Anda di halaman 1dari 18

Erupsi GUNUNG BERAPI

KELOMPOK 2:
1. Achmad Rajib Maulana (01)
2. Glenn More Aka Alaska Manuputy (14)
3. Jenny Aulia Putri Azahra (16)
4. Maharani Rizky Amanda (20)
5. Wahyu Mutiara Kanza (35)

PENELITIAN: ERUPSI GUNUNG BERAPI YANG ADA DI


INDONESIA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang kerap dilanda bencana alam erupsi gunung api.
Berdasarkan laporan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), ada 156
letusan gunung api di Indonesia sepanjang 2010 hingga 2020.Indonesia
merupakan negara yang kerap dilanda bencana alam erupsi gunung api.
Berdasarkan laporan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), ada 156
letusan gunung api di Indonesia sepanjang 2010 hingga 2020.

Arti erupsi adalah proses keluarnya magma dari ruang magma dalam perut
gunung berapi, akibat aktifitas magma dan pergerakan lempeng tektonik. Hindari
daerah rawan bencana seperti lereng gunung, lembah dan daerah aliran lahar.

Gunung api terlihat jelas hingga tertutup Kabut 0-II. Teramati asap kawah utama
berwarna putih dengan intensitas tipis tinggi sekitar 50 meter dari puncak. Cuaca cerah
hingga hujan, angin lemah ke arah barat. 92 kali gempa Hembusan dengan amplitudo 0.5-
7 mm, dan lama gempa 10-28 detik.

Masyarakat disekitar gunungapi kerinci dan pengunjung/wisatawan tidak diperbolehkan


mendaki kawah yang ada dipuncak gunungapi kerinci didalam radius 3 km dari kawah
aktif (masyarakat dilarang beraktifitas didalam radius bahaya/KRB III).

Sebaiknya jalur penerbangan disekitar gunungapi kerinci dihindari karena sewaktu-waktu


masih memiliki potensi letusan abu dengan ketinggian yang dapat mengganggu jalur
penerbangan.

Yang akan terjadi jika adanya erupsi gunung adalah lahar panas menyebabkan kebakaran
hutan, sehingga ekosistem hutan terancam. Termasuk satwa yang tinggal pada dalamnya.
Bahaya eksklusif saat gunung meletus mirip awan panas, guguran material letusan
gunung, bebatuan, abu vulkanik, lava serta erosi tanah.

Pengertian erupsi adalah letusan gunung api atau semburan sumber minyak dan uap
panas. Dilansir situs Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral,
erupsi adalah peristiwa keluarnya magma dari gunung api menuju permukaan bumi.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan erupsi gunung api, dan apabila terjadi erupsi apakah
akibatnya?
2. Bagaimanakah gaya hidup dan pantangan yang tidak boleh dilakukan oleh masyarakat
sekitar gunung api?
3. Apakah khasiat atau manfaat dari terjadinya kejadian erupsi gunung api pada daerah
sekitarnya?

C. Manfaat

Beberapa khasiat/manfaat yang terjadi ketika terjadinya erupsi gunung api, yaitu:
1. Mata Air Penuh Mineral
Akibat gunung Meletus dari sisi positif berikutnya ialah keluarnya mata air yg penuh
dengan mineral memiliki kegunaan, atau biasa dianggap makdani. Makdani ialah asal
air panas yg mampu menjadi pengobatan alami penyakit kulit, manfaat dari belerang.
2. Tambang Pasir Baru
Dampak gunung meletus yang bisa dimanfaatkan sang masyarakat selain dari segi
wisata, mampu melahirkan pula lokasi tambang pasir baru. aneka macam materi
vulkanik terutama pasir kualitas cantik bisa dijual menggunakan harga tinggi.
3. Memicu Hujan Orografi
Hujan orografi atau orografis artinya hujan yang terjadi pada daerah pegunungan.
Udara yang mengandung uap air beranjak naik ke atas pegunungan, hingga terjadi
penurunan suhu dan terkondensasi. Akhirnya turun hujan di lereng gunung yg sangat
menyejukkan, menenangkan, baik buat kesehatan, dan wilayah lereng, yang
berhadapan menggunakan datangnya angin.

