Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Timbulnya gejala alam tidak dapat diminta dan tidak dapat ditolak oleh

manusia. Gerak kehidupan manusia banyak dipengaruhi oleh gejala alam. Fenomena
alam atau gejala alam ada yang mendukung dan ada juga yang membatasi aktivitas
manusia. Manusia harus menyesuaikan diri dengan alam. Gejala alam beberapa
mempengaruhi kehidupan manusia, antara lain gerakan lempeng tekonik, aktivitas
vulkanisme (gunung berapi) dan gempa bumi.
Planet bumi terdiri atas sejumlah lapisan. Lapisan bagian atas bumi
merupakan bagian yang tegar dan kaku, sedangkan lapisan dibawahnya yaitu
astenosfer, merupakan lapisan yang plastik atau cair. Hal ini mengakibatkan lapisan
permukaaan bumi bagian atas menjadi tidak stabil dan selalu bergerak sesuai dengan
gerakan yang berada di bawahnya. Bumi merupakan planet yang paling indah yang
di dalamnya terdapat kehidupan, gunung gunung menjulang tinggi menghiasi
bumi, Manusia, hewan, dan tumbuhan serta lingkungan alam Saling berinteraksi satu
sama lainnya di atas muka bumi ini.
Permukaan bumi yang menarik tersebut, dibentuk oleh prosesproses
tektonik yang sangat lambat seperti pengangkatan, sedimentasi, erosi, yang merubah
bentuk muka bumi, perubahan tersebut terjadi seragam sepanjang sejarah geologi
(konsep Unifromitarianisme Hutton-lyell). Akan tetapi muka bumi juga dipahat oleh
proses-proses tektonik yang sangat dasyat seperi vulkanisme, gempa bumi, dan
peristiwa peristiwa besar lainnya seperti jatuhan meteorit yang bisa merubah
bentuk muka bumi ini ( azas malapetaka / konsep katastropisme). Keadaan inilah
yang melatarbelakangi lahirnya teori Lempeng Tektonik. Lahirnya teori lempeng
tektonik (Tectonic Plate Theory) merupakan kenyataan mutakhir dalam geologi yang
menunjukkan terjadinya evolusi bentuk permukaan bumi. Teori lempeng tektonik
dikemukakan oleh Tozo Wilso, pada tahun 1968. Berdasarkan teori ini, kulit bumi
atau litosfer terdiri atas beberapa lempeng tektonik yang berada di atas lapisan
astenosfer, Lempeng-lempeng tektonik pembentuk kulit bumi selalu bergerak karena
pengaruh arus konveksi yang terjadi pada lapisan astenosfer yang berada di bawah
lempeng tektonik kulit bumi.

Berdasarkan uraian tersebut, tentunya sangat diperlukan pengkajian lebih


mendalam tentang Lempeng Tektonik melalui pendekatan integrasi dengan berbagai
aspek ilmu pengetahuan. Pendekatan ini dilakukan dengan menerapkan pembelajaran
webbed, sehingga dapat mewujudkan suatu tema pembelajaran tentang Lempeng
Tektonik dan subtema sesuai aplikasi materi pembelajaran terhadap aspek ilmu
pengetahuan yang terkait, diantaranya aspek Fisika, Kimia, Biologi, Lingkungan,
Teknologi, Astronomi, Geologi, serta Kesehatan dan Keselamatan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang diajukan
pada penulisan ini, sebagai berikut:
1) Bagaimanakah proses terjadinya pergerakan lempek tektonik?
2) Bagaimanakah penerapan lempeng tektonik dalam berbagai aspek kehidupan
manusia?
3) Bagaimana hubungannya konservasi lingkungan dengan tektonik lempeng dan
aplikasinya ?
1.3 Tujuan Penulisan
Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari
penulisan ini sebagai berikut:
1) Menjelaskan proses terjadinya pergerakan lempeng tektonik.
2) Mengetahui lempeng tektonik dalam berbagai aspek kehidupan manusia.
3) Menjelaskan hubungannya konservasi lingkungan dengan tektonik lempeng dan
aplikasinya ?

BAB II
PEMBAHASAN
2

2.1 TEKTONIK LEMPENG


Arus Konveksi di Astenosfer Pengertian dan Definisi Lempeng Tektonik.
Tektonik lempeng adalah pergerakan lempeng-lenpeng bumi yang menimbulkan
lekukan, lipatan, rekahan dan patahan yang biasanya di iringi dengan goncangan
yang disebut gempa bumi. Lempeng tektonik adalah penyebab terbentuknya
permukaan bumi seperti yang kita lihat sekarang ini. Lempeng Tektonik
merupakan gabungan dari dua kata yaitu lempeng dan tektonik. Lempeng adalah
lembaran-lembaran raksasa berwujud kerak benua dan kerak samudra yang
bergerak dan mengapung dipermukaan bumi. Sedangkan tektonik adalah proses
gerakan pada kerak bumi yeng menimbulkan lipatan, lekukan, rekahan atau
patahan. Lempeng tektonik merupakan suatu teori yang meninjau bagaimana
kerak benua dan kerak samudra yang disebut lempeng tersebut bergerak terpisah
dan bertubrukan. Jika sebuah benua sedang bergerak, maka akan terjadi
perenggangan. Pada saat itu kerak akan menipis dan akan terjadi peluruhan
dimanaketinggian dan permukaan kerak akan merosot. Jika perenggangan yang
terjadi berlebih, maka akan terjadi rekahan atau patahan. Akibat aktivitas
tersebut maka akan terbentuk kerak baru dicelah-celah rekahan. Contohnya
akibat Tektonik lempeng adalah: Proses terbentuknya pegunungan Alpen adalah
akibat dari tubrukan antara lempeng Afrika dan lempeng eropa.
Proses terbentuknya pegunungan Himalaya adalah akibat beradunya
lempeng India dan lempeng Asia yang saling dorong. Aktivitas tektonik lempeng
yang saling bertubrukan, bergesekan dan menunjam dapat memicu terjadinya
gempa bumi. Gempa bumi yang diakibatkan pleh pergerakan lempeng disebut
gempa bumi tektonik. Gempa bumi tektonik ini terjadi jika batas antara kedua
lempeng bergerak berlawanan dan saling bergesekan. Gesekan antara batas
lempeng tersebut menimbulkan tegangan tinggi pada batuan sekitarnya. Ketika
batas lempeng tergelincir maka terlepaslah tegangan sehingga terjadilah gempa
bumi. Batas antar kedua lempeng tektonik ini disebut sesar. Jika gempa tektonik
terjadi didaratan maka efek sampingnya biasanya terjadi jurang atau patahan
kerak bumi. Tapi jika gempa tektonik terjadi didasar samudra maka
kemungkinan besar akan memicu gelombang tsunami yang menangkutkan
seperti yang melanda Aceh pada tahun 2006. Indonesia merupakan negara yang
3

