Maluku Utara
Kawasan Maluku Utara adalah kawasan yang didominasi oleh perairan,dengan
perbandingan luas daratan dan laut adalah 1 : 3. Kawasan ini terdiri atas 353 pulau dengan luas kira-
kira 32.000 km², yang tersebar di atas perairan seluas 107.381 km². Gugusan kepulauan di kawasan
Maluku Utara terbentuk oleh relief-relief yang besar, Palung-palung samudra, dan Punggung
Pegunungan yang sangat mencolok saling bersambung silih berganti. Secara umum struktur
fisiografi kawasan Maluku Utara terbentuk dari zona pertemuan dua sistem bentang alam. Kedua
sistem bentang alam tersebut antara lain adalah Sistem Bentang Alam Sangihe dan Sistem Bentang
Alam Ternate, dengan batasnya adalah Cekungan Celebes di barat dan Cekungan Halmahera di
timur.
Zona benturan Laut Maluku merupakan bagian yang paling rumit di kawasan ini.
Lempeng Laut Maluku, yaitu sebuah lempeng benua kecil mengalami tumbukan ke Palung
Sangihe di bawah Busur Sangihe di barat dan ke arah timur di bawah Halmahera, sedangkan di
sebelah selatannya terikat oleh Patahan Sorong.
Busur dalam Halmahera yang bersifat vulkanis berkembang di sepanjang pantai barat
Halmahera dan menghasilkan pulau-pulau lautan yang bersifat vulkanis, antara lain adalah :
Ternate, Tidore, Makian dan Moti. Mare terbentuk dari material vulkanis yang terangkat,
sedangkan Kayoa berasal dari terumbu karang yang terangkat. Mayu dan Tifore yang terletak di
sepanjang gigir tengah Laut Maluku yang meninggi merupakan keping Melange aktif .
Pulau Halmahera dan pulau-pulau disekitarnya yang ada di Indonesia bagian Timur
termasuk ke dalam sistem pertemuan 3 (tiga) lempeng yaitu lempeng Australia, lempeng Eurasia,
dan lempeng Samudera Philipina (Hamilton, 1979). Bagian Utara Halmahera merupakan lempeng
Samudera Philipina yang menunjam di bawah Philipina sepanjang palung Philipina yang
merupakan suatu konfigurasi busur kepulauan sebagai hasil tabrakan lempeng di bagian barat
Pasifik. Pulau ini dicirikan dengan Double ArcSystem dibuktikan dengan adanya endapan
vulkanik di lengan barat dan nonvulkanik di lengan timur.
Di selatan Halmahera pergerakan miring sesar Sorong ke arah barat bersamaan dengan
Indo-Australia struktur lipatan berupa sinklin dan antiklin terlihat jelas pada formasi Weda yang
berumur Miosen Tengah-Pliosen Awal. Sumbu lipatan berarah Utara-Selatan, Timur Laut - Barat
Daya, dan Barat Laut-Tenggara.
Maluku memiliki berbagai potensi galian dan mineral yang belum dikembangkan secara
optimal. Emas banyak terdapat di Pulau Wetar dan Lirang, sementara kaolin, pasir kuarsa,
belerang, kapur, batu apung, asbes, mangan, tembaga, krom, dan bahan mineral lainnya tersebar
di 40 daerah lokasi pertambangan di Maluku. Selain itu, telah ditemukan lokasi tambang minyak
dan gas bumi di sekitar pulau Seram, Buru, Kepulauan Aru, dan Tanimbar. Pertambangan dan
bahan galian yang ada di Maluku meliputi antara lain nikel, minyak dan gas, batu apung,
mangan, emas, perak, barite dan merkuri. Perusahaan pertambangan di Maluku pada 1998
berjumlah 24 unit. Jumlah ini mengalami penurunan sekitar 33,33 % dibandingkan tahun
1997.Begitu pula, hasil tambang tahun 1998 yang besarnya mencapai 2.702.524,53 ton
mengalami penurunan drastis. Hal itu disebabkan karena beberapa jenis hasil tambang dan galian
seperti emas, perak, barite dan batu apung tidak berproduksi.