Selain itu, diantara banyaknya dampak positif yang ada. Tentu saja dampak yang
cenderung negatif juga menyertai, diantaranya:

a. Lahar panas bisa menyebabkan kebakaran hutan, dan mengancam makhluk hidup
yang ada di dalamnya. Termasuk tumbuhan dan hewan
b. Aean panas dan guguran material letusan gunung bisa membahaakan lingkungan
c. Terjadinya polusi udara karena zat beracun yang terkandung di dalam material
letusan
d. Perairan bisa tercemar oleh abu vulkanik dan material letusan lainnya
e. Kemunculan penyakit kulit, pernapasan, dan lain-lain akibat material letusan
gunung berapi

Diantara banyaknya dampak dari gunung api, pasti ada pemicu untuk terjadinya letusan
tersebut, penyebab meletusnya gunung berapi antara lain, yakni:

⮚ Peningkatan Gempa Vulkanik


Letusan gunung berapi bisa terjadi karena frekuensi gempa bumi meningkat yang
mana dalam sehari bisa terjadi puluhan kali gempa tremor (getaran) yang tercatat
di alat Seismograf.

Selain itu biasanya juga terjadi peningkatan aktivitas Seismik dan kejadian
vulkanis lainnya hal ini disebabkan oleh pergerakan magma yang berlangsung di
dalam perut bumi.

⮚ Suhu Kawah Meningkat Drastis


Salah satu tanda magma telah naik dan mencapai lapisan kawah paling bawah
adakah kenaikan suhu kawah yang cukup drastis. Pada gunung dengan status
normal, volume magma tidak terlalu banyak terkumpul di daerah kawah sehingga
menyebabkan suhu di sekitar normal. Naiknya magma bisa disebabkan karena
adanya pergerakan tektonik pada lapisan bumi dibawah gunung seperti gerakan
lempeng.

Hal itu bisa meningkatkan tekanan pada dapur magma dan pada akhirnya
membuat magma terdorong ke atas hingga berada tepat dibawah kawah.

⮚ Terjadinya Deformasi Badan Gunung


Deformasi adalah perubahan bentuk atau ukuran suatu objek yang bisa
disebabkan oleh dua hal, yaitu gaya (gaya tarik, tekan, geser, dll) dan perubahan
suhu.
Hal ini biasanya disebabkan oleh peningkatan gelombang magnet dan listrik
sehingga menyebabkan perubahan struktur lapisan batuan gunung.

Ini juga bisa mempengaruhi bagian dalam seperti, mengecilnya volume dapur
magma atau bisa juga saluran yang menghubungkan kawah dengan dapur magma
menjadi tersumbat akibat deformasi batuan penyusun gunung.

⮚ Lempeng lempeng Bumi yang Saling Berdesakan


Hal ini menyebabkan tekanan besar menekan dan mendorong permukaan bumi
sehingga menimbulkan berbagai gejala tektonik, vulkanik dan meningkatkan
aktivitas geologi gunung.

⮚ Tekanan yang Sangat Tinggi


Proses cairan magma yang bergerak ke atas masuk ke saluran kawah dan keluar
bisa saja masuk ke saluran kawah yang tersumbat.
Hal ini bisa menimbulkan ledakan yang dikenal dengan letusan gunung berapi.
Semakin besar tekanan dan volume magma maka semakin kuat ledakan yang
akan terjadi.
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Tema

Letusan Gunung Berapi adalah proses keluarnya magma dari ruang magma dalam perut
gunung berapi, akibat aktifitas magma dan pergerakan lempeng tektonik. Hasil letusan
gunung api berupa material cair meliputi lava dan lahar, baik lahar dingin maupun lahar
panas. Lava, merupakan magma yang meleleh. Lava yang mengalami pendinginan dan
mengeras akan menjadi batuan beku/basaltis.

