1.1 Pendahuluan
Di dalam bahasa Indonesia pernah diperkenalkan istilah kras atau curing (pada Kamus Kebumian
Purbo-Hadiwidjojo, 1994), atau kars (sesuai yang tertera pada Kepmen ESDM No. 1456
K/20/MEM/2000). Karena kekhasan bentangalamnya, Cvijic, geologiawan abad 19 yang meneliti daerah
itu mengabadikan dengan istilah kars. Kars diartikan sebagai bentuk bentangalam khas yang
berkembang di suatu kawasan batuan karbonat atau batuan lain yang mudah larut, dan telah
mengalami proses kartifikasi sampai pada kondisi tertentu. Kekhasan ini antara lain dapat dilihat dari
fenomena yang ada di permukaan (exokarst) dan di bawah permukaan (indokarst).
Indonesia mempunyai batuan karbonat yang luasnya mencapai 15,4 juta hektar.
Beberapa diantaranya dikenal telah berkembang menjadi kawasan kars, dan menjadi kawasan
kars penting klas dunia. Kars Gunungsewu (Jawa Tengah Jawa Timur), kars Karangbolong dan
Gombong Selatan (Jawa Tengah), Kars Maros (Sulawesi Selatan), dan beberapa kawasan kars di
Papua merupakan kawasan kars penting kaliber dunia. Pepatah, tidak kenal maka tak sayang,
barangkali cukup pas jika diterapkan pada hubungan kita dengan kawasan-kawasan kars yang
ada di Indonesia. Nampaknya, orang lain lebih mengenal kars kita, dibanding kita mengenalnya.
Ujungnya, mereka lebih menyayangi kawasan itu. Misalnya, pada tahun 1994, kars Gunungsewu
secara aklamasi oleh International Union of Speleoloogy dinyatakan sebagai World Natural
Heritage. Perbukitan-perbukitan konikal yang terbentuk di kawasan kars Gunungsewu juga
merupakan ekotipe khas dari kars tropis basah dengan batuan batugamping tebal dan berteras,
yang jarang dijumpai di Indonesia. Mac Donnald & Partners dari British Cave Research
Assosiation, menyebutkan bahwa kars ini merupakan salah satu contoh konikal kars terbaik di
dunia.
1.2 Definisi Bentang Alam Karst
Bentang alam Karst diambil dari bahasa Jerman dari kata Karst yang berarti topografi hasil
pelarutan. Jadi bentang alam Karst merupakan bentang alam yang dulunya berada dibawah air laut yang
mengalami karstifikasi kemudian mengalami pergerakan lempeng sehingga bentang alam itu berada
didaratan.
Dibawah ini merupakan pendapat para ahli mengenai bentang alam Karst.
a. Flint dan Skinner (1977) mendefinisikan bentang alam Karst sebagai daerah yang berbatuan
yang mudah larut dengan surupan (sink) dan gua yang berkombinasi membentukk topografi
yang aneh (peculiar topography) dan dicirikan oleh adanya lembah kecil, penyaluran tidak
teratur, aliran sungai secara tiba-tiba masuk kedalam tanah meninggalkan lembah kering dan
muncul sebagai mata air yang besar.
b. Jenning (1971) mendefinisikan bentang alam Karst sebagai lahan dengan relief dan pola
penyaluran yang aneh, berkembang pada batuan yang mudah larut pada air alam dan dijumpai
pada semua tempat pada lahan tersebut.
Dalam bentang alam Karst ini terdapat topofrafi khusus mengenai bentang alam karst
Topografi kars merupakan suatu topografi yang terbentuk pada daerah dengan litologi berupa
batuan yang mudah larut, menunjukkan relief yang khas, penyaluran tidak teratur, aliran sungai
secara tiba-tiba masuk ke dalam tanah dan meninggalkan lembah kering dan muncul kembali di
tempat lain sebagai mata air yang besar.
LITIFIKASI
Proses litifikasi adalah perubahan dari sedimen yang lentur menjadi batuan, pada kasus
ini adalah batugamping yang normalnya dari kalsium karbonat terendapkan dalam ruang pori.
