Anda di halaman 1dari 14

1.

Maluku Utara
Kawasan Maluku Utara adalah kawasan yang didominasi oleh perairan,dengan
perbandingan luas daratan dan laut adalah 1 : 3. Kawasan ini terdiri atas 353 pulau dengan luas kira-
kira 32.000 km², yang tersebar di atas perairan seluas 107.381 km². Gugusan kepulauan di kawasan
Maluku Utara terbentuk oleh relief-relief yang besar, Palung-palung samudra, dan Punggung
Pegunungan yang sangat mencolok saling bersambung silih berganti. Secara umum struktur
fisiografi kawasan Maluku Utara terbentuk dari zona pertemuan dua sistem bentang alam. Kedua
sistem bentang alam tersebut antara lain adalah Sistem Bentang Alam Sangihe dan Sistem Bentang
Alam Ternate, dengan batasnya adalah Cekungan Celebes di barat dan Cekungan Halmahera di
timur.
Zona benturan Laut Maluku merupakan bagian yang paling rumit di kawasan ini.
Lempeng Laut Maluku, yaitu sebuah lempeng benua kecil mengalami tumbukan ke Palung
Sangihe di bawah Busur Sangihe di barat dan ke arah timur di bawah Halmahera, sedangkan di
sebelah selatannya terikat oleh Patahan Sorong.
Busur dalam Halmahera yang bersifat vulkanis berkembang di sepanjang pantai barat
Halmahera dan menghasilkan pulau-pulau lautan yang bersifat vulkanis, antara lain adalah :
Ternate, Tidore, Makian dan Moti. Mare terbentuk dari material vulkanis yang terangkat,
sedangkan Kayoa berasal dari terumbu karang yang terangkat. Mayu dan Tifore yang terletak di
sepanjang gigir tengah Laut Maluku yang meninggi merupakan keping Melange aktif .
Pulau Halmahera dan pulau-pulau disekitarnya yang ada di Indonesia bagian Timur
termasuk ke dalam sistem pertemuan 3 (tiga) lempeng yaitu lempeng Australia, lempeng Eurasia,
dan lempeng Samudera Philipina (Hamilton, 1979). Bagian Utara Halmahera merupakan lempeng
Samudera Philipina yang menunjam di bawah Philipina sepanjang palung Philipina yang
merupakan suatu konfigurasi busur kepulauan sebagai hasil tabrakan lempeng di bagian barat
Pasifik. Pulau ini dicirikan dengan Double ArcSystem dibuktikan dengan adanya endapan
vulkanik di lengan barat dan nonvulkanik di lengan timur.
Di selatan Halmahera pergerakan miring sesar Sorong ke arah barat bersamaan dengan
Indo-Australia struktur lipatan berupa sinklin dan antiklin terlihat jelas pada formasi Weda yang
berumur Miosen Tengah-Pliosen Awal. Sumbu lipatan berarah Utara-Selatan, Timur Laut - Barat
Daya, dan Barat Laut-Tenggara.

Tektonik Indonesia Timur (Hamilton,2000)