rawan gempa karena wilayah Indonesia di kelilingi oleh garis pertemuan antar
lempeng, yaitu lempeng Indo-Australia Eurasia dan Pasifik. Charles lyell (1830),

Dalam bukunya principle of geology, memberikan gambaran yang jelas tentang


evolusi bumi dengan contoh Grand Canyon di sungai Colorado yang menoreh
lembah 1 mil sepanjang 200 mil. Berikut adalah Interior Bumi:
1. Litosfer Sifat kaku/rigid, terdiri dari: Kerak samudera ( 0-10 km), lapisan
Sima ( Silikat Magnesium) Kerak benua ( 0-70 km), lapisan Sial (Silikat
2.
3.
4.
5.
6.

Aluminium)
Astenosfer siifat plastis, ( 70 350 km)
Zona Transisi sifat cair, ( 350-700 km)
Mantel sifat cair, (700-2900 km)
Liquid Iron Core sifat cair, ( 2900-4980 km)
Solid Iron Core sifat padat, ( 4980-6370 km)

2.2 TEORI TEKTONIK LEMPENG


A. Dasar Teori Tektonik Lempeng
1. Continental Drift, Oleh Taylor (1910), Alfred Wegener (1912)
Alfred

Wegener,

mengemukakan

teori

tentang

apungan dan

pergeseran benua dalam bukunya The Origin of Continents and Oceans ,


ia mengemukakan bahwa :
The continents had once been stitched together, as parts off a super
land mass he called PANGEA (all earth). Then ; said Wegener
several hundred million years ago Pangea ruptured and the continents drifted
to their present positions, plowing like shallow rafts through the sea of
rock thats makes up the floors of the oceans.
a. Titik Tolak Teori : Adanya persamaan mencolok antara garis kontur
pantai timur benua Amerika Utara dan Selatan dengan garis kontur
pantai barat Eropa dan Afrika. Kedua garis yang sama tersebut
sebenarnya dahulu adalah daratan yang berimpitan Itu sebabnya formasi
geologi di bagian-bagian yang bertemu itu sama.
b. Adanya persamaan flora dan fauna di tempat yang bertemu tersebut.
2. Convection Current Teory, Vening Meinesz - Hery Hess
Perpecahan benua dan pergerakan lempeng itu disebabkan oleh
adanya energi yang menggerakan lempeng tersebut, energi itu berasal dari
4

arus konveksi di dalam astenosfer bumi. Arus konveksi adalah perpindahan


energi panas pada fluida, energi tersebut disebabkan oleh adanya:

Peluruhan unsur-unsur radioaktif, U Pb + E= mc2


Gradien Geotermis
Karena adanya serangan benda asing
Panas yang tersimpan pada saat pembentukan planet

3. Sea Floor Growth (1963)


Pergerakan

lempeng

yang

saling

menjauh

mengakibatkan

terbentuknya punggungan yang memanjang di tengah dasar samudera


B. Teori Pergerakan Lempeng
1. Teori kontraksi (Contraction theory)
Teori ini dikemukakan pertama kali oleh Descrates (1596-1650). Ia
menyatakan bahwa bumi semakin lama semakin susut dan mengkerut yang
disebabkan oleh terjadinya proses pendinginan, sehingga di bagian
permukaannya terbentuk relief berupa gunung, lembah, dan dataran. Teori
kontraksi didukung pula oleh James Dana (1847) dan Elie de Baumant
(1852). Mereka berpendapat bahwa bumi mengalami pengerutan karena
terjadi proses pendinginan di bagian dalam bumi yang mengakibatkan
bagian permukaan bumi mengerut membentuk pegunungan dan lembahlembah.
2. Teori dua benua (Laurasia-Gondwana theory)
Teori ini menyatakan bahwa pada awalnya bumi terdiri atas dua benua
yang sangat besar, yaitu Laurasia di sekitar kutub utara dan Gondwana di
sekitar kutub selatan bumi. Kedua benua tersebut kemudian bergerak
perlahan ke arah equator bumi, sehingga akhirnya terpecah-pecah menjadi
benua benua yang lebih kecil. Laurasia terpecah menjadi Asia, Eropa dan
Amerika Utara, sedangkan Gondwana terpecah menjadi Afrika, Australia
dan Amerika Selatan. Teori Laurasia-Gondwana kali pertama dikemukakan
oleh Edward Zuess pada 1884.
3. Teori pengapungan benua (Continental drift theory)
5

