuvenation :


• Dinamis: pengangkatan daratan yang bersifat
lokal (berhubungan dengan orogenesa)
• Eustatis: penurunan permukaan air laut yang
meliputi seluruh dunia. Terdapat diastrophic
eustatism dan glacio eustatism.
• Statis: tidak terdapat penurunan muka air laut
atau pengangkatan daratan.
Rejuvenation (peremajaan).
Dapat terjadi karena:
• Berkurangnya sedimen yang ditransport sungai
• Pembesaran debit
• Bertambah besarnya jaringan sungai (volume
sungai)

Bukti topografi dari rejuvenation:


• Rejuvenation dapat diduga ada jika terdapat
ketidakselarasan topografis, umpama bentang
alam old age dengan lembah youth full, conto
valley invalley.
• Bukti lain adalah incised meanders.

Anda mungkin juga menyukai