Struktur sesar terdiri dari sesar normal dan sesar naik umumnya berarah Utara-Selatan
dan Barat Laut-Tenggara. Kegiatan tektonik dimulai pada Kapur Awal dan Awal Tersier,
ketidakselarasan antara batuan berumur Paleosen-Eosen dengan batuan berumur Eosen-oligosen
Awal, mencerminkan kegiatan tektonik sedang berlangsung kemudian diikuti kegiatan gunung api.
Sesar naik akibat tektonik terjadi pada jaman Eosen- Oligosen. Tektonik terakhir terjadi pada
jaman Holosen berupa pengangkatan terumbu dan adanya sesar normal yang memotong batu
gamping.
2. Sistem Ternate
a. palung belakang (bagian dari halmahera)
b. busur dalam vulkanis (zona ternate)
c. palung antara (palung-palung morotai-ternate-batjan)
d. busur luar non vulkanis (punggungan snellius-maju-obi)
3. Maluku Selatan/ Busur Banda
Bagian tengah dari basin banda dibatasi oleh dua busur yang sejajar
a. busur dalam (adanya vulkanisme aktif)
b. busur luar (bebas dari vulkanisme)
4. Basin Banda Tengah
Diantara damar dan buru dan juga diantara api dan bada
5. Basin Banda
a. Terdiri dari bagian utara dan selatan
b. Utara (terletak diantara sulawesi dan buru)
c. Selatan (terletak antara batutara dibagian barat dan manuk sebelah timur)
6. Busur banda
Laut Maluku merupakan zona tumbukan busur dengan busur, yang terletak di daerah
pertemuan antara lempeng – lempeng Eurasia, Pasifik dan Filipina (Gambar 1). Disebelah timur
dijumpai busur gunung api aktif Halmahera, dan disebelah barat di jumpai busur gunung api
aktif Sangihe. Data gempa bumi menunjukkan adanya zona Benioff yang menunjam kearah timur
dan yang menunjam kearah barat, atau kearah menjauh dari Laut Maluku. Kedua busur magmatik
didaerah ini di pisahkan oleh jarak terdekat 250k m, dimarta dimasing – masing sisi busur dijumpai
palung sampai 3 k m dalamnya. Di antara palung - palung tersebut di jumpai morfologi tinggi,
yaitu punggungan Mayu - Talaud yang dibeberapa tempat muncul kepermukaan sebagai pulau,
yaitu Pulau Mayu, Pulau Talaud dan Pulau Tifore. Gempa – gempa dangkal terkonsentrasikan
dibawah puncak punggungan tersebut, dan berdasarkan analisis mekanisme fokal menunjukkan
tipe sesar naik (Fitch, 1970) .

a. Struktur Zona Tumbukan


Zona tumbukan Laut Maluku memiliki kesetangkupan struktur yang menonjol.
Punggungan Mayu – Talaud adalah bagian dari punggungan besar yang terdeformasi dan terdiri
atas batuan sedimen klastik. Punggungan tersebut di bagian sisi timur maupun baratnya dibatasi
oleh palung yang juga ditandai oleh adanya kontak sesar naik terhadap bagian depan kedua busur.
Singkapan punggungan tersebut dijumpai di Pulau Mayu, Pulau Talaud dan Pulau Tifore, berupa
batuan sedimen Tersier yang terdeformasi, serta bancuh yang mengandung bongkab – bongkah
aneka ragam batuan, seperti peridotit, serpentinit, gabro, serta batuan gunung api dan sedimen
Tersier dalam matriks yang tergeruskan.
b. Perkembangan Zona Tumbukan
Silver & Moore (1981) menjelaskan bahwa perkembangan struktur zona tumbukan di Laut
Maluku adalah sebagaimana tersaji pada Gambar 3. Diasumsikan bahwa masing - masing system
busur sebelum terjadi tumbukan terdiri atas busur gunung api aktif, kompleks tunjaman, serta
cekungan busur muka. Diduga tunjaman kebarat dibaw ah Kepulauan Sangihe aktif lebih lama
dibanding tunjaman kearah timur dibawah Halmahera. Hal ini didasarkan bahwa zona Benioff
diSangihe lebih dalam dibanding yang di bawah Halmahera, meskipun ini juga dapat
mencerminkan bahwa laju penunjaman dibawah Sangihe lebih cepat. Prosesa krasi kedua
kompleks tunjaman ditafsirkan berhenti ketika keduanya mulai bertumbukan. Selanjutnya, proses
konvergen sitersebut mengakibatkan zona tumbukan terangkat dan te rjadi penebalan di zona ini,
disertai pelipatan dan pensesar - naikan.