Teori pengapungan benua dikemukakan oleh Alfred Wegener pada


1912. Ia menyatakan bahwa pada awalnya di bumi hanya ada satu benua
maha besar yang disebut Pangea. Menurutnya benua tersebut kemudian
terpecah-pecah dan terus bergerak melalui dasar laut. Gerakan rotasi bumi
yang sentripugal, mengakibatkan pecahan benua tersebut bergerak ke arah
barat menuju equator. Teori ini didukung oleh bukti-bukti berupa kesamaan
garis pantai Afrika bagian barat dengan Amerika Selatan bagian timur, serta
adanya kesamaan batuan dan fosil pada kedua daerah tersebut.
Teori ini, dikembangkan lagi dalam buku The Origin of Continents
and Oceans terbitan tahun 1915. Alfred, mengemukakan bahwa benuabenua yang sekarang ada dulu adalah satu bentang muka yang bergerak
menjauh sehingga melepaskan benua-benua tersebut dari inti bumi seperti
'bongkahan es' dari granit yang bermassa jenis rendah yang mengambang di
atas lautan basal yang lebih padat.
4. Teori konveksi (Convection theory)
Menurut teori konveksi yang dikemukakan oleh Arthur Holmes dan
Harry H. Hess dan dikembangkan lebih lanjut oleh Robert Diesz,
menyatakan bahwa di dalam bumi yang masih dalam keadaan panas dan
berpijar terjadi arus konveksi ke arah lapisan kulit bumi yang berada di
atasnya, sehingga ketika arus konveksi yang membawa materi berupa lava
sampai ke permukaan bumi di mid oceanic ridge (punggung tengah
samudera), lava tersebut akan membeku membentuk lapisan kulit bumi
yang baru menggeser dan menggantikan kulit bumi yang lebih tua. Bukti
kebenaran teori konveksi adalah terdapatnya tanggul dasar samudera (Mid
Oceanic Ridge), seperti Mid Atlantic Ridge dan Pasific-Atlantic Ridge.
Bukti lainnya didasarkan pada penelitian umur dasar laut yang
membuktikan bahwa semakin jauh dari punggung tengah samudera, umur
batuan semakin tua. Artinya terdapat gerakan yang berasal dari Mid Oceanic
Ridge ke arah berlawanan yang disebabkan oleh adanya arus konveksi dari
lapisan di bawah kulit bumi.
5. Teori lempeng tektonik (Plate Tectonic theory)
6

Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa planet bumi terdiri atas


sejumlah lapisan. Lapisan bagian atas bumi merupakan bagian yang tegar
dan kaku. Sedangkan lapisan dibawahnya yaitu astenosfer, merupakan
lapisan yang plastik atau cair. Hal ini mengakibatkan lapisan permukaaan
bumi bagian atas menjadi tidak stabil dan selalu bergerak sesuai dengan
gerakan yang berada di bawahnya. Keadaan inilah yang melatarbelakangi
lahirnya teori Lempeng Tektonik.
2.3 BATAS LEMPENG
Dua lempeng akan bertemu di sepanjang batas lempeng (plate
boundary), yaitu daerah di mana aktivitas geologis umumnya terjadi seperti
gempa bumi dan pembentukan kenampakan topografis seperti gunung, gunung
berapi, dan palung samudera. Kebanyakan gunung berapi yang aktif di dunia
berada di atas batas lempeng, seperti Cincin Api Pasifik (Pacific Ring of Fire) di
Lempeng Pasifik yang paling aktif dan dikenal luas.
Lempeng tektonik bisa merupakan kerak benua atau samudera, tetapi
biasanya satu lempeng terdiri atas keduanya. Misalnya, Lempeng Afrika
mencakup benua itu sendiri dan sebagian dasar Samudera Atlantik dan Hindia.
Perbedaan antara kerak benua dan samudera ialah berdasarkan kepadatan
material pembentuknya. Kerak samudera lebih padat daripada kerak benua
dikarenakan perbedaan perbandingan jumlah berbagai elemen, khususnya
silikon. Kerak samudera lebih padat karena komposisinya yang mengandung
lebih sedikit silikon dan lebih banyak materi yang berat. Maka, kerak samudera
umumnya berada di bawah permukaan laut seperti sebagian besar Lempeng
Pasifik, sedangkan kerak benua timbul ke atas permukaan laut, mengikuti sebuah
prinsip yang dikenal dengan isostasi.

Gambar 1. Plate Boundary

1. Divergen ( Pergerakan saling menjauh )


Pergerakan saling menjauh, menyebabkan terbentuknya / memekarnya
dasar samudra dan terbentuknya punggungan tengah samudera ( mid-ocean
ridge ), serta aktivitas vulkanisme laut dalam yang menghasilkan lava basa
berstruktur basalts. Terjadi pada dua lempeng tektonik yang bergerak saling
memberai (break apart). Ketika sebuah lempeng tektonik pecah, lapisan
litosfer menipis dan terbelah, membentuk batas divergen. Pada lempeng
samudra, proses ini menyebabkan pemekaran dasar laut (seafloor spreading).
Sedangkan pada lempeng benua, proses ini menyebabkan terbentuknya
lembah retakan (rift valley) akibat adanya celah antara kedua lempeng yang
saling menjauh tersebut.
Pematang Tengah-Atlantik (Mid-Atlantic Ridge) adalah salah satu
contoh divergensi yang paling terkenal, membujur dari utara ke selatan di
sepanjang Samudra Atlantik, membatasi Benua Eropa dan Afrika dengan
Benua Amerika.

Gambar 2. Batas Divergen

2. Convergen ( Pergerakan saling mendekat )


Pergerakan saling mendekat antar kerak samudera, menyebabkan kerak
samudera menujam ke dalam mantel sehingga terbentuk palung / zona
subduksi, dan terbentuk pegunungan vulkanik dasar laut dengan magma yang
cair karena mengandung sedikit kuarsa (SiO2), pembentuk batuan basaltis.
Terjadi apabila dua lempeng tektonik tertelan (consumed) ke arah kerak bumi, yang
mengakibatkan keduanya bergerak saling menumpu satu sama lain (one slip beneath
another). Wilayah dimana suatu lempeng samudra terdorong ke bawah lempeng
benua atau lempeng samudra lain disebut dengan zona tunjaman (subduction zones).
Di zona tunjaman inilah sering terjadi gempa. Pematang gunung-api (volcanic
ridges) dan parit samudra (oceanic trenches) juga terbentuk di wilayah ini.

lempeng-lempeng saling mendekati dan menyebabkan tumbukan


dimana salah satu dari lempeng akan menunjam (menyusup) ke bawah yang
lain masuk ke selubung. Daerah penunjaman membentuk suatu palung yang
dalam, yang biasanya merupakan jalur gempa bumi yang kuat. Dibelakang
jalur penunjaman akan terbentuk rangkaian kegiatan magmatik dan
gunungapi serta berbagai cekungan pengendapan. Salah satu contohnya
terjadi di Indonesia, pertemuan antara lempeng Indo-Australia dan Lempeng
Eurasia menghasilkan jalur penunjaman di selatan Pulau Jawa dan jalur
gunungapi Sumatera, Jawa dan Nusatenggara dan berbagai cekungan seperti
Cekungan Sumatera Utara, Sumatera Tengah, Sumatera Selatan dan
Cekungan Jawa Utara.

