PENDAHULUAN
Mengapa terdapat relief alam berupa gunung, bukit, lereng dan lain sebagainya
dikarenakan adanya tenaga endogen. Tenaga endogen adalah tenaga yang berasal dari
dalam bumi yang menyebabkan perubahan pada kulit bumi. Tenaga endogen ini
sifatnya membentuk permukaan bumi menjadi tidak rata. Mungkin saja di suatu daerah
dulunya permukaan bumi rata (datar) tetapi akibat tenaga endogen ini berubah menjadi
gunung, bukit atau pegunungan.
Pada bagian lain permukaan bumi turun menjadikan adanya lembah atau jurang. Secara
umum tenaga endogen dibagi dalam tiga jenis yaitu tektonisme, vulkanisme, dan seisme
atau gempa bumi. Memang kita mengakui bahwa dampak dari gejala vulkanisme adalah
Gempa Bumi yang dapat ditimbulkanya dapat merusak bangunan. Awan panas dan lava
pijar dari gunung berapi (Gunung berapi atau gunung api secara umum adalah istilah
yang dapat didefinisikan sebagai suatu sistem saluran fluida panas batuan dalam wujud
cair atau lava yang memanjang dari kedalaman sekitar 10 km di bawah permukaan bumi
sampai ke permukaan bumi, termasuk endapan hasil akumulasi material yang
dikeluarkan pada saat meletus.) dapat menyebabkan kebakaran hutan, matinya hewan
ternak dan bahkan tebaran abu yang sangat tebal dan meluas dapat merusak kesehatan
dan mengotori sarana yang ada.
Akibat gejala vulkanisme sehingga esensi dari sifat membangun tenaga endogen untuk
kehidupan terus terjadi, karena itu sudah gejala alam untuk menyeimbangankan energi
bumi yang bersifat membangun bagi kehidupan dan bumi itu sendiri.
dari 127 gunung api paling aktif di Indonesia yang sering meletus. Letak
ketinggian 2986 mdpal. Letusan terakhir Merapi terjadi pada tahun 2010.
Berdasarkan catatan sejarah, letusan Merapi pada 1872 tercatat terjadi selama 5
hari, sedangkan letusan 2010 ini mencapai 14 hari terhitung sejak tanggal 26
letusan 138 tahun silam itu maksimal hanya 11–12 km, sedangkan letusan Tahun
berapi komposit, yang tinggi dan mengerucut terdiri atas lava atau abu vulkanik
yang mengeras. Secara petrologi magma Merapi bersifat andesit-basaltik. Merapi
guguran lava pijar dan jatuhan piroklastik (BPPTK, 2010 dalam Mousafi,
2011:1).
Merapi memiliki aspek sosial dan ekonomis yang tinggi bagi kemajuan
antara lain : menjadi wahana pelestarian tradisi atau budaya Jawa, menjadi
perekat persatuan dan kesatuan masyarakat Jawa. Dari sisi aspek ekonomis,
dieksploitasi untuk jangka waktu yang lama, juga memberikan potensi kesuburan
tanah bagi lahan pertanian maupun perkebunan, kecuali itu hampir sebagian
mencapai (300 km/jam) serta panas dengan suhu antara 800ºC – 1100ºC. Bahaya
sekunder Merapi adalah banjir lahar dingin yang dapat terjadi pada musim hujan.
