Anda di halaman 1dari 3

Pulau Besar Di Indonesia

Di Kepulauan Indonesia terdapat banyak deretan pulau – pulau yang membentang dari Sabang
sampai Meroke yang menyebabkan Indonesia memiliki beranekaragam suku, budaya , agama , adat , flora
dan fauna, kondisi geologi dll.

Di Indonesia terdapat deretan pulau – pulau besar dan kecil. Salah satu yang termaksud kedalam pulau
– pulau besar adalah Pulau Papua , Sulawesi , Kalimantan , Sumatra, serta Pulau Jawa. Berikut kami akan
menjelaskan proses terbentuknya pulau – pulau besar di Indonesia.

1. Pulau Papua

Pulau Papua mulai terbentuk pada 60 juta tahun yang lalu. Saat itu, pulau ini masih berada di dasar laut
yang terbentuk oleh bebatuan sedimen. Pengendapan intensif yang berasal dari benua Australia dalam
kurun waktu yang panjang menghasilkan daratan baru yang kini bernama Papua. Saat itu, Papua masih
menyatu dengan Australia. Berikut penjelasan lebih lanjut.

Saat itu, benua Australia dengan benua - benua yang lain dipisahkan oleh lautan. Di lautan bagian utara
itulah batuan Pulau Papua mengendap yang menjadi bagian dari Australia akan muncul di kemudian hari.

Pengendapan yang sangat intensif dari benua kanguru ini, akhirnya mengangkat sedimen batu ke atas
permukaan laut Proses ini masih ditambah oleh terjadinya tumbukan lempeng antara lempeng Indo -
Pasifik dengan Indo - Australia di dasar laut. Tumbukan lempeng ini menghasilkan busur pulau, yang
juga menjadi cikal bakal dari pulau dan pegunungan di Papua

Sementara terpisahnya daratan Australia dengan Papua oleh lautan berawal dari berakhirnya zaman
es yang terjadi pada 15.000 tahun yang lalu. Mencairnya es menjadi lautan pada akhirnya memisahkan
daratan Papua dengan benua Australia

Umur Pulau Papua ini masih dikategorikan muda sehingga proses pengangkatan pulau masih terus
berlangsung hingga saat ini. Ini juga alasan dari penyebutan Papua New Guinea bagi Pulau Papua, yang
artinya adalah sebuah pulau yang masih baru.

2. Pulau Sulawesi

Secara umum Sulawesi terletak pada pertemuan 3 Lempeng besar yaitu Eurasia, Pasifik,dan Indo-
Australia serta sejumlah lempeng lebih kecil (Lempeng Filipina) yang menyebabkan kondisi tektoniknya
sangat kompleks. Kumpulan batuan dari busur kepulauan, batuan bancuh, ofiolit, dan bongkah dari
mikrokontinen terbawa bersama proses penunjaman, tubrukan, serta proses tektonik lainnya (Van
Leeuwen, 1994).

Secara geologik pulau Sulawesi sangat labil secara karena dilintasi patahan kerak bumi lempeng Pasifik
dan merupakan titik tumbukan antara Lempeng Asia, Lempeng Australia dan Lempeng Pasifik.

Secara geologis, Pulau Sulawesi dan sekitarnya merupakan daerah kompleks. Kompleksitas ini
disebabkan oleh konvergensi antara tiga lempeng litosfer: lempeng Australia yang bergerak ke utara,
lempeng Pasifik ke arah barat-bergerak, dan lempeng Eurasia selatan-tenggara-bergerak.

Berdasarkan keadaan litotektonik Pulau Sulawesi dibagi 4 yaitu:

1. Mandala barat (West & North Sulawesi Volcano-Plutonic Arc) sebagai jalur magmatik
(Cenozoic Volcanics and Plutonic Rocks) yang merupakan bagian ujung timur Paparan Sunda;

2. Mandala tengah (Central Sulawesi Metamorphic Belt) berupa batuan malihan yang
ditumpangi batuan bancuh sebagai bagian dari blok Australia

3. Mandala timur (East Sulawesi Ophiolite Belt) berupa ofiolit yang merupakan segmen dari
kerak samudera berimbrikasi dan batuan sedimen berumur Trias-Miosen

4. Banggai–Sula and Tukang Besi Continental fragments kepulauan paling timur Banggai-Sula
dan Buton merupakan pecahan benua yang berpindah ke arah barat karena strike-slip faults dari New
Guinea.

3. Pulau Kalimantan

Pulau Kalimantan terbentuk dari pecahan super benua pada awal terbentuknya permukaan bumi, sesuai
teori Plate Tectonic yang menyebutkan bahwa dahulu seluruh daratan di muka bumi ini adalah satu
daratan yang maha luas bernama Pangea lalu terpecah menjadi dua yaitu Godwana(di Selatan) dan
Laurasia(di Utara). Seiring waktu berjalan kedua lempeng besar tersebut terpecah-pecah kembali menjadi
pecahan benua-benua seperti sekarang ini, Asia, Afrika, Amerika, Australia, dulunya adalah satu pualu
besar.