Dan terbawa ke tempat terjadinya sementasi oleh pelarutan baik oleh air connate, yaitu air laut
yang terjebak di sedimen awal, dan air tanah yang ada diwaktu belakangan.
Sementasi kalsium karbonat dapat diendapkan oleh salah satu dari tiga bentuk ini:
coarsely crystalline spar, elongate fibres, atau sebagai micrite yang terbutirkan yang baik.
DIAGENESIS
Diagenesis memiliki arti yang lebih luas daripada litifikasi, juga termasuk perubahannya
yang mengambil tempat dalam batuan yang menerima perpindahan magnesium dan silika, dll.
POROSITAS DAN PERMEABILITAS
Porositas didefinisikan sebagai total volume dari ruang udara antar partikel dalam massa;
biasanya dinyatakan dalam prosen. Permeabilitas adalah kemampuan batuan untuk meluluskan
air melalui batuan tersebut, biasanya dinyatakan dalam darcy (1 darcy adalah 1 cc cairan dengan
kecepatan 1 centipoise melalui 1 cm2 luas bidang, sejauh 1 cm dalam 1 detik dengan perbedaan
tekanan 1 atm antar unjungnya).
Permeabilitas primer adalah melalui pori dai batuan,sedangkan permeabilitas sekunder
melalui kekar, sesar, atai gua hasil pelarutan (solution cavity). Porositas dan permeabilitas di
daerah batugamping sangat besar pengaruhnya terhadap pada proses bentukan gua. Untuk itu
perlu sekali dipahami.
STYLOLITE
Banyak bedding plane pada batugamping yang menampakkan ciri-ciri pelarutan tekanan
yang dikenal sebagai stylolite. Jika sebuah material yang tidak dapat terlarutkan tersebar
sepanjang bedding plane, pengaruh dari berat lapisan yang lebih muda adalah menekan lapisan
bersama-sama. Dibawah tekanan yang demikian itu kalsium karbonat yang kontak dengan
butiran kwarsa dapat terlarutkan, dan pelarutan yang semacam itu secara istimewa diatas puncak
butiran dan dibawah satu sama lain. Hasil jaringan adalah sebuah serupa dengan bentuk tiga
dimensional zig-zag. Dilihat dalam se uah muka joint , terlihat seperti jejak dari pen recorder,
sehingga disebut stylolite.
Ukuran stylolite bermacam, sepanjang permukaan bed.
Lapisan dibawah lapis stylolite, ketika terkupas, terkadang disebut "pot-holed surface".
STRUKTUR
Saat terlitifikasi, massa batugamping mengalami tekanan dan regangan dari apa yang
disebut gaya tektonik, didalam Bumi. Tekanan dapat menyebabkan mengalami kemiringan atau
lipatan, sehingga menyebabkan llapisan batugamping terinklinasi dan bagian lemah dari
perlekatan terinklinasi kearah yang sama. Tekanan juga menyebabkan terjadinya retakan pada
batugamping, menyebabkan terjadinya kekar dan sesar.
Di banyak kejadian, seharusnya surveyor gua dapat mem-plot disposisi dari kekar, sesar,
dan dip dari kemiringan lapisan sesuai dengan kemajuan survey. Hal ini akan sangat membantu
interpretasi dari asal muasal gua di kemudian hari dan dapat menghilangkan beberapa rangkaian
survai geologi yang diperlukan bahaya kesalahan lokasi.
KEKAR (JOINT)
Kekar dan sesar, keduanya adalah fracture (retakan), namun kekar tidak ada
displacement, sedangkan sesar, definisinya adalah bidang displacement. Keduanya dihasilkan
oleh kompresi, tensi, dan torsi, dengan berbagai kemungkinan arah.
Ada beberapa jenis kekar (joint):
conjugate joint, adalah joint yang hanya melalui satu bed saja, atau paling banyak hanya
dua atau tiga lapisan.
master joint, adalah joint yang melalui bed yang lebih tebal daripada joint yang lain.
oblique joint
Conjugate joint yang melalui beberapa bed sehingga menjadi tempat yang cocok untuk
awal dari tapak jejak speleogenetik yang mengatur arah vertikal, dan berkembang menjadi "pot"
atau "pitch". Perkembangan sepanjang joint tunggal biasanya disebut "rift". Joint ini memungkin
adanya perkembangan gua.
