Anda di halaman 1dari 10

I.

PENDAHULUAN

Pulau Bali dan Pulau Nusa Tenggara merupakan dua buah pulau yang terletak masing-
masing di tengah dan di kawasan timur Indonesia. Kedua pulau tersebut memiliki karakteristik
yang kompleks, baik dari segi geologis maupun geomorfologisnya. Hal ini dikarenakan kedua
pulau tersebut terdiri atas beberapa pulau kecil dan terletak pada beberapa sistem geologis
Indonesia. Kedua factor diatas merupakan factor yang saling berkaitan satu sama lain. Bentukan
lahan atau fisiografi sangat berkaitan erat dengan kondisi serta aktivitas geologinya, begitu pula
pada kedua pulau tersebut.

Pengkajian stuktur geologi dan geomorfologi membantu kita untuk mengetahui pengaruh
dari pertemuan lempeng tektonik, mengetahui parameter oseanografi seperti pengaruhnya
terhadap nilai densitas di Samudra Hindia.

II. ISI

KONDISI GEOLOGI

Kondisi geologi regional Bali dimulai dengan adanya kegiatan di lautan selama kala
Miosen Bawah yang menghasilkan batuan lava bantal dan breksi yang disisipi oleh batu
gamping. Di bagian selatan terjadi pengendapan oleh batu gamping yang kemudian membentuk
Formasi Selatan. Di jalur yang berbatasan dengan tepi utaranya terjadi pengendapan sedimen
yang lebih halus. Pada akhir kala Pliosen, seluruh daerah pengendapan itu muncul di atas
permukaan laut. Bersamaan dengan pengangkatan, terjadi pergeseran yang menyebabkan
berbagai bagian tersesarkan satu terhadap yang lainnya. Umumnya sesar ini terbenam oleh bahan
batuan organik atau endapan yang lebih muda. Selama kala Pliosen, di lautan sebelah utara
terjadi endapan berupa bahan yang berasal dari endapan yang kemudian menghasilkan Formasi
Asah. Di barat laut sebagian dari batuan muncul ke atas permukaan laut. Sementara ini semakin
ke barat pengendapan batuan karbonat lebih dominan. Seluruh jalur itu pada akhir Pliosen
terangkat dan tersesarkan.

Nusa tenggara berada diantara bagian timur pulau Jawa dan kepulauan Banda tediri dari
pulau-pulalu kecil dan lembah sungai. Secara fisik, dibagian utara berbatasan dengan pulau
Jawa, bagian timur dibatasi oleh kepulauan Banda, bagian utara dibatasi oleh laut Flores dan
bagian selatan dibatasi oleh Samudra Hindia. Secara geologi nusa tenggara berada pada busur
Banda. Rangkaian pulau ini dibentuk oleh pegunungan vulkanik muda. Pada teori lempeng
tektonik, deretan pegunungan di nusa tenggara dibangun tepat di zona subduksi indo-australia
pada kerak samudra dan dapat di interpretasikan kedalaman magmanya kira-kira mencapai 165-
200 km sesuai dengan peta tektonik Hamilton (1979).

Lempeng tektonik kepulauan Indonesia terletak di penggabungan tiga lempeng utama


diantaranya lempeng indo-australia, Eurasia dan pasifik. Interaksi dari ke tiga lempeng tersebut
menimbulkan kompleks tektonik khususnya di perbatasan lempeng yang terletak di timur
Indonesia. Sebagian besar busur dari kepulauan Nusa Tenggara dibentuk oleh zona subduksi dari
lempeng Indo-australia yang berada tepat dibawah busur Sunda-Banda selama diatas kurun
waktu tertier yang mana subduksi ini dibentuk didalam busur volcanik kepulauan Nusa
Tenggara. Bagaimanapun juga ada perbedaan-perbedaan hubungan dari análisis kimia diantara
batuan volkanik pada kepulauan Nusa Tenggara. Busur volkanik pada bagian timur wilayah
sunda secara langsung dibatasi oleh kerak samudra yang keduanya memiliki karakteristik kimia
yang membedakanya dari lava pada bagian barat busur Nusa Tenggara. Menurut Hamilton
dibagian barat barisan pegunungan Nusa Tenggara dibentuk pada massa Senozoic.