Beberapa faktor-fakror penyebab erupsi gunung berapi:

1. Peningkatan Kegempaan Vulkanik

Faktor penyebab gunung meletus yang pertama adalah karena adanya peningkatan
kegempaan vulkanik. Gempa vulkanik sendiri merupakan gemp bumi yang muncul
akibat adanya aktivitas vulkanisme atau kegunung apian.

Gempa bumi vulkanik juga terjadi karena aktivitas magma di dalam gunung berapi.
Peningkatan kegempaan vulkanik bisa menjadi penyebab gunung meletus jika terjadi
berkali-kali yang tercatat dalam alat pengukur getaran gempa bumi atau seismograf.

2. Pergerakan Tektonik Lapisan Bumi

Faktor penyebab gunung meletus yang selanjutnya adalah adanya pergerakan tektonik
lapisan bumi. Pergerakan tektonik yang terjadi pada struktur lapisan bumi di bawah
gunung, misalnya gerakan lempeng dapat menyebabkan meningkatnya tekanan pada
dapur magma dan pada akhirnya akan membuat magma tersebut terdorong ke atas hingga
berada tepat di bawah kawah.

Pergerakan tektonik ini juga akan menyebabkan suhu kawah meningkat secara signifikan.
Naiknya suhu ini disebabkan karena naiknya magma hingga menuju tepat di bawah
kawah.
Selain itu, hal ini juga akan menyebabkan air tanah di sekitar kawah menjadi kering,
hewan-hewan yang ada di gunung akan panik bahkan mereka akan turun gunung untuk
menyelamatkan diri.

Jika aktivitas kegempaan vulkanik semakin banyak dan membesar, maka gunung berapi
bisa meletus. Masyarakat di sekitar akan diimbau untuk waspada, hingga mengungsi.
3. Adanya Peristiwa Deformasi Badan Gunung

Faktor penyebab gunung meletus yang berikutnya adalah adanya peristiwa deformasi
badan gunung. Deformasi badan gunung adalah peningkatan gelombang magnet dan
listrik sehingga menyebabkan struktur lapisan batuan gunung yang dapat mempengaruhi
bagian dalam seperti dapur magma menjadi tersumbat akibat deformasi batuan penyusun
gunung.

Deformasi badan gunung dapat diketahui dengan analisa geometrik yang dilakukan
menggunakan data hasil pengamatan yang terdiri dari pergeseran dan regangan.

Pergeseran menunjukan perubahan arah dan besar deformasi dengan menggunakan data
posisi dari dua waktu pengamatan yang berbeda. Sedangkan regangan menunjukan
gerakan tubuh gunung api dan tekanan magma yang diperoleh dari hasil regangan.
4. Lempeng Bumi yang Saling Berdesakan

Faktor penyebab gunung meletus yang keempat adalah adanya lempeng-lempeng bumi
yang saling berdesakan dan saling menghimpit satu sama lainnya.

Hal ini akan menyebabkan tekanan yang besar dan juga dorongan kepermukaan bumi
sehingga menimbulkan berbagai macam gejala tektonik lainnya. Selain itu hal ini juga
menyebabkan gempa vulkanik serta meningkatkan aktivitas geologi dari gunung berapi.

Perlu diketahui, lempeng merupakan salah satu bagian dari kerak bumi yang akan terus
bergerak setiap saat. Wilayah pegunungan atau gunung merupakan zona di mana kedua
lempeng atau lempeng-lempeng tersebut saling bertemu dan desakan yang diakibatkan
pertemuan itu bisa menjadi penyebab dalam perubahan struktur dalam gunung berapi.

5. Tekanan yang Sangat Tinggi


Faktor penyebab gunung meletus yang terakhir adalah adanya tekanan yang sangat tinggi.
Penyebab-penyebab gunung meletus sebelumnya akan menyebabkan dorongan cairan
magma untuk bergerak ke atas dan masuk ke saluran kawah dan keluar.

