Anda di halaman 1dari 8

PATIN (PRODUK IKAN TINGGI PROTEIN) MELALUI

PENGOLAHAN DEHYDRATION FISH PRODUCT SEBAGAI UPAYA


PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT PESISIR BRONDONG,
LAMONGAN

Kawasan pesisir merupakan salah satu kawasan dengan sumber hasil


perikanan yang cukup melimpah. Namun, kondisi perekonomian masyarakat
pesisir secara umum masih pada tingkat yang rendah (Fatmasari, 2014). Salah
satu wilayah yang memiliki tingkat perekonomian rendah dengan minimnya
pengolahan hasil laut yang cukup besar adalah kawasan pesisir selatan Pulau
Jawa, yaitu Brondong, Lamongan. Kondisi ini tentunya menjadi masalah karena
dapat berdampak pada aspek kehidupan yang lain, misalnya kesehatan dan
pendidikan. Sehingga diperlukan sebuah upaya yang dapat meningkatkan
pendapatan masyarakat, salah satunya melalui kegiatan sociopreneurship.
Kegiatan ini memiliki tujuan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat
melalui kegiatan ekonomi dengan memanfaatkan sumber daya alam setempat.
Kegiatan sociopreneurship ini memanfaatkan hasil sumber daya alam di
Brondong, Lamongan yakni ikan. Data produksi perikanan di Jawa Timur pada
tahun 2015 menunjukkan bahwa Kabupaten Lamongan mencapai produksi ikan
laut sebesar 72.346 ton (Yaskun, 2017). Namun hasil produksi perikanan tersebut
hanya dijual tanpa adanya pengolahan lebih lanjut, sehingga nilai jualnya tidak
terlalu tinggi. Maka dari itu, perlu adanya pengolahan hasil produksi perikanan
agar memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi. Produk pengolahan yang dapat
diusahakan adalah Dehydration Fish Product. Dehydration fish product adalah
jenis olahan produk perikanan dengan cara menurunkan kadar airnya secara
drastis. Adapun kelebihan produk dehidrasi ini yaitu kandungan protein yang
lebih terjaga karena telah ditambahkan penstabil (karaginan). Penstabil berfungsi
dalam meminimalisir denaturasi protein akibat pemanasan. Selain itu, proses
pengeringan menggunakan oven dapat menjaga higienitas produk sehingga lebih
aman dan bersih.
Tujuan dari penulisan ini adalah adanya olahan ikan yang menjadi produk
usaha Sociopreneurship bagi masyarakat Brondong, Lamongan. Adanya
Dehydration Fish Product sebagai kegiatan usaha melalui model
sociopreneurship, diharapkana dapat memberikan solusi terhadap permasalahan
ekonomi masyarakat kawasan tersebut.
Di wilayah perairan laut Lamongan terdapat beberapa jenis ikan bernilai
ekonomis tinggi antara lain: tuna, kerapu, udang, tongkol, tenggiri, kakap, cumi-
cumi dan rajungan. Namun, sayangnya potensi lautan yang sangat luas ini belum
dimaksimalkan sebaik mungkin. Pada tahun 2014 produksi perikanan tangkap laut
di Lamongan mencapai 70.150 ton, pada tahun 2014 produksi perikanan tangkap
laut meningkat menjadi sebesar 71.553 ton, dan pada tahun 2015 produksi
perikanan tangkap laut meningkat menjadi sebesar 72.346 ton. Industri perikanan
di Kabupaten Lamongan didukung oleh pelabuhan perikanan nusantara Brondong
yang berskala regional sebagai pusat jual beli ikan. Usaha penangkapan ikan laut
di Kabupaten Lamongan terpusat di perairan Laut Jawa pada wilayah Kecamatan
Brondong dan Kecamatan Paciran yang memiliki 5 (lima) Tempat Pendaratan
Ikan (TPI), yaitu mulai dari arah timur ke barat.
Ikan segar banyak dijual murah oleh nelayan dengan tujuan agar segera
habis, karena dikhawatirkan membusuk akibat tidak dapat bertahan terlalu lama
jika tidak laku. Kadar air pada ikan merupakan salah satu faktor yang
mempercepat kebusukan atau kerusakan produk perikanan. Air dapat menjadi
media tumbuh yang baik bagi bakteri yang dapat menyebabkan pembusukan ikan
(Rienoviar dan Husain Nashrianto, 2010). Sehingga melalui dehydration fish
product ini produk olahan yang dihasilkan lebih awet dan mempunyai daya
simpan lebih lama. Cara pembuatan produk dehidrasi ini adalah ikan dipisahkan
dengan tulangnya dengan cara fillet. Setelah dipisahkan daging ikan dilumatkan
menggunakan food processor, beberapa saat ditambahkan karaginan dan
dihomogenkan hingga karaginan tercampur. Penambahan karaginan bertujuan
untuk meningkatkan stabilitas protein daging sebelum dilakukan dehidrasi.
Sebelum dioven, daging ikan yang telah dilumatkan ditambahkan sedikit garam
dan bawang putih sebagai penyedap dan dibentuk dengan menggunakan cetakan
untuk menghasilkan bentuk yang menarik. Proses selanjutnya adalah pengovenan
untuk menurunkan kadar air. Kelebihan yang lain dari produk ini selain daya
simpan yang tinggi adalah kandungan protein yang terjaga. Karaginan yang
ditambahkan mampu menjaga struktur protein ketika dipanaskan sehingga dapat
meminimalisir denaturasi protein yang terjadi. Setelah proses pengovenan, produk
dikeluarkan dan dikemas dengan kemasan yang menarik serta kedap udara agar
lebih tahan lama.
Pengamatan produk dehidrasi yang disimpan pada suhu ruangan 26±2oC
tanpa pengemasan kedap udara selama beberapa waktu dan diamati perubahannya
setiap 24 jam dan setiap 12 jam di hari ke-3 secara organoleptis, yaitu
menggunakan alat inderawi manusia menunjukkan hasil yang diuraikan secara
deskriptif berdasarkan hasil pengujian berikut.
Tabel 4.1 Pengamatan Daya Simpan
Pengamatan Jam ke-
24 48 60 72
Organoleptis Daging Daging masih Daging masih Daging masih
masih dalam dalam kondisi dalam kondisi
dalam kondisi baik, baik, bau masih baik, bau mulai
kondisi bau masih sedap, daging tidak sedap,
baik, bau sedap, daging tidak lembek, namun tidak
masih tidak lembek, tidak berlendir mengeluarkan
sedap, tidak lendir
daging tidak berlendir
lembek,
tidak
berlendir

