Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Gunung berapi atau gunung api secara umum adalah istilah yang dapat
didefinisikan sebagai suatu saluran fluida panas (batuan dalam wujud cair atau
lava) yang memanjang dari kedalaman sekitar 10 km di bawah permukaan bumi
sampai ke atas permukaan bumi, termasuk endapat hasil akumulasi material yang
dikeluarkan saat meletus. Istilah gunung api juga dipakai untuk menamai
fenomena pembentukan ice volcamoes atau gunung api es dan mud volcamoes
atau gunung api lumpur. Gunung api es biasaterjadi di daerah yang mempunyai
musim dingin bersalju, sedangkan gunung api lumpur dapat kita lihat di daerah
kuwu, grobongan, jawa tengan yang populer sebagai bleduk kawu.
Gunung berapi terdapat beberapa bentuk sepanjang masa hihupnya. Gunung
berapi yang aktif mungkin berubah menjadi separuh aktif, istirahat, sebelum
akhirnya menjadi aktif atau mati. Bagaimanapun gunung berapi mampu isirahat
dalam waktu 610 tahun sebelum berubah menjadi aktif kembali. Oleh itu, sulit
untuk menentukan keadaan sebenarnya daripada suatu gunung berapi itu, apakah
gunung berapi sedang berada dalam keadaan istirahat atau telah mati.

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana peran perawat dalam penanganan bencana gunung meletus?

1.3. Tujuan Umum


Untuk mengetahui peran perawat dalam penanganan bencana gunung meletus.

1.4. Tujuan Khusus


1. Untuk mngetahui peran perawat dalam penanganan bencana gunung
meletus pada fase pra bencana.
2. Untuk mengetahui peran perawat dalam penanganan bencana gunung
meletus pada fase bencana.

1
3. Untuk mengetahui peran perawat dalam penanganan bencana gunung
meletus pada fase setelah bencana.

2
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1. Definisi

Gunung adalah satu diantara bentuk bentang alam yang menonjol dibandingkan
dengan wilayah sekitarnya. Gunung terdiri atas puncak dan lereng. Gunung meletus terjadi
karena adanya tenaga dari dalam bumi yang mendorong magma yang ada di bawah
permukaan bumi. Magma adalah cairan pijar yang terdapat di dalam lapisan bumi dengan
suhu sangat tinggi (> 1.000ºC). Cairan magma yang keluar dari dalam bumi disebut lava.
Tidak semua gunung berapi sering meletus. Gunung berapi yang sering meletus dijuluki
sebagai gunung berapi aktif.

Gunung berapi terbentuk pada batas lempeng tektonik. Indonesia memiliki banyak
gunung berapi karena terletak di atas tiga lempeng tektonik, yaitu Lempeng Eurasia,
Australia, dan Pasifik. Lempeng bumi selalu bergerak sepanjang waktu, lempeng bisa
bergerak saling bertumbuhan, menjauh, atau bergeser. Ketika dua lempeng bertumbuhan,
salah satu lempeng bisa terdorong ke bawah lempeng yang lain dan meleleh. Gunung
berapi terbentuk di daerah tempat lempeng-lempeng saling bertumbuhan atau menjauh.

2.2. Jenis-jenis Gunung Berapi

Gunung berapi terlihat sama dengan gunung-gunung lain, dan terdapat di berbagai
belahan dunia. Gunung berapi yang melontarkan api disebut gunung berapi aktif. Yang
lainnya disebut gunung berapi tidak aktif atau tidur. Ada juga gunung berapi mati, yaitu
gunung berapi yang lavanya mengeras di bagian dalam gunung itu dan tidak bisa keluar
lagi ke permukaan.

a. Gunung berapi aktif di Indonesia


1. Gunung Krakatau
Letusannya berdampak secara global pada tahun 1883.
2. Gunung Tambora
Letusannya terhebat pada tahun 1815.
3. Gunung Kelud
Meletus > 30 kali, dengan letusan terbesar berkekuatan 5 volcanic explosivity index.