Apabila di sepanjang perjalanan magma dalam menyusuri saluran kawah tersebut


mengalami sumbatan, maka bisa menimbulkan ledakan yang besar yaitu gunung meletus.
Semakin besar tekanan dan juga volume magmanya, maka semakin kuat ledakan yang
mungkin akan terjadi. Kemudian dampak yang akan dihasilkan oleh ledakan gunung
merapi ini juga akan semakin besar dan berbahaya.

Selain faktor penyebab erupsi, beberapa dampak erupsi gunung berapi antara lain yaitu:

Dampak Letusan Gunung Berapi

> Gangguan Pernafasan dan penglihatan.


> Pencemaran sumber air bersih.
> Menyebabkan badai listrik.
> Mengganggu kerja mesin dan kendaraan bermotor.
> Merusak atap rumah dan ladang.
> Kebakaran hutan dan lahan.
> Korban jiwa akibat aliran lava, awan panas, banjir lahar.

B. Lokasi penelitian

NAMA LAIN :
Peak of Indrapura, G. Gadang, Berapi Kurinci, Korinci

LOKASI
a.Geografi : 1°41’50”LS dan 101°15’52”BT

b.Administrasi : Kabupaten Kerinci, Propinsi Jambi, dan Kabupaten Solok,


ropinsi Sumatera Barat.
KETINGGIAN : 3805 m dpl
KOTA TERDEKAT : Sungai Penuh, dan Solok
TIPE GUNUNGAPI : Strato
POS PENGAMATAN : Pos Pengamatan G. Kerinci, Desa Kersik Tuo, Kec.
Kayu Aro, Kab. Kerinci, tel. 0748-357105. Jambi Geografis 1o 46’ 56,72” LS dan 101o
16’ 50,40” BT
C. Jurnal Penelitian
NO Nama Tahun Judul Kesimpulan
1. Republika.co.id Gunung Kerinci Pusat Vulkanologi
(Jurnalis: Nur Erupsi Lontarkan dan Mitigasi
aini) Abu 300 Meter Bencana Geologi
(PVMB) melaporkan
adanya aktivitas
vulkanik di Gunung
2022
Kerinci yang
ditandai dengan
erupsi berupa kolom
abu setinggi lebih
kurang 300 meter di
atas puncak gunung.
2. tribunjateng.com 1987 Kronologi Kisah Musibah Gunung
( jurnalis: Inez ) Nyata Musibah lawu terjadi pada
Gunung Lawu 1987, 1987 yang
Tadabur Alam merenggut nyawa 16
Renggut Nyawa 16 santri dan 1 uztadz
Uztad dan Santri dari Pesantren Al
Mukmin Ngruki,
Surakarta. Tadabur
alam merupakan
tradisi para santri
sebelum pulang ke
rumah untuk liburan
akhir tahun.

3. Wikipedia Letusan Gunung Letusan Gunung


Semeru 2021 Semeru 2021 terjadi
pada 4 Desember
2021 di Jawa Timur,
Indonesia.
Setidaknya 51 orang
2021
tewas, 169 orang
terluka, dan 22 orang
hilang. 45 orang
mengalami luka
bakar karena letusan
tersebut.
4. Kontan.co.id Tragedi Gunung Letusan Krakatau
( Jurnalis: Tiyas krakatau 1883 yang 1883. Krakatau
Septiana ) menelan banyak dikenal dunia karena
korban letusan yang sangat
dahsyat pada tahun
1883. Awan panas
dan tsunami yang
diakibatkannya
1883
menewaskan sekitar
36.000 jiwa. Sampai
sebelum tanggal 26
Desember 2004,
tsunami ini adalah
yang terdahsyat di
kawasan Samudra
Hindia.
5. Nasional.Okezone 2010 Meletusnya Gunung Letusan Merapi
(jurnalis: Tim Merapi yang 2010 adalah
Okezone) menewaskan Mbah rangkaian peristiwa
Maridjan gunung berapi yang
terjadi di Merapi di
Indonesia. Aktivitas
seismik dimulai pada
akhir September
2010, dan
menyebabkan
letusan gunung
berapi pada hari
Selasa tanggal 26
Oktober 2010,
mengakibatkan
sedikitnya 353 orang
tewas, termasuk
Mbah Maridjan.