Produk diamati pada jam ke-24 bahwa masih dalam kondisi baik, bau
masih sedap, daging tidak lembek atau berlendir. Pada jam ke-48 produk masih
dalam kondisi baik, bau masih sedap, daging tidak lembek, dan tidak
mengeluarkan lendir. Hingga pada jam ke-72 produk mulai mengeluarkan bau
yang tidak sedap namun tidak mengeluarkan lendir. Dari hasil pengamatan bahwa
produk dehidrasi memiliki daya simpan pada suhu ruangan adalah 72 jam.
Sehingga melalui pengemasan kedap udara dan pendingin dapat dihasilkan daya
simpan yang lebih panjang.
Berdasarkan kelemahan produk yang memiliki masa simpan tidak lebih
lama dari ikan laut asin yang dikeringkan, maka solusi pemasaran yang
ditawarkan oleh penulis adalah melalui home industry dengan tetap
mengunggulkan kelebihan produk yakni terjaganya protein yang terkandung
dalam ikan serta proses pengolahan yang higienis dan tanpa melalui paparan sinar
matahari yang dapat memicu kanker pada konsumen.
Analisis ekonomi diperlukan untuk mengetahui seberapa jauh usaha
pengolahan ini patut untuk diterapkan. Pengolahan ini menggunakan bahan utama
ikan. Ikan merupakan produk daging yang lebih murah daripada daging lainnya.
Untuk kawasan pesisir, harga komoditas ikan laut memiliki kisaran harga Rp
21.000 hingga Rp 30.000 per kilogram, kecuali udang (Kementerian Kelautan dan
Perikanan, 2016). Bahan-bahan lain seperti tepung terigu, karaginan, dan air
bersih diperlukan dalam proses pembuatan fish dehydration product.
Usaha pengolahan ini adalah industri kecil dengan skala UKM dengan
produksi yang cukup kecil. Kapasitas bahan baku untuk produksi dalam satu hari
adalah 20 kg ikan dengan mempertimbangkan hasil tangkapan nelayan setiap
harinya. Hasil tangkapan tersebut diolah dan akan menghasilkan 30 kemasan
produk berukuran 350 gram. Untuk memproduksi sebanyak 30 kemasan tersebut,
diperlukan bahan baku tepung terigu sebanyak 6 kg, karaginan 40 gram, dan air
bersih sebanyak 60 liter. Produksi dalam satu bulan dilakukan selama 22 hari
sehingga jika ditotal untuk satu bulan, menggunakan bahan baku 440 kg Ikan, 132
kg tepung terigu, 880 gram karaginan, air 500 liter, dan es batu 100 kg
menghasilkan produk 660 kemasan.
Peralatan yang digunakan sekaligus sebagai investasi tetap dalam produksi
ini adalah oven, meja stainless, nampan, pisau set, dan food processor.
Tabel 4.2 Modal Investasi Tetap Kegiatan Pengolahan

