PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep bencana gunung meletus?
2. Bagaimana manajemen bencana gunung meletus?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Meningkatkan pengetahuan masyarakat (public awareness) dalam
menghadapi serta mengurangi dampak/resiko bencana, sehingga
masyarakat dapat hidup dan bekerja dengan aman (safe).
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
3
lidah lava dengan viskositas tinggi atau sangat kental. Awan panas yang
keluar bisa mencapai sekitar 12-14 km dari pusat letusan.
c. Tipe C, letusan dimulai dengan naiknya magma dengan kandungangas
yang cukup tinggi. Ltusan yang terjadi memcahkan pantuup di atasnya dan
memlepaskan gas yang terkandung dan tidak ada aliran yang terbentuk.
Biasanya erupsi berlangusng singakat, setelah tekanan gas berkurang,
kubah atau lidah lava terbentuk.
d. Tipe D, merupakan letusan yang paling berbahaya, tanpa aliran lava
adanya aliran lava, puncak gunung api di hancurkan , kaldera terbentuk
dan banyak sekali awan panas atau wedus gembel.
4
b. Terjadinya deformasi badan gunung
Peningkatan gelombang magnet dan listrik sehingga menyebabkan
perubahan struktur lapisan batuan gunung yang dapat mempengaruhi
bagian dalam sepeti dapur magma yang volume-nya mengecil atau bisa
juga saluran yang menghubungkan kawah dengan dapur magma menjadi
tersumbat akibat deformasi batuan penyusun gunung.
c. Akibat tekanan yang sangat tinggi
Jika sepanjang perjalanan magma menyusuri saluran kawah
terdapat sumbatan, bisa menimbulkan ledakan yang dikenal dengan
letusan gunung berapi. Semakin besar tekanan dan volume magma-nya
maka semakin kuat ledakan yang akan terjadi.
5
tekanan gas cukup kuat dan ada retakan pada kulit bumi sehingga
menghasilkan letusan yang sangat dahsyat.
6
5. Binatang di sekitar gunung bermigrasi
6. Peningkatan kegempaan vulkanik
7. Peningkatan suhu kawah
8. Peningkatan gelombang magnet dan listrik, hingga terjadinya deformasi
pada tubuh jantung
9. Lempeng-lempeng bumi saling berdesakan dan magma di perut bumi
pun mendesak serta mendorong permukaan bumi dan memicu aktivitas
geologis, vulkanik, dan tektonik
10. Akibat tekanan yang amat tinggi, magma mendesak keluar (erupsi) dari
permukaan bumi sebagai lava
7
berwenang mengenai risiko, serta mengurangi kerusakan infrastruktur utama,
harta benda dan kehilangan sumber ekonomis.
Kesiapsiagaan Bencana
Tanggap Darurat
Mitigasi
Pencegahan
Rekonstruksi Rehabilitasi
8
b. Kegiatan Mitigasi
Merupakan serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik
melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan
kemampuan menghadapi ancaman bencana (PP No. 21 tahun 2008).
Kegiatan tersebut meliputi:
1. Pembangunan dan rehabilitasi fisik (RS, Puskesmas, gudang obat)
2. Pengadaan sarana kesehatan (ambulans)
3. Pengadaan alkes, obat dan bahan habis pakai
4. Penetapan lokasi pembangunan sarana kesehatan di daerah aman
5. Pengaturan jalur evakuasi di setiap sarana kesehatan
6. Jaminan asuransi
c. Kegiatan Kesiapsiagaan
Merupakan serangkaian yang dilakukan untuk mengantisipasi
bencana melalui pengorganisasian serta langkah yang tepat dan berdaya
guna. Kegiatan kesiapsiagaan meliputi :
1. Penyiapan sarana dan prasarana kesehatan (alkes, obat)
2. Penyiapan dana operasional
3. Pembentukan tim reaksi cepat
4. Penyebarluasan informasi
a) Masalah kesehatan akibat bencana
b) Usaha-usaha yang harus diambil oleh individu, keluarga dan
masyarakat korban
c) Bagaimana menolong warga masyarakat lain
d) Bagaimana bertahan dengan perlindungan atau peralatan dan
bahan yang ada sebelum bantuan datang
2. Kegiatan Saat Terjadi Bencana
Mencakup kegiatan tanggap darurat untuk meringankan penderitaan
sementara, seperti kegiatan search and rescue (SAR), bantuan darurat dan
pengungsian. Kegiatan saat terjadi bencana yang dilakukan segera pada
saat kejadian bencana, untuk menanggulangi dampak yang ditimbulkan,
terutama berupa penyelamatan korban dan harta benda, evakuasi dan
pengungsian, akan mendapatkan perhatian penuh baik dari pemerintah
bersama swasta maupun masyarakatnya. Pada saat terjadinya bencana
biasanya begitu banyak pihak yang menaruh perhatian dan mengulurkan
tangan memberikan bantuan tenaga, moril maupun material.