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Ilmiah

Pendekatan yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan deskriptif kualitatif,
penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta kausalitas
hubungan-hubungannya. Tujuan penelitian kuantitatif adalah mengembangkan dan
menggunakan model-model matematis, teori-teori dan hipotesis yang berkaitan dengan
suatu fenomena.

Penelitian ini mengkaji fenomena alam Erupsi Gunung Kerinci yang terkonsep secara
kelompok, kemudian di kerjakan dalam bentuk dokumen. Dengan ini siswa bisa lebih
mengerti apa saja penyebab , dampak , dan manfaat dari Erupsinya Gunung Kerinci.
Kita ketahui lagi bahwa erupsi adalah proses keluarnya magma dari ruang magma dalam
perut gunung berapi, akibat aktifitas magma dan pergerakan lempeng tektonik. Jadi di
himbau untuk tidak mendekati daerah rawan bencana seperti lereng gunung, lembah dan
daerab aliran lahar, di karenakan setelah pasca erupsi gunung berapi keringci masih terus
mengeluarkan asap tebal, maka dari itu pada tanggal 19 Oktober jalur pendakian gunung
kerinci masih di tutup untuk sementara waktu.

B. Setting Penelitian

 Kehadiran peneliti

Penelitian di lakukan secara online, dengan cara mengumpulkan data – data yang
berada di sosial media. Pencarian data atau artikel di lakukan sebaik mungkin
sehingga pembaca mampu memahami apa yg di sampaikan dari isi berita dengan
baik tentang Erupsi Gunung Kerinci.

Fokus penelitian ini meliputi tentang pemahaman atau pengertian erupsi, masalah
yang timbul akibat erupsi, mengapa erupsi bisa terjadi, dan manfaat dari
terjadinya erupsi, yang tepatnya berlokasi di Kabupaten Kerinci.

 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian berada di Kabupaten Kerinci, Jambi dan Kabupaten Solok


Selatan, Sumatera Barat. Lokasi penelitian ini di pilih di karenakan lokasi tersebut
menjadi salah satu tempat yang pernah terkena dampak dari Erupsi Gunung
Kerinci, dan menjadi gunung di Sumatera yang berstatus Level II atau waspada

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian atau respon adalah orang yang di minta untuk memberikan keterangan
atau saksi sesuai dengan fakta. Subjek penelitian juga membahas karakteristik subjek
yang digunakan dalam penelitian, termasuk penjelasan mengenai populasi, sampel dan
teknik sampling yang digunakan.

Informan dalam suatu penelitian kualitatif pendekatan deskriptif adalah orang yang
memberikqn informasi yang terkait dengan hal-hal yang akan diteliti. Maka dari itu
seseorang informan belum tentu menjadi subjek penelitian, tetapi subjek penelitian dapat
di pastikan sebagai seorang informan.
Informan berasal dari masyarakat atau warga sekitar. Berikut beberapa informan dari
hasil pencarian wawancara :
 Dikarena belum sampai tinggi dampaknya hanya sekitar puncak yang tidak ada
penghuninya, sehingga masih aman, Agus di Kantor BNPB, Jalan Pramuka,
Jakarta Timur
 Memang benar ada pendaki yang meninggal namun kini sudah di tangani di
puskesmas Kersik Rio, Kepala Resort 10 Pos Penjagaan Pendakian Gunung
Kerinci, Evarizal Mirzal
 Keterangan dari temannya, korban Iglasias Sinaga mengalami sesak napas di
bagian dada dan meninggal dunia sakit, ujar Kapolsek Kayu Aro IPTU Dolizar

D. Proses Pengumpulan Data Dan Analisis Data

 Proses pengumpulan data

A. Wawancara terfokus dengan subjek penelitian

Pada langkah 4 ini peneliti kualitatif melakukan wawancara dengan tidak


terstruktur. wawancara yang dilakukan mengarah kepada pertanyaan yang telah
disiapkan, Dalam artian wawancara yang memfokus pada rumusan masalah
penelitian yang telah ditentukan sebelumnya. wawancara terfokus oleh para
peneliti kualitatif, sebagai instrumen wawancara berlangsung dengan jawaban
yang bersifat alamiah atau apa adanya dan tidak ditutup-tutupi.