Batu gamping yang terlipat memiliki normal joint yang kemudian menjadi bedding yang mana
berkembang basik saat bed dalam posisi horisontal, sehingga sampai dirotasikan dengan lapisan
tertutup, atau mungkin memiliki oblique joint yang ter impose oleh tegangan berikutnya ke
lipatan.
LIPATAN
SESAR
Sesar ada tiga jenis; normal, wrench atau tear, dan reverse atau thrust.
Sesar adalah fracture yang mengalami dislokasi. Hal ini juga memungkinkan awal terjadinya
spelegenesis sepanjang sesar. Salah satu pengaruh utama dari sesar adalah displacement lapisan
yang memiliki karakter speleogenesis, berjauhan satu sama lain. Selain itu sesar dapat
menghasilkan bed yang berbeda, bersamaan dengan karakter speleogenetik yang sama, posisi
yang berlawanan; gua hasilnya dapat ditandai dengan perubahan ukuran detail potongan dan ciri-
cirinya ditempat lintasan sesar.
Pergerakan sesar seringkali berkesudahan dalam sebuah fragmen batuan yang ter-crush
atau ter-grind membentuk sebuah zona atau sebuah pita breksi daripada sebuah bidang sesar
clean-cut. Breksi semacam itu biasanya merupakan sementasi dari kalsit, tetapi cukup permeable
sehingga menjadi faktor yang cukup penting dalam perkembangan gua.
Berbagai macam hipotesis tentang asal muasal gua telah dibuat yang mana titik awalnya
adalah sebuah masa homogen batugamping yang kemudian terangkat dari muka air laut. Dengan
asumsi bahwa batugamping adalah homogen, maka variabel sedimen gamping dan tekstur
diagenesis menjadi diabaikan. Padahal tringkah laku dari; ukuran butir dan pori, permeabilitas
yang berbeda; sifat dasar bedding plane, stylolite, kekar, sesar, lapisan mineral, karst yang
terkubur, semuanya memiliki arti yang sangat penting dalam mengontrol tempat, waktu, dan
tingkatan speleogenesis. Tidak ada sistem gua yang dapat dipahami secara penuh jika faktor-
faktor tersebut tidak dianalisa.
Pada teori awal, mulanya semua pathway dari speleogenetik adalah dalam zona phreatic.
Faktor geologi yang kemudian mengontrol pathway berkembang menjadi gua. Studi yang
mutakhir menunjukkan, bahwa pathway dapat berkembang menjadi gua sistem vadose, dan juga,
gua ada juga yang berkembang langsung ketika pada zona vadose.
Batuan sedimen batugamping disusun dari sisa-sisa tumbuhan dan binatang yang
menghasilkan kalsium karbonat sebagai bagian dari metabolismenya membentuk bagian utama
dari batugamping. Komponen lainnya adalah dari pengendapan secara kimiawi atau oleh proses
biokimia. Secara bersama-sama tersedimentasi pada dasar laut; dan hal ini tidak memilki
karakter yang seragam diseluruh bagiannya, jadi batugamping bukan merupakan komposisi yang
seragam.
Hal ini melibatkan perubahan kimia yang komplek seperti halnya adalah sementasi dan
rekristalisasi, silikafikasi dan dolomitasi: secara bersama-sama biasa disebut dengan istilah
diagenesis. Gua-gua hanya dapat dibentuk dari batuan yang ter-litifikasi, dan jelas bahwa
karakter sedimen semula dan sejarah diagenetik adalah faktor-faktor yang mengontrol lokasi
sebuah gua. Proses kelahiran sebuah gua biasa disebut dengan speleogenesis, dan fitur dari
geologi sangat besar pengaruhnya.
a. Faktor Fisik
Ketebalan batugamping
Perkembangan karst yang baik adalah batu gamping yang tebal, dapat masif atau yang
terdiri dari beberapa lapisan dan membentuk unit batuan yang tebal, sehingga mampu
menampilkan topografi karst sebelum habis terlarutkan.
