TINJAUAN PUSTAKA
Pulau Jawa diperkirakan mulai terbentuk lebih dari 60 juta tahun yang lalu (Pra-
Tersier). Pada saat itu Pulau Jawa masih menjadi bagian dari sebuah Superbenua
Pangea. Susunan batuan dasar pada Pulau Jawa memiliki umur yang berbeda satu
dengan yang lainnya. Di Jawa bagian barat diperkirakan mulai terbentuk pada akhir
Zaman Kapur dan menjadi bagian dari Paparan Sunda, sementara Jawa bagian
timur berasal dari pecahan Benua Australia (East Java Microcontinent). Bagian
timur diperkirakan mulai bertabrakan dengan bagian barat sekitar 100-70 juta tahun
terjadi antara 54 hingga 36 juta tahun lalu (Eosen) akibat adanya pergerakan
menunjukkan ciri pengendapan sungai hingga laut dangkal pada saat itu. Kemudian
Pulau Jawa terkena tekanan kompresif dari arah selatan yang menyebabkan
Lempeng samudera yang memiliki masa jenis yang lebih tinggi mengalami
palung laut, pegunungan baru, serta aktivitas vulkanik. Terjadi juga pelelehan
Kala Oligosen Akhir- Miosen Awal terjadi rangkaian peristiwa vulkanisme yang
piroklastik dan sedimen vulkanik. Dari singkapan tersebut setidaknya dikenali dua
dan terjadi pengendapan secara menerus hingga sekarang. Pada Kala Miosen
ke utara. Proses ini berlanjut hingga Pleistosen dan masih berlanjut hingga
purba karena suplai magma hasil pelelehan dibawah permukaan bumi bergeser ke
arah utara.
sejak Akhir Neogen, sebagai akibat adanya interaksi antar tiga (3) lempeng utama,
yang relatif diam atau bergerak sangat lambat ke arah tenggara (Minster dan Jordan,
1978).
dapat dibagi menjadi lima (5) daerah yang masing-masing memiliki kerak bumi
dengan asal-usul berbeda, yaitu : (1) bagian tenggara Eurasia atau disebut Kraton
Sunda yang merupakan kraton atau kerak benua di Sumatera, Jawa bagian barat,
dan Kalimantan, (2) lempeng samudera Filipina di sebelah timurlaut, (3) kerak
benua Australia yang meluas sampai daerah Papua, Paparan Sahul dan Paparan
Arafura, (4) lempeng Samudera Hindia di bagian baratdaya, dan (5) daerah transisi
yang merupakan wilayah interaksi antar lempeng pada saat ini. Daerah transisi ini
dengan kegiatan gunungapi dan kegempaan yang masih aktif dapat dijumpai di
Sumatera bagian barat, Jawa bagian selatan, Bali, Lombok, dan Busur Banda
sampai sebelah utara Papua, Sulawesi, serta Maluku hingga Mindano di Filipina
bagian barat sejak Kapur sampai sekarang (gambar 4). Perkembangan zona
tunjaman ini diduga berhubungan erat dengan perkembangan pola tektonik dan
selatan Jawa tampak adanya tiga periode penunjaman, yaitu Kapur, Tersier dan
Resen. Keterdapatan batuan Kapur di Jawa yang diketahui sampai saat ini masih
fisiografi dan pola tektonik atau struktur di Jawa kemungkinan tidak signifikan.
tersebar luas di Pulau Jawa, sehingga pengaruh terhadap fisiografi dan struktur
Sistem tunjaman moderen di Jawa mulai terbentuk tidak lebih muda dari
sedimen tersebut terdiri atas klastika kuarsaan maupun karbonat air dangkal.
alas dalam suatu lajur lebar berarah timurlaut mulai dari Jawa, memotong
dan batuan gunungapi, yang menunjukkan umur Kapur dari analisis K-Ar,
Pada Akhir Paleogen, Jawa bagian tengah, barat dan Laut Jawa
secara tektonik dan magmatik tidak aktif lagi alias stabil, dan menyatu
magmatik yang terletak di daerah lajur gunungapi moderen namun jauh dari
Pola struktur/ tektonik yang berarah barat-timur ini sering disebut arah
Martodjojo, 1994).