Gambar 3. Batas Konvergen

3. Transform Fault
Di daerah pergerakan saling berpapasan, terdapat aktivitas vulkanisme
yang lemah disertai gempa yang tidak kuat. Akibat dari pergerakan lempeng
tersebut, terjadilah aktivitas geologi diantaranya gempa bumi, vulkanisme,
mineralisasi, pengangkatan pegunungan. Terjadi bila dua lempeng tektonik
bergerak saling menggelangsar (slide each other), yaitu bergerak sejajar namun
berlawanan arah. Keduanya tidak saling memberai maupun saling menumpu. Batas
transform ini juga dikenal sebagai sesar ubahan-bentuk (transform fault).

Gambar 4. Batas Transform

2.4 LEMPENG TEKTONIK DIKAJI DARI BERBAGAI BIDANG

10

Berikut akan dikaji beberapa permasalahan yang terjadi pada lingkungan


sekitar dari beberapa aspek ilmu pengetahuan seperti fisika, kimia, ilmu
lingkungan, geologi, kesehatan dan keselamatan
A. Lempeng Tektonik dalam Bidang Ilmu Fisika
Teori lempeng tektonik merupakan suatu teori kinematik yang
menjelaskan mengenai pergerakan gempa tanpa membahas penyebab dari
pergerakan itu. Sesuatu seharusnya menjadi penyebab pergerakan untuk
menggerakkan massa yang sangat besar dengan tenaga yang sangat besar
pula.
Penjelasan yang paling dapat diterima secara meluas tentang sumber
pergerakan lempeng bersandar kepada hukum keseimbangan termomekanika
material bumi. Lapis teratas dari kulit bumi bersentuhan dengan kerak bumi
yang relatif dingin, sementara lapis terbawah bersentuhan dengan lapis luar
inti panas. Jelas peningkatan temperatur pasti terjadi pada lapisan. Variasi
kepadatan lapisan dan temperatur menghasilkan situasi tidak stabil pada
ketebalan material (yang lebih dingin) di atas material lebih tipis (yang lebih
panas) dibawahnya. Akhirnya, material tebal yang lebih dingin mulai
tenggelam akibat gravitasi dan pemanasan, dan material yang lebih tipis
mulai naik. Material yang tenggelam tersebut berangsur-angsur dipanaskan
dan menjadi lebih tipis, sehingga akhirnya bergerak menyamping dan dapat
naik lagi yang kemudian sebagai material didinginkan yang akan tenggelam
lagi. Proses ini biasa disebut sebagai konveksi.

Gambar 5. Arus Konveksi Mantel Bumi

11

Arus

konveksi

pada

batuan

setengah

lebur

pada

lapisan

mengakibatkan tegangan geser di bawah lempeng, yang menggeser lempeng


tersebut ke arah yang bervariasi melalui permukaan bumi. Fenomena lain,
seperti tarikan bubungan atau tarikan irisan dapat juga menjadi penyebab
pergerakan lempeng. Karakteristik batas lempeng juga mempengaruhi sifat
dasar dari gempa yang terjadi sepanjang batas lempeng tersebut. Pada
beberapa area tertentu, lempeng bergerak menjauh satu dengan lainnya pada
batas lempeng, yang dikenal sebagai bubungan melebar atau celah melebar.
Batuan lebur dari lapisan dasar muncul ke permukaan dimana akan
mendingin dan menjadi bahagian lempeng yang merenggang. Dengan
demikian, lempeng mengembang pada bubungan yang melebar. Tingkat
pelebaran berkisar dari 2 hingga 18 cm/tahun ; tingkat tertinggi ditemukan
pada Lautan Pasifik, dan terendah ditemukan sepanjang Bubungan MidAtlantic. Telah diestimasi bahwa kerak bumi yang baru di lautan terbentuk
pada tingkatan sekitar 3,1 km2/tahun di seluruh dunia. Kerak bumi yang
masih berusia muda ini, disebut basal baru, terbentuk tipis di sekitar
bubungan yang melebar. Hal ini juga dapat terbentuk oleh pergerakan ke atas
magma yang relatif lambat, atau dapat pula oleh semburan yang cepat saat
terjadinya aktivitas kegempaan.
Proses

tekan

menekan

lempeng

tersebut

telah

menciptakan

pengumpulan dan penimbunan energi di dalam bumi. Jangka waktu proses


penimbunan dan pelepasan energi yang menimbulkan gempa bumi itu
berlangsung antara 30-600 tahun. Terdapat variasi siklus berulang gempa
antara satu kawasan dengan kawasan lain, ada siklus kejadian gempa bumi
30-50 tahunan, ada 100 tahun, 200 tahun dan 600 tahun. Energi yang
terkumpul atau tersimpan di dalam bumi/massa batuan pada suatu saat tidak
mampu lagi ditahan oleh massa bumi dan akhirnya bumi/batuan itu
pecah/remuk/patah atau sobek (rupture). Pada saat bumi itu remuk atau pecah
disaat itulah energi dilepaskan dan bergerak dalam wujud gelombang. Energi
ini akan menyebabkan getaran yang akan merambat dari sumber getaran ke
permukaan bumi. Getaran inilah yang disebut dengan gempa bumi.