4. Pulau Sumatra

Pulau Sumatra tersusun atas dua bagian utama, sebelah barat didominasi oleh keberadaan lempeng
samudera, sedang sebelah timur didominasi oleh keberadaan lempeng benua. Berdasarkan gaya gravitasi,
magnetisme dan seismik ketebalan sekitar 20 kilometer, dan ketebalan lempeng benua sekitar 40
kilometer (Hamilton, 1979).

Sejarah tektoik Pulau Sumatra berhubungan erat dengan dimulainya peristiwa

pertumbukan antara lempeng India-Australia dan Asia Tenggara, sekitar 45,6 juta tahun yang lalu, yang
mengakibatkan rangkaian perubahan sistematis dari pergerakan relatif lempeng-lempeng disertai dengan
perubahan kecepatan relatif antar lempengnya berikut kegiatan ekstrusi yang terjadi padanya. Gerak
lempeng India-Australia yang semula mempunyai kecepatan 86 milimeter/tahun menurun menjaedi 40
milimeter/tahun karena terjadi proses tumbukan tersebut. (Char-shin Liu et al, 1983 dalam Natawidjaja,
1994). Setelah itu kecepatan mengalami kenaikan sampai sekitar 76 milimeter/ tahun (Sieh, 1993 dalam
Natawidjaja, 1994). Proses tumbukan ini pada akhirnya mengakibatkan terbentuknya banyak sistem sesar
sebelah timur India.

Keadaan Pulau Sumatra menunjukkan bahwa kemiringan penunjaman, punggungan busur muka dan
cekungan busur muka telah terfragmentasi akibat proses yang terjadi. Kenyataan menunjukkan bahwa
adanya transtensi (trans-tension) Paleosoikum Tektonik Sumatra menjadikan tatanan Tektonik Sumatra
menunjukkan adanya tiga bagian pola (Sieh, 2000). Bagian selatan terdiri dari lempeng mikro Sumatra,
yang terbentuk sejak 2 juta tahun lalu dengan bentuk geometri dan struktur sederhana, bagian tengah
cenderung tidak beraturan dan bagian utara yang tidak selaras dengan pola penunjaman.

5. Pulau Jawa

Pada dasarnya perkembangan tektonik dari Pulau Jawa itu tidak jauh berbeda dari Pulau Sumatra yang
berada di sebelah barat lautnya. Hal ini dikarenakan pada awal Paleogen, Pulau Jawa dan Sumatra masih
berada dalam bagian batas tepi lempeng mikro Sunda dan juga masih berada dalam satu sistem palung
busur yang sama, yaitu hasil interaksi konvergen antara lempeng

Australia (Indo-Australia) dengan lempeng Eurasia (lempeng mikroSunda). Ketika Eosen, pulau Jawa
bagian utara yang semula berupa daratan,menjadi tergenang oleh air laut dan membentuk cekungan
geosinklin. Ketika pertengahan Eosen, terbentang sesar purba dari Jawa hingga ke Meratus yang dikenal
dengan Luk-Ulo Meratus. Sesar tersebut membentang ke utara timur membelah laut Jawa sampai bagian
tenggara Kalimantan.

Pada kala Oligosen, hampir seluruh pulau jawa mengalami pengangkatan, sehingga menjadi geantklin
yang disebut geantklin Jawa.Pada saat itu muncul beberapa gunung api di Jawa bagian selatan. Pulau
Jawa yang semula merupakan geantiklin berangsur-angsur mengalami penurunan lagi sehingga pada
Miosen bawah terjadi genang laut. Gunung api yang bermunculan di bagian selatan membentuk pulau-
pulau gunung api. Pada pulau-pulau tersebut terdapat endapan breaksi vulkanik dan endapan-endapan
laut. Semakin jauh dari pantai terbentuk endapan gamping koral dan gamping foraminifera. Pada Miosen
tengah di sepanjang pulau Jawa bagian selatan, pembentukan gamping koral terus berkembang dengan
diselingi batuan vulkanik. Kemudian pada Miosen atas terjadi pengangkatan pada seluruh lengkung
Sunda-Bali dan bagian selatan Jawa. Keberadaan pegunungan Jawa bagian selatan ini tetap bertahan
sampai sekarang dengan batuan penyusun yang didominasi oleh batuan kapur yang dibeberapa tempat
diselingi oleh munculnya vulkanik atau bentuk intrusi yang lain.

Anda mungkin juga menyukai