POTENSI TAMBANG MINERAL DAN BATUBARA PADA BUSUR HALMAHERA

Maluku memiliki berbagai potensi galian dan mineral yang belum dikembangkan secara
optimal. Emas banyak terdapat di Pulau Wetar dan Lirang, sementara kaolin, pasir kuarsa,
belerang, kapur, batu apung, asbes, mangan, tembaga, krom, dan bahan mineral lainnya tersebar
di 40 daerah lokasi pertambangan di Maluku. Selain itu, telah ditemukan lokasi tambang minyak
dan gas bumi di sekitar pulau Seram, Buru, Kepulauan Aru, dan Tanimbar. Pertambangan dan
bahan galian yang ada di Maluku meliputi antara lain nikel, minyak dan gas, batu apung,
mangan, emas, perak, barite dan merkuri. Perusahaan pertambangan di Maluku pada 1998
berjumlah 24 unit. Jumlah ini mengalami penurunan sekitar 33,33 % dibandingkan tahun
1997.Begitu pula, hasil tambang tahun 1998 yang besarnya mencapai 2.702.524,53 ton
mengalami penurunan drastis. Hal itu disebabkan karena beberapa jenis hasil tambang dan galian
seperti emas, perak, barite dan batu apung tidak berproduksi.
Produksi hasil pertambangan 1997 adalah sebagai berikut: nikel 2.607.458 ton, emas
641.04 kg, perak 6.300 kg, belerang 66.000 kg, batu apung 1.628 ton. Sementara produksi hasil
tambang dan bahan galian pada 1998 meliputi antara lain nikel sebanyak143.487,90 ton, batu
kali 303.275 ton, batu karang 56.870 ton, batu pecah 439.407 ton, kerikil 107.028 ton. Jumlah
total bahan galian yang dihasilkan daerah Maluku pada 1998 mencapai 2.702.524,53 ton.
Industri yang berbasiskan sumber daya alam, khususnya industri pengolahan hasil hutan
dan kelautan, memiliki potensi besar untuk dikembangkan secara lebih maju dan modern. Sejak
1994/1995 hingga 1998/1999 perkembangan industri di Propinsi Maluku meningkat dari tahun
ke tahun. Perkembangan itu terjadi pada kelompok industri anek, industri mesin logam dan
kimia, industri hasil pertanian dan kehutanan, serta industri kecil dan kerajinan.

Deskripsi Fisik Lokasi Kajian


Kepulauan Maluku adalah gugusan pulau-pulau yang terletak di sebelah timur Indonesia,
memiliki panjang 180 kilometer dari utara ke selatan dan lebar 70 kilometer dari barat ke timur.
Berdasarkan keadaan geologis dan fisiografisnya dapat dibagi menjadi dua provinsi, yakni
Halmahera bagian barat dan Halmahera bagian timur laut – tenggara. Halmahera bagian barat
merupakan provinsi yang tersusun dari busur vulkanik Ternate dan Halmahera Barat, sedangkan
Halmahera bagian timur laut – tenggara merupakan provinsi yang tersusun dari melange. Secara
garis besarya, Maluku dapat dibagi menjadi dua bagian yakni Maluku Utara dan Maluku Selatan.
Maluku Utara sebgaian dihubungkan dengan rangkaian pulau-pulau Asia Timur, dan sebagian
sistem Melanesia, sedangkan Maluku Selatan (Busur banda) merupakan suatu bagian dari Sistem
Pegunungan Sunda.
Secara geografis Provinsi Maluku terletak antara 2° 30' - 9° Lintang Selatan dan 124° -
136° Bujur Timur. Batas-batas wilayah provinsi Maluku, sebelah Utara berbatasan dengan Laut
Seram, sebelah Selatan berbatasan dengan Lautan Indonesia dan Laut Arafuru, Sebelah
Timur berbatasan dengan Pulau Irian, dan Sebelah Barat berbatasan dengan Pulau Sulawesi.
Secara geologi Provinsi Maluku terletak diantara pertemuan 3 lempeng utama pembentuk
kerak bumi yaitu lempeng Eurasia (Utara), lempeng Indo Australia (Selatan), dan lempeng
Pasifik (Barat), yang merupakan daerah potensi bagi terbentuknya berbagai cabakan bahan
galian mineral, panas bumi, dan cekungan hydrocarbon yang memungkinkan untuk
dikembangkan. Potensi bahan galian (tambang) dan energi yang potensial untuk dikembangkan
secara komersil antara lain emas, tembaga, nikel, batu gamping, belerang, minyak bumi, dan
energi panas bumi, yang terdapat di berbagai daerah di Provinsi Maluku.

