Anda di halaman 1dari 47

MAGMATISME DAN PROSES

TEKTONIK

Oleh :
Ir.(reg). Muhammad Chaerul, ST, M.Sc

Proses Magmatisme
Proses kompleks yang terjadi karena
aktifitas
arus
konveksi,
yang
menyebabkan terjadinya pergerakan
tektonisme lempeng-lempeng dibumi.
Dari
pergerakan
lempeng-lempeng
tersebut,
didapatkan
suatu
setting
tektonikyang menghasilkan magma yang
berbeda-beda, baik secara komposisi
maupun sifatnya. Salah satu setting
tektonik yang umum diteliti adalah pada
zona subduksi.

Zona
subduksi
adalah
zona
penunjaman salah satu lempeng,
baik itu lempeng benua maupun
samudera, dibawah lempeng yang
lain
setelah
terjadi
proses
tumbukan
diantara
keduanya
akibat pengaruh arus konveksi.
Setting-setting
tektonik semacam ini banyak
berkembang di Indonesia, kita
dapat menemukan zona subduksi
baikberupa
busur
kepulauan

Keberadaan Zona subduksi di Indonesia


inilah

yang

menyebabkan

Indonesia

menjadi salah satu negara dengan aktivitas


seismik, tektonisme maupun vulkanisme
yang

teraktif

di

dunia.

Proses-proses

magmatisme dan tektonisme di Indonesia


ini

berdampak

pada

komposisi

penyusun dan distribusinya.

batuan

sumber

daya

mineral

hingga

ke

potensi hidrokarbon.Tidak hanya itu,


aktivitas magmatisme yang tinggi di
area subduksi menyebabkanIndonesia
memiliki potensi panas bumi yang luar
biasa.
Namun

keadaan

ini

jugamembuat

Indonesia rawan akan bencana alam.


Bencana

alam

terjadiadalah

yang

gempa

bumi,

mungkin
gunung

Konsep
tektonik lempeng
menjelaskan
bahwa kulit bumi terdiri dari beberapa
bagian lempeng yang kaku (rigid), yang
bergerak satu sama lain diatas massa
astenosfer yang plastis dengan kecepatan
rata-rata 10cm/tahun atau 100 km/10 juta
tahun (Morgan, 1968; Hamilton, 1970 dalam
Alzwar
dkk.,
1988).
Berdasarkan
konsep
tersebut,
maka
pergerakan lempeng bumi dapat dibagi
menjadi tiga yaitu konvergen (saling
bertumbukan), divergen (saling menjauh)
dan
transform
(saling
berpapasan)
(Lockwood & Hazlett, 2010), dimana kegiatan
magmatisme akan terjadi pada batas-batas
lempeng ini.

Gambar : Lokasi-lokasi terbentuknya magma dalam konteks tektonik


lempeng. Pada ilustrasi diatas terlihat jelas bahwa punggungan tengah
samudera (MOR) menempati urutan pertama sebagai penghasil magma
terbesar, diikuti oleh zona subduksi, oceanic intraplate dan continental
intraplate (Schmincke, 2003)

Batas lempeng konvergen salah satunya berupa


zona subduksi. Zona subduksi adalah bagian dari
permukaan

bumi

yang

dibentuk

oleh

penenggelaman (subduksi) dari lempeng litosfer


yang dingin dan tebal sampai ke mantel bumi
(Tatsumi & Eggins, 1995). Zona subduksi dicirikan
oleh pembentukan palung-palung laut dalam, rantai
gunung

api

(Perfit

&

Davidson,

2000)

serta

konsentrasi hiposenter gempa bumi yang tinggi


(kebanyakan pada kedalaman 100 km sampai > 600
km) pada zona Wadati-Benioff (Schmincke, 2003).
Subduksi

ini

akan

membawa

batuan

dengan

komposisi kimia beragam ke dalam mantel seperti

Proses subduksi biasanya akan termanifestasi


dalam

bentuk

magmatisme

dan

vulkanisme

seperti pada Ring of Fire di Samudera Pasifik


(Tatsumi & Eggins, 1995). Proses magmatisme ini
terutama dipengaruhi oleh volatil (H2O) yang
terbawa oleh kerak samudera yang menunjam
dimana akan mendorong terjadinya pelelehan
sebagian (partial melting). Pelelehan sebagian ini
disebabkan

oleh

pembawa

air

menunjam

seperti

dehidrasi

pada

kerak

amfibol

mineral-mineral
samudera

(d=110

km)

yang
dan

plogophit (d=200 km) (Tatsumi & Eggins, 1995).