No. Unit Satuan Jumlah Biaya (Rp)


1 Oven 4 4.000.000
2 Meja stainless 6 2.400.000
3 Nampan 20 200.000
4 Pisau Set 20 200.000
5 FoodProcessor 5 4.500.000
Total 12.100.000

Total investasi yang dikeluarkan pada pelaksanaan kegiatan ini yaitu


18.100.000 rupiah. Investasi iniberasal dari kebutuhan peralatan usaha.
Biaya produksi selanjutnya dihitung berdasarkan pada kebutuhan biaya
pada produksi selama satu bulan. Untuk biaya produksi terdapat pada table 4.3
yaitu:
Tabel 4.3 Biaya Produksi Pengolahan
No. Bahan Jumlah Harga satuan (Rp) Harga total (Rp)
1. Ikan 440 kg 30.000 13.200.000
2. Tepung terigu 132 kg 10.000 1.320.000
3. Karaginan 880 g 165 145.200
4. Air mineral 500 liter 1.000 500.000
5. Es Batu 200 kg 4.000 800.000
Total 15.965.200
Biaya produksi yang dikeluarkan selama satu bulan produksi adalah
15.985.200 rupiah. Selanjutnya akan dihitung proyeksi laba/rugi, return cost ratio
(RC ratio), dan benefit cost ratio (BC ratio) untuk menghasilkan gambaran umum
usaha pengolahan dehydration fish product. Nilai total dari pengeluaran selama
produksi dengan total penerimaan dihitung selama satu bulan. Jika produk yang
dihasilkan dapat dijual dengan harga 40.000 sesuai dengan rata-rata harga produk
olahan ikan di pasaran, maka total penerimaannya adalah :
Tabel 4.4 Total Penerimaan
Jumlah Jumlah
Produksi Harga (Rp) produksi dalam penerimaan
satu bulan (Rp)
Produk
40.000/kemasan 660 kemasan 26.400.000
dehydrationfish
Total Penerimaan 26.400.000

1. Analisis Laba/rugi = total Penerimaan – biaya produksi


= Rp 26.400.000 – Rp 15.965.200
= 10.434.800
Setiap satu bulan produksi maka akan menghasilkan keuntungan Rp 10.434.800
2. Analisis Return Cost Ratio (RC Ratio)

Berdasarkan hasil analisis R/C bahwa wirausaha hasil olahan perikanan layak
diusahakan dan menguntungkan karena nilai R/C sebesar 1,65 >1. Nilai R/C 1,65
berarti bahwa dalam Rp 100 modal yang dikeluarkan dapat mendapatkan
penerimaan sebesar Rp 165.
3. Analsis Benefit Cost Ratio (BC Ratio)
Analisis BC Ratio digunakan untuk menghitung perbandingan antara laba bersih
yang diterima dengan modal produksi yang telah dikeluarkan. Perhitungan BC
Ratio yaitu :

Berdasarkan hasil analisis B/C bahwa setiap pengeluaran modal Rp 100 maka
akan menghasilkan tambahan atau laba sebesar Rp 65.
Selanjutnya akan dilakukan analisis paybackperiod (PBP). Payback Period
adalah teknik perhitungan untuk mengukur kecepatan investasi akan kembali
dalam satuan waktu. Investasi yang digunakan dalam kegiatan pengolahan
dehydration fish product ini adalah Rp 18.100.000 dan menghasilkan keuntungan
bersih sebesar Rp 10.414.800 setiap satu bulan. maka untuk perhitungan Payback
Period yaitu :

