Produk diamati pada jam ke-24 bahwa masih dalam kondisi baik, bau
masih sedap, daging tidak lembek atau berlendir. Pada jam ke-48 produk masih
dalam kondisi baik, bau masih sedap, daging tidak lembek, dan tidak
mengeluarkan lendir. Hingga pada jam ke-72 produk mulai mengeluarkan bau
yang tidak sedap namun tidak mengeluarkan lendir. Dari hasil pengamatan bahwa
produk dehidrasi memiliki daya simpan pada suhu ruangan adalah 72 jam.
Sehingga melalui pengemasan kedap udara dan pendingin dapat dihasilkan daya
simpan yang lebih panjang.
Berdasarkan kelemahan produk yang memiliki masa simpan tidak lebih
lama dari ikan laut asin yang dikeringkan, maka solusi pemasaran yang
ditawarkan oleh penulis adalah melalui home industry dengan tetap
mengunggulkan kelebihan produk yakni terjaganya protein yang terkandung
dalam ikan serta proses pengolahan yang higienis dan tanpa melalui paparan sinar
matahari yang dapat memicu kanker pada konsumen.
Analisis ekonomi diperlukan untuk mengetahui seberapa jauh usaha
pengolahan ini patut untuk diterapkan. Pengolahan ini menggunakan bahan utama
ikan. Ikan merupakan produk daging yang lebih murah daripada daging lainnya.
Untuk kawasan pesisir, harga komoditas ikan laut memiliki kisaran harga Rp
21.000 hingga Rp 30.000 per kilogram, kecuali udang (Kementerian Kelautan dan
Perikanan, 2016). Bahan-bahan lain seperti tepung terigu, karaginan, dan air
bersih diperlukan dalam proses pembuatan fish dehydration product.
Usaha pengolahan ini adalah industri kecil dengan skala UKM dengan
produksi yang cukup kecil. Kapasitas bahan baku untuk produksi dalam satu hari
adalah 20 kg ikan dengan mempertimbangkan hasil tangkapan nelayan setiap
harinya. Hasil tangkapan tersebut diolah dan akan menghasilkan 30 kemasan
produk berukuran 350 gram. Untuk memproduksi sebanyak 30 kemasan tersebut,
diperlukan bahan baku tepung terigu sebanyak 6 kg, karaginan 40 gram, dan air
bersih sebanyak 60 liter. Produksi dalam satu bulan dilakukan selama 22 hari
sehingga jika ditotal untuk satu bulan, menggunakan bahan baku 440 kg Ikan, 132
kg tepung terigu, 880 gram karaginan, air 500 liter, dan es batu 100 kg
menghasilkan produk 660 kemasan.
Peralatan yang digunakan sekaligus sebagai investasi tetap dalam produksi
ini adalah oven, meja stainless, nampan, pisau set, dan food processor.
Tabel 4.2 Modal Investasi Tetap Kegiatan Pengolahan
Berdasarkan hasil analisis R/C bahwa wirausaha hasil olahan perikanan layak
diusahakan dan menguntungkan karena nilai R/C sebesar 1,65 >1. Nilai R/C 1,65
berarti bahwa dalam Rp 100 modal yang dikeluarkan dapat mendapatkan
penerimaan sebesar Rp 165.
3. Analsis Benefit Cost Ratio (BC Ratio)
Analisis BC Ratio digunakan untuk menghitung perbandingan antara laba bersih
yang diterima dengan modal produksi yang telah dikeluarkan. Perhitungan BC
Ratio yaitu :
Berdasarkan hasil analisis B/C bahwa setiap pengeluaran modal Rp 100 maka
akan menghasilkan tambahan atau laba sebesar Rp 65.
Selanjutnya akan dilakukan analisis paybackperiod (PBP). Payback Period
adalah teknik perhitungan untuk mengukur kecepatan investasi akan kembali
dalam satuan waktu. Investasi yang digunakan dalam kegiatan pengolahan
dehydration fish product ini adalah Rp 18.100.000 dan menghasilkan keuntungan
bersih sebesar Rp 10.414.800 setiap satu bulan. maka untuk perhitungan Payback
Period yaitu :
Hasil analisis PBP menunjukkan hasil 1,16 bulan. hal ini berarti kegiatan
pengolahan dehydration fish product akan mengembalikan total investasi yang
dikeluarkan ketika umur usaha ini mencapai 1,16 bulan.