Gambar : Vulkanisme diatas zone subduksi. Penunjaman dari kerak


samudera yang dingin menyebabkan upwelling dari mantel panas dibawah
busur vulkanik. Senyawa volatil seperti H2O dilepaskan dari kerak
samudera ke mantel diatasnya sehingga menyebabkan pelelehan
(Sigurdsson, 2000)

Pembentukan Magma pada


Zona Subduksi
Proses pembentukan magma
diperoleh modelnya menggunakan
titik leleh batuan peridotit. Peridotit
dipilih karena merupakan penyusun
mantel sebagai sumber asal magma.
Pada batuan ini, pelelehan dapat
terjadi
karena
perubahan
3
parameter
dasar
:tekanan
(P),
temperatur (T) dan komposisi kimia

Kenaikan temperatur (T) pada kondisi


P dan X yang konstan
Penurunan tekanan P pada T dan X
yang konstan
Perubahan X pada P dan T yang
konstan (terutama penambahan fluida
khususnya H2O dan CO2)
Kombinasi antara satu faktor dengan
faktor yang lain (Lockwood & Hazlett,
2010)

Gambar : Tiga model pembentukan magma basa oleh pelelehan


sebagian (partial melting) peridotit dimana a= penambahan
temperatur, b=pengurangan tekanan c=penambahan H2O dan CO2
(Schmincke, 2003)

Kenaikan temperatur pada P&X yang


konstan
Ada beberapa teori yang menyebutkan
tentang sumber panas penyebab kenaikan
temperatur, salah satunya adalah peluruhan
dari unsur-unsur radioaktif seperti U, Th dan K
yang jumlahnya melimpah sejak pembentukan
bumi pada 4,6 milyar tahun yang lalu
(Schimnke, 2003) menjadi mineral-mineral
yang lebih stabil dan ringan (Lockwood &
Hazlett, 2010). Panas ini terlepas secara
konstan dengan cara bermigrasi ke permukaan
bumi yang lebih dingin dan akhirnya teradiasi
ke atmosfer.

TabelKontribusi relatif dari panas yang dihasilkan oleh


peluruhan radioaktif berdasarkan studi geonutrino
(Araki et al (2005) dalam Lockwood & Hazlett (2010))

Penurunan Tekanan pada Suhu dan


Komposisi Kimia yang tetap
Ketika temperatur dari suatu batuan mantel konstan, maka
penurunan tekanan bisa menyebabkan pelelehan sebagian
(Schminke, 2003) karena tekanan akan menjaga ikatan antar ion
tetap kuat sehingga strukturnya tetap kristalin (Lockwood &
Hazlett, 2010). Dengan kata lain, panas internal dari batuan yang
naik selama penurunan tekanan cukup untuk memicu terjadinya
pelelehan. Proses ini sangat tepat untuk sistem padatan kering,
contohnya ketidakhadiran fluida (Schminke, 2003)
Proses penurunan tekanan dari material mantel yang naik
merupakan mekanisme pembentukan magma yang paling penting
(Schminke, 2003) karena kebanyakan aktivitas gunung api di dunia
dihasilkan dari pelelehan karena penurunan tekanan ini (Lockwood
& Hazlett, 2010)

Penambahan unsur kimia pada suhu


dan tekanan yang tetap
Pada proses pembentukan magma yang ketiga,
tekanan (P) dan temperatur (T) adalah dalam kondisi
konstan, akan tetapi dengan adanya penambahan fase
fluida seperti H2O dan CO2 maka akan menyebabkan
titik pelelehan batuan menjadi lebih rendah.