Bagian depan zona tunjaman di sepanjang Sumatera dan Jawa terdiri atas
beberapa bentukan tektonik yang melengkung dan konsentris yang menjadi ciri
yang berbeda dari tepian aktif benua dan busur kepulauan dewasa. Di selatan busur
Sunda dijumpai parit, kemudian ke arah utara dijumpai baji bancuh yang muncul
menengah sampai tinggi, di bawah sistem busur yang berubah searah jurus dari
di Bali dan Sumbawa (Hamilton, 1989). Dari beberapa periode penunjaman yang
1
FERRY DANIEL GOLAP | 410015150
0
Gambar 7. Penampang skematik kerangka tektonik memotong Pulau Jawa
bagian timur dan Kalimantan bagian barat, dikompilasi oleh
Katili (1989)
Fisiografi Pulau Jawa telah dikemukakan oleh Van Bemmelen, pada daerah
Jawa Barat telah digambarkan memiliki empat (4) zona yang dimulai dari selatan
ke utara, yaitu :
2. Zona Bandung
3. Zona Bogor
1
FERRY DANIEL GOLAP | 410015150
1
Gambar 8. Fisiografi Jawa Barat (Van Bemmelen 1949)
Pada daerah Jawa Tengah terdapat empat (4) pembagian zona yang dimulai
1
FERRY DANIEL GOLAP | 410015150
2
II.3.3 Fisiografi Jawa Timur
Pada Fisiografi Jawa Timur Van Bemmelen membaginya kedalam enam (6)
2. Jalur Solo
3. Jalur Kendeng
4. Depresi Randublatung
6. Masif G.Muria
Stratigrafi daerah Jawa Barat berturut-turut dari tua ke muda adalah sebagai
berikut :
1. Batuan Dasar
Batuan dasar adalah batuan beku andesitik dan basaltik yang berumur Kapur
Atas dan batuan metamorf yang berumur Pra Tersier (Sinclair, et.al., 1980).
1
FERRY DANIEL GOLAP | 410015150
3
Lingkungan pengendapannya merupakan permukaan dengan sisa vegetasi
2. Formasi Jatibarang
tengah dan timur dari Cekungan Jawa Barat Utara. Pada bagian barat
dijumpai. Formasi ini terdiri dari tufa, breksi, aglomerat dan konglomerat
alas, formasi ini diendapkan pada fasies fluvial. Umur formasi ini adalah
Kala Eosen Akhir sampai Oligosen Awal, pada beberapa tempat di formasi
ini ditemukan minyak dan gas pada rekahan-rekahan tuff (Budiyani dkk,
1991).
Pada fase syn rift berikutnya diendapkan Formasi Talang Akar secara tidak
sampai fasies marine. Litologi formasi ini diawali oleh perselingan sedimen
4. Formasi Baturaja
1
FERRY DANIEL GOLAP | 410015150
4
Formasi ini terendapkan secara selaras diatas formasi talang akar.
fase post rift yang secara regional menutupi seluruh sedimen klastik
Lingkungan pembentuk formasi ini adalah kondisi laut dangkal, air cukup
spriroclypens Sp).
Formasi ini terdiri dari perselingan antara serpih dengan batupasir dan
setempat atau dengan kata lain insitu. Batugamping ini dikenal sebagai Mid
Main Carbonate (MMC). Formasi ini diendapkan pada Kala Miosen Awal-
Miosen Akhir. Formasi ini dibagi menjadi tiga (3) anggota, yaitu :
a. Massive
1
FERRY DANIEL GOLAP | 410015150
5
atas. Selain itu terdapat fosil foraminifera planktonik seperti
b. Main
c. Pre Parigi
6. Formasi Parigi
1
FERRY DANIEL GOLAP | 410015150
6
laut dangkal-neritik tengah (Arpandi dan Patmosukismo, 1975). Batas
karbonat Formasi Parigi. Formasi ini diendapkan pada Kala Miosen Akhir-
Pliosen.
7. Formasi Cisubuh
gampingan. Umur formasi ini adalah dari Kala Miosen Akhir sampai
Patmosukismo, 1975).
1
FERRY DANIEL GOLAP | 410015150
7
II.4.2 Stratigrafi Regional Jawa Tengah
daerah Jawa Tengah telah mengalami beberapa fase tektonik yang menyebabkan
susunan stratigrafi menjadi tidak dapat disusun secara jelas dan stratigrafi di
daerah Karangsambung mulai dari batuan yang paling tua hingga termuda.