a) Keadaan Darurat
9
Adalah situasi/kondisi kehidupan atau kesejahteraan individu manusia
atau masyarakat akan terancam, apabila tidak dilakukan yang tepat
dan segera, sekaligus menuntut tanggapan dan cara penanganan yang
luar biasa (diluar prosedur rutin/standar).
b) Manajemen Kedaruratan
Adalah seluruh kegiatan yang meliputi aspek perencanaan dan
penanggulangan kedaruratan, pada menjelang, saat dan segera setelah
terjadi keadaan darurat. Manajemen kedaruratan ini mencakup :
1. Siaga darurat
1. Tanggap darurat, kegiatannya :
Manajemen dan koordinasi
1) Mendirikan Posko
2) Membuat tim reaksi cepat
Perlindungan, penerimaan dan pendataan
1) Evakuasi korban yang masih hidup dan meninggal
2) Memberikan pertolongan dan perlindungan korban selamat
di tempat penampungan
3) Mendata dan mencatat korban
Pangan dan nutrisi
1) Tahap awal : pemberian makanan siap santap
2) Mendirikan dapur umum
Pemberian jatah makan per keluarga yang disesuaikan
makanan pokok setempat
Logistik dan transportasi
1) Pengumpulan, pengadaan, penyimpanan dan penyaluran
bantuan logistik
2) Menyiapkan gudang dan sarana transportasi termasuk BBM
Penampungan sementara
1) Ditempatkan bangunan gedung yang aman : sekolah,
gudang, kantor, lapangan dengan mendirikan tenda-tenda
2) Air bersih
Penyediaan air bersih untuk mandi, cuci, masak; sumber air
dari sungai/sumur/air tanah/mata air
Sanitasi lingkungan
1) Penyediaan sarana MCK
2) Pengelolaan sampah (pengumpulan dan pembuangannya
Pelayanan kesehatan
1) Pemerintah menyediakan tenaga medis, alkes, dan obat-
obatan
2) Setiap korban bencana mendapat perawatan kesehatan
gratis
10
3) Pemberian imunisasi dan vaksin mencegah timbulnya
penyakit
Pelayanan masyarakat
1) Media : radio, televisi
2) Informasi : penyuluhan, pertemuan warga
Pendidikan
1) Menyediakan buku pelajaran, alat tulis
2) Pelaksana Dinas Pendidikan
3) Pemulihan darurat
11
kegiatan perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan
ketertiban, dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala aspek
kehidupan bermasyarakat pada wilayah pasca bencana.
1. Pembangunan kembali sarana dan prasarana kesehatan
2. Meningkatkan dan memantapkan rencana penanggulangan (UU
No. 24/2007).
12
3. Berita distribusikan untuk kordinasi dengan unit kerja
terkait (persiapan tim)
4. Puskodalmet di bentuk (aktifkan organisasi kerangka/
organisasi tugas yang sudah ditetapkan saat preparednees)
5. Sistem Komunikasi memegang peran penting.
b. Tugas pengendalian fasilitas dan logistik seperti :
1. Mampu mengetahui dan menyiapkan kebutuhan semua unit
kerja ( fasilitas Puskodal, fasilitas dan logistik di lapangan)
2. Menyiapkan dan berkoordinasi dgn sektor lain dalam
penyiapan kebutuhan korban (RS lapangan, shektering
pengungsi, jamban, air bersih, transportasi tim dan korban)
3. Mempu mengelola semua bantuan logistik dari hasil
koordinasi atau bantuan Lokasi bencana tindakan yang
harus di lakukan
Lakukan seleksi korban
Untuk memberikan prioritas pelayanan
Gunakan Label / Tag
Penyelamatan dan mengefaluasi korban maupun harta
benda
Memenuhi kebutuhan dasar
Penyelamatan, serta pemulihan sarana dan prasarana
Perlindungan
Pengurusan pengungsi
Hal-hal berikut ini sebaiknya dilakukan oleh setiap orang
jika terjadi letusan gunung api:
a) Hindari daerah rawan bencana seperti lereng gunung, lembah,
aliran sungai kering dan daerah aliran lahar
b) Hindari tempat terbuka, lindungi diri dari abu letusan
c) Masuk ruang lindung darurat
d) Siapkan diri untuk kemungkinan bencana susulan;
e) Kenakan pakaian yang bisa melindungi tubuh, seperti baju
lengan panjang, celana panjang, topi dan lainnya;
f) Melindungi mata dari debu, bila ada gunakan pelindung mata
seperti kacamata renang atau apapun yang bisa mencegah
masuknya debu ke dalam mata;
g) Jangan memakai lensa kontak;
h) Pakai masker atau kain untuk menutupi mulut dan hidung;
i) Saat turunnya abu gunung api usahakan untuk menutup wajah
dengan kedua belah tangan.