Namun yang paling baik adalah batuan yang masif, karena pada batugamping berlapis
biasanya terdapat lempung yang terkonsentrasi pada bidang perlapisan, sehingga mengurangi
kebebasan sirkulasi air untuk menembus seluruh lapisan.
Berpengaruh dalam sirkulari air dalam batuan. Semakin besar porositas sirkulasi air akan
semakin lancar sehingga proses karstifikasi akan semakin intensif.
zona kekar adlah zona lemah yang mudah mengalami pelarutan dan erosi sehingga
dengan adanya kekar dalam batuan, proses pelarutan berlangsung intensif.
Kekar yang baik untuk proses karstifikasi adalah kekar berpasangan (kekar gerus), karena
kekar tsb berpasangan sehingga mempertinggi porositas dan permeabilitas. Namun apabila
intensitas kekar sangat tinggi batuan akan mudah tererosi atau hancur sehingga proses
karstifikasi terhambat.
b. Faktor Kimia
Kondisi kimia batuan, dalam pembentukan topografi kars diperlukan sedikitnya 60%
kalsit dalam batuan dan yang paling baik diperlukan 90% kalsit. Kondisi kimia media pelarut,
dalam proses karstifikasi media pelarutnya adalah air, kondisi kimia air ini sangat berpengaruh
terhadap proses karstifikasi. Kalsit sulit larut dalam air murni, tetapi mudah larut dalam air yang
mengandung asam.
Air hujan mengikat CO2 di udara dan dari tanah membentuk larutan yang bersifat asam
yaitu asam karbonat (H2CO3).Larutan inilah yang sangat baik untuk melarutkan batugamping.
c. Faktor biologis
Aktivitas tumbuhan dan mikrobiologi dapat menghasilkan humus yang menutup batuan
dasar, mengakibatkan kondisi anaerobic sehingga air permukaan masuk ke zona anaerobic,
tekanan parsial CO2 akan meninggkat sehingga kemampuan melarutkannya juga meningkat.
Kondisi lingkungan yang mendukung adalah adanya lembah besar yang mengelilingi
tempat yang tinggi yang terdiri dari batuan yang mudah larut (batugamping) yang terkekarkan
intensif. Kondisi lingkungan di sekitar batugamping harus lebih rendah sehingga sirkulasi air
berjalan dengan baik, sehingga proses karstifikasi berjalan dengan intensif.
Kondisi lingkungan yang mendukung adalah adanya lembah besar yang mengelilingi
tempat yang tinggi yang terdiri dari batuan yang mudah larut (batugamping) yang terkekarkan
intensif. Kondisi lingkungan di sekitar batugamping harus lebih rendah sehingga sirkulasi air
berjalan dengan baik, sehingga proses karstifikasi berjalan dengan intensif.
Sebagian besar kawasan kars di Indonesia tersusun oleh batuan karbonat, dan hampir
tidak ada yang tersusun oleh batuan lain seperti gipsum, batu garam, maupun batuan evaporit.
Hampir di setiap pulau di Indonesia memiliki batuan karbonat, tapi tidak semuanya
terkartsifikasi menjadi kawasan kars. Kars di indonesia tersebar di sebagian besar pulau-pulau di
Indonesia, namun demikian tidak semuanya berkembang dengan baik. Balazs (1968) selanjutnya
mengidentifikasi terdapat tujuh belas kawasan kars mayor di Indonesia. Diantara kawasan kars
tersebut, terdapat dua kawasan kars yang paling baik dan dianggap sebagai prototipe dari kars
daerah tropis, yaitu kars Maros dan Gunung Sewu.
Hampir semua daerah yang memiliki bentang alam kars mempunyai bentukan-bentukan yang
khas di setiap daerah. Perbedaan-perbedaan tersebut menjadi dasar pengelompokan kawasan kars
di Indonesia, yang antara lain adalah :
1. Tipe Gunung Sewu
Tipe ini hadir berupa kawasan kars yang luas dan dicirikan bukit gamping berbentuk
kerucut (konical) dan kubah yang jumlahnya ribuan. Selain itu di dapati adanya lembah dolin
dan polje diantara bukit-bukit tersebut. Di dalam dolin didapati adanya terrarosa yang menahan
air sehingga tidak bocor ke dalam tanah. Terrarosa juga digunakan untuk lahan pertanian.
Sungai-sungai yang mengalir masuk kebawah permukaan tanah melalui mulut-mulut gua
maupun dari sink yang ada. Sungai-sungai yang mengair di bawah tanah akan bergabung
membentuk sistem besar. Arah aliran sungai umumnya dikendalikan oleh struktur geologi. Tipe
ini berkembang di sepanjang jalur pegunungan selatan dari Jawa Timur hingga Yogyakarta.
2 . Tipe Gombong
Bentang alam kars dicirikan oleh pembentukan cockpit, terutama yang dijumpai di daerah
selatan Gombong (daerah Karangbolong). Bentukan depresi yang ada umumnya dibatasi oleh
lereng yang terjal dan kadang dijumpai bentukan seperti bintang. Karena batugamping berada di
atas lapisan batuan yang kedap air maka batas antara keduanya menjadi tempat keluarnya mata
air.
3. Tipe Maros
Tipe ini dicirikan oleh bukit-bukit yang berbentuk menara (tower karst/mogote).
Pembentukan bentan alam ini berkaitan dengan bidang retakan (kekar dan sesar) yang arahnya
berkedudukan tegak atau hanpir tegak. Tinggi menara antara 50-200 meter, berlereng terjal dan
datar pada bagian puncaknya. Diantara bukit-bukit tersebut terdapat lembah-lembah sempit,
berdasar rata, berbentuk memanjang. Bentukan yang khas ini dijumpai di daerah Maros,
Sulawesi Selatan.
4. Tipe Wawolesea
Tipe ini dicirikan adanya lorong-lorong yang terisi oleh air panas dan di beberapa tempat
terdapat jembatan alam (natural bridge). Tipe ini dicirikan terutama oleh kontrol hidrologi air
panas sehingga terjadi proses pengendapan ulang larutan kalsit yang membentuk undak travertin
yang beraneka ragam serta jarang dijumpai di tempat lain.
5. Tipe Semau
Tipe ini merupakan tipe kawasan kars yang melibatkan batugamping yang berumur muda
(Kala Kwarter). Bentang alam yang dijumpai berupa surupan (sink) dan lorong-lorong gua yang
pendek. Undak-undak pantai yang disusun oleh koral dapat mencapai tebal 25-100 meter dan
mengalami pengangkatan 2,5 cm/tahun. Tipe Semau dijumpai di barat Kupang, NTT.
4. Dikelilingi lembah
1. Terjadi pelarutan pada batuan terkekarkan sehingga membentuk lembah yang kemudian
merupakan zona yang lebih cepat mengalami pelarutan (zona A) dibandingkan dengan
zona B yang tidak mengalami pengkekaran.
2. Karena zona A lebih cepat mengalami pelarutan, maka zona ini segera terbentuk lembah
yang dalam, sementara pada zona B masih berupa dataran tinggi dengan gejala pelarutan
di beberapa tempat.
3. Pelarutan pada kedua zona terus berjalan sehingga pada fase ini mulai terbentuk kerucut-
kerucut karst pada zona B. Pada kerucut karst ini tingkat pelarutan/erosi vertikalnya lebih
kecil dibandingkan lembah di sekitarnya.
4. Karena adanya erosi lateral oleh sungai maka zone A berada pada batas permukaan erosi
dan pada zona B erosi vertikal telah berjalan lebih lanjut sehingga hanya tinggal beberapa
morfologi sisa saja, morfologi sisa ini disebut menara karst.
1.5 Bentuk bentuk bentang alam karst
Bentuk-bentuk bentang alam karst dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu bentuk-bentuk
minor dan bentuk-bentuk mayor. Menurut Bloom (1979):
karst minor adalah bentang alam yang tak dapat diamati pada foto udara atau peta
topografi.
karst mayor adalah bentang alam yang dapat diamati baik didalam foto udara atau peta
topografi.