Hasil analisis PBP menunjukkan hasil 1,16 bulan. hal ini berarti kegiatan
pengolahan dehydration fish product akan mengembalikan total investasi yang
dikeluarkan ketika umur usaha ini mencapai 1,16 bulan.
Salah satu kegiatan usaha yang dapat memberikan kesempatan berusaha
bagi masyarakat adalah dengan kegiatan Sociopreneurship. Prinsip dari
Sociopreneurship yaitu dengan melibatkan masyarakat secara langsung pada
kegiatan usaha yang dijalankan. Masyarakat diposisikan sebagai pemilik usaha
sekaligus yang menjalankan dan mengawal kegiatan usaha agar dapat berjalan.
Dengan begitu dampak yang didapatkan dalam kegiatan usaha akan diterima
secara langsung oleh masyarakat. Adanya penerapan usaha pengolahan makanan
ini diharapkan dapat memberikan dampak positif dalam meningkatkan pendapatan
masyarakat melalui kegiatan pengolahan. Penerapan usaha ini sebagai salah satu
bentuk langkah konkrit untuk menggerakkan perekonomian dan memberikan
kesempatan berusaha sebanyak-banyaknya kepada masyarakat.
Teknik-teknik implementasi pada kegiatan sociopreneurship dapat dibagi
menjadi :
1. Melakukan analisis strength, weakness, opportunity, dan treatment sebelum
merealisasikan usaha. Diantaranya:
a. Strength: Belum ditemukan produk serupa dengan kandungan protein ikan yang
tinggi dan dapat menjadi produk khas masyarakat pesisir Kabupaten Lamongan.
b. Weakness: Lama produk bertahan tidak lebih dari 72 jam.
c. Opportunity: Kabupaten Lamongan memiliki potensi wisata bahari, sehingga
produk ikan dehidrasi dapat dijadikan sebagai oleh-oleh khas masyarakat pesisir
sekaligus untuk meningkatkan perekonomian.
d. Treatment: Banyak produk ikan sebagai oleh-oleh dengan masa simpan yang
lebih lama.
2. Persiapan sumber daya manusia yang akan melakukan kegiatan sociopreneurship.
Pemerintah dalam hal ini dapat menggerakkan instansi terkait dalam membantu
persiapan SDM. Pemerintah dapat mengkoordinasikan dinas usaha kreatif atau
lainnya dalam memberikan pelatihan. Pemerintah juga dapat memanfaatkan
akademisi dalam membantu melakukan transfer pengetahuan kepada masyarakat.
3. Persiapan segala sumber daya yang ada, baik untuk permodalan dan fasilitas
pengolahan
4. Melakukan analisis pasar serta strategi 4P (Price, Positioning, Place, and
Promotion) terhadap produk untuk mengetahui potensi serta proyeksi produk
dalam kegiatan sociopreneurship
5. Implementasi kegiatan usaha dengan tetap pengawasan secara berkala agar usaha
dapat dijalankan secara berkelanjutan.
6. Membentuk home industry pusat oleh-oleh bahari khas Lamongan yang dapat
dijadikan sebagai salah satu tujuan wisatawan yang mengunjungi kawasan wisata
Kabupaten Lamongan.
Dehydration Fish Product merupakan salah satu upaya pengolahan ikan
sebagai salah satu hasil sumber daya alam bagi masyarakat pesisir di daerah
Brumbun. Pengolahan ikan tersebut bertujuan untuk meningkatkan nilai ekonomi
ikan sebagai produk dalam bentuk baru yang lebih tahan lama dengan rasa yang
lebih menarik dan tidak merusak protein melalui penambahan karaginan. Adanya
inovasi ini dapat memberdayakan masyarakat guna meningkatkan tingkat
perekonomian khususnya bagi masyarakat pesisir dengan terciptanya peluang
usaha baru yang dapat menjadi peluang kerja bagi masyarakat yang belum
memiliki pekerjaan.

DAFTAR PUSTAKA
Rienoviar dan Husein Nashrianto. 2010. Penggunaan Asam Askorbat (Vitamin C)
untuk Meningkatkan Daya Simpan Sirup Rosela (Hibiscus sabdariffa
Linn.). Jurnal Hasil Penelitian Industri, 23(1): 8-18
https://lamongankab.go.id/wp-content/uploads/sites/33/2013/05/Gambaran-
Umum-Kabupaten-Lamongan.pdf
Yaskun, Mohammad. 2017. Potensi Hasil Perikanan Laut Terhadap Kesejahteraan
Para Nelayan dan Masyarakat Di Kabupaten Lamongan.

Anda mungkin juga menyukai