Persebaran Potensi Sumber Daya di Maluku

Potensi Panas Bumi Di Provinsi Maluku


NO. NAMA LOKASI POTENSI KETERANGAN
1. Desa Tulehu, P. Ambon, Kab. Malteng 100 MWe EKSPLORASI
2. Desa Oma, P. Haruku, Kab. Malteng 25 MWe
Desa Nalahia, P. Nusalaut, Kab. 25 MWe
3.
Malteng
4. Desa Tiouw, P. saparua, Kab. Malteng 25 MWe
5. Desa Elpaputih, P. Seram, Kab. Malteng 25 MWe
6. Desa Larike, P. Ambon, Kab. Malteng 25 MWe
7. Desa Waeyapo, P. Buru, Kab. Buru 25 MWe
8. Desa Batabual, P. Buru, Kab. Buru 25 MWe
9. Desa Kapala Madan, P. Buru, Kab, Bursel 25 MWe
Desa Hative Besar, P. Ambon, Kota 25 MWe
10.
Ambon
11. Desa Tawiri, P. Ambon, Kota Ambon 25 MWe
Sumber : Dinas ESDM Provinsi Maluku, 2009

Potensi Bahan Galian Logam di Provinsi Maluku


BAHAN
N LUASCADANGA KETERANGA
GALIA LOKASI KUALITAS
O N N
N
1. Base P. Ambon Au 0,14 ppm 25.725 Ha Hipotetic
Metal - Desa ; Ag 17,1 ppm
Waeheru, Kot ; 200 Ha Hipotetic
a Ambon Cu 1,81% ; Pb
37,88 % ; Zn
- Desa Hila 3,37%
dan Desa
Seit, Ag 1,98gr/ton ;
Kec. Leihitu, Cu 0,01 % ;
Kab. Malteng Fe 6,00% ; Zn
0,16 %
P. Romang Au 2-5,1 gr/ton Hipotetic
- P. Romang, ;
Kab. MBD Ag 9,1 –
18,1% ; Pb
9,74%
P. Haruku Au 0,1 ppm; 648.000 ton Hipotetic
- Desa Aboru, Ag 90 –470%
Kab. Malteng ;
Cu 80% ; Zn
12% ; Pb 90%.
P. Buru Au 0,11% ; Ag 100 Ha Penyelidikan
- Desa 1,01 – 4,65% ; Pendahuluan
Waesele, Kab. Cu 0,01 –
Buru 0,043% ;Fe
1,37 – 4,7%
P. Seram Au 2,4 gr/ton ; Penyelidikan
- Desa Haya, Cu 0,2% ; Pendahuluan
Kec. Tehoru, Pb 1,07% ; Zn
Kab. Maluku 5,5%
Tengah
2. Nikel P. Ambon Penyelidikan
- Desa Ema Pendahuluan
- Desa Ni
Hukurila 0,109 - 0,64%
- Gunung Nona
( Kota Ambon
)
P. Seram N Penyelidikan
- Desa Hualoy o21% - 0,94 Pendahuluan
- Seriholo, %
( Kec. Kairatu,
Kab. SBB )
Sumber : Dinas ESDM Provinsi Maluku, 2009.

Selain bahan galian logam dan energi, Maluku memiliki potensi sumberdaya bahan galian
industri yang mempunyai prospek untuk dikembangkan lebih lanjut meliputi:
 Batu Gamping. Terdapat di Pulau Buru Kecamatan Leksula, Kabupaten Buru Selatan
(Sungai Waesuwa, Sungai Nalbesi, Gunung Nalbesi, Gunung Leksula, Tanjung Kobatha, dan Desa
Tifu) memiliki cadangan diperkirakan 1.129.000.000 ton dan luas penyebaran 312,5 Ha., serta
Desa Tifu, dengan cadangan sebesar 200.000 ton; Kecamatan Namrole, Kabupaten Buru Selatan
(Desa Fatmite dan Desa Lektamal) memiliki cadangan sebesar 9.880.000 ton.
 Belerang. Terdapat di Pulau Damar, Kabupaten MBD (Gunung Wurlali dan Desa Kehli)
memiliki cadangan 1.920 ton dan luas penyebaran 65,24Ha.; Pulau Serua (P. Teon, P. Nila, dan P.
Manuk) dengan luas penyebaran 8,01 Ha.
 Marmer. Terdapat di Pulau Seram, Kabupaten Seram Bagian Barat (Gunung Nakele dan
Gunung Kasieh, Kec. Taniwel; Gunung Anuena dan Gunung Keki, Pulau Buano) memiliki
cadangan masing-masing sebaesar 3.733.000.000 ton, 1.047.600.000 ton, 412.799.999 ton, dan
11.200.000 ton.
 Peldspar, Lempung, Pasir Kwarsa, Pasir Besi, dan Garnet, yang tersebar pada beberapa
daerah di Provinsi Maluku
Potensi dan indikasi pertambangan yang ada di wilayah KAPET Seram tersebar di beberapa
daerah. Potensi tersebut antara lain : Batu Bara, Batu Gamping, Batu Permata, Gypsum, Granit,
Kerikil, Lempung, Logam Dasar, Marmer, Mika, Nikel, Minyak Bumi.

Potensi Sumber Daya & Mineral (Pertambangan)


Cadangan / Luas
Jenis Bahan Galian Cluster Jenis
No Penyebaran
1. Batu Bara Seram 75.245,25 ton
Selatan
2. Batu Gamping Masif, Mineral 120 Juta M3
Seluruh
Kalsit
P.Seram
&Aragonit
3. Batu Permata Seram Barat Mineral Garnet 100 Ha
4. Gypsum Seram Gypsum 750 M2
Selatan
5. Granit Seram Barat 57.600M3
6. Lempung Seram Abu-abu, Hijau Cad.225 Jt ton,
Selatan 300Ha
Seram
Utara
7. Logam Dasar Seram Luas 200 Ha
(BaseMetal) Selatan,
Seram
Barat,
Seram
Utara
8. Marmer Seram Putih Cad: 5.205.199.999
Barat, ton
Seram
Timur
9. Mika Seluruh P, Mineral
Seram Muscovit,
batuan Sekis,
Mineral Biotit,
Batuan Gneis
10. Nikel Seram Barat Batuan Luas 47.200 Ha
Ultramafik
Sumber : Dinas Sumber Daya Mineral
Bahan galian golongan A yang ada di Pulau Seram adalah minyak dan gas bumi yang
telah diketahui keberadaannya tercakup dalam cekungan Seram. Diperkirakan tersimpan
sumberdaya hipotetik sebesar 1.074,0 juta barel dengan sumberdaya terambil hipotetik sebesar
532,0 juta barel.
Bahan galian golongan B seperti bahan emas tersimpan di perbukitan dalam wilayah tiga
kabupaten di pulau Seram. Sedangkan bahan galian golongan C seperti batu gamping/kapur,
mika, sirtu, lempung dan andesit banyak tersebar di Pulau Seram.

Proses Pembentukan Barang Tambang di Maluku


1. Minyak Bumi
Tiga faktor utama dalam pembentukan minyak dan gas bumi yaitu batuan asal,
perpindahan hidrokarbon dari batuan asal menuju batuan reservolr, dan adanya jebakan
biologis.Bahan baku minyak dan gas bumi berasal dari tumbuhan dan hean purba yang mati lalu
terkubur pasir dan lumpur di dasar laut selama jutaan tahun. Selanjutnya akan terbentuk lapisan
sedimen kaya zat organik yang akhirnya membentuk batuan.
Proses ini akan terus berulang selama jutaan tahun. Kemudian lapisan batuan tersebut
akan menyusut dan berpindah tempat akibat aktivitas tektonik, lalu membentuk lapisan yang
kaya zat organic yang akhrinya akan membentuk batuan endapan. Proses ini akan berulang
dimana satu lapisan akan menutupi lapisan sebelumnya selama jutaan tahun. Kemudian lapisan
batuan tersebut ada yang menyusut dan berpindah tempat akibat pergeseran bumi. Tekanan dan
temperatur yang tinggi dari lapisan batuan yang lain akan mendestilasi kandungan bahan organic
pada batuan sedimen lalu mengubahnya menjadi minyak dan gas bumi.
2. Batu Bara
Batu bara terbentuk sejak jaman karbon yaitu zaman pembentukan pegunungan yang
berlangsung antara 360 tahun sampai 290 tahun yang lalu. Batu bara ini berasal dari sisi-sisa
tumbuhan purba yang terakumulasi ( pengumpulan, penimbunan, penghimpunan ) di dalam suatu
cekungan kemudian mengalami proses pembatubaraan yang disebabkan oleh factor tekanan, suh
dan waktu geologi.
Batu bara mengandung unsur-unsur organic yang disebut maseral. Kematangan maseral
merupakan bentuk derajat pembatubaraan ( level of coalification. Proses terbentuknya batu bara
berawal dari endapan tumbuhan yang berubah menjadi gambut ( peat ) kemudian berubah
menjadi batu bara muda ( lignit ) atau pula disebut batu bara cokelat, setelah mendapat pengaruh
suhu dan tekakan secara terus menerus selama jutaan tahun, batu bara muda mengalami
perubahan secara bertahap yang menambah kematangan maseral dan menjadi batu bara
subbituminous, atrasit, dan meta antrasit. Batu bara yang berkualitas tinggi semakin keras dan
warnanya semakin hitam mengkilat dan juga kadar karbonnya meingkat sehingga kandungan
energinya semakin besar.

1. Batu Gamping/Karst
Daerah karst terbentuk oleh pelarutan batuan terjadi di litologi lain, terutama batuan
karbonat lain misalnyadolomit, dalam evaporit seperti halnya gips dan halite, dalam silika seperti
halnya batupasir dan kuarsa, dan dibasalt dan granit dimana ada bagian yang kondisinya
cenderung terbentuk gua (favourable). Daerah ini disebut karst asli. Daerah karst dapat juga
terbentuk oleh proses cuaca, kegiatan hidraulik, pergerakan tektonik, air dari pencairansalju dan
pengosongan batu cair (lava). Karena proses dominan dari kasus tersebut adalah bukan pelarutan,
kita dapat memilih untuk penyebutan bentuk lahan yang cocok adalah pseudokarst (karst palsu).
2. Batu Permata
Batu permata merupakan campuran dari unsur-unsur mineral. Setiap mineral yang dapat
membesar tanpa gangguan akan memperkembangkan bentuk kristalnya yang khas, yaitu suatu
wajah lahiriah yang dihasilkan struktur kristalen (bentuk kristal). Ada mineral dalam
keadaan amorf, yang artinya tak mempunyai bangunan dan susunan kristal sendiri (mis kaca &
opal). Tiap-tiap pengkristalan akan makin bagus hasilnya jika berlangsungnya proses itu makin
tenang dan lambat.
3. Gypsum
Gipsum terbentuk dalam kondisi berbagai kemurnian dan ketebalan yang bervariasi. Gipsum
merupakan garam yang pertama kali mengendap akibat proses evaporasi air laut diikuti oleh
anhidrit dan halit, ketika salinitas makin bertambah. Sebagai mineral evaporit, endapan gipsum
berbentuk lapisan di antara batuan-batuan sedimen batu gamping, serpih merah, batu
pasir, lempung, dan garam batu, serta sering pula berbentuk endapan lensa-lensa dalam satuan-
satuan batuan sedimen. Menurut para ahli, endapan gipsum terjadi pada zaman Permian.
Endapan gipsum biasanya terdapat di danau, laut, mata air panas, dan jalur endapan belerang
yang berasal dari gunung api.
4. Granit
Batuan ini terbentuk dari hasil pembekuan magma berkomposisi asam yang membeku di dalam
dapur magma, sehingga batu ini merupakan jenis batu beku dalam.