2.3.3 Penanggulangan Pasca Bencana Gunung Meletus
13
Pasca bencana adalah periode/waktu/masa setelah tahap kegiatan
tanggap darurat terjadinya bencana. Sementara penanganan pasca bencana
adalah segala upaya dan kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan
perbaikan fisik maupun non fisik yang dilakukan setelah terjadinya
bencana/masa tanggap darurat, meliputi rehabilitasi dan rekontruksi
sarana, prasarana, fasilitas umum yang rusak akibat bencana alam dalam
upaya pemulihan kehidupan masyarakat.
a. Rehabilitasi
Dalam tahap rehabilitasi, upaya yang dilakukan adalah perbaikan
fisik dan non fisik serta pemberdayaan dan pengembalian harkat
korban. Sasaran utama tahap rehabilitasi adalah untuk memperbaiki
pelayanan masyarakat atau publik sampai pada tingkat memadai.
Dalam tahap rehabilitasi ini juga diupayakan penyelesaian berbagai
permasalahan yang terkait dengan aspek kejiwaan/ psikologis melalui
penanganan trauma korban bencana gunung meletus.
b. Rekontruksi
Upaya yang dilakukan pada tahap rekontruksi adalah
pembangunan kembali sarana, prasarana, serta fasilitas umum yang
rusak akibat gunung meletus dengan tujuan agar kehidupan masyarakat
kembali berjalan normal. Biasanya melibatkan semua masyarakat,
perwakilan lembaga swadaya masyarakat, dan dunia usaha. Sasaran
utama tahap ini adalah terbangunnya kembali masyarakat dan
kawasan.
14
c. Pembuatan panduan dan prinsip mekanisme subsidi rumah dalam
perencanaan
2. Sektor Infrastruktur
a. Pembersihan jalan yang tertutup dengan abu akibat erupsi
b. Memfasilitasi rembug desa untuk pembangunan kembali jalan dan
jembatan desa. Hal ini berkenaan juga dengan bantuan pemberian
bantuan.
c. Memfasilitasi pengelolahan air bersih dan jamban untuk
keberlanjutan hidup mereka dibagian rehabilitasi hunian sementara.
3. Sektor Sosial
Pada sektor sosial rehabilitasi dan rekontruksi ini bertujuan untuk
mengembalikan kembali kegiatan masyarakat yang berhubungan dengan
sosial seperti trauma, pendidikan, agama, dan sejenisnya.
a. Penyediaan trauma healing terlebih untuk psikis yang sempat
diperhatikan dan bantuan dari mahasiswa yang menyalurkan
rehabilitasi sosial.
b. Penyediaan layanan kesehatan umum dan fasilitas pemulihan dini
seperti bantuan tenda pustu, peralatan medis umum seperti aqades
dan kasa steril, betadine, sofratule, abocath, cairan infus, handscone,
alkohol 70% dsb dan obat obatan bagi korban yang terdampak.
c. Fasilitas bantuan pernyediaan makana tambahan untuk balita
sehingga kebutuhan makanan balita terpenuhi dan tidak terjangkit
penyakit diare
d. Bantuan biaya dan peralatan sekolah untuk siswa SD SMP dan SMA
yang terdampak dan pemenuhan kebutuhan ruang kelas sementara.
e. Pemulihan kegiatan keagamaan dan revitalisasi kegiatan keagamaan
f. Revitalisasi sistem keamanan desa agar terkoordinasi dengan baik
g. Memberikan pembinaan dan pelatihan kepada msyarakat saat
terjadinya bencana.
4. Sektor Ekonomi
Kegiatan rehabilitasi dan rekontruksi sangat perlu diperhatiakan
ketika bencana gunung meletus terjadi maka kegiatan ekonomi para
penduduk juga akan menghilang sementara waktu.
a. Program diversifikasi / alternatif usaha pertanian berupa bantuan
pompa air padi, pompa air jagung, hand spryer padi dan jagunga
untuk permbersihan lahan yang tertutup abu.
b. Penyediaan bibit tanaman cepat panen untuk pengalihan kegiatan
berkebun dari tanaman biasa menjadi tanaman cepat panen
15
c. Bantuan modal usaha untuk pedagang dan industri kecil menengah
pada IKM melalui pelatihan dan fasilitasi bantuan investasi mesin /
peralatan produksi.