Gambar : Grafik yang menunjukkan penurunan titik leleh akibat


penambahan H2O dan CO2 pada magma. Suhu pada saat magma
belum terkena penambahan unsur kimia disebut dry solidus
(Sigurdsoon, 2000)

Komposisi Magma
Magma
merupakan
istilah
yang
diberikan untuk campuran material padat
dan cair yang bersifat mudah bergerak.
Pada bumi, material cair (liquid) ini
merupakan campuran dari silikat kompleks
dan
gas-gas
terlarut
seperti
air,
karbondioksida
dan
senyawa-senyawa
lainnya (Rogers & Hawkesworth, 2000).
Karena batuan beku merupakan manifestasi
magma yang paling mudah diidentifikasi,
maka komposisi magma biasa ditentukan

Unsur-unsur tersebut menurut Rogers & Hawkesworth (2000) antara lain:


a. Unsur mayor adalah unsur yang mempunyai kelimpahan oksida > 1wt.%,
mengontrol sifat magma serta merupakan penyusun utama mineral esensial.
Contoh: SiO2, Al2O3, FeO, Fe2O3, CaO, MgO dan Na2O
b. Unsur minor mempunyai kelimpahan oksida 0,1-1 % , sebagai pengganti
dari unsur mayor pada mineral esensial atau bisa membentuk sejumlah kecil
mineral aksesoris.
Contoh: K2O, TiO2, MnO dan P2O5
c. Unsur jarang mempunyai kelimpahan oksida < 0,1 % berat serta sebagai
pengganti dari unsur mayor maupun unsur minor pada mineral esensial maupun
aksesoris.
Contoh: LILE (Cs, Rb, K, Ba, Sr, Pb), HFSE (Sc, Y, Th, U, Pb, Zr)
d. Unsur volatil dan oksida, pada bagian bumi yang dalam semua unsur
volatil akan larut dalam magma, tetapi ketika tekanan berkurang karena
pergerakan magma keatas maka gas akan membentuk fase uap yang terpisah dari
magma (Nelson, 2012)
Contoh: H2O, CO2, SO2, F, Cl, etc.

Diferensiasi Magma
A. Proses Fraksinasi Kristalisasi Magma
Diferensiasi adalah proses dimana terbentuk magma turunan
yang secara kimia dan mineralogi berbeda dari magma asal (parental
magma) (Schmincke, 2003).

Gambar 1.5.Ilustrasi proses fraksinasi kristalisasi pada dapur magma


(Tarbuck & Lutgens, 2004)

Diferensiasi diperkirakan terjadi pada dapur


magma dengan kedalaman lebih dari 10 kilometer
di kerak bumi, ketika magma dalam kondisi
stagnan, mendingin secara perlahan dan mulai
mengkristal (Schmincke, 2003). Proses diferensiasi
meliputi dua hal yaitu fraksinasi kristalisasi
(mekanisme utama) dan asimilasi (Schmincke,
2003).
Selama proses fraksinasi kristalisasi, kristalkristal mineral yang lebih berat (berat jenis tinggi)
akan tenggelam dalam magma yang berkomposisi
lebih asam membentuk timbunan kristal
(cumulates) (Schmincke, 2003).

B. Proses Asimilasi dan Magma Mixing


Proses diferensiasi yang lain yakni asimilasi dan
percampuran magma (magma mixing). Asimilasi ini merupakan
perubahan komposisi magma, sebagai akibat adanya reaksi
antara magma dengan batuan dinding yang berkomposisi
berbeda (Schmincke, 2003). Proses asimilasi ini bisa mengubah
komposisi kimia magma secara lebih jauh (Schmincke, 2003).
Sedangkan percampuran magma (magma mixing) ini terjadi
ketika magma dari dua dapur magma yang berbeda menyatu
sehingga membentuk magma baru dengan komposisi campuran
Selanjutnya, proses
antara keduanya.

Gambar : Ilustrasi proses asimilasi dan


proses percampuran magma yang terjadi
pada dapur magma (Tarbuck & Lutgens,
2004)

diferensiasi ini akan


menyebabkan perubahan
komposisi kimia pada magma
menjadi lebih asam (felsic)
pada perjalanannya keatas
sebelum mencapai permukaan
bumi. Magma yang sudah
mengalami perubahan
komposisi kimia akibat proses
diferensiasi ini disebut magma

Proses Tektonisme
Tektonisme merupakan perubahan
letak atau kedudukan lapisan kulit bumi
secara horizontal maupun vertical.
Berdasarkan kecepatan gerak dan luas
daerah, tektonisme dibedakan atas
epirogenesa dan orogenesa.