Produksi hasil pertambangan 1997 adalah sebagai berikut: nikel 2.607.458 ton, emas
641.04 kg, perak 6.300 kg, belerang 66.000 kg, batu apung 1.628 ton. Sementara produksi hasil
tambang dan bahan galian pada 1998 meliputi antara lain nikel sebanyak143.487,90 ton, batu
kali 303.275 ton, batu karang 56.870 ton, batu pecah 439.407 ton, kerikil 107.028 ton. Jumlah
total bahan galian yang dihasilkan daerah Maluku pada 1998 mencapai 2.702.524,53 ton.
Industri yang berbasiskan sumber daya alam, khususnya industri pengolahan hasil hutan
dan kelautan, memiliki potensi besar untuk dikembangkan secara lebih maju dan modern. Sejak
1994/1995 hingga 1998/1999 perkembangan industri di Propinsi Maluku meningkat dari tahun
ke tahun. Perkembangan itu terjadi pada kelompok industri anek, industri mesin logam dan
kimia, industri hasil pertanian dan kehutanan, serta industri kecil dan kerajinan.
Selain bahan galian logam dan energi, Maluku memiliki potensi sumberdaya bahan galian
industri yang mempunyai prospek untuk dikembangkan lebih lanjut meliputi:
Batu Gamping. Terdapat di Pulau Buru Kecamatan Leksula, Kabupaten Buru Selatan
(Sungai Waesuwa, Sungai Nalbesi, Gunung Nalbesi, Gunung Leksula, Tanjung Kobatha, dan Desa
Tifu) memiliki cadangan diperkirakan 1.129.000.000 ton dan luas penyebaran 312,5 Ha., serta
Desa Tifu, dengan cadangan sebesar 200.000 ton; Kecamatan Namrole, Kabupaten Buru Selatan
(Desa Fatmite dan Desa Lektamal) memiliki cadangan sebesar 9.880.000 ton.
Belerang. Terdapat di Pulau Damar, Kabupaten MBD (Gunung Wurlali dan Desa Kehli)
memiliki cadangan 1.920 ton dan luas penyebaran 65,24Ha.; Pulau Serua (P. Teon, P. Nila, dan P.
Manuk) dengan luas penyebaran 8,01 Ha.
Marmer. Terdapat di Pulau Seram, Kabupaten Seram Bagian Barat (Gunung Nakele dan
Gunung Kasieh, Kec. Taniwel; Gunung Anuena dan Gunung Keki, Pulau Buano) memiliki
cadangan masing-masing sebaesar 3.733.000.000 ton, 1.047.600.000 ton, 412.799.999 ton, dan
11.200.000 ton.
Peldspar, Lempung, Pasir Kwarsa, Pasir Besi, dan Garnet, yang tersebar pada beberapa
daerah di Provinsi Maluku
Potensi dan indikasi pertambangan yang ada di wilayah KAPET Seram tersebar di beberapa
daerah. Potensi tersebut antara lain : Batu Bara, Batu Gamping, Batu Permata, Gypsum, Granit,
Kerikil, Lempung, Logam Dasar, Marmer, Mika, Nikel, Minyak Bumi.
1. Batu Gamping/Karst
Daerah karst terbentuk oleh pelarutan batuan terjadi di litologi lain, terutama batuan
karbonat lain misalnyadolomit, dalam evaporit seperti halnya gips dan halite, dalam silika seperti
halnya batupasir dan kuarsa, dan dibasalt dan granit dimana ada bagian yang kondisinya
cenderung terbentuk gua (favourable). Daerah ini disebut karst asli. Daerah karst dapat juga
terbentuk oleh proses cuaca, kegiatan hidraulik, pergerakan tektonik, air dari pencairansalju dan
pengosongan batu cair (lava). Karena proses dominan dari kasus tersebut adalah bukan pelarutan,
kita dapat memilih untuk penyebutan bentuk lahan yang cocok adalah pseudokarst (karst palsu).
2. Batu Permata
Batu permata merupakan campuran dari unsur-unsur mineral. Setiap mineral yang dapat
membesar tanpa gangguan akan memperkembangkan bentuk kristalnya yang khas, yaitu suatu
wajah lahiriah yang dihasilkan struktur kristalen (bentuk kristal). Ada mineral dalam
keadaan amorf, yang artinya tak mempunyai bangunan dan susunan kristal sendiri (mis kaca &
opal). Tiap-tiap pengkristalan akan makin bagus hasilnya jika berlangsungnya proses itu makin
tenang dan lambat.
3. Gypsum
Gipsum terbentuk dalam kondisi berbagai kemurnian dan ketebalan yang bervariasi. Gipsum
merupakan garam yang pertama kali mengendap akibat proses evaporasi air laut diikuti oleh
anhidrit dan halit, ketika salinitas makin bertambah. Sebagai mineral evaporit, endapan gipsum
berbentuk lapisan di antara batuan-batuan sedimen batu gamping, serpih merah, batu
pasir, lempung, dan garam batu, serta sering pula berbentuk endapan lensa-lensa dalam satuan-
satuan batuan sedimen. Menurut para ahli, endapan gipsum terjadi pada zaman Permian.
Endapan gipsum biasanya terdapat di danau, laut, mata air panas, dan jalur endapan belerang
yang berasal dari gunung api.
4. Granit
Batuan ini terbentuk dari hasil pembekuan magma berkomposisi asam yang membeku di dalam
dapur magma, sehingga batu ini merupakan jenis batu beku dalam.
5. Lempung
Lempung terbentuk dari proses pelapukan batuan silika oleh asam karbonat dan sebagian
dihasilkan dari aktivitas panas bumi
6. Logam Dasar
Secara umum, proses pembentukan mineral, baik jenis logam maupun non-logam dapat
terbentuk karena proses mineralisasi yang diakibatkan oleh aktivitas magma, dan mineral
ekonomis selain karena aktivitas magma, juga dapat dihasilkan dari proses alterasi, yaitu mineral
hasil ubahan dari mineral yang telah ada karena suatu faktor. Pada proses pembentukan mineral
baik secara mineralisasi dan alterasi tidak terlepas dari proses-proses diantaranya proses
magmatik, pengendapan dan pelapukan, hidrotermal, pegmatif, karbonatit, skarn, dan sublimasi.
7. Marmer
Marmer atau batu pualam merupakan batuan hasil proses metamorfosa atau malihan dari batu
gamping. Pengaruh suhu dan tekanan yang dihasilkan oleh gaya endogen menyebabkan terjadi
rekristalisasi pada batuan tersebut membentuk berbagai foliasi mapun non foliasi.
8. Mika
Mika terbentuk pada tahap akhirdari proses pembekuan magmayang kekentalannya rendah
danbersifat asam. Berwarna putih,kuning, kadang coklat dengantingkat kekerasan 2-2,5.
biasanyaterdapat pada batuan beku danmetamorf
9. Nikel
Nikel terbentuk bersama mineral silikat kaya akan unsur Mg (ex;olivin). Olivin adalah jenis
mineral yang tidak stabil selama pelapukan berlangsung. Saprolite adalah produk pelapukan
pertama, meninggalkan sedikitnya 20% fabric dari batuan aslinya (parent rock). Batas antara
batuan dasar, saprolite dan wathering front tidak jelas dan bahkan perubahannya gradasional.
Endapan nikel laterite dicirikan dengan adanya speroidal weathering sepanjang joints dan
fractures ( boulder saprolite). Selama pelapukan berlangsung, Mg larut dan Silika larut bersama
groundwater. Ini menyebabkan fabric dari batuan induknya is totally change. Sebagai hasilnya,
Fe-Oxide mendominasi dengan membentuk lapisan horizontal diatas saprolite yang sekarang kita
kenal sebagai Limonite. Benar bahwa Nikel berasosiasi dengan Fe-Oxide terutama dari jenis
Goethite. Rata-rata nikel berjumlah 1.2 %.
10. Emas
Emas terbentuk dari proses magmatisme atau pengkonsentrasian di permukaan. Beberapa
endapan terbentuk karena proses metasomatisme kontak dan larutan hidrotermal, sedangkan
pengkonsentrasian secara mekanis menghasilkan endapan letakan (placer).
1. Jay Patton . (2014, 15 November). Earthquake along the Halmahera Arc. Diperoleh 23 Oktober
2015, dari earthjay.com/?p=2040
2. B. Hermanto. 2014. PERKEMBANGAN KERANGKA TEKTONIK LAUT MALUKU,
KEPULAUAN BANGGAI-SULA DAN LAJUR OFIOLIT SULAWESI TIMUR. Pusat survey
Geologi, Jl. Diponegoro No. 57, Bandung 40122. Vol.15.
repository.unhas.ac.id:4001/digilib/files/disk1/382/--bhermanto-19096-1-2_perkem-a.pdf.
Diperoleh 23 Oktober 2015
3. http://annisaainy.blogspot.com/2015/08/potensi-pertambangan-di-kepulauan-maluku.html