5. Lempung
Lempung terbentuk dari proses pelapukan batuan silika oleh asam karbonat dan sebagian
dihasilkan dari aktivitas panas bumi
6. Logam Dasar
Secara umum, proses pembentukan mineral, baik jenis logam maupun non-logam dapat
terbentuk karena proses mineralisasi yang diakibatkan oleh aktivitas magma, dan mineral
ekonomis selain karena aktivitas magma, juga dapat dihasilkan dari proses alterasi, yaitu mineral
hasil ubahan dari mineral yang telah ada karena suatu faktor. Pada proses pembentukan mineral
baik secara mineralisasi dan alterasi tidak terlepas dari proses-proses diantaranya proses
magmatik, pengendapan dan pelapukan, hidrotermal, pegmatif, karbonatit, skarn, dan sublimasi.
7. Marmer
Marmer atau batu pualam merupakan batuan hasil proses metamorfosa atau malihan dari batu
gamping. Pengaruh suhu dan tekanan yang dihasilkan oleh gaya endogen menyebabkan terjadi
rekristalisasi pada batuan tersebut membentuk berbagai foliasi mapun non foliasi.
8. Mika
Mika terbentuk pada tahap akhirdari proses pembekuan magmayang kekentalannya rendah
danbersifat asam. Berwarna putih,kuning, kadang coklat dengantingkat kekerasan 2-2,5.
biasanyaterdapat pada batuan beku danmetamorf
9. Nikel
Nikel terbentuk bersama mineral silikat kaya akan unsur Mg (ex;olivin). Olivin adalah jenis
mineral yang tidak stabil selama pelapukan berlangsung. Saprolite adalah produk pelapukan
pertama, meninggalkan sedikitnya 20% fabric dari batuan aslinya (parent rock). Batas antara
batuan dasar, saprolite dan wathering front tidak jelas dan bahkan perubahannya gradasional.
Endapan nikel laterite dicirikan dengan adanya speroidal weathering sepanjang joints dan
fractures ( boulder saprolite). Selama pelapukan berlangsung, Mg larut dan Silika larut bersama
groundwater. Ini menyebabkan fabric dari batuan induknya is totally change. Sebagai hasilnya,
Fe-Oxide mendominasi dengan membentuk lapisan horizontal diatas saprolite yang sekarang kita
kenal sebagai Limonite. Benar bahwa Nikel berasosiasi dengan Fe-Oxide terutama dari jenis
Goethite. Rata-rata nikel berjumlah 1.2 %.
10. Emas
Emas terbentuk dari proses magmatisme atau pengkonsentrasian di permukaan. Beberapa
endapan terbentuk karena proses metasomatisme kontak dan larutan hidrotermal, sedangkan
pengkonsentrasian secara mekanis menghasilkan endapan letakan (placer).

Kondisi Daerah Maluku Setelah Adanya Eksplorasi dan Eksploitasi


Pertambangan
Wilayah yang menjadi area pertambangan terkikis, dan menyebabkan erosi. Limbah hasil pengolahan tambang juga
mencemari lingkungan. Kegiatan industri tambang yang menggunakan bahan bakar fosil menghasilkan CO 2 yang
menimbulkan efek rumah kaca dan pemanasan global.
REFERENSI :

1. Jay Patton . (2014, 15 November). Earthquake along the Halmahera Arc. Diperoleh 23 Oktober
2015, dari earthjay.com/?p=2040
2. B. Hermanto. 2014. PERKEMBANGAN KERANGKA TEKTONIK LAUT MALUKU,
KEPULAUAN BANGGAI-SULA DAN LAJUR OFIOLIT SULAWESI TIMUR. Pusat survey
Geologi, Jl. Diponegoro No. 57, Bandung 40122. Vol.15.
repository.unhas.ac.id:4001/digilib/files/disk1/382/--bhermanto-19096-1-2_perkem-a.pdf.
Diperoleh 23 Oktober 2015
3. http://annisaainy.blogspot.com/2015/08/potensi-pertambangan-di-kepulauan-maluku.html

Anda mungkin juga menyukai