3
4. Gunung Merapi
Meletus > 80 kali, Asosiasi Internasional Vulkanologi dan Kimia Interior Bumi
menobatkan Merapi sebagai Gunung Api Dekadi sejak tahun 1995 karena aktivitas
vulkaniknya yang sangat tinggi.
5. Gunung Sinabung
Terakhir kali meletus pada 1600-an, tetapi tiba-tiba aktif kembali pada tahun 2010 dan
meletus pada 2013.
b. Gunung Berapi tidak aktif di Indonesia
1. Gunung Argapura, Jawa Timur
2. Gunung Bromo, Jawa Timur
3. Gunung Aseupan, Banten
4. Gunung Cikurai, Jawa Barat
5. Gunung Catur, Bali

2.3. Tanda dan Penyebab Gunung Berapi Meletus


Beberapa tanda-tanda gunung meletus:
1. Mata air yang mengering
2. Terdengar suara gemuruh
3. Terjadi gempa
4. Kenaikan suhu yang terjadi di wilayah sekeliling gunung tersebut
5. Tanaman dan pepohonan tampak layu
Beberapa penyebab meletusnya gunung berapi:
1. Adanya dorongan tekanan air
Menurut Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan
Bencana, Sutopo Nugroho saat itu, letusan freatik disebabkan karena dorongan tekanan
uap air. Dorongan ini terjadi akibat kontak massa air dengan panas di bawah kawah
Gunung Merapi.
2. Magma yang terus mendorong ke permukaan
Sutopo menjelaskan, Gunung Merapi meletus juga karena dorongan magnetik. Magma
terus mendorong ke permukaan sehinggga letusan makin sering terjadi.
3. Aktivitas magma
Menurut Dosen di Departement of Geology, Faculty of Earth Sciences and Technology,
Institut Teknologi Bandung, gunung api selalu meletus karena ada aktivitas magma.
Seperti di bawah, di dalam dan di atas ruang magma. Di bawah ruang magma itu, panas

4
inti bumi mencairkan sebagian batuan yang ada menjadi magma baru. Batu cair segar ini
akhirnya masuk ke ruang magma. Saat ruang yang sudah terisi dengan volume tertentu,
tidak dapat menampung magma baru, kelebihannya akan dikeluarkan melalui letusan.
4. Aktivitas di dalam ruang magma
Aktivitas di dalam ruang magma juga bisa menyebabkan letusan. Di dalam ruang itu,
magma mengkristal karena suhu menurun. Magma yang sudah terkristalisasi lebih berat
daripada batuan panas semi-cair sehingga akan tenggelam ke dasar ruang magma. Ini
mendorong sisa magma ke atas, menambah tekanan pada penutup ruang itu. Sebuah
letusan terjadi saat tutupnya tidak lagi mampu menahan tekanan. Hal tersebut terjadi dalam
sebuah siklus sehingga dapat diprediksi.
Proses penting lainnya di dalam ruang magma adalah saat bauran magma bercampur
dengan batuan sekitarnya, proses ini disebut asimilasi. Saat magma bergerak, zat ini
berinteraksi dengan bebatuan di sekeliling ruang magma. Kadang-kadang gunung berapi
mempunyai jalur untuk magma mengalir ke permukaan. Jika jalurnya tidak ada, maka
magma akan memaksakan diri ke area tekanannya lebih rendah. Hal ini menyebabkan
dinding yang mengelilingi ruangan jebol dan runtuh.
5. Aktivitas di atas ruang magma
Letusan bisa terjadi karena berkurangnya tekanan di atas ruang magma. Hal ini bisa
disebabkan oleh berbagai hal, seperti penurunan kerapatan bebatuan di atas ruang magma
atau mencairnya es di puncak sebuah gunung berapi. Sebuah topan yang melewati gunung
berapi dalam kondisi kritis dapat memperhebat kekuatan letusan juga.

2.4. Mekanisme Gunung Berapi Meletus

Gunung berapi adalah tonjolan di permukaan bumi yang terjadi akibat keluarnya
magma dari dalam perut bumi melalui lubang kepundan. Proses keluarnya magma ini
disebut erupsi. Erupsi membawa serta bahan-bahan padat, cair, dan gas. Magma yang
keluar disebut lava, yang kemudian menimbun permukaan bumi di sekitar lubang
kepundan. Lava itu semakin lama semakin tinggi, biasanya erupsi disertai letusan gunung
berapi. Letusan yang kuat disebut eksplosi, sedangkan letusan lemah disebut efuise.
Letusan dahsyatnya biasanya disebabkan lepasnya gas atau magma secara tiba-tiba akibat
tekanan dari dalam perut bumi.