Epirogenesa

Gerakan pada lapisan kulit bumi secara horizontal


maupun vertical akibat pengangkatan dan penurunan
permukaan bumi yang terjadi sangat lambat serta
meliputi wilayah yang sangat luas.

Epirogenesa positif,
yaitu gerak turunnya
permukaan bumi sehingga
laut seolah-olah
mengalami kenaikan

Epirogenesa
negatif yaitu gerak
naiknya permukaan bumi
sehingga laut seolah-olah
mengalami penurunan

Gambar 1.7 jenis jenis epirogenesa

Orogenesa
Gerakan pada lapisan kulit
bumi secara horizontal
maupun vertikal akibat
pengangkatan dan penurunan
permukaan bumi yang terjadi
sangat cepat dan meliputi
wilayah yang sempit seperti
pembentukan deretan sirkum
pasifik

Proses Tektonisme
Berdasarkan Bentuknya
A. Lipatan
Terjadi akibat tanaga endogen yang
mendatar dan bersifat liat (plastis)
sehingga permukaan bumi mengalami
pengerutan. Bagian yang terlipat diatas
disebut punggung lipatan ( antiklinal ) dan
yang terlipat ke bawah disebut lembah
lipatan (sinklinal)

Macam Macam Lipatan


Lipatan tegak (symmetrical folds), terjadi karena
pengaruh tenaga horizontal sama atau tenaga radial
sama dengan tenaga tangensial.
Lipatan miring (asymmetrical fold), terjadi karena
arah tenaga horizontal tidak sama.
Lipatan menutup (recumbent folds), terjadi Karena
tenaga tangensial saja yang bekerja.
Lipatan rebah (overturned folds), terjadi karena
arah tenaga horizontal dari satu arah.
Sesar sungkup (overthrust), terjadi karena adanya
pergerakan pada sepanjang kerak bumi.

Gambar 1.8 Macam Macam Lipatan

Patahan

Gerakan tekanan horizontal


dan vertical yang
menyebabkan lapisan kulit
bumi yang rapuh menjadi
retak atau patah. Hal ini
terjadi karena tekanan yang
kuat tersebut melampaui titik
patah batuan dan
berlangsung dnegan sangat
cepat. tidak hanya retakan,
batuanpun dapat terpisah.

Jenis jenis dari


Tanah naik
(horst) , yaitu dataran yang terletak lebih tinggi dari
patahan

daerah sekelilingnya, akibat dataran di sekelilingnya patah.


Horst terjadi akibat gerak tektogenesa horizontal memusat, yaitu
tekanan dari dua arah atau lebih yang menimbulkan kerak bumi
terdorong naik.
Tanah turun (graben/slenk) , yaitu kenampakan dataran yang
letaknya lebih rendah dari daerah di sekelilingnya, akibat
dataran di sekelilingnya patah. Graben terjadi karena tarikan dari
dua arah yang mengakibatkan kerak bumi turun.
Sesar, yaitu patahan yang diakibatkan oleh gerak horizontal
yang tidak frontal dan hanya sebagian saja yang bergeser. Sesar
ini dibagi menjadi dua, yaitu dekstral dan sinistral. Dekstral,
yaitu jika kita berdiri di depan potongan sesar di depan kita
bergeser ke kanan. Sinistral, yaitu jika kita berdiri di depan
potongan sesar di depan kita bergeser ke kiri.
Blok mountain, yaitu kumpulan pegunungan yang terdiri atas
beberapa patahan. Blok mountain terjadi akibat tenaga endogen
yang berbentuk retakan-retakan di suatu daerah, ada yang
naikdan ada yang turun dan ada pula yang berbentuk miring
sehingga terbentuk komplek pegunungan patahan yang terdiri
atas balok-balok lithosfera.