Batuaan Volkanik didalam busur Banda dari kepulauan Nusa Tenggara yang diketahui
lebih tua dari batuan pada awal miocene, ditemukan pada kedalaman 150 km dibawah zona
gempa. Wilayah seismic di Jawa terbentang pada kedalaman maksimal 600 km ini merupakan
indikasi dari subduksi dari sub-ocean lithosfer milik lempeng Australia.yang terletak dibawah
busur Banda. Pada awal pleistosen di seberang Timor menunjukkan adanya tabrakan dari Timor
dengan Alor dan Wetar, setelah semua lautan dimusnahkan oleh zona subduksi.
Ukuran dari deretan kepulauan volkanik perlahan-lahan akan semakin kecil dari timur pulau
Jawa, Bali, Lombok, Sumbawa , Flores, Wetar sampai ke Banda. Penurunan ini sangat terlihat
nyata pada bagian timur Wetar, kemungkinan ini karena pantulan jumlah subduksi dari kerak
samudra, Yang secara tidak langsung gerakannya berupa dip-slip di bagian barat Wetar dan
gerakan strike-slip dibagian timurnya. Kemungkinan busur vulkanik dibagian timur wetar lebih
muda dan kemungkinan busur volkanik yang asli di bagian timur Wetar telah disingkirkan oleh
pinggiran batas benua Australia.
Sesuai dengan teori tektonik lempeng, Nusa Tenggara dapat dibagi menjadi menjadi 4
struktur tektonik yaitu busur belakang yang terletak di laut Flores, busur dalam yang dibentuk
oleh kepulauan vulkanik diantaranya Bali, Lombok, Sumbawa, Cómodo, Rinca, Flores, Andora,
Solor, Lomblen, Pantar, Alor, Kambing dan Wetar. Busur volkanik luar yang dibentuk oleh
kepulauan non-volkanik diantaranya Dana, Raijua, Sawu, Roti, Semau dan Timor, dan dibagian
depan busur dibagi kedalam dua bagian yaitu inner arc (busur dalam) dan outer arc (busur luar)
dan bagian dalam ialah lembah yang dalam diantaranya lembah (basin) Lombok dan Sawu.

a. Bali

Pulau Bali yang terletak pada 8°3'40" - 8°50'48" LS dan 114°25'53" - 115°42'40" BT
merupakan kawasan dengan aktifitas kegempaan yang tinggi di Indonesia. Pulau Bali merupakan
bagian dari busur kepulauan Sunda kecil yang terbentuk sebagai akibat proses subduksi
Lempeng Indo - Australia ke bawah Lempeng Eurasia. Busur Sunda kecil ditandai oleh bidang
pusat gempa yang menukik yang dikenal sebagai Zona Benioff Wadati. Subduksi Lempeng
Indo-Australia terhadap Lempeng Eurasia dengan kecepatan 7 cm per tahun (Demets dkk, 1994)
merupakan penyebab aktifnya sesar di Bali dan sekitarnya. Berdasarkan kondisi tektonik ini,
maka Bali memiliki dua jenis pembangkit gempabumi, yakni aktifitas subduksi lempeng di
selatan Bali dan aktifitas sesar – sesar lokal yang dihasilkan oleh gerakan subduksi lempeng
tersebut.

Akibat subduksi di selatan Jawa, maka gempabumi yang terjadi semakin ke utara semakin
dangkal. Sekitar 150 s.d 200 km dari pesisir selatan Bali, kedalaman gempabumi berkisar 150 s.d
200 km, sedangkan gempabumi yang semakin ke utara memiliki kedalaman yang mencapai 600
km. Di daerah daratan Pulau Bali terjadi gempabumi yang bervariasi kedalamannya, yaitu 100
s.d 200 km. Aktifitas gempabumi dangkal juga terjadi di daratan Pulau Bali dan cekungan Bali
di sebelah utara Pulau Bali. Cekungan ini merupakan akibat dari struktur geologi sesar naik
belakang busur (BMKG, 2019).

b. Nusa Tenggara Barat

Berdasarkan tatanan geologi Indonesia, Wilayah Nusa Tenggara Barat terletak pada
pertemuan dua lempeng besar (Lempeng Hindia-Australia dan Lempeng Eurasia) yang
berinteraksi dan saling berbenturan satu dengan yang lain. Batas kedua lempeng ini merupakan
daerah yang sangat labil ditandai dengan munculnya tiga gunungapi aktif tipe A (Rinjani,
Tambora dan Sangeangapi).