Dalam perjalanan naik dari dapur magma ke permukaan bumi, magma sering
menghancurkan dan meruntuhkan batuan-batuan dilaluinya, sehingga terjadi gempa bumi.

5
Oleh karena itu, antara gempa bumi dan letusan gunung berapi sering kali terjadi
beriringan. Letusan gunung berapi dapat memicu terjadinya gempa bumi, sebaliknya
gempa bumi dapat memicu letusan gunung berapi. Gempa bumi dapat menyebabkan
material penyumbat kepundan goyah, bergeser, atau pecah, sehingga magma dan gas yang
tersumbat di bawahnya menemukan celah untuk keluar.

Pada saat meletus, gunung berapi dapat menyemburkan lava, batu-batuan, gas, dan
material panas lainnya, baik yang kecil selembut debu sampai material sebesar gajah.
Material ini memancar ke atas seperti kembang api dan terlempar hingga cukup jauh (3
km). Dalam kondisi normalpun, gunung berapi aktif sering mengeluarkan asap. Asap
umumnya mengandung gas asam yang dapat menghentikan mesin pesawat terbang
sehingga dapat menimbulkan kecelakaan. Itulah sebabnya, para pilot selalu menghindari
gunung berapi aktif saat menerbangkan pesawat.

2.5. Dampak Letusan Gunung Berapi

Beberapa dampak setelah terjadinya letusan gunung berapi:

2.5.1. Dampak Positif


1. Dampak positif letusan gunung api bagi manusia
1) Tanah yang dilewati oleh abu vulkanik akibat meletusnya gunung api
tersebut, membuat tanahnya menjadi subur dan sangat baik untuk bercocok tanam. Bagi
penduduk sekitar yang bekerja menggarap lahan untuk keuntungan.
2) Pembangkit listrik berkualitas baik bila didirikan di wilayah yang sering
mengalami letusan gunung berapi.
3) Timbulnya mata air yang mengandung banyak mineral. Mata air ini biasa
disebut dengan makdani.
4) Membuka lapangan pekerjaan baru untuk warga sekitar pegunungan yaitu
sebagai penambang pasir. Materi vulkanik dari gunung berapi yang berupa pasir dapat
dijual dengan harga yang tinggi dan membantu perekonomian.
5) Jenis-jenis hutan yang rusak akibat letusan gunung berapi, akan cepat
digantikan dengan pepohonan baru yang tumbuh membentuk suatu ekosistem baru.
6) Berpotensi terjadi hujan orografis di daerah vulkanis.
7) Batu yang meluap tatkala terjadi letusan gunung api berguna untuk bahan
bangunan.

6
8) Dampak meletusnya gunung api adalah munculnya geyser atau sumber
mata air panas yang bagus untuk kesehatan.
2. Dampak positif letusan gunung api bagi lingkungan
1) Menjadikan tanah sekitar letusan gunung tambah subur.
2) Menghasilkan batu dan pasir bermutu baik untuk bahan bangunan.
3) Energi panas yang berasal dari bumi berguna untuk pembangkit tenaga
listrik.
4) Sumber mineral, diantaranya gypsum, belerang, zeloit, dan lainnya.
5) Sumber mata air bagi pertanian, peternakan, dan sebagainya.
2.5.2. Dampak Negatif
1. Dampak negatif letusan gunung api bagi manusia
1) Menyebabkan korban jiwa atau nyawa melayang.
2) Abu vulkanik yang panas akan merusak segala yang dilewatinya.
3) Pencemaran udara oleh abu gunung api tersebut. Abu gunung berapi
memiliki beberapa kandungan zat berbahaya seperti: hidrogen sulfia (H2S), sulfur dioksida
(SO2), nitrogen dioksida dan material debu yang kemungkinan mengandung asam.
4) Melumpuhkan semua kegiatan masyarakat sekitar, termasuk ekonomi yang
berhenti.
5) Bermacam material yang dikeluarkan gunung berapi dapat memicu
munculnya bibit penyakit, seperti infeksi saluran pernapasan, batuk-batuk, sakit kulit, dan
lain-lain.
6) Utamanya untuk gunung berapi yang dimanfaatkan sebagai tempat wisata.
Dengan terjadi bencana tersebut, pariwisata akan terhenti sehingga menimbulkan
pemasukan untuk lingkungan setempat berkurang.
7) Terjadinya kecelakaan akibat jalanan yang licin berbedu, makanan
terkontaminasi racun.
8) Hujan debu yamg menghalangi pandangan dan mencemari udara sekitar
yang menjadi penyebab pemanasan global.
9) Lahar panas mengakibatkan kebakaran hutan, sehingga ekosistim hutan
terancam. Termasuk satwa yang tinggal di dalamnya.
2. Dampak negatif letusan gunung api bagi lingkungan
1) Bahaya langsung saat gunung meletus seperti awan panas, guguran
materiall letusan gunung, bebatuan, abu vulkanik, lava dan erosi tanah.

7
2) Bahay tidak langsung seperti terjadinya polusi udara oleh zat beracun, air
tercemar, dan lahan rusak.
2.5.3. Bahaya yang Ditimbulkan Oleh Aktivitas Gunung Berapi
1. Aliran lava panas yang mencapai suhu 7000 - 1200ºC. Lava dapat merusak
benda apa saja yang sedang dilaluinya. Warga dapat emnyelamatkan diri karena lava
mengalir dengan lambat, yaitu sekitar 5-300 meter/hari.
2. Lahar, beberapa jenis lahar. Lahar sekunder dan lahar primer atau lahar
letusan. Berat jenis aliran lahar tersebut dapat merusak apapun.
3. Lahar letusan, lahar yang terjadi karena eksplosif gunung berapi yang
punya danau kawah. Jauh atau tidak penyebaran lahar letusan dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu abnyak sedikitnya air dalam kawah, dataran sekitar gunung yang luas, serta
keadaan morfolog sekeliling kawah tersebut.
4. Lahar hujan, terbentuknya lahar yang disebabkan proses terjadinya hujan.
Lahar hujan dapat terbentuk lama setelah gunung berapinya meletus atau langsung setelah
terjadinya letusan gunung api. Besar atau kecilnya lahar hujan dipengaruhi oleh intensitas
curah hujan, bnayak sedikitnya endapan gunung berapi yang memiliki kandungan abu
(material yang dapat membentuk lahar). Lahar hujan di Indonesia yang sudah sangat
populer adalah lahar hujan gunung Galunggung, Merapim Semeru, dan Agung.
5. Awan panas, suhu mencapai 2000 – 8000ºC dapat menyerang wilayah
sekitar gunung berapi hingga radius 10 km bahkan lebih jauh. Kecepatan awan panas
kurnag lebih 60 sampai 145 km/jam. Awan panas ini selain dapat merusak bangunan dan
pemukiman warga juga dapat membuat pepohonan tumbang dan akar pohon tercabut dari
tanah. Dua jenias awan panas, yaitu awan panas surge dapat menyerang dengan radius
yang lebih jauh, sehingga menjangkau daerah lebih luas dan awan panas block and ash
flow yang arahnya akan ikut dengan lembah gunung.
6. Hujan abu, hujan abu akibat erupsi gunung berapi biasanya berisi debu,
pasir, butiran lempung dan dapat berdampak pada tingginya keasaman air, rusaknya
pepohonan dan berbagai jenis tanaman termasuk lahan pertanian, menyebabkan penyakit
mata dan infeksi saluran napas. Apabila terjadi hujan abu dihimbau untuk menggunakan
masker dan kacamata serat jangan lupa untuk membersihkan sisa hujan abu yang
mengendap di atpa rumah.
7. Batuan pijar, lontaran batu pijar dapat terjadi tatkala gunung berapi meletus
dan mengarah ke mana saja. Dapat membakar dan merusak bangunan, hutan, kematian

8
manusia dan hewan. Untuk menghindar dari lontaran batu pijar, sebaliknya mengungsi
jauh-jauh ke wilayah yang aman (jauh dari gunung).
8. Guguran lava pijar, guguran lava ini berasal dari aliran lava atau kubah
lava. Longosrnya bisa sampai berjuta meter kubik sehingga sangat berbahaya bagi
lingkungan sekitarnya.

2.6. Penanggulangan Bahaya Letusan Gunung Api


Penanggulangan dilakukan sejak dini dimulai dari gunung berstatus siagia.
1. Memantau terus aktivitas gunung api yang aktif.
2. Informasi ketika sudah tampak tanda gunung akan meletus dapat tersampaikan ke
masyarakat sekitar dengan cepat berkat pemantauan intensif.
3. Bahaya karena aliran lahar, dapat dicegah dengan membuat tanggul dan mengurangi
jumlah air kawah
4. Wilayah yang rawan bencana sebaiknya ditinggalkan karena membahayakan
keselamatan penduduk.
5. Pemetaan wilayah rawan bencana.