Gambar 1.9 Macam-macam Patahan

Magma terbentuk karena adanya perubahan tiga


parameter utama, yaitu temperatur, tekanan, dan
komposisi kimia. Berdasarkan konteks tektonik
global,lokasi terbentuknya magma dapat dibedakan
menjadi (Wilson, 1989) :
a. Batas lempeng konstruktif, merupakan batas
lempeng divergen
yang
meliputirekahan tengah samudera dan back-arc
spreading.
b. Batas lempeng destruktif, merupakan batas
lempeng konvergen
yang meliputibusur
kepulauan (island arc) dan tepi benua aktif
(active continental margin).
c. Tatanan antar lempeng samudera, meliputi busur
samudera.
d.Tatanan antar lempeng benua, meliputi continental
flood basalt
zona rekahanbenua.

Zona subduksi adalah zona pertemuan


antara dua buah lempeng dimana kedua
lempeng ini mengalami tumbukan, baik
antara lempeng benua dengan lempeng
samudra, maupun lempeng samudra dengan
lempeng samudra yang menyebabkan salah
satu dari lempeng tersebut menunjam di
bawah
lempeng
yang
lain.Akibatnya
terjadilah
proses
magmatisme.
Proses
magmatisme yang terjadi pada zona
subduksi ini pun menghasilkan magma yang
sumbernya
dibagi
atas
3
(tiga)
kemungkinan,yaitu:

a. Berasal dari pelelehan sebagian mantel


atas ( Paling dominan terjadi).
b. Berasal dari pelelehan sebagian kerak
samudra yang
menunjam ke bawah.
c. Berasal dari pelelehan sebagian kerak
benua bagian bawah (anateksis). Magma
yang dihasilkan dari 3
kemungkinan di
atas, ini komposisinya
sangatbervariasi.
Secara umum, magma yang berasal dari
pelelehan kerak samudra yangmenunjam
dan dari pelelehan mantel atas akan
bersifat basa, namun apabila magma naik
menuju permukaan, akan
terjadi proses
diferensiasi sehingga magma yang

Sedangkan untuk magma yang berasal


dari pelelehan kerak benua bagian
bawah(anateksis),
pada
awalnya
memang sudah bersifat asam sesuai
dengan komposisi umum kerak benua,
kemungkinan besar jika naik menuju
permukaan
magma
tidakakan
mengalami
diferensiasi,
sehingga
magma yang dihasilkan tetap bersifat
asam.

Secara lebih jelasnya, Zona subduksi dapat


dikenali dengan adanya busur kepulauan
dan busur tepi benua aktif, yang keduanya
mempunyai
karakteristik
sepertiadanya
kepulauan yang berbentuk busur dan
membentang
hingga
ribuan
kilometer,adanya palung samudera yang
dalam, adanya volkanisme aktif dan gempa
bumi, sertaasosiasi volkanik yang k
has, yang disebut orogenic andesit.
Di permukaan, zonasubduksi dapat dibagi
menjadi tiga wilayah, yaitu busur depan
(forearc), busurgunungapi (volcanic arc), dan
busur
belakang
(backarc)
(Tatsumi&Eggins,1993).

Proses magmatisme di zona subduksi


berbeda
dengan
magmatisme
di
tatanan tektonik lain karena adanya
peran
fluida
pada
kerak
yang
menunjam
dan
adanyapelelehan
sebagian baik dari baji mantel, kerak
samudera,
ataupun
kerak
benua
bagianbawah.
Secara
umum,
mekanisme magmatismenya adalah
adanya finger tip effect,dimana kerak
samudera yang menunjam menjadi
lebih
panas
oleh
mantel
dan
gesekanyang mengakibatkan mineral
melepas H2O dan adanya pelelehan