Struktur geologi yang kita jumpai di Jawa dapat ditelusuri sampai di pulau Flores. Hanya
geantiklinalnya sebagian besar telah mengalami Tektonik Sekunder Dermal meluncur ke dasar
laut di sebelah utaranya. Stutterhein (1922) mengemukakan bahwa berdasarkan sejarah Hindu,
pulau Bali terpisah dari Pulau Jawa pada tahun 280M. Perluasan ke timur dari busur dalam
vulkanis adalah rangkaian pulau-pulau Bali-Lombok-Sumbawa-Flores. Di setiap pulau tersebut
dijumpai Zone-zone seperti di Jawa Timur misalnya zone Solo yang terisi vulkan kuarter
menempati bagian utara Pulau Bali (G. Batur, G Agung), bagian utara pulau Lombok (G.
Rinjani), mulai tidak nampak di Pulau Sumbawa karena geantiklinalnya tenggelam di dasar laut
membentuk teluk Sholeh, di P. Flores bekas geantiklinalnya masih nampak Di pulau Komodo
dan P. Rinca dan juga Teluk Maumere di Flores Timur. Busur luar non vulkanisnya berupa
punggungan dasar laut sebelah selatan deretan pulau-pulau tersebut.

c. Nusa Tenggara Bagian Timur

Wilayah Kepulauan Nusa Tenggara timur dan sekitarnya merupakan bagian dari kerangka
sistem tektonik Indonesia. Daerah ini termasuk dalam jalur pegunungan Mediteranian dan berada
pada zona pertemuan lempeng. Pertemuan kedua lempeng ini bersifat konvergen, di mana
keduanya bertumbukan dan salah satunya, yaitu lempeng Indo-Australia, menyusup ke bawah
lempeng Eurasia. Batas pertemuan lempeng ini ditandai dengan adanya palung lautan (oceanic
trough), terbukti dengan ditemukannya palung di sebelah selatan Pulau Timor yang dikenal
sebagai Timor through.

Pergerakan lempeng Indo- Australia terhadap lempeng Eurasia mengakibatkan daerah


Kepulauan Alor sebagai salah satu daerah yang memiliki tingkat kegempaan yang cukup tinggi
di Indonesia berkaitan dengan aktivitas benturan lempeng (plate collision). Pergerakan lempeng
ini menimbulkan struktur-struktur tektonik yang merupakan ciri-ciri sistem subduksi, yaitu
Benioff Zone, palung laut, punggung busur luar (outer arc ridge), cekungan busur luar (outer arc
basin), dan busur pegunungan (volcanic arc). Selain kerawanan seismik akibat aktivitas benturan
lempeng, kawasan Alor juga sangat rawan karena adanya sebuah struktur tektonik sesar naik
belakang busur kepulauan yang populer dikenal sebagai back arc thrust. Struktur ini terbentuk
akibat tunjaman balik lempeng Eurasia terhadap lempeng Samudra Indo-Australia. Fenomena
tumbukan busur benua (arc-continent collision) diduga sebagai pengendali mekanisme deformasi
sesar naik ini.

ARLINDO DAN ARMONDO

Perairan Lombok memiliki ciri khas tersendiri karena perairan ini dipengaruhi oleh massa
air laut yang berbeda, yaitu dari Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Lombok memiliki selat
yang diberi nama Selat Lombok, yang terletak di sebelah barat dari Pulau Lombok dan menjadi
pembatas antara Pulau Lombok dan Pulau Bali. Selat Lombok adalah perairan yang dinamis, dari
utara mengalir Arus Lintas Indonesia (ARLINDO) yang membawa massa air hangat dari
Samudra Pasifik menuju Hindia sepanjang tahun dan mengalir pula Arus Munson Indonesia
(ARMUNDO) yang membawa massa air dari Laut Cina Selatan. Pada masa peralihan musim di
bulan April/Mei dan November/Desember arus yang bergerak ke selatan berbalik ke utara karena
pengaruh masuknya gelombang Kelvin dari ekuator Samudra Hindia (Sprintall et al., 2000).
ARLINDO sendiri memasuki perairan Indonesia dari Samudra Pasifik melalui lapisan termoklin
(Hautala, et al, 1996). Selat Lombok dan Ombai merupakan pintu-pintu keluar ARLINDO dari
perairan Indonesia menuju Samudra Hindia. Pengetahuan tentang parameter oseanografi yang
dihubungkan dengan diagram temperatur dan salinitas sangat diperlukan untuk mempelajari
karakteristik dan dinamika massa air di Selat Lombok. Diagram Temperatur-Suhu suatu perairan
dapat memberikan gambaran dari mana massa air di suatu perairan berasal (Harvianto et al.,
2015).

a. ARLINDO (Arus Lintas Indonesia)

