Anda di halaman 1dari 5

TEKTONIK MALUKU

pulau halmahera dan beberapa pulau-pulau kecil di sekitarnya yang berada di


Indonesia bagian timur merupakan pertemuan 3 (tiga) lempeng yakni lempeng Australia,
lempeng eurasia dan lempeng Samudera philipina. bagian utara halmahera adalah lempeng
samudera philipina yang menunjam ke bagian bawah philipina sepanjang palung philipina
yang merupakan suatu konfigurasi busur kepulauan sebagai hasil tabrakan lempeng di bagian
Barat pasifik. Pulau ini dicirikan dengan Double Arc System yang dibuktikan dengan adanya
endapan vulkanik di lengan barat dan non-vulkanik di lengan timur. Secara geologi dan
tektonik halmahera sangat unik, hal ini karena pulau halmahera terbentuk melalui pertemuan
3 (tiga) lempeng besar yakni eurasaa, pasifik, dan Indo-Australia yang terjadi sejak zaman
kapur.

Halmahera bagian selatan menunjukkan pergerakan miring sesar Sorong ke arah barat
yang bersamaan dengan lempeng Indo-Australia struktur lipatan berupa sinklinal dan
antiklinal terlihat jelas pada Formasi weda yang berumur Miosen tengah hingga
pliosen Awal. Sumbu lipatan derarah Utara-Selatan, timur Laut-barat Daya, dan barat Laut-
tenggara. Struktur sesar yang sering terjadi adalah sesar normal dan sesar naik, umunya
berarah Utara-Selatan dan barat Laut-tenggara. Kegiatan tektonik di pulau halmahera sudah
terjadi sejak zaman Kapur Awal dan Awal tersier, ketidakselarasan antara batuan
berumur paleosen-eosen dengan batuan berumur eosen-Oligosen Awal mencerminkan
kegiatan tektonik sedang berlangsung kemudian diikuti kegiatan gunung api. Sesar naik
akibat tektonik terjadi pada zaman eosen-Oligosen, sedangkan tektonik terakhir terjadi pada
zaman holosen berupa pengangkatan terumbu dan adanya sesar normal yang memotong batu
gamping.

Maluku utara pada dasarnya dibentuk oleh dua sistem punggung yang memusat yakni
Membatasi basin Sulawesi yang cembung ke timur dan Membatasi bagian tengah kelompok
halmahera. Antara Maluku utara dan Maluku selatan dipisahkan oleh sebuah punggungan
yang arahnya timur-barat membujur dari lengan timur Sulawesi ke kepala burung papua
melalui banggai, sula, gomumu (sebelah selatan obi, dan misool). Ambang antara Maluku
utara dan maluku selatan dalam pandangan geo tektonik merupakan batas pemisah antara
sistem orogen pasifik barat dan sistem pegunungan sunda.

Lempeng Eurasia memiliki batas timur di patahan Filipina selatan dan terus ke sesar
Halmahera barat (Silver dan Moore, 1978; dalam Hall 1988). Lempeng Eurasia di wilayah
Asia Tenggara dan Filipina merupakan daerah yang kompleks dan menyangkut banyak
lempeng kecil yang bergerak semi-independen. Salah satunya adalah Lempeng Mindanao
yang dibatasi oleh sesar Filipina di barat dan Palung Filipina di sebelah timur.

