3 BATUAN
22
Batuan
Siklus batuan
Karakteristik Magma
Tipe Magma
Tipe magma berdasarkan komposisi kimia yang dikandungnya secara
umum terbagi menjadi tiga yaitu :
1. Basaltic magma, mengandung SiO2 45-55%, tinggi dalam kandungan
Fe, Mg dan Ca, rendah dalam kandungan K dan Na.
2. Andesitic magma, mengandung SiO2 55-65%, menengah dalam
kandungan Fe, Mg, Ca, Na dan K.
3. Rhyolitic magma, mengandung SiO2 65-75%, rendah dalam kandungan
Fe, Mg dan Ca, tinggi dalam kandungan K dan Na.
Fasa Magma
Pada magma yang cair terkandung gas-gas yang terlarut, gas-gas ini
akan membentuk fasa tersendiri ketika terjadi penurunan tekanan seiring
23
Batuan
Temperatur Magma
Sebenarnya temperatur magma sangatlah sulit untuk diukur karena
berbahaya. Hasil pengukuran temperatur magma di lapangan dan laboratorium
mengindikasikan bahwa temperatur magma yang ketika dierupsikan adalah :
1. Magma basaltik berkisar antara 1.000-1.200oC.
2. Magma andesitik berkisar antara 800-1.000oC.
3. Magma riolitik berkisar antara 650-800oC.
Viskositas magma
Viskositas atau kekentalan magma bergantung pada komposisi dan
temperatur magma. Semakin tinggi kandungan SiO2 (silika), maka magma
akan semakin kental (viskositasnya semakin tinggi), dengan demikian
kekentalan meningkat seiring dengan bertambahnya konsentrasi silika dalam
magma. Semakin rendah temperatur, maka magma akan semakin kental,
semakin tinggi temperatur magma akan semakin encer (viskositas berkurang
seiring meningkatnya temperatur). Magma basaltik cenderung lebih encer
(viskositas rendah), walau demikian keenceran magmanya masih 10.000-
100.000 kali lebih kental dari air biasa. Magma riolitik memiliki kekentalan
paling tinggi, yaitu antara 1 juta-100 juta kali lebih kental dari air. Viskositas
sangat penting dalam menentukan sifat eruptif suatu magma. Pada bab
24
Batuan
sebelumnya, kita telah mengetahui interior bumi dan Teori Tektonik Lempeng,
pada bab ini kita juga telah membahas mengenai karakteristik magma,
selanjutnya kita akan mengetahui dan memahami asal-usul magma sebagai
material pembentuk batuan beku.
Terbentuknya Magma
Magma dibawah permukaan bumi terbentuknya tidak begitu saja,
namun ada kondisi-kondisi tertentu yang berpengaruh dan menentukan
terhadap proses pembentukannya. Temperatur adalah salah satu faktornya,
yang berubah terhadap kedalaman dan tekanan (geothermal gradient).
1. Meningkatnya Gradien Geotermal
a.Radioactive heat (panas radioaktif),
unsur-unsur seperti U, Th, K dan Rb
memiliki isotop-isotop radioaktif.
Selama peluruhan radioaktif, partikel-
partikel sub-atomik dilepaskan oleh
isotop-isotop yang mengalami
peluruhan tersebut, kemudian bergerak
keluar hingga bertumbukan dengan
partikel atom lainnya. Terkait dengan
adanya tumbukan ini, energi kinetic
yang dihasilkan berubah menjadi
panas. Jika energi panas ini tidak dapat
tersalurkan, maka temperatur akan
naik. Panas dibawah permukaan bumi
umumnya dihasilkan oleh peluruhan
Grafik geothermal gradient terhadap
temperature, tekanan dan kedalaman.
25
Batuan
26
Batuan
27
Batuan
b. Karena magma basaltik memiliki densitas yang lebih besar dari material
kerak, maka tidak akan seluruhnay naik ke permukaan melainkan
mengintrusi dan secara perlahan membeku di dalam kerak.
c. Selama pendinginan tersebut, magma basaltik melepaskan panasnya ke
material kerak, menaikkan gradien geotermal (menaikkan temperatur
lokal).
d. Terjadinya intrusi material mantel secara berkelanjutan pada area yang
sama di kerak benua ini menyebabkan partial melting pada kerak.
29
Batuan
Prosesnya :
Pada saat magma mengalami penurunan temperatur, kristal yang terbentuk
lebih awal memiliki densitas yang lebih besar dari larutan magmanya, akan
turun ke bawah (mengendap), maka terbentuk 2 fraksi yaitu akumulasi
kristal yang terbentuk awal dan larutan sisa magma. Larutan sisa magma
akan terus bergerak dan mengami penurunan temperatur, maka proses
pemisahan kristal dan larutan sisa magma akan terus berlanjut sampai
seluruh larutan sisa magma membeku semuanya.
b. Diferensiasi Asimilasi
Magma asal dalam perjalanannya mengalami pembekuan akan naik dan
menerobos batuan sekitarnya, maka dapat terjadi proses pencampuran
(pemakanan) dari batuan samping kedalam magma asal, sehingga dapat
merubah komposisi magma asal.
30
Batuan
gelap), sedangkan mineral yang kandungan unsur Fe dan Mg-nya rendah serta
kaya akan silikat disebut mineral felsic (mineral terang).
31
Batuan
32
Batuan
1. Intrusi hipabisal
Batuan beku yang terbentuk dari intrusi ini terletak tidak jauh dari
permukaan (dangkal). Dangkal disini terletak pada kedalaman < 1 km. Intrusi
hipabisal selalu menunjukan hubungan kontak yang tajam dengan batuan yang
diintrusinya. Berikut jenis-jenis intrusi hipabisal :
a. Dyke, merupakan batuan intrusi yang berbentuk memanjang seperti
tabung atau tabular. Ukurannya kecil (lebarnya < 20 m), memiliki
hubungan tidak selaras (diskordan) dengan batuan disekitarnya.
Kenampakannya berupa tubuh batuan yang terkurung oleh batuan
sekitarnya atau berupa penjalaran dyke-dyke yang terpancar dari tubuh
batuan intrusi yang besar dibawahnya.
33
Batuan
Dyke
Sill
34
Batuan
Lakolit
Lopolit
35
Batuan
36
Batuan
Bomb dan lapili yang memiliki banyak vesikuler (lubang bekas terisi gas)
disebut pumice atau batuapung. Berdasarkan bentuk butir, batuan piroklastik
dibedakan menjadi :
- Bentuk butir yang membulat hingga bulat tanggung disebut sebagai
agglomerat.
- Bentuk butir yang menyudut hingga menyudut tanggung disebut breksi
volkanik.
37
Batuan
Batuan pumice
38
Batuan
39
Batuan
40
Batuan
Klasifikasi batuan beku berdasarkan komposisi kimia, mineral dan tekstur akan
dijelaskan sebagai berikut :
1. Berdasarkan komposisi kimia
Setiap batuan memiliki komposisi kimia tertentu sehingga hal ini
merupakan parameter vital dalam mengelompokan batuan beku. Pada
dasarnya, setiap unsur kimia akan membentuk ikatan-ikatan dalam bentuk
senyawa yang pada akhirnya akan membentuk mineral-mineral penyusun
batuan. Analisis kimia batuan dalam pengelompokan batuan disebut analisis
normatif. Batuan beku 99% tersusu atas ”hanya” 14 unsur dengan urutan dari
berat atomnya yaitu H, C, O, Na, Mg, Al, Si, P, S, K, Ca, Ti, Mn dan Fe. Ke-14
unsur utama yang kehadirannya dalam batuan beku dalam jumlah besar,
dianalisis sebagai oksida (senyawa dengan oksigen) dinyatakan dalam persen
berat dengan total analisis ± 100% yaitu SiO 2, MgO, CaO, FeO, Fe2O3, MnO,
Al2O3, K2O, Na2O, TiO2, P2O5 dan LOI (Lost On Ignition = habis dibakar).
Perhitungan persentase tiap senyawa kimia tersebut dapat mencerminkan
jenis batuan beku dan lingkungan pembentukannya. Analisis kimia batuan juga
dapat digunakan dalam penentuan jenis magma asal, kedalaman, dan
temperatur pembentukan magma asalnya. Dalam melakukan analisis batuan
beku, sampel batuan yang diambil dari lapangan harus batuan yang sangat
segar, jangan yang telah mengalami pelapukan.
Komposisi kimia batuan ekstrusif identik dengan batuan intrusinya
asalkan termasuk kedalam kelompok yang sama (batuan asam, menengah, basa
atau ultrabasa). Klasifikasi batuan beku berdasarkan komposisi kimia salah
satunya adalah berdasarkan CIPW Normative, pengklasifikasiannya melalui
perhitungan secara ’teoritis’ kehadiran mineral berdasarkan perbandingan
molar (persen molar) dari data hasil analisa kimia batuan. Catatan : CIPW
Normative (Cross-Iddings-Pirrson-Washington Normative).
41
Batuan
Kandungan
Batuan Batuan
Sifat mineral Indeks warna
intrusif ektrusif
mafik (%)
Granit
Adamelit Riolit Asam 0-25 Leucocratic
Granodiorit
Trakhit
Syenit
Andesit
Diorit Menengah 25-55 Mesocratic
Trakhit
Monsonit
andesit
Gabro Basalt Basa 55-85 Melanocratic
Peridotit Dunit Ultrabasa 85-100 Melanocratic
42
Batuan
adalah mineral kuarsa, plagioklas, potasium feldspar, dan foid (mineral felsik)
untuk mineral mafik biasanya mineral amfibol, piroksen dan olivin. Klasifikasi
batuan beku berdasarkan komposisi mineral diantaranya adalah klasifikasi dari
Streckeissen (1967), klasifikasi ini digunakan untuk batuan beku intrusi
maupun ekstrusi. Pada klasifikasi ini pembagiannya berdasarkan kandungan
empat jenis mineral, yaitu kuarsa (Q), alkali feldspar (A), plagioklas (P) dan
feldspatoid (F).
43
Batuan
Tekstur afanitik
- Phaneritic (faneritik), bila batuan tersusun atas mineral berbutir kasar dan
dapat diamati dengan mata telanjang.
Tekstur faneritik
- Porphyritic (porfiritik), bila batuan terdiri atas mineral berbutir kasar dan
halus. Mineral yang berbutir kasar disebut phenocris (fenokris) sedangkan
yang berbutir halus disebut ground mass (massa dasar).
44
Batuan
Tekstur porfiritik
c. Fabric (kemas)
Kemas adalah hubungan antar butir mineral. Jika bentuk butirannya
samadisebut equigranular, sedangkan bila ukuran butirnya tidak sama disebut
inequigranular.
e. Bentuk mineral
- Panidiomorph (panidiomorf), bila sebagian besar kristalnya berbentuk
euhedral.
- Hypidiomorph (hipidiomorf), bila sebagian kristalnya berbentuk euhedral dan
sebagian lagi berbentuk anhedral.
- Allotriomorph (alotriomorf), bila sebagian besar kristal penyusunnya
berbentuk anhedral.
45
Batuan
46
Batuan
47
Batuan
48
Batuan
Oleh karena itu, akibat proses yang terus berlangsung, maka material sedimen
dapat dijumpai dimana-mana.
Proses kompaksi akan terjadi setelah material diendapkan (post
depositional), terutama pada material yang diendapkan dekat dasar, lama
kelamaan endapan ini akan tersemenkan oleh mineral yang mengkristal di pori-
pori antar butiran sehingga membentuk batuan sedimen. Jumlah batuan
sedimen hanya sekitar 5 % dari total volume batuan penyusun kerak bumi atau
sekitar 16 km lapisan terluar dari kerak bumi.
Namun demikian, kepentingan dari batuan sedimen jauh lebih besar
dari jumlahnya, dimana kenampakan dipermukaan sebesar 75 % dari luas
bumi. Batuan sedimen umumnya menunjukan proses-proses yang terjadi di
permukaan bumi di masa lalu sehingga dapat digunakan untuk menunjukan
mekanisme dan proses apa yang terjadi. Batuan sedimen juga dapat
mengandung fosil yang merupakan kunci dalam mempelajari keadaan geologi
di masa lalu sehingga ahli geologi dapat menceritakan sejarah bumi ini dengan
detail. Dilihat dari segi ekonomi, batuan sedimen juga sangat penting. Sebagai
contoh, sumber energi seperti batubara, minyak dan gas bumi serta beberapa
mineral ekonomis seperti besi, mangan dan alimunium dapat dijumpai
berasosiasi dengan batuan sedimen.
49
Batuan
ini mempunyai variasi mineral atau fragmen yang besar, komposisi utama dari
batuan ini adalah kuarsa dan mineral lempung. Mineral lempung merupakan
produk utamadari pelapukan kimia yang berasal dari mineral silikat. Lempung
adalah mineral berbutir halus dengan struktur kristal lembaran seperti mika.
Mineral lain pada batuan sedimen adalah kuarsa karena mineral ini
resisten terhadap proses pelapukan kimia. Jadi pada waktu batuan beku yang
banyak mengandung kuarsa, seperti granit mengalami pelapukan kimia, maka
butiran kuarsa akan terlepas bebas. Perlu diingat bahwa ukuran butirmerupakan
dasar utama untuk membedakan batuan sedimen detrital. Adapun contoh dari
batuan sedimen detrital diantaranya breksi, konglomerat, batupasir, batulanau
dan batulempung.
50
Batuan
51
Batuan
Litifikasi
Proses perubahan sedimen lepas menjadi batuan sedimen disebut
litifikasi. Salah satu proses litifikasi adalah kompaksi atau pemadatan. Pada
waktu material sedimen diendapkan terus-menerus pada suatu cekungan, berat
endapan yang berada di atas akan membebani endapan yang ada di bawahnya.
Akibatnya, butiran sedimen akan semakin rapat dan rongga antara butiran akan
52
Batuan
2. Tekstur
53
Batuan
54
Batuan
A B C D E F
Bentuk butir : very angular (A), angular (B), subangular (C), subrounded (D), rounded (E), dan
very rounded (F)
c. Kemas, hubungan antar butir di dalam suatu batuan. Kemas ada dua
macam :
- Matrix supported (kemas terbuka), bila butirannya tidak saling
bersentuhan
- Grain supported (kemas tertutup), bila butirannya saling bersentuhan
satu sama lain, sifat sentuhnya ada beberapa macam :
o Point contact, bila bersentuhan hanya pada satu titik saja.
o Long contact, bila butiran bersentuhan pada sisi butiran yang
panjang.
o Concave-convex contact, bila sisi butiran yang bersentuhan ada
yang cembung dan ada yang cekung
o Sutured contact, bila sisi butiran yang bersentuhan berbentuk gerigi.
3. Sorting (pemilahan)
Sorting adalah tingkat / derajat keseragaman butir, cara mengamatinya
dengan menggunakan lup, mencerminkan viskositas media pengendapan serta
energi mekanik atau arus gelombang medianya. Jika pemilahannya baik maka
diendapkan oleh media yang cair atau encer dengan energi arus yang kecil dan
begitu pula sebaliknya terbagi menjadi tiga yaitu :
a. Terpilah baik (well sorted), bila ukuran butirannya seragam.
b. Terpilah sedang (medium sorted), bila ukuran butirnya relatif seragam.
c. Terpilah buruk (poorly sorted), bila ukuran butirnya tidak seragam.
55
Batuan
4. Permeabilitas
Permeabilitas adalah kemampuan batuan untuk meloloskan atau dilalui
fluida. Cara penentuan permeabilitas adalah sebagai berikut :
1. Teteskan air diatas permukaan sampel yang akan
diperiksa.
2. Perhatikan apakah air tersebut diserap atau tidak oleh
batuan tersebut.
3. Bila air diserap dengan cepat, maka nyatakanlah
bahwa permeabilitasnya baik.
4. Bila cairan diserap dengan cukup cepat, maka
nyatakanlah bahwa permeabilitasnya sedang.
5. Bila cairannya diserap dengan lambat, maka
nyatakanlah bahwa permeabilitasnya buruk.
6. Porositas
Porositas adalah perbandingan volume rongga-rongga pori terhadap
volume total seluruh batuan dan dinyatakan dengan persen.
Ø= Volume Pori-pori
X 100%
Volume Total Batuan
56
Batuan
7. Stuktur sedimen
Struktur sedimen adalah suatu bentuk atau kenampakan yang khas pada
batuan sedimen yang merefleksikan proses, mekanisme, dan kondisi tertentu
pada saat pengendapan maupun setelah pengendapan. Penentuan struktur
sedimen sangat berguna didalam menentukan lapisan atas (Top) dan lapisan
bawah (Bottom) dari suatu lapisan, arah arus purba (Paleocurrent) dan
interpretasi lingkungan pengendapan. Secara garis besar struktur sedimen dapat
dibagi menjadi dua kategori berdasarkan waktu pembentukannya, media
pembentukannya dan posisinya pada tubuh batuan.
a. Berdasarkan waktu pembentukannya, struktur sedimen dibagi menjadi
struktur sedimen primer (terbentuk bersamaan dengan proses deposisi atau
pengendapan / syn depositional structure) dan struktur sedimen sekunder
(terbentuk setelah proses deposisi atau pengendapan / post depositional
structure).