12

B. Lempeng Tektonik dalam Bidang Ilmu Kimia


Ketika bumi terbentuk, belum ada batu. Sekitar 4,5 miliar tahun lalu,
pemboman besar, proses yang dibangun bumi dari nebula surya, merilis
jumlah yang luar biasa energi kawanan meteorit menabrak planet tumbuh,
mengubah energi potensial gravitasi menjadi panas. Bahwa panas yang
dihasilkan bola cair mengorbit matahari. Tidak ada tanah, tidak ada lautan,
dan tidak ada atmosfer. Ketika pemboman itu mereda, batu muncul. Pertama,
karena suhu turun di bawah titik leleh batuan permukaan, kerak luar bumi
secara bertahap dipadatkan seperti lapisan pertama es di kolam di musim
dingin. Kemudian, ketika suhu permukaan turun di bawah titik didih air,
hujan pertama jatuh. Bersama-sama, dua peristiwa mulai siklus batuan, siklus
proses bumi internal dan eksternal dimana batu dibuat, dihancurkan, dan
diubah.
1. Batuan Beku
Batuan beku, terbentuk dari cairan panas adalah batuan yang pertama
muncul di permukaan bumi kuno, datang dalam dua jenis utama. Batuan
vulkanik atau ekstrusif ify solid pada permukaan yang jauh yang paling
spektakuler dari semua batu, pembentuk kejadian, letusan gunung berapi.
Air mancur merah-panas dan aliran lava cairan menuruni lereng kerucut
vulkanik tumbuh. Varietas yang paling umum dari batuan vulkanik adalah
basalt, gelap, bahkan bertekstur batu kaya oksida silikon, magnesium, besi,
kalsium, dan aluminium. Basalt membuat sebagian besar batu di Hawaii,
serta sebagian dari materi baru terbentuk pada pegunungan Midocean.
Gunung berapi lainnya fitur batuan kaya silikon, magma ini campuran
dengan sejumlah besar air atau volatil lainnya (mudah direbus) substansi,
batu vulkanik bisa menjadi batu berbusa disebut batu apung.

13

Gambar 6. Batuan Beku

2. Batuan Sedimen
Ketika hujan pertama mulai turun pada batuan beku pertama, proses
pelapukan dimulai. Butiran kecil dicuci dari batuan vulkanik baru
mengeras, mengalir turun melalui sungai dan sungai ke laut, dan
diendapkan pada seafloors ketika air bergerak cepat dari sungai bertemu
arus lebih lambat dari lautan. Pelapukan juga terjadi seperti air batu
terlarut oleh tindakan mekanis pembekuan air di celah. Dari waktu ke
waktu, lapisan sedimen terakumulasi, terutama di mulut sungai dekat tepi
lautan baru bumi. Karena semakin banyak sedimen dikumpulkan, lapisan
ini menjadi lebih tebal. Di banyak tempat di bumi sekarang-Sungai
Mississippi Delta yang memanjang ke Teluk Meksiko, misalnya-lapisan
sedimen dapat mencapai beberapa kilometer di ketebalan.

Gambar 7. Batuan Sedimen

14

3. Batuan Metamorf
Terjadi karena batuan sedimen yang terkubur di dalam planet kita, di mana
mereka mengalami tekanan kuat dan panas. Di sana mereka akan berubah
menjadi jenis lain dari batu, diubah oleh kondisi ekstrim bumi menjadi
batu metamorf. Jika formasi shale atau batu lumpur dimakamkan seperti
ini pada akhirnya dapat berubah menjadi rapuh, batu tulis keras.
Temperatur yang lebih tinggi dan tekanan dapat mengubah batu tulis
menjadi batu spektakuler banded, disebut sekis dan gneisses, yang sering
membanggakan kristal halus dari garnet dan mineral tekanan tinggi
lainnya. Roadcuts dan singkapan dari batuan metamorf dapat terlihat
seperti kain intens dilipat atau penampang raksasa berputar-putar seperti
kue marmer. Batupasir, bila terkena suhu tinggi dan tekanan, juga
metamorfosis, pengrekrestalisasian ke batu tahan lama di mana butiran
pasir asli sekering menjadi massa padat yang dikenal sebagai kuarsit.
4. Marmer
Dari semua batuan metamorf, tidak menceritakan kisah yang lebih
mencengangkan daripada marmer, batu keindahan yang luar biasa. Jika
anda pernah bepergian jalan-jalan Vermont, kemungkinan anda akan
melewati sebuah singkapan atau roadcut dari khas cor kehijauan-putih,
batu dengan band-band yang rumit dan berputar-putar. Batu ini memoles
tinggi dan telah berharga selama berabad-abad oleh pemahat dan arsitek.
Tapi tidak ada karya manusia dapat sesuai dengan proses epik yang
membentuk batu.

Gambar 8. Batuan Marmer

15

C. Lempeng Tektonik dalam Bidang Geologi


Kerak bumi atau lithospher sebagian besar disusun oleh batuan
beku dan selebihnya disusun oleh batuan sedimen dan metamorf.
Walaupun batuan beku dominan sebagai penyusun kerak bumi, namun
pembentukan batuan beku tidak terjadi disemua tempat dibumi ini
karena batuan tersebut hanya terbentuk pada kondisi tektonik lempeng
tertentu. Fraksinasi batuan beku (fractionation) umunya terjadi di dua
tempat utama, yaitu: di batas lempeng divergen dan di batas lempeng
konvergen.