Pulau Halmahera terbagi atas 2 mandala utama geologi yaitu Mendala Geologi
Halmahera Timur (Lengan Timur) dan Mendala Geologi Halmahera Barat (Lengan Barat).
Lengan Timur dan Lengan Barat Pulau Halmahera merupakan dua mandala tektonik yang
berbeda. Perkembangan tektonik di lengan timur dapat dikenali berawal dari zaman Kapur
Akhir dan zaman Tersier Awal. Fragmen batuan ultrabasa dan serpih yang diduga berusia
kapur terdapat dalam batuan sedimen Formasi Dorosagu yang berumur Paleosen-Eosen.
Kegiatan tektonik berikutnya terjadi pada akhir Eosen hingga Oligosen awal yang tercermin
dari ketidakselarasan antara Formasi Dorosagu dan Formasi Bacan yang berumur akhir
Oligosen- Miosen Awal. Kegiatan tektonik berikutnya terjadi pada Miosen Tengah, Pliosen-
Plistosen, dan terakhir pada kala Holosen. Kecuali pada kala Holosen kegiatan tektonik
tersebut ditandai terutama oleh penyesaran naik secara intensif serta pelipatan yang menjurus
timur laut dan barat daya. Sesar normal juga banyak terdapat, umumnya berjurus barat laut
dan tenggara. Kegiatan terakhir berupa pengangkatan yang terbukti oleh adanya terumbu
yang terangkat sepanjang pantai.
Lengan barat pulau Halmahera sebagian besar tertutup oleh produk vulkanik muda,
sehingga perkembangan tektonikanya tidak dapat dikenali dengan baik. Batuan tertua adalah
Formasi Bacan yang berumur Oligosen-Miosen yang tersingkap di ujung utara Pulau
Halmahera. saat ini, tektonik lengan barat sangat dipengaruhi oleh pergerakan anatara mikro
kontinen Halmahera dan kerak Samudera laut Sulawesi.

Diselatan Halmahera pergerakan miring sesar Sorong ke arah barat bersamaan dengan
Indo-Australia, struktur lipatan berupa sinklin dan antiklin terlihat jelas pada Formasi Weda
yang berumur Miosen Tengah-Pliosen Awal. Sumbu lipatan berarah utara-selatan, timur laut-
barat daya, dan barat laut-tenggara.

Struktur sesar terdiri dari sesar normal dan sesar naik umumnya berarah utara-selatan
dan barat laut-tenggara. Kegiatan tektonik dimulai pada Kapur Awal dan Tersier Awal,
ketidakselarasan antara batuan berumur Paleosen-Eosen dengan batuan berumur Eosen-
Oligosen Awal, mencerminkan kegiatan tektonik sedang berlangsung kemudian diikuti
kegiatan gunungapi. Sesar naik akibat tektonik terjadi pada zaman Eosen-Oligosen. Tektonik
terakhir terjadi pada zaman Holosen berupa pengangkatan terumbu dan adanya sesar normal
yang memotong batugamping.
Sesar Sorong merupakan retakan besar dalam kerak bumi dan selama 40 juta tahun
telah melepaskan potongan daratan yang luas dari Papua sebelah utara dan pulau-pulau yang
terbentuk karena adanya sesar ini bergeser ke arah barat melintasi lautan ke arah Sulawesi.
Sesar Sorong ini muncul 20 juta tahun yang lalu dan masih aktif berkembang sampai
sekarang. Terlihat dari gambar diatas bahwa sesar ini bukan sesar tunggal melainkan 2 sesar
yang bergabung di daerah sorong dan kemudian terpisah bercabang di wilayah kepala
burung.

Selain Sesar Sorong masih banyak terdapat sesar aktif lain yang berpotensi
menimbulkan gempa merusak di pulau Papua, seperti Sesar Koro yang membentang dari
Raja Ampat sampai Sorong, Sesar Ransiki yang berawal dari Manokwari sampai Ransiki,
sesar Wandamen di sepanjang Teluk Wondama, Sesar Yapen yang membentang dari barat
laut Serui sampai Waropen, Sesar Anjak Argun dan Lipatan Lengguru yang membentang dari
timur laut sampai tenggara Fak-fak.

Di bagian leher burung terdapat Sesar Tarera Aiduna dan Sesar Weyland yang
membentang dari barat daya sampai selatan kota Nabire, Sesar Waipona yang membentang
dari timur laut sampai tenggara Nabire, dan Sesar Direwo yang membentang di utara
Enarotali. Kondisi tektonik seperti yang dimiliki Papua menyebabkan wilayah ini rawan akan
gempa tektonik, terutama gempa dangkal yang sering merusak dan menimbulkan tsunami.

Anda mungkin juga menyukai