Fenomena Arus Lintas Indonesia (Arlindo) merupakan salah satu ciri khas sistem arus di
Indonesia. Arlindo merupakan suatu sistem sirkulasi laut di perairan Indonesia dimana terjadi
lintasan arus yang membawa massa air dari Samudra Pasifik ke Samudra Hindia. Massa air
Pasifik tersebut terdiri atas massa air Pasifik Utara dan Pasifik Selatan (Wyrtki, 1961 dalam
Fieux et al., 1996). Arlindo terjadi disebabkan oleh perbedaan tinggi muka laut antara Lautan
Pasifik dan Lautan Hindia, yaitu permukaan bagian tropik Lautan Pasifik Barat lebih tinggi dari
pada Lautan Hindia bagian timur, sehingga terjadi gradien tekanan yang mengakibatkan
mengalirnya arus dari Lautan Pasifik ke Lautan Hindia (Hasanudin, 1998). Arlindo membawa
massa air Samudra Pasifik memasuki perairan Indonesia melalui dua jalur, yaitu jalur barat yang
masuk melalui Laut Sulawesi lalu ke Selat Makassar, Laut Flores, dan ke Laut Banda. Jalur
kedua adalah jalur timur yang melalui Laut Maluku dan Laut Halmahera lalu ke Laut Banda.
Massa air ini akan keluar menuju Samudra Hindia terutama melalui Laut Timor. Jalur keluar
lainnya melalui Selat Ombai, yaitu selat antara Alor dan Timor, serta melalui Selat Lombok
(Fieux, et al., 1996 dalam Harvianto et al., 2015).

Ketiadaan Arlindo akan meningkatkan permukaan laut di Pasifik dan menurunkannya di


Hindia sebanyak 2 s/d 10 cm. Sumber air yang dibawa oleh Arlindo berasal dari Lautan Pasifik
bagian utara dan selatan. Perairan Selat Makassar dan Laut Flores lebih banyak dipengaruhi oleh
massa air laut Pasifik Utara, sedangkan Laut Seram dan Halmahera lebih banyak dipengaruhi
oleh massa air dari Pasifik Selatan (Wyrtki, 1987 dalam Harvianto et al., 2015).

Tabel 1 . Karakteristik massa air samudra pasifik dan transformasinya di samudra hindia
b. ARMONDO (Arus Monsun Indonesia)

Sistem angin monsun adalah sistem pola angin yang terjadi di Indonesia yang terjadi
karena letak Indonesia yang berada diantara benua Asia dan Australia. Angin Monsun bertiup
dari suatu daerah ke daerah lain dengan arah tertentu pada suatu periode, sedangkan pada periode
lainnya angin bertiup ke arah yang berlawanan. Terjadinya angin Monsun ini disebabkan oleh
perbedaan tekanan udara antara daratan Asia dan Australia (Wyrtki, 1961). Pada bulan
Desember-Februari di belahan Bumi utara terjadi musim dingin sehingga memiliki tekanan
tinggi, sedangkan di belahan Bumi selatan terjadi musim panas dengan tekanan rendah. Pusat
tekanan tinggi di daratan Asia dan pusat tekanan rendah di daratan Australia menyebabkan angin
berhembus dari daratan Asia menuju Australia. Angin ini dikenal di sebelah selatan khatulistiwa
sebagai angin Monsun Barat Laut atau Angin Monsun Barat. Sebaliknya pada bulan Juli-Agustus
berhembus angin Monsun Tenggara atau Angin Monsun Timur dari daratan Australia yang
bertekanan tinggi ke daratan Asia yang bertekanan rendah. (Sugiarta,dkk, 2011 dalam Harvianto
et al., 2015).

IKLIM

1. Pengertian Iklim

Iklim adalah Keadaan rata-rata cuaca yang terjadi pada suatu wilayah yang luas dan dalam
kurun waktu yang lama (25- 30 tahun). Berikut ini beberapa pengertian mengenai iklim :

a) Berubahnya kondisi fisik atmosfer bumi antara lain suhu dan distribusi curah hujan
yang membawa dampak luas terhadap berbagai sektor kehidupan manusia. Perubahan
fisik ini tidak terjadi secara sesaan tetapi dalam kurun waktu yang panjang ( Kementrian
lingkungan hidup, 2001 ).
b) Iklim adalah sintesis kejadian cuaca selama kurun waktu yang panjang, yang secara
statistik cukup dapat dipakai untuk menunjukkan nilai statistik yang berbeda dengan
keadaan pada setiap saatnya (World Climate Conference, 1979).
c) Iklim adalah konsep abstrak yang menyatakan kebiasaan cuaca dan unsur-unsur
atmosfer disuatu daerah selama kurun waktu yang panjang (Glenn T. Trewartha, 1980).
2. Macam-macam iklim di Indonesia

Iklim di Indonesia hampir seluruhnya tropis. Seragam air hangat yang membentuk 81%
dari daerah di Indonesia memastikan bahwa suhu di darat tetap cukup konstan, dengan dataran
pantai rata-rata 28 °C, daerah pedalaman dan gunung rata-rata 26 °C, dan daerah pegunungan
yang lebih tinggi, 23 °C. Suhu bervariasi sedikit dari musim ke musim, dan Indonesia relatif
mengalami sedikit perubahan pada panjang siang hari dari satu musim ke musim berikutnya,
perbedaan antara hari terpanjang dan terpendek hari tahun ini hanya empat puluh delapan menit.
Hal ini memungkinkan tanaman dapat tumbuh sepanjang tahun.