9
BAB 3
PEMBAHASAN

3.1 Kasus
Gunung berapi Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, meletus sekitar
pukul 02.51 WIB dinihari, Ahad, 15 September 2013. Letusan menyebabkan warga tiga
desa yang berdekatan dengan Sinabung, yakni Desa Sukameriah dan Desa Kutarayat,
Kecamatan Payung serta Desa Bakerah, Kecamatan Namantaren, mengungsi ke ibu kota
kabupaten, Kabanjahe dan Kecamatan Berastagi.
Seorang warga Berastagi, Amri Pelawi, mengatakan letusan Sinabung
menyebabkan warga panik dan berhamburan keluar rumah. "Ada suara gemuruh sekitar
pukul 02.51 WIB pagi tadi dari Gunung Sinabung disertai abu letusan gunung," kata
Amri kepada Tempo, Ahad, 15 September 2013.
Dia menjelaskan, hingga pukul 11.00 WIB, abu masih menutup hampir seluruh
Kabanjahe dan Kota Berastagi. Selain memuntahkan abu vulkanik yang tidak terlalu
tinggi, letusan gunung itu juga memuntahkan batu kecil

3.2 Analisa Kasus


Sebelumnya, Sinabung dikategorikan sebagai gunung tipe B, gunung yang tidak
punya karakteristik letusan magmatik. Gunung yang juga tergolong dalam tipe ini antara
lain Gunung Merbabu, gunung yang bertetangga dengan Merapi.
Karena letusan dahsyat tahun 2010, Sinabung kemudian dikategorikan sebagai
gunung tipe A, punya sejarah letusan setidaknya dalam 1.600 tahun terakhir.
Status Sinabung terus disesuaikan sejak letusan pada September 2013. Pada 15
September, letusan Sinabung dinaikkan dari Waspada ke Siaga. Sempat diturunkan
kembali menjadi Waspada pada 29 September, pada akhir November status Sinabung
dinyatakan Awas
Gunung berapi tidak aktif menjadi 'hidup' kembali bukan hal yang mudah untuk
dipahami oleh para ilmuwan. Namun, sebuah paper yang berjudul Solid Earth
mengungkap, jika gempa dahsyat yang terjadi sebanyak tiga kali di Sumatera, bisa menjadi
penyebab terbangunnya Gunung Sinabung dari tidur. Paper ini ditulis oleh ilmuwan
bernama Matteo Lupi dan Stephen Miller.

10
Menurut Lupi, Gunung Sinabung merupakan salah satu dari banyak gunung berapi
yang berada di wilayah subduksi Sumater di Laut India. Wilayah ini merupakan bagian
dari Cincin Api, sebuah lokasi geologi yang sangat aktif. Kaldera di Danau Toba, yang
terletak 40 kilometer dari tenggara Gunung Sinabung, merupakan lokasi dari erupsi
supervulkanik di bumi, yang terjadi 75.000 tahun lalu.

3.3 Peran Perawat dalam Tanggap Bencana


1. Peran perawat pada pra-bencana:
1) Perawat mengikuti pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan dalam
penanggulangan ancaman bencana untuk setiap fasenya.
2) Perawat ikut terlibat dalam berbagai dinas pemerintah, organisasi lingkungan,
palang merah nasional, maupun lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam
memberikan penyuluhan dan simulasi persiapan menghadapi ancaman bencana
kepada masyarakat.
3) Perawat terlibat dalam program promosi kesehatan untuk meningkatkan ke siapan
masyarakat dalam menghadapi bencana yang meliputi hal-hal berikut:
(1)Usaha pertolongan diri sendiri (pada masyarakat tersebut).
(2)Pelatihan pertolongan pertama dalam keluarga seperti menolong anggota
keluarga yang lain.
(3)Pembekalan informasi tentang bagaimana menyimpan dan
membawa persediaan makanan dan penggunaan air yang aman.
(4)Perawat juga dapat memberikan beberapa alamat dan nomor telepon darurat
seperti dinas kebakaran, rumah sakit, dan ambulans.
(5)Memberikan informasi tempat-tempat alternatif penampungan atau posko-
posko bencana.
(6)Memberikan informasi tentang perlengkapan yang dapat dibawa seperti
pakaian seperlunya, radio portable, senter beserta baterai dan lainnya.
(7)Bersama tim dokter, menyiapkan kebutuhan rumah sakit lapangan dan tim
ambulans.
(8)Berdiskusi bersama tim dokter tentang penyakit yang timbul akibat bencana
sehingga dapat mempersiapkan obat-obatan atau alat kesehatan yang sesuai.