Gambar 9. Batas Lempeng

Batas

lempeng

devergen

umumnya

berada

pada

bawah

permukaan air laut dan kita tidak dapat melihat proses tersebut. Magma
yang berasal dari dalam bumi dan keluar ke lantai samudera pada
akhirnya akan membentuk kerak samudera baru. Dalam proses
pembentukan batuan di interior bumi akan menghasilkan fraksi batuan
beku mafik, seperti basalt dan di tempat lebih dalam akan membentuk
sataun batuan gabro.Bagian batas lempeng konvergen pada kerak
samudera (dihasilkan oleh pergerakan lempeng devergen) masuk
kedalam bumi kembali, memanas dan meleleh kembali. Pada generasi
pertama ini yang terbentuk adalah batuan beku intermedier, seperti
doirit, dan mungkin terbentuk batuan felsik seperti granit. silahkan
lihat kembali gambar diatas.
16

Dalam skala waktu geologi, fraksi batuan beku menjadi


penyebab terbentuknya formasi busur volkanik dan tepi benua didunia
dan implikasinya hingga sekarang. Bumi pada awalnya tanpa benua
dan pada akhirnya daratan benua terbentuk dalam skala waktu geologi.
Kesimpulan dari semua ini adalah bahwa batuan beku yang berbedabeda ditemukan pula di tempat yang berbeda di bumi. Dan semua
perbedaan penyebaran ini berhubungan dengan proses tektonik
lempeng dan juga sejarah pembentukan bumi. Kesimpulan paling
sederhana adalah kerak benua dibentuk oleh batuan beku felsik (seperti
granit), sedangkan kerak samudera disusun oleh satuan batubeku mafik
(seperti basalt dan gabro), dan busur vulkanik disusun oleh satuan
batubeku intermedier (seperti diorit dan andesit).
D. Lempeng Tektonik dalam Bidang Ilmu Lingkungan
Kepunahan masal merupakan suatu peristiwa musnahnya sebagian
besar mahluk hidup yang ada di bumi diakibatkan suatu peristiwa yag
mahadahsyat. Kepunahan masaal terjadi sekitar 95 persen kehidupan di laut
dan 70 persen di daratan punah pada 250 juta tahun lalu. Akhir periode
Permian ini dikenal pula sebagai Great Dying. Para ahli bertanya-tanya, apa
yang menyebabkan kepunahan missal tersebut? Apakah disebabkan oleh
meteor yang menabrak Bumi yang mengakhiri era dinosaurus pada 65 juta
tahun lalu? Ilmuwan dari University of Calgary memberi jawaban bahwa
pemicunya adalah letusan gunung berapi superbesar. Lapisan abunya
ditemukan di kawasan Arktik Kanada. Ini benar-benar seperti smoking gun
yang menjelaskan kepunahan era Permian terbaru, kata Steve Grasby, salah
seorang peneliti, Grasby menjelaskan, penelitiannya merupakan yang pertama
yang menunjukkan bukti langsung bahwa letusan gunung berapi terbesar
yang pernah terjadi menyebabkan terbakarnya batu bara secara massif,
sehingga mendukung model gas rumah kaca saat ini.

17

Gambar 10. Ledakan Gunung Berapi

Pada periode kepunahan massal itu, Bumi hanya memiliki satu daratan
besar, yakni superbenua Pangea. Lingkungan ketika itu terdiri atas gurun dan
hutan belantara. Penghuni benua itu adalah beragam vertebrate berkaki empat
dan amfibi primitif, nenek moyang reptile serta synapsid. Lokasi gunung
berapi, dikenal sebagai Siberian Traps, sekarang berada di utara Rusia.
Pusatnya di sekitar Kota Tura, yang mencakup Yakutsk, Norilsk, dan Irkutsk.
Mereka meliputi wilayah dua juta kilometre persegi atau seukuran Eropa.
Debu vulkanik gunung berapi terbang hingga Arktik Kanada, di mana lapisan
abu batu bara ditemukan. Lapisan bahan organic yang berlimpah itu adalah
lapisan batu bara-abu, persis seperti yang dihasilkan oleh pembangkit listrik
batu bara modern ketika terbakar. Debu vulkanik mungkin memperparah
kondisi planet yang memanas, di mana hewan di lautan mati lemas karena
kadar oksigen menurun.
E. Lempeng Tektonik dalam Bidang Ilmu Kesehatan dan Keselamatan
Sebagian besar orang yang meninggal pada saat terjadinya gempa
bumi karena bangunan jatuh, dan bukan karena dari guncangan keras gempa
bumi itu sendiri. Selama beberapa dekade terakhir, insinyur dan ahli
bangunan telah belajar banyak tentang bagaimana merancang bangunan
sehingga bangunan tidak runtuh selama gempa bumi terjadi.

18

Gambar 12. Rumah Anti Gempa

Dasar masalah yang mereka hadapi adalah bagaimana membangun


sebuah bangunan yang akan mempertahankan integritasnya ketika tanah di
mana bangunan itu berdiri bergerak. Ada dua solusi umum untuk masalah
ini membuatnya fleksibel atau membuatnya kaku. Strategi pertama, banyak
digunakan dalam merancang gedung-gedung tinggi, Pembangunan ini
dilambangkan dengan pohon membungkuk akibat angin. Sebuah bangunan
dengan kerangka baja yang diperkuat khusus dapat dirancang sehingga akan
membungkuk dan bergetar sebagai getar tanah, tetapi kembali ke orientasi
aslinya tanpa kerusakan ketika gempa berhenti. Strategi kedua ini banyak
digunakan di rumah-rumah individu dan bangunan apartemen. Idenya adalah
untuk membangun bangunan sehingga pada permukaan bangunan bergerak
seperti kapal di laut. Sudut bangunan dipertahankan pada 90 derajat, hal ini
akan mengurangi runtuhnya bangunan akibat guncangan daerah sekitar
bangunan. berdasarkan penguatan sudut dan kekakuan diperoleh dari
menghubungkan fondasi dan atap bangunan. Kekakuan ini dapat diperoleh
hanya dengan menutupi semua dinding bangunan dengan lembar kayu lapis.

