DISUSUN OLEH:
MUKHTARODIN WIDODO 12/338779/TK/40258
MOCH. ASAD MUZAKKY 12/333875/TK/40216
DOSEN PENGAMPU:
Ir. BUDIANTO TOHA, M. Sc.
YOGYAKARTA
MARET
2015
1. Geologi Regional
I.1. Fisiografi Regional
Secara fisiografis Pulau Timor sendiri dapat dibagi menjadi dua
kawasan yaitu Timor Barat dan Timor Timur. Timor Barat secara umum
disusun oleh barisan perbukitan bergelombang, dataran tinggi, dan dataran
rendah yang tersebar di beberapa tempat. Sementara itu, Timor Timur
Dari gambar di atas secara garis besar Barber (1981) membagi cekungan timor
menjadi 3 formasi, antara lain yaitu Formasi Paraautochtone, Formasi
Allotochtone, dan Formasi Autochtone.
1. Formasi Paraautochtone
Formasi ini merupakan batuan dasar atau basement rock dari Zona Timor
yang terdiri dari Unit Australia Continental Shelf yang dicirikan oleh
sedimen klastik Bisane yang berumur Perm, batugamping dan sedimen
klastik Aitutu berumur Trias, sedimen klastik Wailuli berumur Jura, serta
kalsilutit dan rijang Nakfunu yang berumur Kapur. Adanya kolisi antara
Cablac
(Oligosen-Miosen),
batulempung
bersisik
Autochtone
merupakan
formasi
termuda
berdasarkan
seperti Pulau Tanimbar, Kai, Seram dan Pulau Timor yang merupakan pulau yang
terletak paling selatan dibarisan Busur Banda. Selanjutnya, menurut Barber
(1981) di bagian selatan dari Busur Banda terdapat terusan Timor dengan
kedalaman kurang lebih 3 km dari permukaan air laut yang mana terusan ini
memisahkan antara busur Banda dengan lempeng Indo-Australia.
Selanjutnya, terbentuknya kepulauan di wilayah sekitar Timor erat
kaitannya dengan Busur Banda yang merupakan busur kepulauan ganda
berbentuk tapal kuda yang merupakan pertemuan antara 3 lempeng utama yaitu
Lempeng Indo-Australia, Lempeng Pasifik, dan Lempeng Australia (Hamilton,
1977). Berikut merupakan gambaran struktur-struktur geologi yang terbentuk
akibat dari tatanan tektonik wilayah ini.
Secara umum Busur Banda dapat dibagi menjadi dua bagian, anatar lain yaitu:
1. Busur Banda bagian dalam, merupakan busur vulkanik yang terdiri atas
batuan vulkanik dengan komposisi dominan kalk-alkali, serta endapan
volkaniklastik dan karbonat.
2. Busur Banda bagian luar, terdiri atas campuran batuan beku, sedimen, dan
metamorf dengan struktur geologi yang kompleks. Timor sendiri termasuk
dalam Busur Banda bagian luar.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa geologi Timor yang kompleks
merupakan hasil kolisi dari Lempeng Indo-Australia bagian barat laut dengan
Busur Kepulauan Banda yang merupakan bagian selatan dari Eurasia Continental
Shelf sehingga kerak Benua Australia menunjam di bawah busur kepulauan
dengan arah kecondongan cenderung ke utara. Kolisi ini diperkirakan terjadi pada
Miosen Akhir. Tumbukan awalnya terjadi di bagian tengah Timor dan kemudian
berpindah ke arah baratdaya dengan kecepatan sekitar 110 km/Ma (Harris, 1998).
Setelah proses tumbukan tersebut, terjadi obduksi dari lempeng Busur Banda ke
atas batas pasif lempeng benua Australia. Ini menyebabkan endapan Banda
Allochthon muncul di kerak muka busur sehingga menutupi endapan benua
Australia yang berumur Perm-Trias. Peristiwa tumbukan tersebut berlangsung
hingga sekarang sehingga batuan yang berumur pra Pleistosen terlipat dan
tersesarkan. Kegiatan tektonik yang berlangsung hingga sekarang tercirikan oleh
adanya kegempaan aktif, terobosan mud diapir, serta uplift dan subsiden.
Gambar 5. Penampang Skematik Utara Barat Laut- Tenggara dari Busur Banda
Timurlaut - Baratdaya. Selain itu juga terdapat Sesar Tunsip-Toko yang juga
merupakan sesar mendatar mengiri namun dengan arah bidang sesar yang berbeda
yaitu berarah Baratlaut - Tenggara. Sesar naik banyak dijumpai pada Blok
Kolbano yang secara struktur merupakan jalur anjakan-lipatan. Lipatan yang
terbentuk memiliki sumbu relatif Timur-Barat dan terbentuk pada Plio-Pleistosen.
Arah sesar naik umumnya berarah relatif Timur - Barat dan berasosiasi dengan
terbentuknya lipatan di Kolbano. Sesar mendatar mengiri berkembang intensif di
selatan blok Kolbano dengan arah umum Timurlaut - Baratdaya.
Litologi yang paling banyak ditemukan pada formasi ini adalah biokalkarenit
merah hingga ungu, packstone dan bounstone yang kaya akan debris koral,
crinoid, bryozoa, braciopoda, chepalopoda dan fusilinida. Tipe dari matriknya
adalah mikrit yang telah terkristalisasi oleh semen sparit yang me-replace
sebagian besar dari bioklastiknya. Bagian bawah dari fasies Maubisse
merupakan batugamping masif berwarna putih hingga abu-abu, mikrit berlapis
baik, perselingan klastik yang jarang dan deposit channel yang secara litologi
memiliki persamaan dengan formasi Cribas yang berumur Permian.fragmen
litik dalam batugamping yang menjadi aksesoris pada formasi Maubisse juga
teridentifikasi pada formasi Cribas.
2. Formasi Atahoc
Formasi Atahoc teridentifikasi berumur Sakmarian, Permian awal sesuai
dengan hasil dating pada Ammonoid di bagian Timor Timur (Bird, 1987).
Sedangkan untuk bagian Timor Barat formasi Atahoc tidak tersingkap secara
luas, hanya tersingkap sedikit di sepanjang garis pantai Barat Laut, Sungai
Noil laka dan daerah Nenas yang berada dibagian utara. Batupasir pada
formasi ini memiliki ukuran butir halus, jenis arkose, sortasi sedang,
mengandung kuarsa monokristalin dengan plagioklas subordinate dan felspar
untwinned, fragmen kayu yang mengalami piritisasi,
meter. Dari
Permian, dan salah satunya menunjukkan umur Sakmarian atau lebih muda.
Mengacu kepada hasil analisis Petrografi batupasir diklasifikasikan menjadi
Bimodal, feldspathic litharenit berukuran halus hingga kasar, kuarsa
polikristalin, plagioklas, fragmen volkanik dan echinoderm biolcasts.
Provenance batuan merupakan daerah proksimal hingga batuan beku dasar.
Bird (1987) juga menyebutkan bahwa lokasi deposisi berada di lingkungan
shallow shelf setelah melakukan identifikasi pada komunitas Atomodesme
yang merepresentasikan iklim sedang hingga subtropis pada kedalaman 20
hingga 50 meter.
4. Formasi Niof
Formasi Niof memiliki umur pada rentang Trias awal hingga tengah. Studi
paling komprehensif yang pernah dilakukan pada formasi ini dilakukan oleh
Cook pada tahun 1986, yang dilakukan di daerah Nenas. Tipe perlapisan pada
Formasi Niof umumnya tegas dan menampakkan struktur sedimen yang
banyak. Umum juga ditemukan Slump dengan skala besar, Intraformational
growth faulting,dan struktur sedimen selama pengendapan lainnya. Litologi
dominan menunjukkan batulempung dengan perlapisan tipis hingga laminasi,
serpih berwarna abu-abu, hitam, merah dan coklat, batulanau, batupasir dengan
tipe graywacke, batulempung karbonatan dan batugamping keras. Pada
singkapan Nenas bagian utara di dekat Liliana, terdapat serpih dengan struktur
sedimen laminasi yang menampakkan sejumlah struktur crack hasil desikasi
dengan puncak berbentuk asimentri yang terpisah satu sama lain berjarak 10
hingga 20 sentimeter, dan arah arus purba ke Barat daya. Seperti halnya
formasi Cribas, proses deposisi utama dari formasi ini merupakan dikontrol
oleh arus Turbid dengan setting berupa lingkungan laut dangkal.