16
kemasyarakatan dalam memberikan penyuluhan dan simulasi
persiapan menghadapi ancaman bencana kepada masyarakat
c. Perawat terlibat dalam program promosi kesehatan untuk
meningkatkan kesiapan masyarakat dalam menghadapi bencana
yang meliputi hal-hal berikut
1) Usaha pertolongan diri sendiri
2) Pelatihan pertolongan pertama dalam keluarga seperti
menolong anggota keluarga yang lain
3) Pembekalan informasi tentang bagaimana mennyimpan dan
membawa persediaan makanan dan penggunaan air yang aman
4) Perawat juga dapat memberikan beberapa alamat dan nomor
telepon darurat seperti dinas kebakaran, rumah sakit, dan
ambulans
5) Memberikan informasi tempat-tempat alternatif penampungan
atau posko-posko bencana
6) Memberikan informasi tentang perlengkapan yang dapat
dibawa seperti pakaian seperlunya, radio portable, senter
beserta baterainya, dan lainnya.
2. Fase impact
a. Bertindak cepat
b. Do not promise. Perawat seharusnya tidak menjajikan apapun
dengan pasti, dengan maksud memberikan harapan yang besar
pada para korban selamat.
c. Berkonsentrasi penuh pada apa yang dilakukan
d. Koordinasi dan menciptakan kepemimpinan
e. Untuk jangka panjang, bersama-sama pihak yang terkait dapat
mendiskusikan dan merancang master plan of revitalizingg,
biasanya untuk jangka waktu 30 bulan pertama
3. Fase post-impact
a. Bencana tentu memberikan bekas khusus bagi keadaan fisik,
sosial, dan psikologis korban.
b. Selama masa perbaikan perawat membantu masyarakat untuk
kembali pada kehidupan normal.
c. Beberapa penyakit dan kondisi fisik mungkin memerlukan jangka
waktu yang lama untuk normal kembali bahkan terdapat keadaan
dimana kecacatan terjadi.
2.5.2 Peran perawat di dalam Posko Pengungsian dan Posko
Bencana
17
a. Memfasilitasi jadwal kunjungan konsultasi medis dan cek
kesehatan sehari-hari
b. Tetap menyusun rencana prioritas asuhan keperawatan harian
c. Merencanakan dan memfasilitasi transfer pasien yang
memerlukan penanganan kesehatan di RS
d. Mengevaluasi kebutuhan kesehatan harian
e. Memeriksa dan mengatur persediaan obat, makanan, makanan
khusus bayi, peralatan kesehatan
f. Membantu penanganan dan penempatan pasien dengan penyakit
menular maupun kondisi kejiwaan labil hingga membahayakan
diri dan lingkungannya berkoordinasi dengan perawat jiwa
g. Mengidentifikasi reaksi psikologis yang muncul pada korban
(ansietas, depresi yang ditunjukkan dengan seringnya menangis
dan mengisolasi diri) maupun reaksi psikosomatik (hilang nafsu
makan, insomnia, fatigue, mual muntah, dan kelemahan otot)
h. Membantu terapi kejiwaan korban khususnya anak-anak, dapat
dilakukan dengan memodifikasi lingkungan misal dengan terapi
bermain.
i. Memfasilitasi konseling dan terapi kejiwaan lainnya oleh para psikolog
dan psikiater
j. Konsultasikan bersama supervisi setempat mengenai pemeriksaan
kesehatan dan kebutuhan masyarakat yang tidak mengungsi
18
c. Fraktur atau trauma, imobilisasikan dengan memasang spalak,
balut
d. Kesadaran terganggu, bebaskan jalan napas, awasi tingkat
kesadaran dan tanda-tanda vital
3. Rujukan segera ke puskesmas/rumah sakit
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Sebaiknya di setiap gunung api yang masih aktif ada pos pengawasan yang
dilengkapi dengan alat-alat pemantauan yang akurat. Informasikan atau
19
komukasikan segala tanda bahaya yang diperoleh sedini mungkin kepada
masyarakat atau melalui kepala desa masing-masing. Buat sirene tanda bahaya
untuk mengingatkan penduduk untuk segera mengungsi bila keadaaan tambah
gawat. Pembuatan sungai yang khusus untuk aliran lahar dan membuat tanggul
yang kokoh untuk melindungi desa dari aliran lahar.
DAFTAR PUSTAKA
20