2.5 KONSERVASI

LINGKUNGAN

TEKTONIK

LEMPENG

DAN

APLIKASINYA
19

A. Perencanaan dan Perancangan Kota


Perencanaan Kota merupakan perencanaan fisik yang terpadu, karena
perencanaan kota mempunyai aspek yang sangat kompleks menyangkut
aspek sosial-budaya, ekonomi, dan politik dalam satu kesatuan wilayah fisik
(ruang kota). Peran perencanaan kota dalam upaya mitigasi dampak gempa
bumi sangat penting dalam rangka melindungi dan memberikan rasa aman
masyarakat dari ancaman bahaya gempa bumi. Menurut Ishikawa (2002),
Penataan urban landscape ini juga bertujuan untuk memberikan ruang untuk
evakuasi, serta ruang penyelamatan korban gempa. Penataan ruang melaui
penataan konfigurasi ruang kota dengan unsur bangunan tinggi (skycraper,
high rise building), kepadatan bangunan, serta ruang terbuka, keberadaannya
menjadi penting untuk mengurangi jumlah korban akibat gempa.
Apabila ditinjau dari unsur pembentuk kota pada hakekatnya substansi
urban design sebenarnya akan menyangkut 3 unsur pokok yaitu;
1. Faktor lingkungan alam, karakteristik alam merupakan unsur dasar yang
akan memberikan karakteristik yang spesifik suatu kawasan/kota. Faktor
alam ini mencakup; iklim, topografi, seismocity, geomorfologi, aliran,
kelembaban, suhu udara, flora-fauna dan sebagainya.
2. Faktor lingkungan buatan, kondisi-potensi lingkungan buatan sebagai
produk budaya masyarakat yang telah membentuk lingkungan yang
spesifik perlu menjadi suatu pertimbangan sebagai satu kesatuan produk
aktifitas masyarakat.
3. Faktor lingkungan nonfisik, kehidupan sosial-budaya, ekonomi, politik
dan teknologi, sebagai faktor yang melatar belakangi terbentuknya
lingkungan binaan manusia. Ketiga faktor tersebut merupakan satu
kesatuan yang saling pengaruh mempengaruhi. Lingkungan alam akan
menentukan struktur dan pola kota yang spesifik, sebagai cerminan pola
perilaku dan tata nilai sosial-budaya, ekonomi dan politik yang melatar
belakanginya. Produk perancangan kota menurut Hamid Shirvani (1985),
meliputi Kebijakan, Rencana, Pedoman, dan Program. Kebijakan
perancangan kota merupakan kerangka strategi pelaksanaan yang bersifat
spesifik.
Perkembangan kota-kota besar dunia sebagai konsekwensi dari
adanya peninkatan jumlah penduduk perkotaan, menyebabkan dibeberapa
20

kota besar dunia melakukan pengembangan kota ke atas (aboveground space)


dan ke bawah (underground space) permukaan tanah. Dengan tetap mengacu
kepada upaya mitigasi dampak gempa, maka pemanfaatan ruang (baik
aboveground maupun underground) perlu mempertimbangkan fungsi,
maupun kelebihan dan kekurangan dari kedua karakteristik model ruang
tersebut. Berkaitan dengan peluang pengembangan underground space,
sebagai alternatif peningkatan efektifitas ruang kota, Japan National Land
Policy

Institute

Perancangan underground space, sebagai salah satu upaya peningkatan


daya dukung lahan, memberikan peluang untuk melakukan penyesuai dan
pengaturan fungsi-fungsi kota di ground level. Kepadatan bangunan,
konfogurasi ruang terbuka, serta penataan urban landscpe di permukaan tanah
(grond level) menjadi lebih leluasa, dan dapat meningkatkan kinerja
lingkungan alam melalui pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau (RTH). Dengan
berbagai kelemahan yang dimiliki oleh underground space berkaitan upaya
penyelamatan

terhadap

bencana,

diperlukan

persyaratan

(peraturan

perancanganya) yang sangat ketat terhadap upaya mitigasi dampak gempa di


underground space. Walaupun menurut Athushi (1997) secara umum
underground space (dari beberapa kejadian gempa yang telah terjadi) lebih
mampu bertahan terhadap gempa bumi, dengan kerusakan yang lebih ringan
dibanding dengan aboveground structure.
Beberapa konsekwensi perencanaan terhadap sistem keselamatan,
perancangan struktur, dan penyiapan masyarakat (perilaku, aspek sosial
budaya penanganan gempa), serta ketetatan kontrol terhadap peraturan
bangunan (building codes). Pengamanan dalam perancangan underground
space secara umum dapat dikategorikan menjadi 2 yakni;
1. Persyaratan keamanan underground space untuk penggunaan/kondisi
normal; persyaratan struktur bangunan, lebar minimal jalan, ramp/slopes,
ketingian langit-lagit untuk memberikan keamanan dan kenyamanan
pengguna. termasuk dalam penyediaan fasilitas penerangan, sistem tanda,
ventilasi dan sistem utilitas/sanitary.
2. Persyaratan keamanan underground space untuk kondisi darurat; untuk
mengantisipasi bencana alam (gempa bumi) dan/atau bencana karena
kelalian manusia (kebakaran, teror dsb). Mitigasi dampak gempa bumi
21

pada perancangan underground space, menjadi persyaratan utama


khususnya di Jepang. Selain itu juga diperhatikan ancaman banjir,
kebakaran, maupun ledakan. Kerusakan akibat kebakaran pasca bencana
gempa di beberapa tempat menyebabkan kerusakan yang serius, sehingga
upaya-upaya penanggulangannya harus menjadi prioritas.
Upaya mitigasi dampak gempa bumi melalui perencanaan dan
perancangan kota dan bangunan harus didukung oleh perangkat peraturan dan
kebijakan pemerintah kota dan pusat yang berkaitan dengan perlindungan
masyarakat dari bahaya gempa. Berkaitan dengan hal ini jika mengacu pada
perkembangan perencanaan dan perancangan kota di negera-negara maju,
serta komitment terhadap perlindungan kehidupan masyarakat yang tinggi
dalam upaya mitigasi dampak gempa bumi, perlu dilakukan reformasi
terhadap peraturan/persyaratan perencanaan dan perancangan kota dan/atau
bangunan. Tujuan utama perlindungan masyarakat adalah untuk mengurangi
korban jiwa, korban luka2, kehilangan harta benda, kerusakan lingkungan,
gangguan social dan ekonomi sebagai akibat bencana alam. Mitigasi struktur
dan non-struktur hanya bisa dilakukan dengan didukung dengan kelengkapan
perangkat peraturan bangunan (building codes). Di beberapa tempat seperti
San Fransico, dan Jepang misalnya, dilakukan pengetatan dan revisi peraturan
bangunan dan persyaratan bangunan berkaitan dengan ancaman bencana
alam, khususnya gempa bumi.
B. Konservasi dan Produktivitas Endapan Vulkanik
Guna mempercepat pemulihan lahan pasca-erupsi Gunung Merapi dan
sekaligus meningkatkan produktivitas lahan usahatani diperlukan beberapa
informasi hasil penelitian yang pernah dilakukan pada lokasi tersebut. Hal ini
penting karena selain ingin melihat kondisi awal sebelum letusan, juga
mengetahui teknologi yang pernah digunakan sebelumnya. Salah satu lokasi
penelitian terletak pada endapan lahan volkanik yang dilakukan oleh Proyek
Bangun Desa. Kegiatan ini sebagai acuan teknologi yang diharapkan dapat
meningkatkan produktivitas lahan volkanik. Hasil penelitian Proyek Bangun
Desa II-komponen 8 (YUADP-component 8) yang mewakili 8.720 ha,
merupakan lahan labil wilayah mintakat (zona) agroekosistem Va (World
Bank, 1991), terletak di Desa Glagaharjo, Kecamatan Cangkrigan, Kabupaten
22