Variabel utama iklim di Indonesia tidak suhu atau tekanan udara, namun curah hujan.
Daerah itu kelembaban relatif berkisar antara 70 dan 90%. Angin yang moderat dan umumnya
dapat diprediksi, dengan musim hujan biasanya bertiup dari selatan dan timur pada bulan Juni
hingga September dan dari barat laut pada bulan Desember sampai Maret. Topan dan badai skala
besar menimbulkan bahaya sedikit untuk pelaut di perairan Indonesia; bahaya besar berasal dari
arus deras di saluran.

Iklim yang di kenal di Indonesia ada tiga iklim antara lain terdiri dari iklim musim
(muson), iklim tropika (iklim panas), dan iklim laut.

a. Iklim Musim (Iklim Muson)

Iklim Muson terjadi karena pengaruh angin musim yang bertiup berganti arah tiap-tiap setengah
tahun sekali. Angin musim di Indonesia terdiri atas Musim Barat Daya dan Angin Musim Timur
Laut.

 Angin Musim Barat Daya.

Angin Musim Barat Daya adalah angin yang bertiup antara bulan Oktober sampai April sifatnya
basah. Pada bulan-bulan tersebut, Indonesia mengalami musim penghujan

 Angin Musim Timur Laut.

Angin Musim Timur Laut adalah angin yang bertiup antara bulan April sampai Oktober, sifatnya
kering. Akibatnya, pada bulan-bulan tersebut, Indonesia mengalami musim kemarau.
b. Iklim Tropika (Iklim Panas)

Indonesia terletak di sekitar garis khatulistiwa. Akibatnya, Indonesia termasuk daerah


tropika (panas). Keadaan cuaca di Indonesia rata-rata panas mengakibatkan negara Indonesia
beriklim tropika (panas), Iklim ini berakibat banyak hujan yang disebut Hujan Naik Tropika.
Sebuah iklim tropis adalah iklim yang tropis . Dalam klasifikasi iklim Köppen itu adalah non-
kering iklim di mana semua dua belas bulan memiliki temperatur rata-rata di atas 18 ° C (64 ° F).
Berbeda dengan ekstra-tropis, dimana terdapat variasi kuat dalam panjang hari, dan karenanya
suhu, dengan musim, suhu tropis tetap relatif konstan sepanjang tahun dan variasi musiman yang
didominasi oleh presipitasi. Iklim tropis terletak antara 0° – 231/2° LU/LS dan hampir 40 % dari
permukaan bumi. Ciri-ciri iklim tropis adalah sebagai berikut:

Suhu udara rata-rata tinggi, karena matahari selalu vertikal. Umumnya suhu udara antara
20- 23°C. Bahkan di beberapa tempat rata-rata suhu tahunannya mencapai 30°C. Amplitudo
suhu rata-rata tahunan kecil. Di kwatulistiwa antara 1 – 5°C, sedangkan ampitudo hariannya
lebih besar. Tekanan udaranya rendah dan perubahannya secara perlahan dan beraturan. Hujan
banyak dan lebih banyak dari daerah-daerah lain di dunia

c. Iklim Laut.

Negara Indonesia adalah negara kepulauan. Sebagian besar tanah daratan Indonesia
dikelilingi oleh laut atau samudra. Itulah sebabnya di Indonesia terdapat iklim laut. Sifat iklim ini
lembab dan banyak mendatangkan hujan. Iklim laut berada di daera

 Tropis dan sub tropis. Ciri iklim laut di daerah tropis dan sub tropis sampai garis lintang
40°, adalah sebagai berikut:
a)Suhu rata-rata tahunan rendah;
b)Amplitudo suhu harian rendah/kecil;
c)Banyak awan, dan
d)Sering hujan lebat disertai badai.
 Daerah sedang. Ciri-ciri iklim laut di daerah sedang, yaitu sebagai berikut:
a) Amplituda suhu harian dan tahunan kecil;
b) Banyak awan;
c) Banyak hujan di musim dingin dan umumnya hujan rintik-rintik;
d) Pergantian antara musim panas dan dingin terjadi tidak mendadak dan tiba-tiba.
III. PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai