Anda di halaman 1dari 5

Nama : Poppy Milta Ferina

NIM : 185090701111004

CONTOH BENTANGLAHAN DI INDONESIA

BENTANGLAHAN FLUVIAL

Bentanglahan fluvial merupakan bentanglahan yang disebabkan karena adanya


proses fluvial yang terjadi akibat proses proses aliran air baik yang memusat (sungai)
maupun aliran permukaan bebas (overlandflow). Proses tersebut mengakibatkan adanya
perubahan bentuk permukaan bumi, proses fluviatil akan menyebabkan terbentuknya
suatu bentang alam yang khas sebagai akibat dari tingkah laku aliran air di permukaan
(Raharjo, 2013).
Di Indonesia banyak sekali bentanglahan fluvial. Salah satunya adalah sungai
Mamberamo yang terletak di provinsi Papua. Sungai ini merupakan sungai terpanjang di
Papua. Ketinggian daerah aliran sungai Mamberamo berkisar dari 5,030 meter terdapat di
pegunungan Jayawijaya, dan 2,193 meter terdapat di pegunungan Foja, hingga ke
kawasan pantai. Sungai Mamberano memiliki panjang 670 km yang berhulu di
Pegunungan Wijaya dan bermuara ke Samudera Pasifik. Pegunungan Jayawijaya
memiliki kemiringan yang cukup curam, sedangkan pada bagian tengah terdapat
cekungan dataran tinggi yang lumayan luas. Lalu di daerah hilir atau terdapat dataran
yang berawa-rawa.Berdasarkan topografinya, Sungai Mamberamo termasuk jenis sungai
meander yang telah membentuk danau tapal kuda. Hal ini karena sungai meander
melewati daratan unutk mengambil jalan pintas kemudian meninggalkan potongan-
potongan sehingga menimbulkan terbentuknya danau tapal kuda tersebut. Sungai
Mamberamo ini tersusun oleh endapan batuan sedimen yang memiliki ketebalan
mencapai ribuan meter dan terpotong-potong oleh struktur geologi yang cuckup rumit.
Oleh karena itu, sungai ini bisa dikatakan memiliki susunan geologi yang menarik. Selain
itu di beberapa tempat yang terletak di sekitar sungai ini, muncul fenomena alam berupa
keluarnya semburan lumpur dari dalam bumi (mudvocano). Hal ini disebabkan karena
wilayah Mamberamo masih dipengaruhi oleh tekanan tektonik aktif. Fenomena
modvocano tersebut dapat dikenali dari pengamatan yang dilakukan di udara, yaitu
terdapat kumpulan lumpur dan pasir berwarna abu-abu berbentuk sirkuler dengan
diameter lebih dari 50 m yang muncul di tengah-tengah hutan lebat (Boissière dkk.,
2014).
Gambar 1 Sungai Mamberamo (Suryadi, 2019)

BENTANGLAHAN PESISIR

Bentanglahan pesisir atau coastal adalah bentanglahan yang dimulai dari garis batas
wilayah laut yang ditandai oleh terbentuknya zona pecah gelombang dan ke arah darat.
Bentanglahan ini dipengaruhi oleh aktivitas marine. Selai itu, proses yang terjadi di
daerah pantai juga mempengaruhi bentuk pantai yang berbeda. Misalnya adalah
pengendapan dari daratan dan laut, arus laut, ombak atau gelombang, tektonik, dan lain-
lain. Dapat dikatakan pula bahwa pesisir adalah wilayah yang berkaitan dengan zona
deposisional. Wilayah tersebut seringkali digunakan secara khusus sebagai wilayah
budidaya atau wilayah terbangun. Hal tersebut disebabkan oleh kemiringan lereng yang
datar sampai dengan landai, sehingga mudah untuk dibangun dan dikelola. Wilayah
pesisir merupakan kawasan peralihan atau pertemuan antara darat dan laut yang secara
fisik merupakan suatu kawasan yang sempit (Hamuna dkk., 2017).

Salah satu contoh bentanglahan pesisir di Indonesia adalah pesisir Pantai Jolosytro
yang terletak di Kecamatan Wates, Kabupaten Blitar yang langsung menghadap ke
Samudera Hindia. Pantai berpasir memiliki panjang sekitar 1,8 km yang membentang
dari sisi timur ke barat dan memiliki luas sekitar 2,7 hektar. Pantai ini memiliki bentuk
garis pantai melengkung ke dalam seperti bulan sabit dan membentuk teluk yang
melindungi perairan pantai dari hantaman ombak langsung. Pantai Jolosutro termasuk
jenis pantai landau karena permukaannya relatif datar. Di bagian sisi timur dan barat dari
ini terdapat bukit yang menjorok ke arah pantai sehingga seperti dinding yang
melindungi. Selain itu pada sisi timur Pantai Jolosutro terdapat bukit dan muara Sungai
Wonosari.hal ini menyebabkan pasir pantai berwarna putih bercampur dengan sedimen
lembut di daerah tersebut sehingga menghasilkan penampakam kecoklatan. Hal ini
merupakan bukti adanya pengaruh erosi lahan terhadap wilayah pantai. Pantai Jolosutro
merupakan pantai dengan tipe berpasir. Hamparan pasir yang membentang di sepanjang
pantai membuat Pantai Jolosutro memiliki keunikan tersendiri. Di bagian bibir pantai,
pasir berwarna kuning. Sedangkan di bagian bukit pasir sampai vegetasi terdekat dengan
pantai berwarna hitam. Hal tersebut disebabkan karena danya endapan pasir besi.
Endapan pasir besi merupakan akibat dari proses sedimentasi oleh proses kimia dan fisika
pada batuan andesit, basaltik, dan vulkanik klastis melalui rombakan geologi atau
terendap pada pantai Jolosutro melelwati Kali Lahar. (Darmawan dkk., 2019).

Gambar 2 Pantai Jolosutro (Google Earth)

BENTANGLAHAN EOLIAN

Bentanglahan eolian merupakan bentanglahan yang terbentuk karena adanya


pengaruh pemasokan pasir, kecepatan angin, dan kerapatan vegetasi. Bentanglahan jenis
ini merupakan bentukan topografis yang terjadi dari pasir yang diendapkan oleh tiupan
angin. Pasir yang membentuk bentanglahan eolian merupakan pasir yang berukuran halus
hingga kasar dengan jumlah yang banyak. Angin yang membentuk bentanglahan eolian
juga harus angin yang mampu mengangkut dan mengendapkan bahan pasir. Angin
membentuk endapan yang terbentuk oleh pengikisn, pengangkutan, dan pengendapan
bahan-bahan tidak kompak (Dibyosaputro, 1988).
Di Indonesia, sa;ah satu contoh bentanglahan eolian adalah lautan pasir Bromo yang
terletak di area Gunung Bromo. Gunung Bromo merupakan gunung api yang masih aktid
yang terletak di Provinsi Jawa Timur. Gunung ini dikelilingi oleh empat kabupaten, yaitu
Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Malang, Kabupaten Pasuruan, dan Kabupaten
Lumajang. Lautan pasir Bromo memiliki luas sekitar 9x10 km yang terletak di ujung
barat daya dari kompleks Kaldera Ngadisari. Lautan pasir ini terbentuk karena adanya
endapan pasir lepas hasil erupsi. Batuan vulkanik yang menyusu lautan pasir ini terdiri
dari pasir vulkanik yang berukuran butir pasir kasar, bom vulkanik, dan batu apung.
Komposisi pasir vulkanik pada kaldera sebagian besar terdiri dari hornblende, plagioklas,
magnetit, piroksen, dan sebagian kecil kyanit dan zircon (Putra, 2018).

Gambar 3 Lautan Pasir Bromo (Google Earth)


DAFTAR PUSTAKA
Boissière, Manuel. dkk. 2014. Pentingnya Sumberdaya Alam bagi Masyarakat Lokal di
Daerah Aliran Sungai Mamberamo, Papua, dan Implikasinya bagi Konservasi.
Jurnal Ethobiologi Tropis. (1) 2, 76-95.
Darmawan, Arief. dkk. 2019. Visualisasi 3d Profil Pantai Jolosutro, Blitar Dengan
Quantum Gis Untuk Perencanaan Wilayah Pesisir. Jurnal Penelitian Perikanan
dan Kelautan. 3(1), 98-104.
Dibyosaputro, Suprapto. 1988. Morfodinamika Pantai Parangtritis Bagian Barat, Jawa
Tengah. Yogyakarta:Fakultas Geografi. UGM.
Hamuna, Baigo. dkk. 2017. Kajian Kerentanan Wilayah Pesisir Ditinjau dari
Geomorfologi dan Elevasi Pesisir Kota dan Kabupaten Jayapura, Provinsi
Papua. Jurnal Wilayah dan Lingkungan. 6(1), 1-14.
Putra, Surya Nugraha Abdi. 2018. Pesona Gunung Bromo Sebagai Wisata Unggulan Di
Pasuruan, Jawa Timur. Makalah.
Raharjo, Puguh Dwi. 2013. Penggunaan Data Penginderaan Jauh Dalam Analisis
Bentukan Lahan Asal Proses Fluvial di Wilayah Karangsambung. Jurnal
Geografi. 10, 167-174.
Suryadi, Agus. 2019. Travel Guide to Mamberamo Raya. Jakarta. Pidii.

Anda mungkin juga menyukai