B. Wawancara Mendalam Yang Lebih Berupa Dialog Dengan Subjek Penelitian

Wawancara mendalam merupakan wawancara dalam bentuk terstruktur yang


berupa wawancara yang diarahkan oleh beberapa pertanyaan lanjutan dengan
berdasarkan informasi atau data yang ditemukan sebelumnya, yakni pada saat
wawancara terfokus. tetapi pada kelompok kami atau penelitian kami ini tidak
memakai temuan penelitian hasil wawancara terfokus dikarenakan terbatasnya
jarak lokasi dan juga narasumber, maka kami memilih untuk mengganti sesi
wawancara dengan artikel atau video yang menyiarkan mengenai erupsi gunung
berapi.

 Proses analisis data

A. Melakukan analisis deskripsi dan pengecekan keabsahan data

Setelah permasalahan penelitian, rumusan atau pertanyaan penelitian


ditetapkan, serta informan diketahui atau ditentukan. Langkah selanjutnya
adalah peneliti melakukan analisis deskripsi dan melakukan pengecekan
keabsahan data dari beberapa hasil wawancara terfokus. Artinya peneliti
melakukan analisis atau pengecekan keabsahan data dengan berdasarkan pada
sumber atau Link yang dijadikan sebagai topik inti penelitian, pada saat itulah
kita harus tahu bahwa data yang diteliti tersebut benar atau tidak, atau perlu
dipertanyakan keabsahan dan kebenarannya.

B. Melakukan analisis substansial/tema/coding dan pengecekan keabsahan data

Pada langkah analisis substansial ini peneliti sebenarnya melakukan upaya


menggabung-gabungkan yang telah didialogkan para subjek penelitian.
dengan menindaklanjuti hasil temuan penelitian langkah sebelumnya, yakni
dengan langkah wawancara mendalam. Hasil berbagai dialog dan konfirmasi
dengan para subjek itulah yang menjadi titik fokus analisis. analisis ini
diharapkan ditemukannya proposisi baru sejalan dengan kemauan data dan
rumusan penelitian analisis yang digunakan.

C. Menemukan Pemahaman Subjek Penelitian

Pada langkah upaya menemukan pemahaman subjek penelitian ini sebenarnya


adalah upaya peneliti menemukan rincian deskripsi hasil dari wawancara
terfokus dan menemukan proposisi atau teori substantif hasil wawancara
mendalam serta analisis substansial.

Pada langkah ini merupakan momen di mana peneliti berupaya menerapkan


pemahaman apa yang dikatakan dan yang dinyatakan oleh masing-masing
subjek penelitian. selanjutnya, peneliti dijadikan bahan utama laporan
penelitian analisis atau temuan penelitian pada langkah berikutnya, bahan
utama untuk didiskusikan dengan teori yang telah ada di diskusikan dengan
temuan penelitian yang telah ada.

E. Tahap Laporan Penelitian

a. Memahami pemahaman subjek penelitian

Peneliti mamahami pemahaman subjek Peneliti berupaya memahami pemahaman


subjek penelitian Selanjutnya, scanary interpretation atau second order
understanding merupakan pemahaman tahap dua yang seharusnya.