Salah satu kegiatan usaha yang dapat memberikan kesempatan berusaha
bagi masyarakat adalah dengan kegiatan Sociopreneurship. Prinsip dari
Sociopreneurship yaitu dengan melibatkan masyarakat secara langsung pada
kegiatan usaha yang dijalankan. Masyarakat diposisikan sebagai pemilik usaha
sekaligus yang menjalankan dan mengawal kegiatan usaha agar dapat berjalan.
Dengan begitu dampak yang didapatkan dalam kegiatan usaha akan diterima
secara langsung oleh masyarakat. Adanya penerapan usaha pengolahan makanan
ini diharapkan dapat memberikan dampak positif dalam meningkatkan pendapatan
masyarakat melalui kegiatan pengolahan. Penerapan usaha ini sebagai salah satu
bentuk langkah konkrit untuk menggerakkan perekonomian dan memberikan
kesempatan berusaha sebanyak-banyaknya kepada masyarakat.
Teknik-teknik implementasi pada kegiatan sociopreneurship dapat dibagi
menjadi :
1. Melakukan analisis strength, weakness, opportunity, dan treatment sebelum
merealisasikan usaha. Diantaranya:
a. Strength: Belum ditemukan produk serupa dengan kandungan protein ikan yang
tinggi dan dapat menjadi produk khas masyarakat pesisir Kabupaten Lamongan.
b. Weakness: Lama produk bertahan tidak lebih dari 72 jam.
c. Opportunity: Kabupaten Lamongan memiliki potensi wisata bahari, sehingga
produk ikan dehidrasi dapat dijadikan sebagai oleh-oleh khas masyarakat pesisir
sekaligus untuk meningkatkan perekonomian.
d. Treatment: Banyak produk ikan sebagai oleh-oleh dengan masa simpan yang
lebih lama.
2. Persiapan sumber daya manusia yang akan melakukan kegiatan sociopreneurship.
Pemerintah dalam hal ini dapat menggerakkan instansi terkait dalam membantu
persiapan SDM. Pemerintah dapat mengkoordinasikan dinas usaha kreatif atau
lainnya dalam memberikan pelatihan. Pemerintah juga dapat memanfaatkan
akademisi dalam membantu melakukan transfer pengetahuan kepada masyarakat.
3. Persiapan segala sumber daya yang ada, baik untuk permodalan dan fasilitas
pengolahan
4. Melakukan analisis pasar serta strategi 4P (Price, Positioning, Place, and
Promotion) terhadap produk untuk mengetahui potensi serta proyeksi produk
dalam kegiatan sociopreneurship
5. Implementasi kegiatan usaha dengan tetap pengawasan secara berkala agar usaha
dapat dijalankan secara berkelanjutan.
6. Membentuk home industry pusat oleh-oleh bahari khas Lamongan yang dapat
dijadikan sebagai salah satu tujuan wisatawan yang mengunjungi kawasan wisata
Kabupaten Lamongan.
Dehydration Fish Product merupakan salah satu upaya pengolahan ikan
sebagai salah satu hasil sumber daya alam bagi masyarakat pesisir di daerah
Brumbun. Pengolahan ikan tersebut bertujuan untuk meningkatkan nilai ekonomi
ikan sebagai produk dalam bentuk baru yang lebih tahan lama dengan rasa yang
lebih menarik dan tidak merusak protein melalui penambahan karaginan. Adanya
inovasi ini dapat memberdayakan masyarakat guna meningkatkan tingkat
perekonomian khususnya bagi masyarakat pesisir dengan terciptanya peluang
usaha baru yang dapat menjadi peluang kerja bagi masyarakat yang belum
memiliki pekerjaan.
DAFTAR PUSTAKA
Rienoviar dan Husein Nashrianto. 2010. Penggunaan Asam Askorbat (Vitamin C)
untuk Meningkatkan Daya Simpan Sirup Rosela (Hibiscus sabdariffa
Linn.). Jurnal Hasil Penelitian Industri, 23(1): 8-18
https://lamongankab.go.id/wp-content/uploads/sites/33/2013/05/Gambaran-
Umum-Kabupaten-Lamongan.pdf
Yaskun, Mohammad. 2017. Potensi Hasil Perikanan Laut Terhadap Kesejahteraan
Para Nelayan dan Masyarakat Di Kabupaten Lamongan.