A. Setting Tektonik dan Magmatisme Busur Kepulauan


Busur Kepulauan ini sendiri terbentuk akibat
adanya proses magmatisme yang disebabkan oleh
tumbukan antara lempeng samudra dengan lempeng
samudrayang diikuti oleh penunjaman salah satu
lempeng samudra tersebut. Pada daerah ini, magma
berasal dari pelelehan sebagian mantel dan pelelehan
sebagian
keraksamudra
itu
sendiri.
Hal
ini
menyebabkan magma induk kemungkinan besar akan
bersifat basaltic yang kemudian apabila naik menuju
permukaan akan mengalami proses diferensiasi dan
menghasilkan magma yang cenderung bersifat
toleiitik.
Magma jenis toleiitik akan menghasilkan batuan yang
berkomposisi intermediet, didominasi oleh batuan jenis
andesit, andesit basaltik, dan dasit. Magma toleiitikini
disebut
juga
sebagai
magma
sub-alkali

Gambar 2. Busur Kepulauan

Selain itu biasanya pada busur kepulauan akan


terbentuk Gunungapi. Ciri dari Gunungapi yang
terbentuk pada lokasi ini adalah gunungapi dengan
tipe strato dan letusan yang eksplosif.

B.
Setting
Magmatisme

Tektonik

dan

Busur Aktif Tepi Benua Jenis kedua dari


zona subduksi adalah Active Continental
Margin atau disebutjuga Busur aktif tepi
benua. Daerah ini terbentuk akibat adanya
tumbukan antara lempeng benua dengan
lempeng
samudra
yang
diikuti
oleh
penunjaman.

Gambar 3: Busur Aktif Tepi Benua

Ada dua kemungkinan yang


terjadi pada tipe subduksi ini :
Terjadinya pelelehan sebagian kerak
samudra atau mantel atas. Hasil
dariproses
pelelehan
sebagian
ini
adalah magma yang bersifat basaltik
danketika naik ke permukaan akan
mengalami diferensiasi. Sifat magma
yangdihasilkan nantinya akan bersifat
asam ataupun intermediet (kalk-alkali).

Terjadinya pelelehan sebagian kerak


benua bagian bawah (anateksis). Pada
kondisi ini, magma induk yang pertama
dihasilkan langsung bersifat asam dan
ketika
naik
ke
permukaan,
tidak
mengalami diferensiasi dan menghasilkan
magma yang sifatnya asam

Manfaat dari Tatanan


Lempeng Tektonik
Indonesia

Penyebaran mineral ekonomis di Indonesia ini


tidak merata. Seperti halnya penyebaran
batuan, penyebaran mineral ekonomis sangat
dipengaruhi oleh tatanan geologi Indonesia
yang rumit. Berkenaan dengan hal tersebut,
maka usaha-usaha penelusuran keberadaan
mineral ekonomis telah dilakukan oleh banyak
orang. Mineral ekonomis adalah mineral bahan
galian dan energi yang mempunyai nilai
ekonomis. Mineral logam yang termasuk
golongan ini adalah tembaga, besi, emas,
perak, timah, nikel dan aluminium. Mineral non
logam yang termasuk golongan ini adalah
fosfat, mika, belerang, fluorit, mangan

Mineral industri adalah mineral bahan


baku dan bahan penolong dalam
industri,
misalnya
felspar,
ziolit,
diatomea. Mineral energi adalah minyak,
gas dan batubara atau bituminus
lainnya. Belakangan panas bumi dan
uranium juga masuk dalam golongan ini
walaupun
cara
pembentukannya
berbeda. (Sudradjat, 1999)

REFERENSI
Carlile, J.C, A.H.G Mitchell, 1993, Magmatic arcs and associated gold and
coppermineralization in Indonesia Australia, ELSEVIER.
Setijadji, Lucas Donny, Dr., 2011, Materi Kuliah Petrologi batuan beku dan
batuan metamorf BATUAN GRANITIK(Granitic Rocks atau Granitoids),
Yogyakarta, Unpublished
Setijadji, Lucas Donny, Dr., 2011, Materi Kuliah Petrologi batuan beku dan
batuan metamorf MAGMATISME DALAM KONTEKSTATANAN TEKTONIK
GLOBAL ,Yogyakarta, Unpublished
http://google.com/Pembaruan-Model-Tektonik-Lempeng-Indonesia/PDF
http://www.scribd.com/doc/30063609/Batuan-Beku-Indonesia
http://explorasi08.blogspot.com/2011/03/hubungan-busur-magmatik-dan-asosia
si.html

Anda mungkin juga menyukai