4
erupsi Merapi Tahun 2010. Citra Ikonos dan Citra WorldView 2adalah citra
awan panas, dampak awan panas sangat berpengaruh pada tingkat kerusakan
lahan. Baik untuk lahan pertanian, maupun untuk lahan terbangun, misal
erupsi Merapi adalah salah satu penyebab terjadinya kerusakan lahan, kandungan
setelah terkena abu vulkanik menjadi salah satu faktor tinggi rendahnya tingkat
Cangkringan. Lahan kritis adalah lahan yang tidak dapat dimanfaatkan secara
optimal karena mengalami proses kerusakan fisik, kimia, maupun biologi yang
juga disebut sebagai lahan marginal yaitu lahan yang memiliki beberapa faktor
pembatas, sehingga hanya sedikit lahan yang dapat dimanfaatkan kembali untuk
hal apa yang perlu dilakukan kembali agar lahan tersebut dapat digunakan
Apabila Merapi meletus, bahaya utama yang mengancam adalah pyroclastic flow atau
aliran awan panas. Aliran awan panas
PEMBAHASAN
Gunung berapi atau gunung api secara umum adalah istilah yang dapat didefinisikan
sebagai suatu sistem saluran fluida panas (batuan dalam wujud cair atau lava) yang
memanjang dari kedalaman sekitar 10 km di bawah permukaan bumi sampai ke
permukaan bumi, termasuk endapan hasil akumulasi material yang dikeluarkan pada
saat meletus.
Lebih lanjut, istilah gunung api ini juga dipakai untuk menamai fenomena pembentukan
ice volcanoes atau gunung api es dan mud volcanoes atau gunung api lumpur. Gunung
api es biasa terjadi di daerah yang mempunyai musim dingin bersalju, sedangkan
gunung api lumpur dapat kita lihat di daerah Kuwu, Grobogan, Jawa Tengah yang
populer sebagai Bledug Kuwu.
Gunung berapi terdapat di seluruh dunia, tetapi lokasi gunung berapi yang paling
dikenali adalah gunung berapi yang berada di sepanjang busur Cincin Api Pasifik
(Pacific Ring of Fire). Busur Cincin Api Pasifik merupakan garis bergeseknya antara
dua lempengan tektonik.
Gunung berapi terdapat dalam beberapa bentuk sepanjang masa hidupnya. Gunung
berapi yang aktif mungkin berubah menjadi separuh aktif, istirahat, sebelum akhirnya
menjadi tidak aktif atau mati. Bagaimanapun gunung berapi mampu istirahat dalam
waktu 610 tahun sebelum berubah menjadi aktif kembali.
Oleh itu, sulit untuk menentukan keadaan sebenarnya dari suatu gunung berapi itu,
apakah gunung berapi itu berada dalam keadaan istirahat atau telah mati.
Apabila gunung berapi meletus, magma yang terkandung di dalam kamar magmar di
bawah gunung berapi meletus keluar sebagai lahar atau lava. Selain daripada aliran lava,
kehancuran oleh gunung berapi disebabkan melalui berbagai cara seperti berikut:
Aliran lava;
Letusan gunung berapi;
Aliran lumpur;
Abu;
Kebakaran hutan;
Gas beracun;
Gelombang tsunami;
Gempa bumi.
Tersusun dari batuan hasil letusan dengan tipe letusan berubah-ubah sehingga dapat
menghasilkan susunan yang berlapis-lapis dari beberapa jenis batuan, sehingga
membentuk suatu kerucut besar (raksasa), kadang-kadang bentuknya tidak beraturan,
karena letusan terjadi sudah beberapa ratus kali. Gunung Merapi merupakan jenis ini.
b. Perisai
Tersusun dari batuan aliran lava yang pada saat diendapkan masih cair, sehingga tidak
sempat membentuk suatu kerucut yang tinggi (curam), bentuknya akan berlereng landai,
dan susunannya terdiri dari batuan yang bersifat basaltik. Contoh bentuk gunung berapi
ini terdapat di kepulauan Hawai.
c. Cinder Cone
Merupakan gunung berapi yang abu dan pecahan kecil batuan vulkanik menyebar di
sekeliling gunung. Sebagian besar gunung jenis ini membentuk mangkuk di puncaknya.
Jarang yang tingginya di atas 500 meter dari tanah di sekitarnya.
d. Kaldera
Gunung berapi jenis ini terbentuk dari ledakan yang sangat kuat yang melempar ujung
atas gunung sehingga membentuk cekungan. Gunung Bromo merupakan jenis ini.
2. Klasifikasi Gunung Berapi di Indonesia
B. Gunung Merapi
Merapi (ketinggian puncak 2.968 m dpl, per 2006) adalah gunung berapi di bagian
tengah Pulau Jawa dan merupakan salah satu gunung api teraktif di Indonesia. Lereng
sisi selatan berada dalam administrasi Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta,
dan sisanya berada dalam wilayah Provinsi Jawa Tengah, yaitu Kabupaten Magelang di
sisi barat, Kabupaten Boyolali di sisi utara dan timur, serta Kabupaten Klaten di sisi
tenggara. Kawasan hutan di sekitar puncaknya menjadi kawasan Taman Nasional
Gunung Merapi sejak tahun 2004.
Gunung ini sangat berbahaya karena menurut catatan modern mengalami erupsi (puncak
keaktifan) setiap dua sampai lima tahun sekali dan dikelilingi oleh pemukiman yang
sangat padat. Sejak tahun 1548, gunung ini sudah meletus sebanyak 68 kali. Kota
Magelang dan Kota Yogyakarta adalah kota besar terdekat, berjarak di bawah 30 km
dari puncaknya. Di lerengnya masih terdapat pemukiman sampai ketinggian 1700 m dan
hanya berjarak empat kilometer dari puncak. Oleh karena tingkat kepentingannya ini,
Merapi menjadi salah satu dari enam belas gunung api dunia yang termasuk dalam
proyek Gunung Api Dekade Ini (Decade Volcanoes).
1. Geologi
Gunung Merapi adalah gunung termuda dalam rangkaian gunung berapi yang mengarah
ke selatan dari Gunung Ungaran. Gunung ini terbentuk karena aktivitas di zona
subduksi Lempeng Indo-Australia yang bergerak ke bawah Lempeng Eurasia
menyebabkan munculnya aktivitas vulkanik di sepanjang bagian tengah Pulau Jawa.
Puncak yang sekarang ini tidak ditumbuhi vegetasi karena aktivitas vulkanik tinggi.
Puncak ini tumbuh di sisi barat daya puncak Gunung Batulawang yang lebih tua.
Proses pembentukan Gunung Merapi telah dipelajari dan dipublikasi sejak 1989 dan
seterusnya. Berthomier, seorang sarjana Prancis, membagi perkembangan Merapi dalam
empat tahap. Tahap pertama adalah Pra-Merapi (sampai 400.000 tahun yang lalu), yaitu
Gunung Bibi yang bagiannya masih dapat dilihat di sisi timur puncak Merapi. Tahap
Merapi Tua terjadi ketika Merapi mulai terbentuk namun belum berbentuk kerucut
(60.000 - 8000 tahun lalu). Sisa-sisa tahap ini adalah Bukit Turgo dan Bukit Plawangan
di bagian selatan, yang terbentuk dari lava basaltik. Selanjutnya adalah Merapi
Pertengahan (8000 - 2000 tahun lalu), ditandai dengan terbentuknya puncak-puncak
tinggi, seperti Bukit Gajahmungkur dan Batulawang, yang tersusun dari lava andesit.
Proses pembentukan pada masa ini ditandai dengan aliran lava, breksiasi lava, dan awan
panas. Aktivitas Merapi telah bersifat letusan
efusif (lelehan) dan eksplosif. Diperkirakan juga terjadi letusan eksplosif dengan
runtuhan material ke arah barat yang meninggalkan morfologi tapal kuda dengan
panjang 7 km, lebar 1-2 km dengan beberapa bukit di lereng barat. Kawah Pasarbubar
(atau Pasarbubrah) diperkirakan terbentuk pada masa ini. Puncak Merapi yang sekarang,
Puncak Anyar, baru mulai terbentuk sekitar 2000 tahun yang lalu. Dalam
perkembangannya, diketahui terjadi beberapa kali letusan eksplosif dengan VEI 4
berdasarkan pengamatan lapisan tefra
2. Vegetasi
Gunung Merapi di bagian puncak tidak pernah ditumbuhi vegetasi karena aktivitas yang
tinggi. Jenis tumbuhan di bagian teratas bertipe alpina khas pegunungan Jawa, seperti
Rhododendron dan edeweis jawa. Agak ke bawah terdapat hutan bambu dan
tetumbuhan pegunungan tropika.
Lereng Merapi, khususnya di bawah 1.000 m, merupakan tempat asal dua kultivar salak
unggul nasional, yaitu salak 'Pondoh' dan 'Nglumut'.
3. Rute Pendakian
Gunung Merapi merupakan obyek pendakian yang populer. karena gunung ini
merupakan gunung yang sangat mempesona. Jalur pendakian yang paling umum dan
dekat adalah melalui sisi utara dari Sèlo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, tepatnya di
Desa Tlogolele. Desa ini terletak di antara Gunung Merapi dan Gunung Merbabu.
Pendakian melalui Selo memakan waktu sekitar lima jam hingga ke puncak.
Jalur populer lain adalah melalui Kaliurang, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman,
Yogyakarta di sisi selatan. Jalur ini lebih terjal dan memakan waktu sekitar 6-7 jam
hingga ke puncak. Jalur alternatif yang lain adalah melalui sisi barat laut, dimulai dari
Sawangan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah dan melalui sisi tenggara, dari arah
Deles, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.
Gunung Merapi dibagi kedalam tiga tingkatan yaitu: Kawasan Rawan bencana
dengan sumber bahaya yang sering terlanda awan panas, aliran lava, guguran
batu, lontaran batu (pijar) dan hujan abu lebat. Oleh karena tingkat kerawanan
yang tinggi, maka kawasan ini tidak diperkenankan untuk digunakan sebagai
hunian tetap.Penetapan batas kawasan rawan bencana III didasarkan pada sejarah
kegiatan dalam waktu 100 tahun terakhir. Kawasan rawan bencana III Gunung
Merapi ini merupakan kawasan yang paling rawan terkena letusan, apapun jenis
dan besar letusan. Letusan normal Merapi pada umumnya mempunyai indeks
letusan skala VEI 1-3, dengan jangkauan awan panas maksimum 8 km,
sedangkan letusan besar dengan letusan VEI 4 jangkauan awan panasnya bisa
rawan bencana III tidak direkomendasikan sebagai lokasi hunian tetap. Dalam
Kawasan Rawan Bencana II, terdiri atas dua bagian, yaitu: a). aliran massa berupa
awan panas, aliran lava dan lahar; b). lontaran berupa material jatuhan dan lontaran batu
(pijar). Pada kawasan rawan bencana II masyarakat diharuskan mengungsi apabila
terjadi peningkatan kegiatan gunungapi
Geologi sampai daerah ini dinyatakan aman kembali. Pernyataan harus
mengungsi, tetap tinggal ditempat, dan keadaan sudah aman kembali, diputuskan
oleh pemerintah daerah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Penetapan batas
kawasan rawan bencana II didasarkan kepada sejarah kegiatan lebih tua dari 100
tahun, dengan indeks erupsi VEI 3-4, baik untuk bahaya aliran massa ataupun
bahaya material awan panas. Kawasan yang berpotensi terlanda material jatuhan
lebih tua dari 100 tahun pada jarak 6-18 km dari pusat erupsi dengan ketebalan
6- 24 cm dan besar butir 1-4 cm. Berdasarkan produk letusan tahun 2010,
material lontaran batu (pijar) yang berukuran butir 2-6 cm mencapai jarak 10 km
dari pusat erupsi. Untuk mengantisipasi letusan besar seperti letusan Gunung
Merapi tahun 2010, maka radius ancaman sebaran material sebaran material
jatuhan dan lontaran batu pijar hingga radius 10 km dari pusat erupsi.Apabila
lahar/banjir dan tidak menutup kemungkinan dapat terkena perluasan awan panas
dan aliran lava lahar adalah aliran massa berupa campuran air dan material lepas
berbagai ukuran yang berasal dari ketinggian gunungapi produk erupsi Gunung
21)