5. Formasi Aitutu
Menurut Audley-Charles (1968), litologi paling dominan pada formasi Aitutu
adalah batugamping putih, kadang-kadang pink, berselang-seling dengan
mudstone yang berwarna bervariasi dari abu-abu hingga hitam. Kadang-
(1987)
merupakan
peneliti
pertama
yang mengidentifikasi
keberadaan Formasi Wai luli yang berumur Jura di daerah Timor Barat,
walaupun saat itu distribusi secara luas dari formasi tersebut belum diketahui
sebelumnnya seperti studi yang telah dilakukan sekarang. Litologi yang
mendominasi formasi ini adalah perselang-selingan Shale dan batulempung
Viqueque
yang
digunakan
oleh
Kenyon
(1974)
untuk
batuan sumber yang baik, hal ini karena suksesi sedimen yang berumur kapur
diperkirakan telah cukup mature, yang terletak dibagian utara dari lingkungan
shelf disekitar area Palung Timor(Brown, 1988, Kraus & Parker, 1979,
ITB, 1987). Potensi terbesar yang menjadi batuan sumber adalah sedimen
autotochton berumur mesozoik. Kesimpulan ini dihasilkan setelah dilakukan
studi pada suksesi yang dianggap ekivalen dengan sedimen tersebut, yang
terletak di lingkungan Shelf australia bagian utara dimana teridentifikasi nilai
TOC yang cukup tinggi (diatas 0,5 %), artinya secara temperatur suksesi
tersebut dianggap mature.
Analisis batuan sumber mengindikasikan terdapat potensi batuan sumber
yang baik pada sedimen berumur Kapur yang merupakan bagian dari formasi
Nakfunu yang tersingkap di Pulau Timor bagian selatan. Disamping secara
umum sedimen tersier yang ada di lingkungan Shelf dari australia bagian
barat laut memiliki potensi batuan sumber yang buruk berdasarkan dari nilai
TOC dan Thermal maturation, data yang ada menunjukkan potensi tersebut
semakin meningkat ke arah Timor. Hal ini karena sumber sedimen dari utara
telah menyuplai pada sedimen yang berpotensi tersebut, dan juga karena
Thermal maturation nampak mengalami menigkatan seiring ke arah pulau
Timor.
II. 2. Reservoir and Seal
Studi reservoir pada Shelf Australia bagian barat laut nampak
mengindikasikan bahwa
eksplorasi yang terbatas utamanya bukan karena melawan sifat fisik dari
batuan reservoir yang potensial, tetapi lebih karena menyayangkan timing
akan maturation, yang mana menyebabkan banyak dari hidrokarbon yang
telah terbentuk mengalami gejolak selama proses pensesaran dan erosi yang
berasosiasi dengan proses break-up. Dengan membandingkan pada Shelf
barat laut tepatnya, Area dari Timor dapat dipertimbangkan untuk diletakkan
lebih ke arah basin dan oleh karenanya, intensitas dari uplift dan erosi pada
Shelf akan lebih kecil. Hal ini mungkin dapat meningkatkan potensi reservoir
2) Pada Kala Eosen akhir hingga Miosen awal, terjadi fase deformasi utama
yang terjadi di Timor, utamanya oleh thrust-slices. Fase dari deformasi ini
menjadi penyebab migrasinya hidrokarbon pada sedimen dari Grup
Kalbano dan juga remigrasi hidrokarbon dari sekuen Pre- break up.
3) Deformasi ketiga yang menyebabkan migrasi terjadi pada kala PlioPleistosen. Kondisi geologi dan struktur geologi pada wilayah Timor juga
memungkinkan membentuk stratigraphic trapping. Jebakan karena
struktur berhubungan dengan sesar normal dan reverse fault bersudut
besar,
sedangkan
jebakan
karena
stratigrafi
berasosiasi
dengan
Gambar 7. Paleogeografi wilayah Timor Shelf Barat Laut pada Jaman Trias Akhir
Gambar 8. Korelasi stratigrafi antara suksesi para-autochton (Australian-affinity) dari Timor dengan
Cekungan Bonaparte
DAFTAR PUSTAKA
Hamson, G. 2004. Tectonic Evolution of East Timor and The Banda Arc.
Melbourne: University of Melbourne.
Hamilton, W. 1977. Subduction in The Indonesian Region. Island Arc, Deep Sea
Trenches and Back Arc Basin. Washington D.C.: American Geophysical
Union.:
Charlton, T.R.. 2001. The Petroleum Potential of West Timor, Jakarta: IPA
Proceeding
Harris, Ron. et.al.. 1998. Thermal History of Australian Passive Margin Cover
Sequence Accreted to Timor During Late Neogene Arc-Continent Collision,
Indonesia. London: University Colllege
Brown, Dennis and Ryan, Paul D.. 2011. Arc-Continent Collision. New York:
Springer
Charlton, T.R.2002. The Petroleum Potential of East Timor,: APPEA Journal
____________. Summary of Indonesia basins.
Reed T.A., De Smet M.E.M., Harahap B.H., and Sjapawi A., 1996, Structural and
Depositional History of East Timor, Proceed. Indon. Petrol. Assoc.27th
Ann. Conv. pp 297-312.