11
2. Peran Perawat dalam intra bencana:

1) Bertindakcepat

2) Melakukanpertolonganpertama

3) Menentukan status korbanberdasarkantriase

4) Merujukpasiensegera yang memerlukanfasilitaskesehatan yang lebihlengkap.

5) Do not promise. Perawat seharusnya tidak menjanjikan apapun dengan pasti,


dengan maksud memberikan harapan yang besar pada para korban selamat.

6) Berkonsentrasi penuh pada apa yang dilakukan.

7) Koordinasi dan menciptakan kepemimpinan (coordination and create


leadership).

8) Untuk jangka panjang, bersama-sama pihak yang terkait dapat mendiskusikan


dan merancang master plan of revitalizing, biasanya untuk jangka waktu 30
bulan pertama.

Peran perawat pada pasca bencana menurut Feridan Makhfudli (2009) adalah
perawat berkerjasama dengan tenaga kesehatan lain dalam memberikan bantuan
kesehatan kepada korban seperti pemeriksaan fisik, wound care secara menyeluruh dan
merata pada daerah terjadi bencana. Saat terjadi stre spsikologis yang terjadi dapat terus
berkembang hingga terjadi post-traumatic stress disorder (PTSD) yang merupakan
sindrom dengan tiga kriteria utama yaitu trauma pasti dapat dikenali, individu mengalami
gejala ulang traumanya melalui flash back, mimpi, ataupun peristiwa-peristiwa yang
memacunya dan individu akan menunjukkan gangguan fisik, perawat dapat berperan
sebagai konseling. Tidak hanya itu perawat bersama masyarakat dan profesi lain yang
terkait bekerja sama dengan unsur lintas sektor menangani masalah kesehatan masyarakat
pasca-gawat darurat serta mempercepat fase pemulihan menuju keadaan sehat dan aman.
Selain itu perawat dapat melakukan pelatihan-pelatihan keterampilan yang difasilitasi dan
berkolaborasi dengan instansi ataupun LSM yang bergerak dalam bidang itu. Sehinnga
diharapka nmasyarakat di sekitar daerah bencana akan mampu membangun
kehidupannya kedepan lewat kemampuan yang dimilikinya.

12
BAB 4
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Gunung dibagi menjadi dua klasifikasi yaitu, gunung bersifat aktif dan gunung
bersifat tidak aktif. Gunung bersifat aktif merupakan gunung yang memiliki potensi
untuk meletus sehingga menimbulkan bencana sedangkan gunung bersifat tidak aktif
merupakan gunung yang tidak berpotensi meletus dan tidak menyebabkan bencana.
Gunung meletus merupakan satu diantara bencana alam yang disebabkan aktifitas dari
gunung aktif. Beberapa dampak akibat bencana gunung meletus, dampak positif dan
dampak negatif. Perawat memiliki tiga peran dalam hal tersebut yaitu, sebelum
terjadinya bencana, saat terjadi bencana, dan sesudah terjadi bencana.

4.2. Saran

Perawat perlu memahami kondisi lingkungan dan masyarakat, terutama pada pola
pikir, karena hal tersebut memberi pengaruh ketika bahaya gunung meletus
mengancam. Perawat perlu mempelajari peran perawat dalam situasi gawat darurat,
seperti kondisi bencana gunung meletus. Perawat perlu memiliki sifat cepat, tanggap,
dan cekatan untuk menangani korban bencana alam, pandai memilah memilih status
korban, memantau kondisi, dan tidak lupa memberi edukasi selanjutnya untuk korban
yang selamat.

13
DAFTAR PUSTAKA

Ruwanto Bambang. 2008. Gunung Meletus. Yogyakarta: Kanisius 2008.

Yulaelawati Ella, Usman Syihab. 2008. Mencerdasi Bencana. Jakarta: 2008.

Safri Regina. 2015. Belajar Membumi dengan Mbah Rono. Yogyakarta: Galangpress:
2015.

14

Anda mungkin juga menyukai