1. Batuan Pra-Tersier
yang terdiri dari graywacke, sekis, lava basal berstruktur bantal, gabro,
2. Formasi Karangsambung
bancuh Luk Ulo, terdiri dari konglomerat polimik, lempung abu-abu, serpih,
1
FERRY DANIEL GOLAP | 410015150
8
dan beberapa lensa batugamping foraminifera besar. Hubungan tidak selaras
3. Formasi Totogan
4. Formasi Waturanda
Formasi ini terdiri dari batupasir vulkanik dan breksi vulkanik yang
Formasi Totogan. Formasi ini memiliki anggota tuff, dimana Harloff (1933)
5. Formasi Penosogan
Tengah.
6. Formasi Halang
bersifat distal sampai proksimal pada bagian bawah dan tengah kipas bawah
1
FERRY DANIEL GOLAP | 410015150
9
laut. Formasi ini memiliki umur Miosen Awal-Pliosen. Anggota Breksi
7. Formasi Peniron
Breksi III. Formasi ini menindih selaras diatas Formasi Halang dan
Memiliki hubungan yang tidak selaras dengan semua batuan yang lebih tua
2010).
2
FERRY DANIEL GOLAP | 410015150
0
Gambar 12. Stratigrafi Jawa Tengah (modifikasi dari Asikin,
dkk. 1993)
Stratigrafi daerah Jawa Timur sendiri dibagi menjadi tiga (3), yaitu Zona
Rembang, Zona Kendeng, dan Zona Pegunungan Selatan. Berikut penjelasan dari
A. Zona Rembang
ini terbentuk pada Oligosen Akhir yang berarah Timur-Barat hampir sejajar
ketebalan sedimen Tersier mungkin melebihi 6000 meter. Suatu hal yang
khas dari cekungan Jawa Timur bagian utara berarah timur-barat dan terlihat
merupakan gejala tektonik Tersier Muda. Tiga (3) tahap orogenesa telah
2
FERRY DANIEL GOLAP | 410015150
1
dikenal berpengaruh terhadap pengendapan seri batuan Kenozoikum di
Indonesia (Van Bemmelen, 1949). (1) terjadi diantara interval Kapur Akhir-
Eosen Tengah, (2) pada Eosen Tengah (Intramiocene Orogeny) dan (3)
Tengah ditandai oleh peristiwa yang penting didalam distribusi sedimen dan
penyebaran flora dan fauna, terutama di daerah Indonesia bagian barat dan
juga menyebabkan terjadinya fase regresi (susut laut) yang terjadi dalam
waktu singkat di Jawa dan daerah Laut Jawa. Fase orogenesa Miosen
Tengah ditandai juga oleh hiatus di daerah Cepu dan dicirikan oleh
perubahan fasies yaitu dari fasies transgresi menjadi fasies regresi diseluruh
Zona Rembang. Selain hal tersebut diatas, fase orogenesa ini ditandai oleh
(Van Bemmelen, 1949). Perbedaan yang mencolok perihal sifat litologi dari
Paparan Laut Jawa yaitu sedimen. Zona Kendeng pada umumnya terisi oleh
selingan napal dan batuan karbonat serta merupakan endapan laut dalam.
memberi kesan berupa endapan laut dangkal yang tidak jauh dari pantai
dengan kedalaman dasar laut yang tidak seragam. Hal ini disebabkan oleh
2
FERRY DANIEL GOLAP | 410015150
2
adanya sesar-sesar bongkah (block faulting) yang mengakibatkan
rendahan. Daerah lepas pantai Laut Jawa pada umumnya ditempati oleh
cekungan belakang busur (retro arc back arc) (Dickinson, 1974) yang terisi
dari Eosen hingga Pleistosen. Endapan berumur Eosen dapat diketahui dari
banyak diteliti oleh para pakar geologi diantaranya adalah Trooster (1937),
Formasi Bulu, Formasi Ledok, Formasi Mundu, Formasi Lidah dan endapan
yang termuda disebut sebagai endapan Undak Solo. Anggota Ngrayong oleh
2
FERRY DANIEL GOLAP | 410015150
3
oleh Pringgoprawiro (1985) serta Djuhaeni dan Martodjojo (1990).
stratigrafi Cekungan Jawa Timur bagian Utara dari Zona Rembang yang
1. Formasi Tawun
dari Desa Tawun, yang dipakai pertama kali oleh Brouwer (1957).