1. LapiesMerupakan bentuk tak rata pada permukaan batugamping akibat adanya proses
pelarutan, penggerusan atau karena proses lain. Klasifikasi Lapies menurut Ritter (1979):.
1. Karst Split
Adalah celah pelarutan yang terbentuk dipermukaan. Kars split sebenarnya merupakan
perkembangan dari kars-runnel (solution runnel). Bila jumlah kars runnel banyak dan saling
berpotongan maka akan membentuk kars split (Srijono, 1984 dalam Widagdo, 1984).
3. Parit Karst
Adalah alur pada permukaan yang memanjang membentuk parit. Srijono (1984), mengemukakan
bahwa parit kars ini merupakan kars split yang memajang sehingga membentuk parit kars.
4. Palung Karst
Adalah alur pada permukaan batuan yang besar dan lebar, dibentuk oleh proses pelarutan.
Kedalamannya dapat mencapai lebih dari 50 cm. biasanya terbentuk pada permukaan batuan
yang datar atau miring rendah dan dikontrol oleh struktur yang memanjang.
5. Speleothem
Adalah hiasan yang terdapat didalam gua yang dihasilkan oleh endapan berwarna putih,
bentuknya seperti tetesan air, mengkilat dan menonjol. Hiasan ini merupakan endapan CaCO3
yang mengalami presipitasi pada saat air tanah yang membawanya masuk kedalam gua (Sanders,
J.E., 1981). V.8). contoh Stalagmit, Stalagtit dan Masif Column. Massif column adalah bila
stalagmite dan stalagtit bertemu.
6. Fitokarst
bentuk morfologi yang menyusun suatu bentang alam karst dapat dibedakan menjadi 2, yaitu
bentuk-bentuk konstruksional dan bentuk-bentuk sisa pelarutan
1. Bentuk Konstruksional
Bentuk-bentuk konstriksional adalah topografi yang dibentuk oleh proses pelarutan
batugamping atau pengendapan mineral karbonat yang dibawa oleh air.
Berdasarkan ukurannya dapat dibedakan menjadi 2, yaitu :
a. Bentuk-bentuk bentang alam karst mayor
1. Surupan (doline), yaitu depresi tertutup hasil pelarutan dengan diameter mulai
dari beberapa meter sampai beberapa kilometer, kedalaman bisa sampai
ratusan meter dan mempunyai bentuk bundar atau lonjong.
Doline Corong: diameter dua atau tiga kali kedalamannya dan lereng doline
berkisar antara 300-400
3. Polje, adalah depresisi tertutup yang besar dengan lantai datar dan dinding curam,
bentuknya tidak teratur dan biasanya memanjang searah jurus perlapisan, pembentukannya
dikontrol oleh litologi dan struktur, dan mengalami pelebaran saat terisi oleh air.
Ciri-ciri polje:
Klasifikasi Polje:
Polje perbatasan: terbentuk apabila sistem hidrologi didominasi oleh sistem alogenik,
Polje struktural: terbentuk oleh patahan dengan dasar berupa batuan impermeable,
Adalah lubang pada atap gua yang menghubungkan antara ruang dalam gua dengan udara
diluar yang terbentuk karena atap gua tersebut runtuh, (Twidale, 1976). Disamping itu jendela
kars dapat pula terbentuk pada atap sungai bawah tanah.
Adalah lembah atau alur yang besar yang terdapat pada lahan karst. Lembah ini terbentuk oleh
aliran air permukaan yang mengerosi batuan yang dilaluinya.
Dalam hal ini disebutkan ada empat macam lembah karst, yaitu :
Allogenic Valley, yaitu lembah yang bagian hulunya berada pada batuan yang kedap air
kemudian masuk kedalam daerah karst. Aliran deras maka lembah yg dibentuk akan
panjang.
Lembah Buta (Blind Valley), yaitu lembah atau sungai pada lahan kars yang secara
tiba-tiba berakhir pada suatu tempat dan biasanya pada akhir lembah ini air permukaan
tanah akan masuk kedalam tanah.