Dilakukan oleh paneli dengan cara mendiskusikan atau mendialogkan temizan


penelitian bersama para pembimbing Setelah peneliti menghasilan proposisi baru
maka selanjutnya dibanding-bandingkan dengan teori yang telah ada dan atau
temuan penelitian terdahulu yang telah ada. Tindakan selanjutnya yang
seharusnya dilakukan oleh peneliti, yaitu: para peneliti harus berani mengkritis
(mencabar mendebat, merekonstruksi, dan balikan "mengklaim bahwa temuannya
itu adalah temuan baru, yang berbeda dengan teman-teman yang ada sebelumnya.
Pada saat tersebut sebenarnya peneliti menemukan Implikasi dalam penelitiannya,
yakni tentang apa yang baru dari hasil risetnya apa yang beda dengan teori dan
teman peneliti terdahulu, dan apa yang sama atau mendukung terbang teori atau
hasil temuan penelitian yang telah ada.

b. Menyusun laporan penelitian akhir

Penyusunan atau pembuatan laporan penelitian kualitatif pendekatan konstruksi


sebenarnya sudah dilakukan oleh peneliti ketika/sejak peneliti melakukan langkah
ke 5 sampai dengan langkah ke 9 yakni: Melakukan analisis deskripsi dan
pengecekan kebahasaan data; Melakukan wawancara mendalam; Melakukan
analisis substansial tema/coding dan pengecekan kebahasaan data; Menemukan
pemahaman subjek penelitian; Memahami pemahaman subjek penelitian dan
menyusun temuan teori baru.

Semua hasil catatan tulisan peneliti pada langkah ke 5-9 tersebut adalah bahan
baku utama laporan akhir penelitian. Berbagai catatan tersebut ditata ke dalam
bab hasil penelitian dan pembahasannya sampai bab kesimpulan dan implikasi
teoritik serta implikasi praktis. Hal tersebut disusun berdasarkan format laporan
penelitian akhir yang dianjurkan oleh gaya selingkung yang dianut peneliti.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

1. 10 Hari Pasca Erupsi Gunung Berapi Kerinci


Sepuluh hari pasca erupsi aktivitas Gunung Berapi Kerinci, masih terus mengeluarkan
asap tebal, Semburan asap membumbung dengan intensitas sedang hingga tebal dengan
ketinggian asap 150 meter dari puncak.

Dari hasil pengamatan seismograf, oleh petugas pos pengamatan Gunung Api
Kerinci,tercatat 102 kali gempa hembusan dan 1 kali gempa tremor menerus, dan warga
yang berada di kaki Gunung Kerinci diharap tetap waspada pada saat itu.

Meskipun masih tetap mengeluarkan asap, aktivitas warga yang berada di kaki gunung
kerinci masih berjalan meski harus tetap waspada. Hingga saat ini, jalur pendakian
menuju gunung kerinci mulai tanggal 19 Oktober masih ditutup sementara, para pendaki
dihimbau untuk tidak naik sampai kondisi kembali normal.

2. Kondisi, Penelitian, Dan Hasil Pengamatan Mengenai Gunung Berapi Kerinci Pasca
10 Hari Erupsi

Erupsi terjadi pukul 17.58 WIB hingga pada pukul 20.51 WIB dengan mengeluarkan abu
vulkanik berwarna kelabu hingga hitam. Erupsi gunung berapi itu tercatat dalam laporan
Badan Geologi, Kementerian ESDM.

Berdasarkan data Badan Geologi, Gunung Kerinci berada pada level II atau waspada.
Masyarakat di sekitar Gunung Kerinci maupun pengunjung dan wisatawan dilarang
mendaki kawah puncak Gunung Kerinci di dalam radius 3 km.
Selain itu, masyarakat dilarang beraktivitas di dalam radius berbahaya KRB III. Kurnia
menambahkan jalur penerbangan di Bandara Depati Parbo Kerinci masih tetap dibuka.

Berdasarkan data Badan Geologi, Gunung Kerinci berada pada level II atau waspada.


Masyarakat di sekitar Gunung Kerinci maupun pengunjung dan wisatawan dilarang
mendaki kawah puncak Gunung Kerinci di dalam radius 3 km.