2
FERRY DANIEL GOLAP | 410015150
4
pengendapan Formasi Tawun adalah paparan dangkal yang terlindung,
tidak terlalu jauh dari pantai dengan kedalaman 0-50 meter di daerah
2. Formasi Ngrayong
3. Formasi Bulu
selaras di atas Formasi Tawun dan Formasi Ngrayong. Ciri litologi dari
2
FERRY DANIEL GOLAP | 410015150
5
batugamping pasiran berlapis tipis kadang-kadang memperlihatkan
50-100 meter. Tebal dari formasi ini mencapai 248 meter. Formasi Bulu
4. Formasi Wonocolo
dengan kedalaman antara 100-500 meter. Tebal dari formasi ini antara
5. Formasi Ledok
2
FERRY DANIEL GOLAP | 410015150
6
terdapat suatu rumpang stratigrafi, yang ditandai dengan hilangnya Zona
N15 dan bagian bawah Zona N16 karena erosi atau proses ketiadaan
6. Formasi Mundu
Ledok. Formasi ini diendapkan pada laut terbuka (neritik luar sampai
8. Formasi Lidah
9. Formasi Paciran
2
FERRY DANIEL GOLAP | 410015150
7
ini tidak dapat dipastikan karena tidak mengandung fosil penunjuk.
Pleistosen.
lapilli, tuf halus, dan lahar. Satuan batuan ini terbentuk oleh kegiatan
Formasi terdiri dari tuff, lahar, dan tuf pasiran. Umurnya diperkirakan
B. Zona Kendeng
1. Formasi Pelang
Formasi ini terdiri dari napal abu-abu yang masif sampai berlapis yang
2. Formasi Kerek
Pada formasi ini terdiri dari endapan turbidit dengan ketebalan 800
2
FERRY DANIEL GOLAP | 410015150
8
terdiri atas batupasir tufaan, batulempung, napal, dan batugamping.
Kalibeng Bawah terdiri dari napal abu-abu kehijauan yang kaya fosil
kasar, tuf putih, dan breksi vulkanik. Sedimen ini diendapkan oleh
berumur Pliosen.
5. Formasi Pucangan
6. Formasi Kabuh
2
FERRY DANIEL GOLAP | 410015150
9
Formasi ini terdiri dari perlapisan batupasir kasar dengan perlapisan
angsur berubah menjadi fasies laut yang makin ke atas berubah ke arah
7. Formasi Notopuro
Formasi Notopuro terdiri dari endapan lahar, tuf dan batupasir tufaan
maupun pengendapan gaya berat yang lain. Dibagian bawah oleh Bothe
klastika lempung. Bagian bawah anggota ini di terobos oleh sill batuan
beku.
Bagian atas dari formasi ini termasuk Anggota Butak yang tersusun atas
atau lanau. Ketebalan rata-rata formasi ini kurang lebih 800 meter.
3
FERRY DANIEL GOLAP | 410015150
0
Urutan yang membentuk Formasi Kebo-Butak ini ditafsirkan terbentuk
pengendapan tipe mid fan yang terbentuk pada Oligosen Akhir (N2-N3).
2. Formasi Semilir
Secara umum formasi ini tersusun oleh batupasir dan batulanau yang
pada daerah yang sangat dalam, berada pada daerah ambang kompensasi
Umur formasi ini diduga adalah Miosen Awal (N4) berdasarkan pada
3. Formasi Nglanggeran
3
FERRY DANIEL GOLAP | 410015150
1
ketebalan yang cukup besar, bagian yang terkasar dari breksinya hampir
berasal dari gunungapi bawah laut, dalam lingkungan laut, dan proses
diatas Formasi Semilir. Namun perlu diingat bahwa kontak yang tajam
sedang atau rendah menjadi energi tinggi tanpa harus melewati kurun
waktu geologi yang cukup lama. Hal ini sangat biasa dalam proses
4. Formasi Sambipitu
3
FERRY DANIEL GOLAP | 410015150
2
batupasir yang bersifat gampingan. Pada batupasir gampingan ini sering
dijumpai fragmen dari koral dan foraminifera besar yang berasal dari
yang lebih dalam akibat arus turbid. Ke arah atas, Formasi Sambipitu
5. Formasi Oyo-Wonosari
terendapkan pada kondisi laut yang lebih dalam, seperti yang terlihat
menunjukkan sortasi butir dan pada bagian yang halus banyak dijumpai
fosil jejak tipe burial yang terdapat pada bidang permukaan perlapisan
3
FERRY DANIEL GOLAP | 410015150
3
Ke arah lebih muda, Anggota Oyo ini bergradasi menjadi dua fasies
3
FERRY DANIEL GOLAP | 410015150
4