Struktur sedimen primer contohnya adalah :
o Graded bedding, yaitu gradasi butiran yang menghalus kearah atas.
o Paralel lamination, yaitu pola kelurusan butiran, mineral, fosil, dan
material lainnya dengan ketebalan < 1 cm.
o Ripple mark, yaitu jejak gelembur gelombang, yang merefleksikan
kondisi arus pada saat pengendapan batuan tersebut.
o Dune and sand wave, yaitu struktur sedimen berbentuk gumuk pasir
yang juga dapat merefleksikan kondisi arus pada saat itu.
o Cross stratification, yaitu struktur berbentuk silang siur yang
membentuk sudut terhadap bidang perlapisan.
o Lenticular , yaitu lensa-lensa pasir di dalam lapisan batulempung
o Flaser, yaitu lensa-lensa lempung di dalam lapisan batupasir
o Dan lain-lain.
1 2
57
Batuan
3 4
5 6
Struktur sedimen primer : graded bedding (1), dune (2), paralel laminasi (3), cross bedding (4),
ripple mark (5), dan ripple cross laminasi (6)
58
Batuan
1 2
59
Batuan
8. Kandungan CaCO3
Ditentukan dengan jalan meneteskan larutan HCl 0.1 N pada
permukaan sampel batuan yang masih segar, jika batuan tersebut bereaksi
(berbuih) maka batuan tersebut bersifat karbonatan (mengandung CaCO3), dan
begitu pula sebaliknya.
9. Kekerasan
Kekerasan merupakan tingkat kepaduan suatu batuan. Ada beberapa istilah :
o Kompak, bila tidak bisa dicukil dengan jarum penguji.
o Keras, bila masih dapat dicukil dengan jarum penguji.
o Agak keras, bila dapat hancur ketika ditekan dengan jarum penguji.
o Lunak, bila dapat dipotong-potong dengan mudah menggunakan jarum
penguji.
o Friabel (dapat diremas), bila dapat diremas dengan menggunakan jari
tangan.
o Spongy, bila sifatnya seperti karet busa (elastis).
60
Batuan
Fosil merupakan unsur yang penting yang sering dijumpai pada batuan
sedimen. Fosil digunakan untuk mengetahui kondisi geologi dimasa lampau,
terutama untuk mengetahui paleoenvironment. Selain itu, fosil juga dapat untuk
mengkorelasikan batuan yang berumur sama yang dijumpai pada tempat yang
berbeda. Dari uraian diatas dapat disebutkan ciri batuan sedimen dilapangan
yaitu :
1. Adanya perlapisan
2. Terdapat mineral khas yang merupakan hasil dari proses sedimentasi
3. Adanya struktur sedimen
4. Terdapat fosil
5. Terdiri atas butiran yang menunjukan telah mengalami proses sedimentasi.
61
Batuan
62
Batuan
dalam keadaan padat. Jika batuan tidak dalam keadaan padat maka sudah
termasuk kedalam aktifitas magmatisme.
Catatan buat adik-adik: proses metamorfisme tidak melalui fasa cair (padat ke
padat), jika mengalami fasa cair maka proses tersebut dinamakan
metasomatisme.
Berdasarkan pengaruh terbentuknya proses metamorfisme dapat dibagi
menjadi menjadi tiga yaitu:
1. Metamorfisme Kontak, adalah proses metamorf yang akan menghasilkan
batuan metamorf dengan faktor utama yang mempengaruhinya adalah suhu
yang tinggi dan biasanya terjadi disekitar tubuh batuan intrusi.
Contoh : “Batu tanduk” (Hornfels).
Metamorfisma kontak
63
Batuan
64
Batuan
Adapun jenis struktur pada batuan metamorf yang berfoliasi antara lain :
a. Slaty, menampakan belahan-belahan yang
sangat halus, umumnya terdiri dari mineral yang pipih dan sangat halus.
b. Phylitic, foliasi sudah mulai ada, oleh
kepingan-kepingan halus mineral mika, terdiri atas bentuk kristal
lepidoblastik.
c. Schistose, foliasi sudah mulai jelas oleh
kepingan mineral mika, dengan belahan yang merata yang terdiri dari
selang-seling bentuk kristal lepidoblastik dan granoblastik.
d. Gneissic, foliasi diperlihatkan oleh
penyusunan mineral granular dan pipih (mika), belahan tidak rata atau
terputus-putus.
1 2
65
Batuan
3 4
Struktur foliasi pada batuan metamorf : slaty (1), phylitic (2), schistose (3) dan gneissic (4)
1 2
66
Batuan
Struktur non foliasi pada batuan metamorf : hornfelsic (1) dan milonitic (2)
Derajat metamorfisma
67
Batuan
68
Batuan
Facies batuan metamorf dan hubungannya dengan suhu, tekanan dan kedalaman
69