Pocket Valley, yaitu lembah yang dimulai dari tempat keluarnya air yang masuk melalui
surupan. Lembah in umumnya berbentuk huruf U dan memiliki tebing yang curam,
ukurannya tergantung besar kecilnya debit mata air yang keluar. Sweeting (1973) dalam
Ritter (1978) menyebutkan bahwa panjang lembah ini dapat mencapai 8 km, lebar 1 km
dan dalamnya berkisar antara 300 400 meter.
Lembah Kering (Dry Valleys), yaitu lembah yang tidak berfungsi sebagai penyaluran
air permukaan (kering), karena air hujan yang jatuh dan masuk kedalam lebah ini dengan
segera akan meresap kedalam retakan batuan dasarnya.
6. Gua (Cave)
yaitu serambi atau ruangan bawah tanah yang dapat dicapai dari permukaan dan cukup
besar bila dimasuki oleh manusia (Sanders, 1981). Gua teridiri dari rangkaian ruangan sehingga
kedalamannya dapat mencapai ratusan meter (Lihat gambar V.13). Gambar V.13. Mulut Gua
Semuluh di Gunung Sewu yang bentuknya dipengaruhi oleh kekar (Samodra, 1996).
7. Terowongan
Yaitu lorong bawah tanah yang terbentuk oleh pelarutan dan penggerusan air tanah atau oleh
aliran bawah tanah (Von Engeln, 1942). Terowongan alam memiliki ukuran yang bervariasi
artinya dapat berukuran besar atau kecil. Sebagai contoh, terowongan di Virginia dapat
berukuran mencapai 275 meter, tingginya 23 meter dan lebarnya 40 meter.
b. Bentuk-bentuk minor
Bentang alam karst minor adalah bentang alam yang tidak dapat diamati pada peta
topografi atau foto udara.
Bentuk-bentuk bentang alam minor antara lain:
1. Lapies, yaitu bentuk yang tidak rata pada batugamping akibat adanya proses pelarutan
dan penggerusan.
2. Karst split, adalah celah pelarutan yang terbentuk di permukaan.
3. Parit karst, yaitu alur pada permukaan yang memanjang membentuk parit, yang juga
sering dianggap karst split yang memanjang sehingga membentuk parit.
4. Palung karst, adalah alur pada permukaan batuan yang besar dan lebar, terbentuk
karena proses pelarutan, kedalaman lebih dari 50 cm. biasanya pada permukaan batuan
yang datar atau miring rendah dan dikontrol oleh struktur yang memanjang.
5. Speleotherms, adalah hiasan pada gua yang merupakan endapan CaCO3 yang
mengalami presipitasi pada air tanah yang membawanya masuk ke dalam gua. (Stalaktit,
stalakmit)
6. Fitokarst, adalah permukaan yang berlekuk-lekuk dengan lubang-lubang yang saling
berhubungan, terbentuk karena adanya pengaruh aktivitas biologis yaitu algae yang
tumbuh di dalam batugamping. Algae menutup di permukaan dan masuk sedalam 0,1
0,2 mm dan menghasilkan larutan asam sehingga melarutkan batugamping.
2. Menara karst, adalah bukit sisa pelarutan dan erosi yang berbentuk menara dengan lereng yang terjal
tegak atau menggantung, terpisah satu dengan yang lainnya dan dikelilingi dataran aluvial.
3. Mogote, merupakan Bukit terjal yang merupakan sisa pelarutan dan erosi, umumnya dikelilingi oleh
dataran alluvial yang hampir rata (Flat).
4. Vaucluse merupakan Gejala karst yang berbentuk lubang tempat keluarnya aliran air tanah.
5. Turm Karst merupakan Lingkungan karst yang berupa bukit-bukit kars (Kerucut kars) yang saling
berhubungan antara satu dengan yang lain.
http://watowara.blogspot.co.id/2014/04/geomorfologi-bentang-lahan-karst.html
https://catatansidogol.wordpress.com/2016/08/12/bentang-alam-karst/
http://klikgeografi.blogspot.co.id/2015/03/bentang-alam-karst.html
http://wawansetiawan497.blogspot.co.id/2011/07/geomorfologi-karst.html