Sleman, DI Yogyakarta. Dalam peta geologi lembar Yogyakarta, termasuk


dalam formasi endapan volkanik Gunung Merapi muda berumur kuarter
(Rahardjo et al., 1977).
Peranan teknik konservasi terhadap pengendalian erosi dan perbaikan
mutu lahan merupakan indikator teknologi yang berhasil dalam memulihkan
produktivitas lahan endapan volkanik. Teknik konservasi secara vegetatif
menggunakan satu lajur rumput (grass strip) raja (Pennisetum purpuroides),
rumput guatemala (Tripsacum laxum), lajur rumput raja, guatemala dan gajah
(Pennisetum purpurem) dan tanaman legum gliside (Gliricidia sepium)
mampu menekan erosi hingga 11,67-14,77 t/ha/th (49-62%) dan berbeda
nyata dibanding kontrol 23,76 t/ha/th. Teknik konservasi vegetatif (rumput
raja, guatemala, gajah) yang dibarengi oleh tanaman legum (glirisida dan
flemingia)

menunjukkan

laju

erosi

(11,7-12,9

t/ha/th)

lebih

kecil

dibandingkan dengan hanya lajur rumput (raja, guatemala, dan gajah)


maupun kontrol (Tabel 39). Hal ini disebabkan tajuk kedua legum (gliriside
dan flemingia) dapat mengurangi tenaga kinetik butiran curah hujan,
menambah intersepsi hujan dan akarnya berperan dalam meningkatkan
porositas tanah. Tingkat erosi di Desa Glagaharjo telah mencapai ambang
batas terbolehkan (permissible of soil erosion), yaitu 13,5 t/ha/th (Thompson,
1957) dan 16,8 t/ha/th (Arsyad, 1989).

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat diambil beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
23

1. Ada tiga jenis batas lempeng yang berbeda dari cara lempengan tersebut
bergerak relatif terhadap satu sama lain. Tiga jenis ini masing-masing
berhubungan dengan fenomena yang berbeda di permukaan. Tiga jenis batas
lempeng tersebut adalah:
a. Batas transform (transform boundaries)
b. Batas divergen/konstruktif (divergent/constructive boundaries)
c. Batas konvergen/destruktif (convergent/destructive boundaries)
2. Pergerakan di mantel sendiri menurut hipotesa adalah karena adanya arus
konveksi. Arus konveksi di mantel dapat dianalogikan dengan arus konveksi
pada zat cair yang bagian bawahnya dipanaskan. Bagian air yang panas akan
naik. Setelah mencapai permukaan terjadi penurunan temperatur yang
menyebabkan bagian air tersebut kembali turun. Setelah berada di bawah,
bagian air tersebut terkena panas lagi yang menyebabkan ia naik lagi
3. Lempeng Tektonik dapat diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan,
diantaranya:
a. Aspek Fisika, arus konveksi pada mantel bumi
b. Aspek Kimia, proses pembentukan batuan beku secara kimiawi
c. Aspek Lingkungan, kepunahan masal pada 250 tahun yang lalu akibat
gunung meletus
d. Aspek Geologi, jenis batuan pada kerak bumi
e. Aspek Kesehatan dan Keselamatan, rumah anti gempa
4. Teknik konservasi vegetatif (lajur rumput raja, guatemala, gajah) dan
Flemingia congesta terhadap perbaikan produktivitas lahan endapan volkanik
cukup efektif menurunkan erosi tanah di bawah ambang batas erosi
terbolehkan (permissible of soil erosion Tingkat erosi yang makin rendah
meningkatkan nilai indeks storie (mutu tanah) dan produktivitas lahan.
5. Penataan ruang melaui penataan konfigurasi ruang kota dengan unsur
bangunan tinggi (skycraper, high rise building), kepadatan bangunan, serta
ruang terbuka, keberadaannya menjadi penting untuk mengurangi jumlah
korban akibat gempa.
3.2 SARAN
Saran yang diperoleh dalam penulisan paper ini adalah diharapkan pembaca
dapat mengkaji lebih lanjut tentang lempeng tektonik dan kaitannya dengan beberapa
aspek ilmu pengetahuan sehingga dapat dijadikan sebagai sumber informasi bagi

24

masyarakat khususnya bagi mahasiswa program studi Teknik Lingkungan


Kebumian Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta.

DAFTAR PUSTAKA
Abbas, Abdullah. 2012. Rehabilitasi dan Konservasi Tanah Pasca-Erupasi Gunung
Merapi. Yogyakarta : Litbang Pertanian
Ahmad, A. 2014. Apa Itu Lempeng Tektonik?. Tersedia pada. www.searchpage.com
Diakses pada tanggal 26 Maret 2016

Wikantiyoso, Respati. 2008. Mitigasi Dampak Gempa Bumi Melalui Perencanaan


dan Perancangan Kota. Malang : Universitas Merdeka

25

26

Anda mungkin juga menyukai