Memasuki hari ke-10 pasca erupsi, kondisi Gunung Kerinci masih berbahaya. Hingga
Kamis (27/10/2022) kemarin, gunung berapi tertinggi di Sumatera itu terus mengeluarkan
asap tebal kehitaman. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (Bpbd) Kabupaten
Kerinci telah mewajibkan masyarakat yang berada di kaki gunung untuk menggunakan
masker.

Ditanya mengenai pencemaran udara akibat erupsi Gunung Kerinci, para penguji belum
menerima hasil uji laboratorium dari tim pusat. Mereka melakukan pantauan setiap
semester. Pada laporannya berisi gunung api kerinci belum mempunyai laboratorium
pengujian udara dan jikalau telah tersedia para pihak penguji akan merekomendasikan
kepada tim teknis.

Namun, menurut laporan sejauh ini belum ada laporan warga yang terkena dampak
gangguan pernapasan. Berdasarkan koordinasi camat dengan kepala Puskesmas (Kapus)
Kersik Tuo, belum ada peningkatan kasus ISPA maupun mengenai kerusakan tanaman
mereka akibat erupsi Gunung Kerinci juga belum ada.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Dari hasil observasi dan pembahasan sebelumnya, dapat di simpulkan bahwa hasil
pengamatan seismograf oleh petugas petugas pos pengamatan gunung api kerinci,
tercatat 102 kali gempa hembusan dan 1 kali gempa tremor menerus dan warga
yang berada di kaki gunung ketinci di harap tetap waspada pada saat itu.

Menurut laporan sejauh ini belum ada laporan warga yang terkena dampak
gangguan pernapasan. Berdasarkan koordinasi camat dengan kepala Puskesmas
(Kapus) Kersik Tuo, belum ada peningkatan kasus ISPA maupun mengenai
kerusakan tanaman mereka akibat erupsi Gunung Kerinci juga belum ada.

B. SARAN

Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan, maka peneliti dapat memberikan saran


sebagai berikut :

1. Disarankan kepada masyarakat Kecamatan Kayu Aro Kabupaten


Kerinci agar lebih mengetahui tanda-tanda erupsi Gunung Kerinci.

2. Disarankan kepada pemerintah Kecamatan Kayu Aro kabupaten


Kerinci agar lebih memberikan prasarana dan bangunan yang lebih
memadai.

3. Disarankan kepada penelitian selanjutnya untuk lebih mendatangi


tempat untuk lebih mendalami keadaan serta tentang tingkat
kerentanan bencana erupsi Gunung Kerinci
DAFTAR PUSTAKA

__________________, (2022), Sepuluh Hari Pasca Erupsi: aktivitas Gunung Kerinci Masih
Level Waspada, Source by: Youtube

Florian Yulisar, (2019), Adaptasi Masyarakat Terhadap Bencana Letusan Gunung Kerinci Di
Desa Gunung Labu Kecamatan Kayu Aro Barat Kabupaten Kerinci, Jurnal Buana

Anindita Mutiarasari, (2022), Erupsi adalah Apa? Penjelasan dan Jenis-jenis Erupsi, Detiknews

Zintan Prihatini, (2022), Bagaimana Gunung Berapi Bisa Meletus? Begini Prosesnya,
Kompas.com

__________________, (2021), Manfaat Letusan Gunung Berapi, Kepegawaian Universitas


Medan Area

__________________, (2022), Gunung Kerinci, Wikipedia

Perdana Putra, (2022), Gunung Kerinci Berstatus Waspada, Potensi Erupsi Besar Belum
Terlihat, Jangan Panik, Kompas.com

__________________, (2014), Kerinci, Badan Geologi: Kementerian Energi Dan Sumber Daya
Mineral

__________________, (2020), 5 Faktor Penyebab Gunung Meletus Secara Umum yang Perlu
Diketahui, Menambah Wawasan, merdeka.com

Yonada Nancy, (2019), Budaya Sejarah Erupsi Kerinci: Letusan Gunung Api Tertinggi di
Indonesia, tirto.id

Anda mungkin juga menyukai